Menggapai Keberkahan: Rahasia Doa Mustajab di Hari Jumat
Di antara tujuh hari dalam sepekan, hari Jumat memegang posisi yang tak tertandingi dalam Islam. Ia dijuluki sebagai Sayyidul Ayyam, atau penghulu segala hari. Ini adalah hari yang dipenuhi dengan keberkahan, ampunan, dan rahmat Allah SWT. Lebih dari sekadar hari libur atau penanda akhir pekan, Jumat adalah sebuah perayaan spiritual mingguan bagi umat Muslim, sebuah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Salah satu anugerah terbesar yang Allah sediakan pada hari Jumat adalah adanya satu waktu singkat yang sangat istimewa. Sebuah jendela waktu di mana langit seakan terbuka lebih lebar, dan doa-doa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk diijabah. Waktu ini dikenal sebagai waktu mustajab. Rasulullah ﷺ sendiri yang mengabarkan berita gembira ini, menjadikan hari Jumat sebagai momen yang paling dinanti untuk bermunajat, mencurahkan isi hati, dan memohon segala hajat kepada Allah Yang Maha Pemurah.
Namun, di manakah letak waktu mustajab itu? Bagaimana cara kita meraihnya? Amalan apa saja yang dapat memaksimalkan peluang terkabulnya doa kita? Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan doa mustajab di hari Jumat. Mulai dari keutamaan hari Jumat itu sendiri, penelusuran berbagai pendapat ulama mengenai waktu mustajab, kumpulan doa-doa pilihan, hingga adab dan amalan pendukung agar permohonan kita lebih mudah menembus gerbang langit. Mari kita selami bersama samudra keberkahan di hari yang agung ini.
Keagungan dan Keistimewaan Hari Jumat
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang waktu mustajab, penting untuk memahami mengapa hari Jumat begitu dimuliakan. Keistimewaannya bukan tanpa sebab, melainkan karena hari ini menjadi saksi bagi berbagai peristiwa besar dalam sejarah penciptaan dan keagamaan. Memahami fondasi kemuliaan ini akan menambah kekhusyukan dan semangat kita dalam beribadah di hari Jumat.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
"Sebaik-baik hari di mana matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula ia dimasukkan ke dalam surga dan pada hari itu ia dikeluarkan darinya. Dan tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada hari Jumat." (HR. Muslim)
Dari hadits agung ini saja, kita bisa menarik beberapa poin keistimewaan utama hari Jumat:
1. Hari Penciptaan Nabi Adam 'Alaihissalam
Jumat adalah hari di mana bapak dari seluruh umat manusia, Nabi Adam 'Alaihissalam, diciptakan oleh Allah SWT. Ini adalah hari dimulainya eksistensi manusia di muka bumi. Penciptaan Adam adalah manifestasi dari kekuasaan dan kasih sayang Allah, yang membentuk manusia dalam bentuk terbaik dan meniupkan ruh-Nya. Mengingat peristiwa ini di hari Jumat menyadarkan kita akan asal-usul kita, tujuan kita diciptakan, dan betapa besar nikmat Allah atas keberadaan kita.
2. Hari Dimasukkannya Adam ke Surga
Pada hari Jumat pula, Nabi Adam 'Alaihissalam ditempatkan di dalam surga, sebuah tempat penuh kenikmatan yang tiada tara. Ini adalah pengingat bagi kita tentang kampung halaman sejati umat manusia. Setiap kali Jumat tiba, kita seolah diingatkan kembali akan janji Allah tentang surga bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Ini memotivasi kita untuk terus berbuat kebaikan, agar kelak dapat kembali ke surga yang pernah dihuni oleh nenek moyang kita.
3. Hari Dikeluarkannya Adam dari Surga
Meskipun terdengar seperti peristiwa yang menyedihkan, dikeluarkannya Adam dari surga juga terjadi pada hari Jumat. Peristiwa ini mengandung hikmah yang sangat dalam tentang ujian, kesalahan, taubat, dan pengampunan. Ini mengajarkan kita bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa, namun pintu taubat Allah selalu terbuka lebar. Kisah ini mendorong kita untuk senantiasa memohon ampunan (istighfar), terutama di hari Jumat, hari di mana ampunan Allah tercurah dengan begitu derasnya.
