Panduan Lengkap Doa Mendengar Adzan
Di tengah kesibukan dunia yang seringkali melenakan, ada sebuah panggilan agung yang berkumandang lima kali dalam sehari. Panggilan itu adalah adzan, seruan suci yang tidak hanya menandakan masuknya waktu shalat, tetapi juga menjadi pengingat akan tujuan hidup seorang hamba. Adzan adalah undangan dari Sang Pencipta, Allah SWT, kepada seluruh makhluk-Nya untuk sejenak melepaskan urusan duniawi dan kembali kepada-Nya dalam ibadah yang paling utama: shalat.
Mendengar adzan bukanlah sekadar proses auditori biasa. Bagi seorang Muslim yang beriman, setiap lafaz adzan yang terdengar adalah getaran spiritual yang menyentuh kalbu. Ia adalah momen sakral untuk berhenti, merenung, dan menyambut panggilan ilahi dengan penuh penghormatan. Islam, sebagai agama yang sempurna, telah memberikan tuntunan terperinci mengenai bagaimana seharusnya kita bersikap saat mendengar kumandang adzan. Tuntunan ini tidak hanya berupa etika (adab), tetapi juga doa-doa khusus yang memiliki keutamaan luar biasa. Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan menyeluruh tentang doa mendengar adzan, adab-adab yang menyertainya, serta rahasia keagungan di balik amalan yang terlihat sederhana namun sarat makna ini.
Membedah Makna Agung dalam Setiap Lafaz Adzan
Sebelum kita menyelami doa spesifik setelah adzan, sangat penting untuk memahami dan menghayati makna dari setiap kalimat yang dilantunkan oleh seorang muadzin. Setiap frasa dalam adzan adalah pilar-pilar akidah yang ditegaskan kembali lima kali sehari, memperbarui iman dan mengingatkan kita pada hakikat keberadaan.
1. اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ (Allahu Akbar, Allahu Akbar) - Allah Maha Besar
Adzan dimulai dengan proklamasi kebesaran Allah. Kalimat "Allahu Akbar" adalah pengakuan mutlak bahwa tidak ada yang lebih besar, lebih agung, dan lebih berkuasa selain Allah. Saat muadzin mengumandangkannya, kita diingatkan untuk mengecilkan segala urusan duniawi yang sedang kita hadapi. Masalah pekerjaan, kesibukan keluarga, atau hiburan yang sedang dinikmati, semuanya menjadi tidak berarti jika dibandingkan dengan kebesaran Allah dan panggilan-Nya. Ini adalah kalimat pembuka yang menggetarkan jiwa, menempatkan segala sesuatu pada perspektif yang benar.
2. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ (Asyhadu an laa ilaha illallah) - Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
Setelah mengagungkan Allah, adzan beralih pada inti dari ajaran Islam: tauhid. Kalimat syahadat ini adalah fondasi keimanan. Dengan mengucapkannya, kita memperbarui kesaksian bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah. Tidak ada tuhan-tuhan lain, baik dalam bentuk berhala fisik, hawa nafsu, jabatan, kekayaan, maupun ego pribadi. Ini adalah pembebasan total dari segala bentuk penghambaan kepada selain Allah. Setiap kali kita mendengarnya, iman kita disegarkan, dan komitmen kita kepada monoteisme murni diperkuat.
3. أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ (Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah) - Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah
Syahadat kedua ini melengkapi yang pertama. Keimanan kepada Allah tidak akan sempurna tanpa mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah perantara yang membawa risalah ilahi, petunjuk, dan rahmat bagi seluruh alam. Mengakui kerasulannya berarti kita berkomitmen untuk mengikuti ajaran, meneladani sunnah, dan mencintai beliau sebagai pembawa cahaya kebenaran. Kalimat ini menegaskan bahwa cara kita menyembah Allah haruslah sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh utusan-Nya.
4. حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ (Hayya 'alash-shalah) - Marilah mendirikan shalat
Inilah inti dari panggilan adzan. Setelah penegasan akidah, datanglah undangan praktis untuk beribadah. "Hayya 'alash-shalah" bukan sekadar ajakan, melainkan seruan menuju sumber ketenangan, kebahagiaan, dan solusi atas segala permasalahan. Shalat adalah mi'raj (kenaikan) seorang mukmin, sebuah dialog langsung dengan Sang Pencipta. Panggilan ini mengajak kita untuk meninggalkan kesibukan sejenak dan meraih keuntungan spiritual yang jauh lebih besar.
5. حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ (Hayya 'alal-falah) - Marilah menuju kemenangan
Apa itu kemenangan sejati? Adzan memberikan jawabannya. Kemenangan (al-falah) bukanlah sekadar kesuksesan duniawi, melainkan keberuntungan abadi di dunia dan akhirat. Shalat adalah jalan menuju kemenangan itu. Dengan mendirikan shalat, kita sedang menapaki jalan menuju kebahagiaan hakiki, keselamatan dari api neraka, dan ganjaran surga yang kekal. Ini adalah motivasi tertinggi, sebuah janji bahwa di balik ketaatan terdapat keberhasilan yang tidak ternilai.
6. الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ (Ash-shalatu khairum minan-naum) - Shalat lebih baik daripada tidur (Khusus Adzan Subuh)
Seruan khusus pada waktu fajar ini memiliki makna yang sangat dalam. Di saat tubuh masih terlelap dalam kenyamanan tidur, adzan Subuh mengingatkan kita bahwa ada sesuatu yang jauh lebih berharga. Bangun untuk shalat adalah kemenangan pertama kita melawan hawa nafsu di awal hari. Ia adalah simbol bahwa kecintaan kita kepada Allah melebihi kenyamanan fisik. Amalan ini memberikan keberkahan, cahaya, dan energi spiritual untuk memulai hari.
7. اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ (Allahu Akbar, Allahu Akbar) - Allah Maha Besar
Adzan ditutup dengan kembali mengumandangkan takbir. Ini menegaskan kembali pesan awal, seolah-olah mengatakan bahwa setelah memahami semua pilar keimanan dan seruan ibadah, kesimpulannya tetap satu: Allah Maha Besar.
8. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ (Laa ilaha illallah) - Tiada Tuhan selain Allah
Kalimat tauhid menjadi penutup yang sempurna. Ia merangkum seluruh pesan adzan, mengembalikan kita pada esensi ajaran Islam. Seluruh ibadah, pengorbanan, dan kehidupan kita harus berporos pada kalimat agung ini.
Adab dan Sunnah: Respon Terbaik Saat Panggilan Agung Tiba
Rasulullah SAW telah mengajarkan kita bagaimana merespon panggilan adzan dengan cara yang paling mulia. Sikap kita saat mendengar adzan mencerminkan tingkat penghormatan kita kepada panggilan Allah tersebut. Berikut adalah adab dan sunnah yang dianjurkan.
1. Menghentikan Segala Aktivitas
Adab pertama dan utama adalah menghentikan semua kegiatan duniawi. Jika sedang berbicara, diamlah. Jika sedang bekerja, berhentilah sejenak. Jika sedang berjalan, berhentilah. Ini adalah bentuk penghormatan tertinggi. Bayangkan jika seorang raja memanggil Anda, tentu Anda akan segera menghentikan semua aktivitas dan fokus pada panggilan tersebut. Panggilan adzan jauh lebih agung, karena ia datang dari Raja segala raja, Allah SWT.
Sikap ini melatih kita untuk memprioritaskan Allah di atas segalanya. Dalam sekejap, kita memisahkan diri dari hiruk pikuk dunia dan memasuki suasana spiritual. Ini adalah latihan disiplin diri dan pengingat bahwa tujuan hidup kita yang sebenarnya adalah untuk beribadah kepada-Nya.
2. Menjawab atau Mengikuti Lafaz Adzan
Sunnah yang sangat dianjurkan adalah menjawab adzan dengan mengucapkan lafaz yang sama seperti yang diucapkan oleh muadzin. Ini didasarkan pada hadits dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan muadzin." (HR. Bukhari dan Muslim)
Praktiknya adalah setiap kali muadzin mengucapkan satu kalimat, kita yang mendengar mengulanginya dengan suara pelan setelah muadzin selesai mengucapkannya. Misalnya, saat muadzin mengucapkan "Allahu Akbar, Allahu Akbar", kita pun menjawab "Allahu Akbar, Allahu Akbar". Hal ini terus dilakukan hingga akhir adzan.
