Doa Perlindungan Dajjal: Benteng Iman di Akhir Zaman
Perisai Iman Melawan Fitnah Terbesar
Dalam eskatologi Islam, tidak ada ujian yang lebih besar, lebih menakutkan, dan lebih menyesatkan bagi umat manusia selain kemunculan Al-Masih Ad-Dajjal. Sosok ini digambarkan sebagai puncak dari segala fitnah (ujian dan kekacauan) yang akan melanda dunia menjelang hari kiamat. Rasulullah ﷺ, dalam berbagai hadisnya, telah memberikan peringatan yang sangat tegas mengenai dahsyatnya fitnah Dajjal. Beliau bersabda bahwa sejak penciptaan Nabi Adam hingga hari kiamat, tidak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnah Dajjal. Peringatan ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk mempersiapkan umatnya dengan benteng pertahanan paling kokoh: iman, ilmu, dan doa.
Fitnah Dajjal bukanlah sekadar ujian kekuatan fisik, melainkan badai yang akan menguji keyakinan paling fundamental dalam hati seorang mukmin. Ia akan datang dengan kemampuan luar biasa yang diberikan oleh Allah sebagai ujian, mampu memanipulasi alam, menunjukkan surga dan neraka palsu, serta mengklaim dirinya sebagai tuhan. Di tengah zaman yang penuh kebingungan, kelaparan, dan keputusasaan, tawarannya akan tampak begitu menggiurkan. Oleh karena itu, persiapan menghadapinya bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan bagi setiap Muslim yang meyakini hari akhir. Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang doa perlindungan dari Dajjal, amalan-amalan yang dianjurkan, serta pemahaman komprehensif mengenai sosok dan fitnahnya, agar kita dapat membangun perisai iman yang tak tertembus.
Mengenal Sosok Dajjal: Tanda dan Sifatnya
Untuk berlindung dari sesuatu, kita harus terlebih dahulu mengenalnya. Rasulullah ﷺ telah memberikan deskripsi yang sangat rinci mengenai Dajjal, baik dari segi fisik maupun sifat-sifatnya, agar umatnya tidak tertipu. Kata "Dajjal" sendiri berasal dari kata kerja "dajala" yang berarti menutupi atau mengelabui. Ia disebut Dajjal karena ia menutupi kebenaran dengan kebatilan, mengelabui manusia dengan keajaiban palsunya.
Ciri Fisik Dajjal
Hadis-hadis Nabi ﷺ memberikan gambaran yang jelas agar ia mudah dikenali oleh orang-orang beriman. Di antara ciri-ciri fisiknya yang paling menonjol adalah:
- Seorang Pemuda: Ia digambarkan sebagai seorang pemuda yang tegap, berkulit kemerahan, dan berambut keriting tebal.
- Buta Sebelah Matanya: Ciri ini adalah yang paling utama dan paling sering disebutkan. Mata kanannya buta dan menonjol seperti buah anggur yang mengapung. Dalam riwayat lain, disebutkan mata kirinya yang buta. Yang pasti, salah satu matanya cacat, dan ini adalah tanda kelemahan yang nyata. Allah, Tuhan Yang Maha Sempurna, tidaklah cacat.
- Tertulis "Kafir" di Dahinya: Di antara kedua matanya, terdapat tulisan ك ف ر (Kafara), yang berarti kafir. Tulisan ini dapat dibaca oleh setiap mukmin, baik yang bisa membaca (melek huruf) maupun yang tidak. Ini adalah tanda kasat mata dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menolak Dajjal.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun kecuali telah memperingatkan umatnya tentang si buta sebelah, sang pendusta. Ketahuilah bahwa Dajjal itu buta sebelah matanya, sedangkan Tuhan kalian tidaklah buta sebelah. Dan di antara kedua matanya tertulis ‘Kafir’." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ciri-ciri fisik ini adalah penegas bahwa Dajjal, meskipun memiliki kemampuan luar biasa, tetaplah seorang makhluk yang memiliki kekurangan. Seorang mukmin yang berpegang teguh pada tauhid akan segera menyadari bahwa Dzat yang memiliki cacat fisik tidak mungkin menjadi Tuhan Yang Maha Sempurna.
Dahsyatnya Fitnah Dajjal: Ujian Iman yang Tak Tertandingi
Mengapa fitnah Dajjal disebut sebagai fitnah terbesar sepanjang sejarah manusia? Jawabannya terletak pada kombinasi tiga faktor utama: kemampuan luar biasa yang dimilikinya, kondisi dunia saat ia muncul, dan kecepatan gerakannya dalam menyebarkan fitnah.