4. Hari Terjadinya Kiamat
Penetapan hari kiamat yang akan terjadi pada hari Jumat memberikan dimensi spiritual yang mendalam. Setiap Jumat menjadi pengingat akan akhir dari kehidupan dunia dan awal dari kehidupan akhirat yang abadi. Hal ini seharusnya membuat kita lebih mawas diri, memperbanyak bekal amal, dan tidak terlena dengan gemerlap dunia yang fana. Para malaikat, langit, bumi, dan gunung-gunung pun merasa khawatir setiap kali fajar Jumat menyingsing, karena takut kiamat akan terjadi pada hari itu. Ini menunjukkan betapa agungnya hari Jumat di mata seluruh makhluk Allah.
5. Hari Ibadah Mingguan (Shalat Jumat)
Allah SWT secara khusus memerintahkan kaum laki-laki untuk berkumpul melaksanakan Shalat Jumat, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Jumu'ah ayat 9. Ibadah ini bukan sekadar ritual, tetapi juga simbol persatuan umat, sarana untuk mendengarkan nasihat (khutbah), dan momen untuk menghentikan sejenak segala aktivitas duniawi demi mengingat Allah. Keberkahannya melimpah bagi mereka yang bersegera menuju masjid, mendengarkan khutbah dengan saksama, dan melaksanakan shalat dengan khusyuk.
Mencari Waktu Mustajab: Kapan Sebenarnya?
Inilah inti dari pencarian kita. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Pada hari Jumat terdapat suatu waktu, tidaklah seorang hamba muslim yang berdiri shalat memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Allah akan kabulkan permohonannya." Beliau mengisyaratkan dengan tangannya, menunjukkan betapa singkatnya waktu tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini adalah jaminan, sebuah janji pasti dari lisan manusia paling mulia. Namun, hikmah Allah membuat waktu yang sangat singkat ini dirahasiakan secara persis, agar kita terdorong untuk memperbanyak doa dan ibadah sepanjang hari Jumat, tidak hanya terpaku pada satu waktu saja. Meski begitu, para ulama telah berijtihad berdasarkan dalil-dalil lain untuk memperkirakan kapan waktu mustajab tersebut.
Ada dua pendapat yang paling kuat dan populer di kalangan para ulama:
Pendapat Pertama: Sejak Imam Duduk di Mimbar Hingga Selesainya Shalat Jumat
Pendapat ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy'ari, bahwa Abdullah bin Umar bertanya kepadanya, "Apakah engkau pernah mendengar ayahmu (Abu Musa Al-Asy'ari) meriwayatkan hadits dari Rasulullah ﷺ tentang waktu mustajab di hari Jumat?" Abu Burdah menjawab, "Iya, aku mendengarnya berkata, 'Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Waktu itu adalah antara duduknya imam (di atas mimbar) sampai shalat selesai dilaksanakan.'"
Pendapat ini dipegang oleh banyak ulama, termasuk Imam Muslim sendiri, Imam An-Nawawi, Imam Al-Qurthubi, dan lainnya. Waktu ini mencakup momen khutbah Jumat disampaikan dan pelaksanaan shalat Jumat itu sendiri. Ini adalah waktu yang sangat agung, di mana kaum muslimin berkumpul, malaikat hadir mencatat, dan rahmat Allah turun. Berdoa di dalam hati saat khutbah berlangsung, atau saat sujud dalam Shalat Jumat, adalah cara untuk meraih keutamaan pada waktu ini. Doa yang dipanjatkan saat sujud memiliki kedekatan khusus dengan Allah, sebagaimana sabda Nabi, "Keadaan terdekat seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah berdoa (saat itu)."
