Memaknai Doa Sebelum Membaca Surah Yasin
Sebuah simbol pengharapan dan kerendahan hati sebelum berinteraksi dengan firman Allah.
Setiap amalan dalam Islam diajarkan untuk dimulai dengan niat yang tulus dan doa yang khusyuk. Hal ini tidak terkecuali saat kita hendak membaca Al-Qur'an, kalamullah yang agung. Secara khusus, ketika seorang Muslim akan melantunkan Surah Yasin, yang dikenal sebagai 'jantung Al-Qur'an', terdapat sebuah tradisi luhur untuk memanjatkan doa pembuka. Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah gerbang spiritual yang menghubungkan hati pembaca dengan keagungan pesan yang akan ia selami. Doa sebelum Yasin menjadi adab, permohonan izin, dan ungkapan kerendahan diri di hadapan Sang Pemilik Wahyu.
Membaca doa ini adalah manifestasi dari kesadaran kita sebagai hamba. Kita menyadari bahwa tanpa pertolongan dan bimbingan Allah SWT, kita tidak akan mampu memahami makna, mengambil hikmah, apalagi mengamalkan isi dari Surah Yasin. Doa ini berfungsi sebagai penyucian niat, memastikan bahwa tujuan kita membaca adalah murni untuk mencari ridha Allah, bukan untuk tujuan duniawi semata. Dengan berdoa, kita memohon agar lisan kita dilancarkan, hati kita dibuka, dan pikiran kita dicerahkan untuk menerima cahaya petunjuk dari setiap ayat yang kita baca.
Bacaan Doa Sebelum Membaca Surah Yasin
Terdapat beberapa versi doa yang biasa diamalkan oleh masyarakat. Salah satu yang paling masyhur dan sering dibaca, terutama dalam majelis-majelis tahlil dan yasinan, adalah doa yang berisi tawasul atau pengiriman Al-Fatihah kepada para Nabi, sahabat, ulama, dan kaum Muslimin. Ini adalah bentuk penghormatan dan cara memohon keberkahan melalui wasilah orang-orang saleh terdahulu.
Berikut adalah bacaan lengkap doa tersebut, disajikan dalam tulisan Arab, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, serta terjemahan dalam Bahasa Indonesia untuk pemahaman makna.
Tawasul Pembuka
Doa ini diawali dengan menghadiahkan bacaan Surah Al-Fatihah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya.
Ilaa hadhratin nabiyyil mushthafaa muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallam, wa 'alaa aalihii wa ash-haabihii wa azwaajihii wa dzurriyyaatihii, syai-un lillaahi lahumul faatihah.
Artinya: "Teruntuk hadirat Nabi terpilih, Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, istri-istri, dan keturunannya. Sesuatu karena Allah, untuk mereka, Al-Fatihah."
Setelah membaca bagian ini, kemudian dilanjutkan dengan membaca Surah Al-Fatihah satu kali.
Selanjutnya, doa dilanjutkan dengan menghadiahkan Al-Fatihah kepada para nabi, rasul, malaikat, dan orang-orang saleh lainnya.
Tsumma ilaa hadhrati ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wal auliyaa-i wasy syuhadaa-i wash shaalihiin, wash shahaabati wat taabi'iin, wal 'ulamaa-il 'aamiliin, wal mushannifiinal mukhlishiin, wa jamii'il malaa-ikatil muqarrabiin, khushuushan sayyidinaa asy-syaikh 'abdil qaadir al-jailaanii radhiyallaahu 'anhu, al-faatihah.
Artinya: "Kemudian, teruntuk hadirat saudara-saudaranya dari para nabi dan rasul, para wali, para syuhada, orang-orang saleh, para sahabat dan tabi'in, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas, dan seluruh malaikat yang didekatkan (kepada Allah), khususnya kepada tuan kita, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, semoga Allah meridhai beliau. Al-Fatihah."
Setelahnya, kembali membaca Surah Al-Fatihah.