3. Pengecualian pada Kalimat "Hayya 'alash-shalah" dan "Hayya 'alal-falah"
Ada pengecualian untuk dua kalimat ajakan, yaitu "Hayya 'alash-shalah" dan "Hayya 'alal-falah". Ketika mendengar dua kalimat ini, kita tidak mengulanginya, melainkan dianjurkan untuk mengucapkan:
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
"Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah."
Hal ini sesuai dengan hadits dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu (HR. Muslim). Mengapa jawabannya berbeda? Para ulama menjelaskan bahwa saat muadzin mengajak "Marilah shalat, marilah menuju kemenangan," jawaban kita adalah sebuah pengakuan akan kelemahan diri. Kita mengakui bahwa kita tidak akan mampu bangkit untuk shalat, tidak akan sanggup meraih kemenangan, kecuali dengan daya, kekuatan, dan taufik dari Allah SWT. Ini adalah wujud kerendahan hati dan kepasrahan total seorang hamba.
Doa Inti Setelah Adzan: Kunci Meraih Syafa'at Rasulullah SAW
Setelah kumandang adzan selesai, terdapat amalan-amalan sunnah berikutnya yang memiliki keutamaan sangat besar. Urutannya adalah bershalawat kepada Nabi, kemudian membaca doa khusus setelah adzan.
Langkah Pertama: Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW
Amalan pertama yang harus dilakukan segera setelah jawaban adzan tuntas adalah membaca shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Ini merupakan perintah langsung dari beliau, sebagaimana dalam hadits Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma, bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda:
"Apabila kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti yang ia ucapkan, kemudian bershalawatlah untukku. Karena barangsiapa yang bershalawat untukku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Kemudian, mintalah kepada Allah untukku Al-Wasilah. Sesungguhnya ia adalah sebuah kedudukan di surga yang tidak pantas kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap akulah hamba tersebut. Barangsiapa yang memintakan untukku Al-Wasilah, maka ia berhak mendapatkan syafa'atku." (HR. Muslim)
Bentuk shalawat bisa beragam, yang paling umum dan lengkap adalah shalawat Ibrahimiyah yang kita baca saat tasyahud akhir dalam shalat. Namun, membaca shalawat yang lebih ringkas seperti "Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad" juga sudah mencukupi.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kamaa shallaita 'ala Ibraahim wa 'ala aali Ibraahim, innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kamaa baarakta 'ala Ibraahim wa 'ala aali Ibraahim, innaka hamiidum majiid.
Langkah Kedua: Membaca Doa Agung Setelah Adzan
Setelah bershalawat, inilah saatnya kita memanjatkan doa agung yang telah diajarkan secara spesifik oleh Rasulullah SAW. Doa ini mengandung permintaan yang luar biasa bagi Nabi kita, dan sebagai imbalannya, kita dijanjikan sesuatu yang sangat kita butuhkan di hari kiamat: syafa'at (pertolongan) dari beliau.
Berikut adalah bacaan doa lengkap berdasarkan hadits dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa ketika mendengar adzan mengucapkan (doa berikut), maka ia berhak mendapatkan syafa'atku pada hari kiamat." (HR. Bukhari).
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
Allahumma Rabba haadzihid-da'watit-taammah, was-shalaatil-qaa'imah, aati Muhammadanil-wasiilata wal-fadhiilah, wab'ath-hu maqaamam mahmuudanil-ladzii wa'adtah.
"Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini, dan shalat yang akan didirikan. Berikanlah kepada Muhammad Al-Wasilah (kedudukan yang tinggi) dan Al-Fadhilah (keutamaan), dan bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji (Maqam Mahmud) yang telah Engkau janjikan kepadanya."
Dalam riwayat lain dari Imam Baihaqi, terdapat tambahan di akhir doa: إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ (Innaka laa tukhliful-mii'aad) yang berarti "Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janji." Sebagian ulama menganjurkan untuk menambahkannya karena memiliki dasar, meskipun hadits utamanya dalam Shahih Bukhari tidak menyertakan tambahan ini.