Pendapat Kedua (dan yang Dianggap Paling Kuat): Setelah Shalat Ashar Hingga Terbenamnya Matahari
Ini adalah pendapat yang dipegang oleh mayoritas ulama dan dianggap sebagai pendapat yang paling rajih (kuat). Dalilnya adalah hadits dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Hari Jumat itu terdiri dari dua belas waktu (jam). Di dalamnya terdapat satu waktu yang tidaklah seorang muslim memohon kepada Allah pada saat itu, melainkan Allah akan mengabulkannya. Maka carilah ia di akhir waktu setelah Ashar." (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Pendapat ini juga dikuatkan oleh riwayat-riwayat dari para sahabat. Diceritakan bahwa sahabat seperti Abdullah bin Salam, Abu Hurairah, dan lainnya meyakini bahwa waktu tersebut ada di penghujung hari Jumat. Mereka berargumentasi, bagaimana mungkin seorang hamba "berdiri shalat" setelah Ashar, padahal tidak ada shalat sunnah setelah Ashar? Abdullah bin Salam menjelaskan bahwa yang dimaksud "shalat" dalam hadits tersebut adalah "menunggu waktu shalat", di mana seorang yang duduk di masjid untuk berdzikir dan berdoa menanti waktu Maghrib, ia terhitung seperti sedang dalam keadaan shalat.
Oleh karena itu, banyak ulama salaf yang memiliki kebiasaan khusus. Setelah selesai menunaikan Shalat Ashar pada hari Jumat, mereka tidak langsung pulang. Mereka akan menyendiri di sudut masjid, fokus berdzikir, membaca Al-Qur'an, dan memanjatkan doa-doa mereka dengan penuh kekhusyukan hingga adzan Maghrib berkumandang. Mereka benar-benar mendedikasikan waktu sore di hari Jumat untuk bermunajat kepada Allah.
Bagaimana Menyikapinya?
Melihat kedua pendapat yang sama-sama kuat ini, sikap terbaik adalah dengan menggabungkannya. Artinya, kita berusaha untuk memaksimalkan doa di kedua waktu tersebut. Saat khutbah Jumat, kita berdoa dalam hati. Saat sujud dalam shalat, kita panjatkan permohonan kita. Kemudian, setelah Shalat Ashar, kita luangkan waktu, meskipun hanya 15-30 menit sebelum Maghrib, untuk kembali fokus berdoa. Dengan cara ini, insyaAllah kita tidak akan melewatkan waktu mustajab yang penuh berkah itu.
Amalan-Amalan Pendukung Terkabulnya Doa di Hari Jumat
Doa adalah inti dari ibadah, namun ia akan menjadi lebih kuat dan lebih berpeluang untuk dikabulkan jika diiringi dengan amalan-amalan saleh lainnya. Hari Jumat adalah ladang amal yang subur. Berikut adalah beberapa amalan utama yang sangat dianjurkan untuk dilakukan di hari Jumat, yang dapat menjadi "pelumas" bagi doa-doa kita.
1. Membaca Surah Al-Kahfi
Salah satu amalan yang paling identik dengan hari Jumat adalah membaca Surah Al-Kahfi. Keutamaannya sangat besar. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka ia akan disinari cahaya di antara dua Jumat." (HR. An-Nasa'i dan Baihaqi, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Cahaya ini diartikan oleh para ulama sebagai cahaya petunjuk, cahaya yang melindungi dari fitnah (terutama fitnah Dajjal), dan cahaya yang akan menerangi jalannya di hari kiamat. Membaca Al-Qur'an adalah salah satu bentuk dzikir terbaik. Memulai hari Jumat dengan lantunan ayat-ayat suci, terutama Surah Al-Kahfi, akan membuka pintu rahmat dan memberkahi seluruh hari kita, serta melapangkan jalan bagi terkabulnya doa.
2. Memperbanyak Shalawat atas Nabi Muhammad ﷺ
Hari Jumat adalah hari yang paling utama untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Beliau sendiri yang memerintahkannya:
"Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku." (HR. Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu Majah)
Shalawat adalah bentuk cinta dan penghormatan kita kepada Rasulullah. Shalawat juga merupakan salah satu adab utama dalam berdoa. Doa yang diawali dan diakhiri dengan pujian kepada Allah serta shalawat kepada Nabi memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk diterima. Dengan memperbanyak shalawat di sepanjang hari Jumat, kita tidak hanya mendapatkan pahala yang melimpah, tetapi juga sedang membangun jembatan agar doa-doa kita sampai kepada Allah SWT.