Bagian terakhir dari tawasul ini ditujukan kepada seluruh kaum Muslimin, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.
Tsumma ilaa jamii'i ahlil qubuur minal muslimiina wal muslimaat, wal mu'miniina wal mu'minaat, min masyaariqil ardhi ilaa maghaaribihaa barrihaa wa bahrihaa, khushuushan aabaa-anaa wa ummahaatinaa wa ajdaadanaa wa jaddaatinaa wa masyaayikhanaa wa masyaayikha masyaayikhinaa wa limanijtama'naa haahunaa bisababihii, al-faatihah.
Artinya: "Kemudian, kepada seluruh ahli kubur dari kaum Muslimin laki-laki dan perempuan, kaum Mukminin laki-laki dan perempuan, dari timur bumi hingga ke baratnya, baik di darat maupun di laut. Khususnya kepada bapak-bapak dan ibu-ibu kami, kakek-kakek dan nenek-nenek kami, guru-guru kami dan guru dari guru-guru kami, serta kepada siapa pun yang karenanya kami berkumpul di sini. Al-Fatihah."
Setelah itu, dibacalah Surah Al-Fatihah untuk yang terakhir kalinya sebelum memulai membaca Surah Yasin.
Membedah Makna di Balik Doa Sebelum Yasin
Doa tawasul sebelum membaca Surah Yasin ini sarat dengan makna dan adab yang mendalam. Ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah pernyataan spiritual yang komprehensif.
1. Konsep Tawasul sebagai Bentuk Adab
Tawasul secara bahasa berarti mencari perantara atau wasilah. Dalam konteks doa ini, kita "berperantara" dengan menyebut nama-nama mulia Rasulullah SAW dan orang-orang saleh, bukan untuk menyembah mereka, melainkan sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas kedudukan mulia mereka di sisi Allah. Kita berharap, dengan menyebut nama-nama yang dicintai Allah, doa kita menjadi lebih diperhatikan dan keberkahan mereka terlimpah kepada kita. Ini adalah adab seorang murid kepada gurunya, seorang umat kepada nabinya, dan generasi sekarang kepada generasi terdahulu yang telah berjasa dalam menyebarkan Islam.
2. Menjalin Rantai Spiritual
Rangkaian nama yang disebut dalam doa ini, mulai dari Nabi Muhammad SAW, para nabi lainnya, sahabat, tabi'in, ulama, hingga Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, membentuk sebuah silsilah atau rantai spiritual emas. Dengan menyebut mereka, kita seolah-olah sedang menyambungkan diri kita ke dalam rantai keberkahan ini. Kita mengakui bahwa ilmu dan iman yang kita miliki saat ini adalah warisan dari perjuangan mereka. Ini menumbuhkan rasa syukur dan kerendahan hati, menyadari bahwa kita berdiri di atas pundak para raksasa spiritual.
3. Universalitas Doa untuk Umat Islam
Bagian akhir doa yang ditujukan kepada seluruh kaum Muslimin di seluruh penjuru bumi, baik yang hidup maupun yang telah wafat, menunjukkan universalitas ajaran Islam. Doa ini melampaui batas-batas pribadi. Sebelum kita memulai bacaan untuk kepentingan diri sendiri, kita terlebih dahulu mendoakan seluruh umat. Ini mengajarkan empati, kepedulian, dan rasa persaudaraan (ukhuwah Islamiyah). Kita mengingat orang tua, kakek-nenek, dan guru-guru kita, sebagai bentuk bakti (birrul walidain) dan terima kasih atas jasa-jasa mereka.
4. Pentingnya Keikhlasan Niat
Frasa "syai-un lillaah" (sesuatu karena Allah) dan "al-mushannifiinal mukhlishiin" (para pengarang yang ikhlas) menjadi pengingat utama tentang niat. Sebelum memulai, kita menegaskan kembali bahwa amalan ini kita lakukan semata-mata karena Allah. Keikhlasan adalah ruh dari setiap ibadah. Tanpa keikhlasan, amalan sebesar apa pun bisa menjadi sia-sia. Doa ini membantu kita untuk "mereset" niat kita, membersihkannya dari riya' (pamer), sum'ah (ingin didengar), atau tujuan-tujuan duniawi lainnya.