Kemampuan Luar Biasa (Istimraaj)
Allah memberikan Dajjal kemampuan-kemampuan yang menakjubkan sebagai ujian bagi keimanan manusia. Kemampuan ini disebut sebagai istimraaj, yaitu suatu kenikmatan atau kelebihan yang diberikan kepada orang kafir yang justru akan menjerumuskannya lebih dalam ke dalam kesesatan. Di antara kemampuannya adalah:
- Surga dan Neraka Palsu: Dajjal akan membawa sesuatu yang ia sebut sebagai surga dan neraka. Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa "surganya" sebenarnya adalah neraka, dan "nerakanya" adalah surga. Siapa pun yang diuji dengannya dan memilih untuk masuk ke dalam "neraka" Dajjal, sesungguhnya ia telah memilih surga Allah. Ini adalah ujian keimanan yang sangat berat, membutuhkan keyakinan yang melampaui apa yang dilihat oleh mata.
- Mengendalikan Alam: Ia akan memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, dan langit pun akan patuh. Ia akan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, dan bumi pun akan menumbuhkannya. Kaum yang mengikutinya akan hidup dalam kelimpahan, sementara kaum yang menolaknya akan menderita kekeringan dan kelaparan hebat. Ini adalah ujian langsung terhadap tawakal seseorang kepada Allah sebagai satu-satunya Pemberi rezeki.
- Menguasai Kekayaan Bumi: Dajjal akan berjalan di muka bumi dan perbendaharaan bumi (harta karun) akan mengikutinya seperti sekelompok lebah mengikuti ratunya. Di tengah kemiskinan dan krisis ekonomi yang melanda, godaan harta ini akan sangat sulit untuk ditolak.
- Menghidupkan Orang Mati (Secara Ilusi): Salah satu fitnah terbesarnya adalah kemampuannya untuk "menghidupkan" orang yang telah mati. Ia akan membunuh seorang pemuda beriman lalu membelahnya menjadi dua. Kemudian, ia akan berjalan di antara dua potongan tubuh itu dan berkata, "Bangunlah!" Pemuda itu pun akan hidup kembali dengan wajah berseri-seri. Namun, pemuda beriman itu justru akan semakin yakin bahwa ia adalah Dajjal dan berkata, "Hari ini aku semakin yakin bahwa engkau adalah Dajjal yang telah diperingatkan oleh Rasulullah ﷺ." Dajjal akan mencoba membunuhnya lagi, tetapi tidak akan mampu. Pemuda ini adalah manusia dengan derajat kesyahidan tertinggi di sisi Allah.
Semua kemampuan ini dirancang untuk mengguncang keyakinan manusia. Orang yang imannya lemah akan dengan mudah terpesona dan menganggapnya sebagai tuhan. Hanya mereka yang memiliki ilmu dan iman yang kokoh yang akan mengenali tipu dayanya.
Doa Perlindungan dari Dajjal yang Diajarkan Rasulullah ﷺ
Melihat betapa dahsyatnya fitnah tersebut, Rasulullah ﷺ tidak meninggalkan umatnya tanpa senjata. Senjata paling ampuh bagi seorang mukmin adalah doa. Beliau telah mengajarkan sebuah doa perlindungan dari Dajjal yang sangat agung, yang disunnahkan untuk dibaca pada setiap akhir shalat, yaitu saat tasyahud akhir sebelum salam. Doa ini mencakup perlindungan dari empat perkara besar.
Doa ini adalah bukti kasih sayang Nabi ﷺ kepada umatnya. Beliau memerintahkan kita untuk memohon perlindungan dari empat hal yang mengerikan: azab Jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian, dan yang terakhir secara spesifik, kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Penempatan Dajjal di akhir doa ini, sejajar dengan azab neraka dan kubur, menunjukkan betapa besar bahayanya.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Allahumma inni a'udzu bika min 'adzabi jahannam, wa min 'adzabil qabr, wa min fitnatil mahya wal mamat, wa min syarri fitnatil masihid dajjāl.
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."