3. Mandi, Berpakaian Terbaik, dan Memakai Wangi-wangian
Kebersihan dan penampilan yang baik adalah bagian dari pengagungan terhadap syiar Islam, termasuk Shalat Jumat. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat, bersuci sesuai kemampuannya, lalu memakai minyak rambut atau wewangian, kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu shalat semampunya dan diam mendengarkan khutbah imam, maka akan diampuni dosanya antara Jumat itu dan Jumat berikutnya." (HR. Bukhari)
Amalan ini bukan sekadar persiapan fisik, tetapi juga persiapan mental dan spiritual. Dengan membersihkan diri dan memakai pakaian terbaik, kita sedang mempersiapkan jiwa kita untuk menghadap Allah dalam keadaan yang paling prima. Kondisi hati yang bersih dan siap inilah yang menjadi salah satu kunci utama kekhusyukan dalam berdoa.
4. Bersegera Datang ke Masjid
Berangkat lebih awal ke masjid untuk Shalat Jumat memiliki pahala yang sangat besar, sebanding dengan berkorban hewan ternak. Semakin awal datang, semakin besar pahalanya. Keutamaan ini juga memberikan kita lebih banyak waktu untuk beribadah di dalam masjid sebelum khutbah dimulai. Waktu luang ini bisa dimanfaatkan untuk shalat sunnah tahiyatul masjid, membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan tentu saja, memanjatkan doa. Suasana masjid yang tenang sebelum dipenuhi jamaah adalah momen yang sangat kondusif untuk berkomunikasi dengan Allah.
5. Bersedekah di Hari Jumat
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata, "Bersedekah pada hari Jumat dibandingkan dengan sedekah di hari-hari lain dalam sepekan, adalah seperti bersedekah di bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya." Pernyataan ini menunjukkan betapa istimewanya nilai sedekah yang dikeluarkan pada hari Jumat. Sedekah adalah bukti keimanan dan salah satu amalan yang dapat menolak bala serta membuka pintu rezeki. Ketika tangan kita memberi untuk membantu sesama, pada saat yang sama kita sedang mengetuk pintu langit agar hajat-hajat kita dipenuhi.
Kumpulan Doa Mustajab Pilihan untuk Hari Jumat
Pada waktu-waktu mustajab di hari Jumat, kita bisa memanjatkan doa apa saja, baik untuk urusan dunia maupun akhirat, dengan bahasa apa pun yang kita kuasai. Namun, akan lebih utama jika kita juga membaca doa-doa yang diajarkan langsung oleh Allah dalam Al-Qur'an atau oleh Rasulullah ﷺ dalam hadits-haditsnya. Berikut adalah beberapa doa pilihan yang sangat baik untuk dibaca.
1. Doa Sapu Jagat: Memohon Kebaikan Dunia dan Akhirat
Ini adalah doa yang paling sering dibaca oleh Nabi dan mencakup semua kebaikan.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbana aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban naar.
Artinya: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka."
2. Sayyidul Istighfar: Raja dari Semua Permohonan Ampun
Hari Jumat adalah hari pengampunan. Membaca Sayyidul Istighfar adalah cara terbaik untuk memohon ampunan Allah.
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa ana 'abduka, wa ana 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'uudzu bika min syarri maa shana'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya, wa abuu-u laka bidzanbii faghfir lii, fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.
Artinya: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas perjanjian dan janji-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu atasku, dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sungguh, tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau."
3. Doa Memohon Rezeki yang Halal dan Berkah
Rezeki adalah salah satu hajat utama manusia. Doa ini diajarkan Nabi untuk memohon rezeki yang baik.
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Allahummak-finii bi halaalika 'an haraamik, wa agh-ninii bi fadhlika 'amman siwaak.
Artinya: "Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki-Mu yang halal (hingga aku terhindar) dari yang haram. Dan kayakanlah aku dengan karunia-Mu (hingga aku tidak meminta) kepada selain-Mu."