Adab Membaca Al-Qur'an dan Surah Yasin
Doa sebelum Yasin adalah bagian dari adab yang lebih besar dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an. Membaca Al-Qur'an bukanlah seperti membaca buku biasa. Ia adalah dialog antara hamba dengan Penciptanya. Oleh karena itu, ada etiket yang perlu dijaga untuk memaksimalkan manfaat spiritualnya.
Sebelum Membaca:
- Bersuci: Dianjurkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Menyentuh mushaf Al-Qur'an dalam keadaan suci adalah sebuah keharusan menurut jumhur ulama. Ini adalah bentuk penghormatan fisik terhadap kesucian firman Allah.
- Niat yang Ikhlas: Seperti yang ditekankan dalam doa pembuka, luruskan niat semata-mata untuk beribadah dan mencari ridha Allah SWT.
- Memilih Tempat yang Bersih dan Tenang: Carilah tempat yang layak dan kondusif untuk membaca, jauh dari kebisingan dan hal-hal yang dapat mengganggu kekhusyukan, seperti televisi atau percakapan.
- Menghadap Kiblat: Meskipun bukan syarat, menghadap kiblat adalah sunnah yang dapat menambah kekhusyukan dan kesempurnaan ibadah.
- Membaca Ta'awudz dan Basmalah: Membaca "A'uudzu billaahi minasy-syaithaanir-rajiim" untuk memohon perlindungan dari godaan setan, diikuti dengan "Bismillaahir-rahmaanir-rahiim" untuk memulai dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Saat Membaca:
- Tartil (Membaca dengan Perlahan dan Jelas): Bacalah Al-Qur'an dengan tartil, yaitu perlahan-lahan, sesuai dengan kaidah tajwid, dan memberikan hak setiap huruf. Allah berfirman dalam Surah Al-Muzzammil ayat 4, "...dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan."
- Tadabbur (Merenungkan Makna): Jangan hanya fokus pada kelancaran bacaan. Usahakan untuk memahami dan merenungkan arti dari ayat-ayat yang dibaca. Jika menemukan ayat tentang surga, berdoalah untuk memasukinya. Jika menemukan ayat tentang neraka, mohonlah perlindungan darinya.
- Memperindah Suara: Dianjurkan untuk membaca Al-Qur'an dengan suara yang bagus dan merdu, tanpa berlebihan. Suara yang indah dapat membantu menumbuhkan kekhusyukan, baik bagi pembaca maupun pendengar.
- Menjaga Sikap Hormat: Hindari tertawa, berbicara hal yang tidak perlu, atau melakukan aktivitas lain yang tidak sopan saat membaca Al-Qur'an.
Setelah Membaca:
- Membaca Doa Khatam Qur'an (jika selesai membaca): Terdapat doa-doa khusus yang dianjurkan untuk dibaca setelah selesai mengkhatamkan Al-Qur'an atau setelah sesi membaca.
- Mengamalkan Isinya: Tujuan tertinggi dari membaca Al-Qur'an adalah untuk dijadikan pedoman hidup. Berusahalah untuk mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengenal Surah Yasin: Jantung Al-Qur'an
Mengapa Surah Yasin mendapatkan tempat yang begitu istimewa di hati kaum Muslimin? Surah ke-36 dalam Al-Qur'an ini terdiri dari 83 ayat dan termasuk dalam golongan surah Makkiyah (diturunkan di Mekkah). Ia dijuluki sebagai "Qalbul Qur'an" atau jantung Al-Qur'an. Sebagaimana jantung adalah organ vital yang memompa kehidupan ke seluruh tubuh, Surah Yasin mengandung pokok-pokok ajaran Islam yang paling fundamental, yang jika diresapi akan menghidupkan iman di seluruh jiwa raga seorang Muslim.