Makna Mendalam di Balik Setiap Permohonan
1. Perlindungan dari Azab Jahannam
Ini adalah permohonan pertama dan utama. Jahannam adalah puncak dari segala penderitaan dan hukuman di akhirat. Dengan memohon perlindungan darinya, seorang hamba mengakui kelemahannya dan hanya berharap pada rahmat Allah untuk diselamatkan. Perlindungan dari Jahannam adalah tujuan akhir setiap mukmin, dan doa ini mengingatkan kita akan tujuan tersebut dalam setiap shalat.
2. Perlindungan dari Azab Kubur
Alam kubur adalah gerbang pertama menuju akhirat. Kenikmatan atau siksaan di dalamnya adalah gambaran awal dari apa yang akan diterima di akhirat kelak. Fitnah kubur, yaitu pertanyaan dari Malaikat Munkar dan Nakir, adalah ujian pertama setelah kematian. Memohon perlindungan dari azabnya menunjukkan kesadaran kita bahwa pertanggungjawaban dimulai segera setelah ruh meninggalkan jasad.
3. Perlindungan dari Fitnah Kehidupan dan Kematian
Ini adalah permohonan yang sangat komprehensif. "Fitnah kehidupan" mencakup segala bentuk ujian, cobaan, syahwat, syubhat, dan godaan yang kita hadapi selama hidup di dunia. Ujian harta, tahta, wanita, kemiskinan, penyakit, dan segala hal yang dapat menggoyahkan iman. Sementara "fitnah kematian" merujuk pada ujian di saat sakaratul maut, di mana setan datang dengan godaan terakhirnya untuk membuat seseorang mati dalam keadaan su'ul khatimah (akhir yang buruk). Juga mencakup fitnah setelah kematian, yaitu azab kubur.
4. Perlindungan dari Kejahatan Fitnah Al-Masih Ad-Dajjal
Inilah puncak dari doa ini yang menjadi fokus kita. Mengapa Dajjal disebutkan secara khusus setelah memohon perlindungan dari fitnah kehidupan secara umum? Para ulama menjelaskan bahwa ini karena fitnah Dajjal adalah fitnah dunia yang paling dahsyat dan tak ada bandingannya. Ia adalah ujian akidah yang paling berat. Orang bisa saja selamat dari fitnah harta atau tahta, tetapi belum tentu selamat dari fitnah Dajjal yang datang dengan kekuatan supernatural dan klaim ketuhanan. Dengan menyebutkannya secara spesifik, kita menunjukkan keseriusan kita dalam memohon perlindungan dari ujian terbesar ini dan mengakui bahwa hanya kekuatan Allah yang bisa menyelamatkan kita darinya.
Membaca doa ini secara rutin dalam setiap shalat adalah benteng spiritual yang kita bangun hari demi hari. Ia bukan sekadar hafalan lisan, tetapi pengakuan hati akan kelemahan diri dan kebergantungan mutlak kepada Allah SWT untuk selamat di dunia dan akhirat.
Surah Al-Kahfi: Perisai Cahaya di Hari Jumat
Selain doa khusus tersebut, Rasulullah ﷺ juga memberikan amalan lain yang sangat kuat sebagai perisai dari fitnah Dajjal, yaitu membaca Surah Al-Kahfi. Terdapat beberapa hadis yang menjelaskan keutamaan surah ini dalam kaitannya dengan Dajjal.
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda, "Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari Surah Al-Kahfi, maka ia akan dilindungi dari (fitnah) Dajjal." (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dari An-Nawwas bin Sam'an, disebutkan, "Maka barangsiapa di antara kalian yang menemuinya (Dajjal), hendaklah ia membacakan ayat-ayat pembuka Surah Al-Kahfi kepadanya."
Ada juga riwayat yang menyebutkan sepuluh ayat terakhir. Para ulama menyimpulkan bahwa keutamaan ini bisa didapat dengan membaca sepuluh ayat pertama, sepuluh ayat terakhir, atau bahkan lebih baik lagi jika menghafal keduanya dan membaca keseluruhan surah secara rutin, terutama pada hari Jumat.
Mengapa Surah Al-Kahfi?
Surah Al-Kahfi mengandung empat kisah utama yang sarat dengan pelajaran tentang berbagai macam fitnah dan cara menghadapinya dengan iman:
- Kisah Ashabul Kahfi (Para Pemuda Gua): Ini adalah kisah tentang fitnah akidah atau keyakinan. Para pemuda ini lari dari penguasa zalim untuk mempertahankan iman mereka. Mereka dilindungi oleh Allah di dalam gua. Ini mengajarkan pentingnya menjaga iman meskipun harus mengasingkan diri dari keburukan.