4. Doa untuk Orang Tua
Mendoakan kedua orang tua adalah bentuk bakti tertinggi, terutama di hari yang mulia ini.
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Rabbighfir lii wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa.
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil."
5. Doa Memohon Ketenangan Hati dan Kemudahan Urusan
Doa Nabi Musa 'Alaihissalam saat menghadapi Fir'aun ini sangat relevan untuk memohon kelapangan dada dalam menghadapi segala urusan.
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Rabbisyrah lii shadrii, wa yassir lii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaanii, yafqahuu qaulii.
Artinya: "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku."
6. Doa Memohon Keturunan yang Saleh
Bagi yang mendambakan buah hati, doa Nabi Zakaria ini sangat indah untuk dipanjatkan.
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
Rabbi hab lii mil ladunka dzurriyyatan thayyibah, innaka samii'ud du'aa'.
Artinya: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa."
Adab Berdoa: Menyempurnakan Permohonan Kita
Agar doa kita semakin sempurna dan berpotensi besar untuk diijabah, ada beberapa adab atau etika yang perlu diperhatikan. Ini adalah cara kita menunjukkan kesungguhan dan kerendahan hati di hadapan Allah SWT.
- Mengawali dengan Pujian dan Shalawat: Jangan langsung meminta. Mulailah doa dengan memuji keagungan Allah (misalnya dengan Asmaul Husna) dan bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.
- Dengan Hati yang Hadir dan Yakin: Berdoalah dengan penuh konsentrasi (khusyuk) dan keyakinan seratus persen bahwa Allah akan mengabulkannya. Jangan berdoa dengan hati yang lalai atau ragu-ragu.
- Mengakui Dosa: Tunjukkan kerendahan diri dengan mengakui segala dosa dan kesalahan, lalu mohonlah ampunan sebelum memohon hajat yang lain.
- Menghadap Kiblat dan Mengangkat Tangan: Ini adalah sunnah yang menunjukkan keseriusan dan harapan kita. Angkat kedua tangan setinggi bahu dengan telapak tangan terbuka ke atas.
- Bersuara Lirih: Berdoa tidak perlu dengan berteriak-teriak. Cukup dengan suara yang lirih, antara berbisik dan terdengar oleh diri sendiri. Allah Maha Mendengar bahkan suara hati sekalipun.
- Mengulang-ulang Doa: Jangan bosan untuk mengulang permohonan yang sama, terutama doa-doa yang sangat penting bagi kita. Mengulang doa sebanyak tiga kali adalah salah satu sunnah Nabi.
- Jangan Tergesa-gesa Minta Dikabulkan: Berdoalah dengan sabar dan jangan berkata, "Ya Allah, aku sudah berdoa tapi kok belum dikabulkan juga." Serahkan hasilnya kepada Allah, karena Dia lebih tahu waktu dan cara terbaik untuk mengabulkan doa kita.
- Pastikan Halal: Pastikan makanan, minuman, dan pakaian yang kita gunakan berasal dari sumber yang halal. Harta haram adalah salah satu penghalang utama terkabulnya doa.
Hari Jumat adalah hadiah mingguan dari Allah SWT. Ia adalah hari penuh berkah, ampunan, dan kesempatan emas untuk bermunajat. Di dalamnya terdapat satu waktu mustajab, di mana doa seorang hamba nyaris tak tertolak. Mari kita hidupkan hari Jumat kita bukan hanya dengan rutinitas, tetapi dengan kesadaran penuh akan keagungannya.
Siapkan diri sejak malam Jumat, perbanyak shalawat dan istighfar, baca Surah Al-Kahfi, dan puncakkan ikhtiar kita dengan memanjatkan doa-doa terbaik di waktu-waktu yang paling diharapkan. Baik itu di antara khutbah dan shalat, maupun di penghujung sore setelah Ashar. Yakinlah, setiap tetes air mata, setiap lantunan permohonan yang tulus, dan setiap harapan yang kita gantungkan kepada-Nya di hari Jumat, tidak akan pernah sia-sia.