"Sesungguhnya segala sesuatu memiliki hati, dan hati Al-Qur'an adalah Surah Yasin. Siapa yang membacanya, maka Allah akan mencatat baginya pahala membaca Al-Qur'an sepuluh kali." (HR. Tirmidzi). Meskipun hadis ini diperdebatkan status kekuatannya oleh para ulama hadis, ia sangat populer dan mencerminkan betapa besarnya keutamaan surah ini di mata umat.
Surah Yasin secara garis besar merangkum tiga pilar utama akidah Islam: Tauhid (Keesaan Allah), Risalah (Kerasulan), dan Akhirat (Kehidupan setelah mati). Rangkuman yang padat dan kuat inilah yang membuatnya terasa begitu bertenaga dan berpengaruh ketika dibaca dan direnungkan.
Keutamaan dan Fadhilah Membaca Surah Yasin
Banyak riwayat, baik dari hadis maupun atsar (perkataan sahabat), yang menyoroti berbagai keutamaan dan manfaat dari membaca Surah Yasin. Keutamaan-keutamaan ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk senantiasa mendawamkan (merutinkan) pembacaannya.
1. Mendapat Ampunan Dosa
Salah satu fadhilah yang paling sering disebutkan adalah pengampunan dosa. Membaca Surah Yasin dengan niat tulus mengharap ampunan Allah diyakini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil yang telah lalu.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa membaca Surah Yasin pada suatu malam dengan mengharap wajah (ridha) Allah, maka diampuni dosa-dosanya pada malam itu." (HR. Ad-Darimi). Ini menunjukkan betapa besar rahmat Allah yang dilimpahkan melalui surah ini, terutama jika dibaca pada malam hari dengan penuh keikhlasan.
2. Dimudahkan Segala Urusan
Banyak ulama dan orang-orang saleh yang menjadikan Surah Yasin sebagai wasilah (perantara) doa ketika menghadapi kesulitan. Mereka meyakini bahwa keberkahan surah ini dapat menjadi sebab dimudahkannya urusan dunia dan akhirat. Keyakinan ini didasarkan pada riwayat: "Barangsiapa membaca Surah Yasin di pagi hari, maka ia akan diberi kemudahan pada hari itu hingga sore. Dan barangsiapa membacanya di malam hari, maka ia akan diberi kemudahan pada malam itu hingga pagi." (HR. Ad-Darimi). Urusan tersebut bisa berupa kesulitan dalam pekerjaan, masalah keluarga, atau rintangan hidup lainnya.
3. Diringankan Sakaratul Maut
Surah Yasin sangat dianjurkan untuk dibacakan di sisi orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Diyakini bahwa bacaan Yasin dapat memberikan ketenangan kepada orang yang akan meninggal dan meringankan proses keluarnya ruh dari jasad.
Ma'qil bin Yasar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Bacakanlah Surah Yasin untuk orang-orang yang akan meninggal di antara kalian." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah). Para ulama menjelaskan bahwa hikmahnya adalah karena surah ini mengandung pembahasan tentang hari kebangkitan, surga, dan neraka, yang dapat menguatkan iman seseorang di saat-saat terakhir hidupnya.
4. Pahala Melimpah
Seperti yang telah disebutkan dalam hadis riwayat Tirmidzi, membaca Surah Yasin dinilai setara dengan membaca Al-Qur'an sepuluh kali. Meskipun kualitas sanad hadis ini diperbincangkan, ia tetap menjadi cerminan betapa besarnya pahala yang terkandung di dalamnya. Ini adalah motivasi besar bagi setiap Muslim untuk tidak melewatkan kesempatan meraih pahala yang berlipat ganda dengan amalan yang relatif singkat.