- Kisah Pemilik Dua Kebun: Ini adalah kisah tentang fitnah harta dan kesombongan. Seseorang yang dilimpahi kekayaan menjadi angkuh dan melupakan Allah, hingga akhirnya Allah hancurkan kebunnya. Ini mengajarkan bahwa harta adalah ujian dan kita harus senantiasa bersyukur serta tidak melupakan Sang Pemberi Nikmat.
- Kisah Nabi Musa dan Khidir: Ini adalah kisah tentang fitnah ilmu. Nabi Musa, seorang nabi ulul 'azmi, merasa bahwa dirinyalah yang paling berilmu, lalu Allah pertemukan ia dengan Khidir untuk belajar tentang ilmu dan kesabaran. Ini mengajarkan kerendahan hati dalam berilmu dan bahwa di atas setiap orang berilmu, ada yang lebih berilmu.
- Kisah Dzulqarnain: Ini adalah kisah tentang fitnah kekuasaan. Dzulqarnain diberi kekuasaan yang luar biasa atas bumi, namun ia menggunakannya dengan adil dan untuk menyebarkan kebaikan, puncaknya adalah dengan membangun tembok untuk melindungi manusia dari Ya'juj dan Ma'juj. Ini mengajarkan bahwa kekuasaan adalah amanah yang harus digunakan di jalan Allah.
Keempat fitnah ini—akidah, harta, ilmu, dan kekuasaan—adalah inti dari segala fitnah yang akan dibawa oleh Dajjal. Dengan merenungi kisah-kisah dalam Surah Al-Kahfi, seorang mukmin akan terlatih secara spiritual untuk mengenali dan melawan berbagai bentuk ujian tersebut. Surah ini menjadi semacam "vaksin" rohani yang membangun imunitas iman terhadap virus fitnah Dajjal.
Sepuluh Ayat Pertama Surah Al-Kahfi
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا ۜ ﴿١﴾ قَيِّمًا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا ﴿٢﴾ مَّاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا ﴿٣﴾ وَيُنذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا ﴿٤﴾ مَّا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ ۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا ﴿٥﴾ فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِن لَّمْ يُؤْمِنُوا بِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا ﴿٦﴾ إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ﴿٧﴾ وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا ﴿٨﴾ أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا ﴿٩﴾ إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا ﴿١٠﴾
[1] Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; [2] sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, [3] mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. [4] Dan untuk memperingatkan orang-orang yang berkata: "Allah mengambil seorang anak". [5] Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. [6] Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). [7] Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. [8] Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. [9] Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? [10] (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)".
Amalan Lain Sebagai Benteng Pertahanan
Selain doa dalam shalat dan membaca Surah Al-Kahfi, ada beberapa amalan dan sikap mental yang harus dipersiapkan oleh seorang mukmin untuk menghadapi fitnah Dajjal, atau fitnah-fitnah lain yang serupa di akhir zaman.
1. Memperkokoh Tauhid dan Akidah
Inilah fondasi dari segalanya. Seseorang yang memahami tauhid dengan benar, mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya (Asmaul Husna wa Sifat), tidak akan pernah tertipu oleh Dajjal. Seorang mukmin tahu bahwa Allah tidak dapat dilihat di dunia ini. Ia tahu bahwa Allah tidak makan, tidak minum, dan tidak memiliki kekurangan fisik seperti buta sebelah mata. Pemahaman yang kokoh tentang siapa Allah adalah perisai utama. Dajjal akan mengklaim dirinya tuhan, tetapi ciri-cirinya sebagai makhluk sangat jelas bagi orang yang berilmu.
2. Menjauhi Tempat Kemunculan Dajjal
Rasulullah ﷺ memberikan nasihat yang sangat praktis: jika kamu mendengar Dajjal telah keluar di suatu tempat, maka janganlah mendatanginya.
Nabi ﷺ bersabda, "Barangsiapa mendengar tentang Dajjal, hendaklah ia menjauh darinya. Demi Allah, sesungguhnya ada seseorang yang mendatanginya dan ia mengira bahwa ia adalah seorang mukmin, lalu ia justru mengikutinya karena syubhat (kerancuan) yang ia bangkitkan." (HR. Abu Dawud)
Hadis ini mengajarkan kita untuk tidak sombong dengan keimanan kita. Jangan merasa penasaran atau ingin "menguji" Dajjal. Fitnahnya begitu kuat sehingga bahkan orang yang awalnya yakin beriman pun bisa tergelincir karena tipu daya dan kerancuan yang ia tebarkan. Sikap terbaik adalah menghindar dan menjauh sejauh mungkin.