Memahami Kandungan Doa yang Mendalam
- "Rabba haadzihid-da'watit-taammah" (Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini): Kita mengakui bahwa adzan adalah panggilan yang sempurna. Sempurna karena ia datang dari Allah, isinya adalah kalimat-kalimat tauhid yang agung, dan tujuannya adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. Tidak ada cacat atau kekurangan sedikitpun dalam panggilan ini.
- "Was-shalaatil-qaa'imah" (dan shalat yang akan didirikan): Kita juga memohon kepada Allah sebagai Tuhan dari shalat yang akan ditegakkan. Ini menunjukkan hubungan erat antara adzan dan shalat. Adzan adalah gerbangnya, dan shalat adalah tujuannya.
- "Aati Muhammadanil-wasiilata wal-fadhiilah" (Berikanlah kepada Muhammad Al-Wasilah dan Al-Fadhilah): Ini adalah inti permohonan kita. Al-Wasilah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Abdullah bin 'Amr di atas, adalah satu tingkatan tertinggi di surga yang hanya diperuntukkan bagi satu orang hamba. Dengan mendoakannya untuk Nabi Muhammad SAW, kita menunjukkan cinta kita dan berharap beliau-lah yang menempatinya. Al-Fadhilah berarti keutamaan atau kelebihan di atas seluruh makhluk lainnya.
- "Wab'ath-hu maqaamam mahmuudanil-ladzii wa'adtah" (dan bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan): Maqam Mahmud (kedudukan terpuji) adalah kedudukan yang dijanjikan Allah dalam Al-Qur'an (QS. Al-Isra: 79). Para ulama tafsir sepakat bahwa ini adalah kedudukan di mana Nabi Muhammad SAW akan memberikan syafa'at 'uzhma (syafa'at agung) pada hari kiamat. Pada hari itu, ketika semua manusia dalam kebingungan dan penderitaan, mereka akan mendatangi para nabi untuk meminta pertolongan, namun semua nabi menolak. Akhirnya, mereka datang kepada Nabi Muhammad SAW, dan beliaulah yang akan bersujud di hadapan Allah dan memohon agar hisab segera dimulai. Inilah kedudukan yang sangat terpuji, dan dengan membaca doa ini, kita seakan-akan turut serta memohon agar kedudukan mulia itu diberikan kepada beliau.
Keutamaan Luar Biasa: Buah dari Menghayati Panggilan Adzan
Amalan menjawab adzan dan berdoa setelahnya mungkin tampak ringan dan hanya memakan waktu beberapa menit. Namun, ganjaran yang Allah janjikan di baliknya sungguh luar biasa besarnya. Inilah yang seharusnya menjadi motivasi kita untuk tidak pernah melewatkan kesempatan emas ini.
1. Dijanjikan Syafa'at Rasulullah SAW
Ini adalah keutamaan terbesar dan paling didambakan oleh setiap Muslim. Hadits dari Jabir bin Abdullah yang telah disebutkan sebelumnya sangatlah jelas. Dengan mengucapkan doa setelah adzan, kita dijamin akan mendapatkan syafa'at dari Nabi Muhammad SAW. Apa arti syafa'at? Di padang mahsyar, di hari di mana matahari didekatkan sejengkal, di saat tidak ada pertolongan selain dari Allah, pertolongan Nabi SAW adalah sebuah anugerah yang tak ternilai. Syafa'at beliau bisa berupa permohonan agar hisab dipercepat, permohonan agar timbangan kebaikan diberatkan, atau bahkan permohonan agar seorang umatnya yang seharusnya masuk neraka bisa diselamatkan dan dimasukkan ke dalam surga. Merutinkan doa ini adalah investasi terbaik kita untuk kehidupan akhirat.
2. Dosa-dosa Diampuni
Selain janji syafa'at, menjawab adzan juga menjadi sebab diampuninya dosa-dosa. Hal ini disebutkan dalam hadits Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
"Barangsiapa yang ketika mendengar muadzin ia mengucapkan: 'Asyhadu an laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh. Radhiitu billahi Rabba, wa bi Muhammadin Rasula, wa bil Islami diina' (Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Muhammad sebagai Rasulku, dan Islam sebagai agamaku), maka dosa-dosanya akan diampuni." (HR. Muslim)
Doa singkat ini bisa dibaca setelah muadzin selesai mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat). Ini menunjukkan betapa rahmat Allah begitu luas. Hanya dengan penegasan kembali pilar-pilar keimanan dengan lisan dan hati, Allah menjanjikan ampunan atas dosa-dosa kita.