5. Memberikan Ketenangan Hati
Alunan ayat-ayat Surah Yasin memiliki efek menenangkan jiwa. Kandungannya yang berbicara tentang kekuasaan Allah, keindahan ciptaan-Nya, dan janji-janji kebahagiaan di akhirat dapat meredakan kegelisahan dan memberikan ketentraman batin bagi pembacanya. Ini sejalan dengan firman Allah, "...Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28). Dan membaca Surah Yasin adalah salah satu bentuk zikrullah yang paling agung.
Kandungan dan Pokok Ajaran dalam Surah Yasin
Untuk benar-benar memahami mengapa Surah Yasin begitu istimewa, kita perlu menyelami kandungan maknanya. Surah ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian tematik yang saling terkait, membentuk sebuah narasi yang utuh tentang pondasi keimanan.
Bagian 1: Penegasan Kerasulan Nabi Muhammad SAW (Ayat 1-12)
Surah ini dibuka dengan huruf muqatha'ah "Yaa Siin" dan sumpah Allah "Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah," yang langsung menegaskan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW. Allah menyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah salah satu dari para rasul yang diutus di atas jalan yang lurus. Bagian ini bertujuan untuk membantah keraguan kaum kafir Quraisy terhadap kenabian beliau. Di akhir bagian ini, ditekankan pula bahwa tugas seorang rasul hanyalah menyampaikan peringatan, dan peringatan itu hanya akan bermanfaat bagi mereka yang mau mengikuti ajaran dan takut kepada Allah Yang Maha Ghaib.
Bagian 2: Kisah Penduduk Suatu Negeri (Ashabul Qaryah) (Ayat 13-32)
Allah kemudian menyajikan sebuah perumpamaan melalui kisah penduduk sebuah negeri yang mendustakan tiga rasul yang diutus kepada mereka. Ketika para rasul itu didustakan, datanglah seorang pria dari ujung kota (yang diidentifikasi oleh para mufasir sebagai Habib An-Najjar) yang berlari-lari untuk menasihati kaumnya agar mengikuti para rasul tersebut. Namun, kaumnya justru membunuhnya. Setelah kematiannya, ia langsung dimasukkan ke dalam surga oleh Allah. Dari dalam surga, ia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberiku ampunan dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan." Kisah ini memberikan beberapa pelajaran penting:
- Kegigihan dalam berdakwah meskipun ditolak.
- Pentingnya membela kebenaran.
- Balasan instan bagi para syuhada dan orang beriman.
- Penyesalan yang tiada guna bagi kaum yang mendustakan.
Bagian 3: Tanda-tanda Kekuasaan Allah di Alam Semesta (Ayat 33-44)
Setelah memberikan contoh sejarah, Surah Yasin mengajak pembaca untuk merenungkan (tadabbur alam) tanda-tanda kebesaran Allah yang terhampar di alam semesta. Ini adalah argumen rasional untuk membuktikan Tauhid dan kekuasaan-Nya dalam membangkitkan yang mati.
- Bumi yang Mati: Allah menghidupkan bumi yang kering dan tandus, lalu menumbuhkan berbagai tanaman darinya sebagai rezeki bagi manusia. Ini adalah analogi yang sangat kuat untuk hari kebangkitan. Jika Allah mampu menghidupkan bumi yang mati, tentu Ia juga mampu menghidupkan manusia yang telah mati.
- Pergantian Siang dan Malam: Allah mengatur peredaran matahari dan bulan dengan presisi yang luar biasa. Matahari berjalan di tempat peredarannya (garis edar), dan bulan memiliki manzilah-manzilah (fase-fase) yang tetap. Keteraturan ini mustahil terjadi secara kebetulan dan menunjukkan adanya Sang Maha Pengatur.
- Bahtera di Lautan: Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk membuat kapal (bahtera) yang dapat berlayar di lautan, membawa mereka dan muatan mereka. Ini adalah bukti rahmat dan kekuasaan Allah atas lautan yang luas.