3. Berlindung di Dua Tanah Haram: Makkah dan Madinah
Dalam hadis disebutkan bahwa Dajjal akan menjelajahi seluruh muka bumi, kecuali Makkah dan Madinah. Setiap kali ia mencoba memasuki salah satu dari dua kota suci ini, ia akan dihalangi oleh para malaikat yang berjaga di setiap gerbangnya dengan pedang terhunus. Bagi mereka yang memiliki kesempatan, tinggal di Makkah atau Madinah pada saat kemunculannya adalah sebuah bentuk perlindungan fisik yang nyata dari Allah SWT.
Kisah Tamim Ad-Dari: Bukti Nyata Eksistensi Dajjal
Salah satu hadis terpanjang dan paling detail tentang Dajjal adalah hadis yang diriwayatkan oleh Fatimah binti Qais, yang dikenal sebagai "Hadis Al-Jassasah". Hadis ini menceritakan pengalaman seorang sahabat bernama Tamim Ad-Dari, yang sebelum masuk Islam adalah seorang Nasrani. Kisahnya memberikan bukti empiris akan keberadaan Dajjal yang sedang terbelenggu di sebuah pulau terpencil, menunggu waktu yang telah ditetapkan Allah untuk keluar.
Fatimah binti Qais menceritakan bahwa suatu hari, Rasulullah ﷺ mengumpulkan para sahabat di masjid dan berkata, "Demi Allah, aku tidak mengumpulkan kalian untuk suatu kabar gembira atau peringatan, tetapi karena Tamim Ad-Dari, yang tadinya seorang Nasrani, telah datang, berbaiat, dan masuk Islam. Ia menceritakan kepadaku sebuah kisah yang sesuai dengan apa yang pernah aku ceritakan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal."
Rasulullah ﷺ kemudian mempersilakan Tamim untuk bercerita. Tamim mengisahkan bahwa ia berlayar bersama tiga puluh orang dari kabilah Lakhm dan Judzam. Badai besar mengombang-ambingkan kapal mereka di lautan selama sebulan penuh, hingga akhirnya mereka terdampar di sebuah pulau saat matahari terbenam.
Di pulau itu, mereka bertemu dengan seekor makhluk yang sangat aneh, berbulu sangat lebat hingga tidak bisa dibedakan mana bagian depan dan belakangnya. Mereka bertanya, "Celaka engkau, siapakah engkau ini?" Makhluk itu menjawab, "Aku adalah Al-Jassasah." Mereka bertanya lagi, "Apa itu Al-Jassasah?" Ia tidak menjawab, tetapi berkata, "Wahai kaum, pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di dalam biara itu, karena ia sangat ingin mendengar berita dari kalian."
Karena penasaran dan sedikit takut, mereka segera menuju biara yang ditunjuk. Di sana, mereka menemukan pemandangan yang lebih mengejutkan: seorang manusia yang sangat besar, yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, dalam keadaan terbelenggu dengan sangat kuat. Tangannya diikat ke lehernya, dan dari lutut hingga mata kakinya dirantai dengan besi.
Manusia terbelenggu itu kemudian bertanya kepada mereka, "Dari manakah kalian?" Mereka menjawab bahwa mereka adalah orang-orang Arab yang terdampar. Dialog pun dimulai. Laki-laki itu mengajukan beberapa pertanyaan penting:
- "Kabarkan kepadaku tentang kebun kurma di Baisan (sebuah daerah di Syam)." Mereka menjawab, "Tentang apanya yang kau tanyakan?" Ia berkata, "Aku bertanya apakah pohon-pohon kurmanya masih berbuah?" Mereka menjawab, "Ya." Ia berkata, "Ketahuilah, tidak lama lagi ia tidak akan berbuah."
- "Kabarkan kepadaku tentang Danau Thabariyyah (Tiberias)." Mereka bertanya, "Tentang apanya?" Ia berkata, "Apakah masih ada air di dalamnya?" Mereka menjawab, "Ya, airnya masih banyak." Ia berkata, "Ketahuilah, airnya akan segera habis."