Bagian 4: Peringatan Hari Kiamat dan Hari Kebangkitan (Ayat 45-68)
Bagian ini secara langsung membahas tema sentral ketiga, yaitu Akhirat. Surah Yasin menggambarkan bagaimana kaum kafir selalu berpaling ketika diperingatkan tentang siksa di hadapan mereka (dunia) dan di belakang mereka (akhirat). Mereka juga mengejek kapan hari kiamat akan terjadi. Allah menjawab bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba dengan satu tiupan sangkakala yang membinasakan semua yang ada. Kemudian, tiupan kedua akan membangkitkan seluruh manusia dari kubur mereka untuk dihadapkan kepada Allah. Surah ini dengan jelas melukiskan dialog pada hari kebangkitan, di mana orang-orang kafir akan berkata, "Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Lalu dijawab, "Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul(-Nya)." Selanjutnya, digambarkan pemisahan antara penghuni surga dan neraka. Para penghuni surga sibuk dalam kesenangan, sementara para pendosa akan "dipisahkan" dan dihadapkan pada neraka Jahannam. Pada hari itu, mulut mereka akan dikunci, dan yang akan berbicara adalah tangan mereka, sementara kaki mereka menjadi saksi atas apa yang telah mereka perbuat. Ini adalah gambaran pengadilan yang sangat adil dan tidak dapat dibantah.
Bagian 5: Bantahan Terhadap Keraguan dan Penegasan Kekuasaan Allah (Ayat 69-83)
Bagian penutup surah ini kembali menegaskan beberapa poin penting dan membantah argumen-argumen terakhir dari kaum musyrikin.
- Al-Qur'an Bukanlah Syair: Allah menegaskan bahwa apa yang diajarkan kepada Nabi Muhammad bukanlah syair. Al-Qur'an adalah pelajaran dan kitab yang jelas, jauh lebih mulia dari sekadar syair.
- Penciptaan sebagai Bukti: Allah mengingatkan manusia tentang penciptaan hewan ternak yang tunduk kepada mereka, sebagai bukti lain dari rahmat-Nya. Namun, manusia justru mengambil tuhan-tuhan selain Allah.
- Argumentasi Kebangkitan: Di sini, terdapat salah satu argumen paling kuat tentang hari kebangkitan. Orang kafir bertanya, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" Allah memerintahkan Nabi untuk menjawab, "Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk." Argumen ini sangat logis: Dzat yang mampu menciptakan dari ketiadaan tentu lebih mampu untuk mengembalikan ciptaan-Nya yang sudah ada.
- Api dari Pohon Hijau: Allah memberikan contoh lain, yaitu Dzat yang menjadikan api dari kayu yang hijau. Ini adalah bukti kekuasaan-Nya untuk mengeluarkan sesuatu dari kebalikannya, seperti mengeluarkan kehidupan dari kematian.
Kesimpulan: Sebuah Perjalanan Spiritual
Membaca doa sebelum Yasin bukanlah sekadar formalitas. Ia adalah langkah pertama dalam sebuah perjalanan spiritual yang mendalam. Doa tersebut adalah kunci pembuka yang menyucikan niat, menyambungkan hati kita dengan rantai keberkahan para pendahulu, dan memohon izin kepada Sang Pemilik Kalam untuk dapat memahami dan meresapi pesan-Nya.
Surah Yasin sendiri, dengan julukannya sebagai jantung Al-Qur'an, menyajikan inti sari ajaran Islam dengan gaya bahasa yang indah dan argumen yang kokoh. Ia menggetarkan jiwa dengan peringatan tentang kematian dan hari kebangkitan, menenangkan hati dengan janji-janji surga dan ampunan, serta mencerahkan akal dengan bukti-bukti kekuasaan Allah yang terhampar di alam semesta.
Dengan memahami makna doa pembukanya dan merenungkan kandungan surahnya, semoga setiap kali kita membaca Surah Yasin, kita tidak hanya mendapatkan pahala dari lantunan ayatnya, tetapi juga memperoleh cahaya petunjuk yang menerangi jalan hidup kita, menguatkan iman kita, dan mendekatkan diri kita kepada ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala. Amin ya Rabbal 'alamin.