- "Kabarkan kepadaku tentang mata air Zughar." Mereka bertanya, "Tentang apanya?" Ia berkata, "Apakah mata air itu masih memancarkan air dan penduduknya masih bercocok tanam dengan airnya?" Mereka menjawab, "Ya, airnya melimpah dan penduduknya bercocok tanam dengannya."
- "Dan yang terakhir, kabarkan kepadaku tentang nabi bagi kaum yang ummi (buta huruf), apa yang telah ia lakukan?" Mereka menjawab, "Ia telah keluar dari Makkah dan menetap di Yatsrib (Madinah)." Ia bertanya, "Apakah orang-orang Arab memeranginya?" Mereka berkata, "Ya." Ia bertanya, "Lalu apa yang ia lakukan terhadap mereka?" Mereka memberitahunya bahwa ia telah menang atas orang-orang Arab di sekitarnya dan mereka telah tunduk padanya. Laki-laki itu berkata, "Benarkah itu telah terjadi?" Mereka menjawab, "Ya." Ia berkata, "Ketahuilah, adalah lebih baik bagi mereka untuk mengikutinya. Dan sekarang, aku akan memberitahu kalian siapa aku. Aku adalah Al-Masih (Ad-Dajjal). Dan aku akan segera diizinkan untuk keluar."
Setelah menceritakan kisah Tamim ini, Rasulullah ﷺ memukul mimbar dengan tongkatnya dan bersabda, "Inilah Thayyibah, inilah Thayyibah (maksudnya kota Madinah). Bukankah aku pernah menceritakan hal ini kepada kalian?" Para sahabat menjawab, "Benar." Beliau melanjutkan, "Sungguh, cerita Tamim telah membuatku kagum karena sesuai dengan apa yang pernah kuceritakan kepada kalian tentangnya dan tentang Makkah dan Madinah. Ketahuilah, ia (Dajjal) berada di Laut Syam atau Laut Yaman... Tidak, bahkan ia berada di arah timur, ia berada di arah timur, ia berada di arah timur," sambil menunjuk ke arah timur dengan tangannya.
Kisah ini menegaskan bahwa Dajjal adalah sosok nyata, seorang manusia yang saat ini sedang ditangguhkan oleh Allah hingga tiba waktunya. Pertanyaan-pertanyaannya tentang keringnya sumber-sumber air dan kurma, serta munculnya Nabi terakhir, adalah indikator-indikator yang menandai semakin dekatnya waktu kemunculannya.
Kesimpulan: Harapan di Tengah Ujian Terbesar
Mempelajari tentang Dajjal, fitnahnya, dan doa-doa perlindungan darinya adalah bagian integral dari akidah seorang Muslim. Ini bukan untuk menimbulkan keputusasaan, tetapi untuk menumbuhkan kewaspadaan dan mendorong persiapan. Ujian Dajjal memang dahsyat, namun rahmat Allah jauh lebih besar. Allah tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya yang beriman tersesat begitu saja. Dia telah memberikan semua petunjuk dan senjata yang kita butuhkan melalui lisan Nabi-Nya yang mulia, Muhammad ﷺ.
Benteng pertahanan kita adalah:
- Ilmu Akidah yang Kokoh: Mengenal Allah dengan benar agar tidak tertipu oleh makhluk yang mengaku tuhan.
- Doa yang Konsisten: Terutama doa perlindungan dari Dajjal setelah tasyahud akhir dalam setiap shalat.
- Amalan yang Terjaga: Membaca dan merenungi Surah Al-Kahfi, terutama di hari Jumat.
- Sikap Waspada: Menjauhi sumber-sumber fitnah dan tidak merasa sombong dengan keimanan diri.
Pada akhirnya, perlu diingat bahwa Dajjal, sekuat apa pun fitnahnya, tetaplah makhluk yang fana. Ia akan menemui ajalnya di tangan Nabi Isa 'alaihissalam yang akan diturunkan kembali oleh Allah ke bumi. Kemenangan akhir tetap berada di pihak kebenaran. Tugas kita hari ini adalah memastikan bahwa ketika ujian itu datang, atau ujian-ujian lain yang mendahuluinya, kita berada di barisan orang-orang yang teguh imannya, yang berlindung di balik perisai doa, dan yang hatinya diterangi oleh cahaya Al-Qur'an. Semoga Allah SWT melindungi kita semua dan keturunan kita dari segala bentuk fitnah, yang tampak maupun yang tersembunyi, dan khususnya dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Aamiin ya Rabbal 'alamin.