3. Waktu Mustajab untuk Berdoa
Keutamaan lainnya adalah bahwa waktu antara adzan dan iqamah merupakan salah satu waktu terbaik untuk memanjatkan doa pribadi. Setelah kita menyelesaikan rangkaian dzikir sunnah (menjawab adzan, bershalawat, dan membaca doa khusus), terbukalah jendela emas untuk kita memohon apa pun hajat kita kepada Allah.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Doa yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak." (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad. Dishahihkan oleh para ulama).
Maka, jangan sia-siakan momen berharga ini. Setelah membaca doa setelah adzan, gunakanlah waktu beberapa menit sebelum iqamah untuk mengangkat tangan dan memohon kepada Allah segala kebaikan dunia dan akhirat. Mintalah kesehatan, rezeki yang halal, keluarga yang sakinah, ilmu yang bermanfaat, dan husnul khatimah. Ini adalah waktu ijabah yang seringkali dilalaikan oleh banyak orang.
Perspektif Fiqih: Hukum dan Kondisi Khusus
Para ulama telah membahas berbagai aspek hukum terkait adab mendengar adzan. Memahaminya akan membuat kita lebih mantap dalam beramal.
Hukum Menjawab Adzan
Mayoritas ulama dari mazhab Hanafi, Syafi'i, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum menjawab adzan adalah sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi setiap orang yang mendengarnya, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan suci maupun berhadats. Pendapat ini didasarkan pada hadits-hadits yang telah disebutkan, yang menggunakan kalimat perintah bersifat anjuran. Sebagian kecil ulama, seperti dari kalangan mazhab Zhahiri dan sebagian ulama Hanabilah, berpendapat hukumnya wajib, namun pendapat mayoritas lebih kuat.
Bagaimana Jika Mendengar Adzan dalam Kondisi Tertentu?
- Saat Sedang Shalat: Seseorang yang sedang melaksanakan shalat, baik fardhu maupun sunnah, tidak dianjurkan untuk menjawab adzan dengan lisan karena dapat membatalkan shalatnya. Ia harus tetap fokus pada shalatnya.
- Saat di Kamar Mandi (WC): Tidak diperkenankan menjawab adzan atau menyebut nama Allah di dalam tempat buang hajat. Adabnya adalah diam, dan setelah keluar dari kamar mandi, ia bisa menjawabnya secara qadha' (mengganti) jika waktu adzan belum lama berlalu.
- Saat Sedang Membaca Al-Qur'an: Para ulama memberikan dua pandangan. Pendapat yang lebih kuat (rajih) adalah hendaknya ia berhenti sejenak dari membaca Al-Qur'an untuk menjawab adzan. Alasannya, menjawab adzan adalah ibadah yang terikat waktu (muwaqqat) yang akan segera berlalu, sedangkan membaca Al-Qur'an waktunya lebih leluasa. Setelah selesai menjawab adzan, ia bisa melanjutkan kembali bacaannya.
- Saat Sedang Belajar atau Berkhutbah: Seorang guru yang sedang mengajar atau khatib yang sedang berkhutbah disunnahkan untuk berhenti sejenak dan menjawab adzan. Ini memberikan contoh yang baik kepada para jamaah atau murid.
Kesimpulan: Sebuah Panggilan untuk Refleksi
Adzan lebih dari sekadar penanda waktu. Ia adalah detak jantung kehidupan seorang Muslim, sebuah ritme ilahi yang mengatur hari-harinya di sekitar poros ibadah. Meresponnya dengan adab yang benar, menghayati setiap lafaznya, dan memanjatkan doa setelahnya adalah sebuah paket amalan lengkap yang menghubungkan lisan, hati, dan perbuatan kita dalam ketaatan kepada Allah.
Doa setelah mendengar adzan adalah amalan yang ringan di lisan namun sangat berat timbangannya di akhirat. Janji syafa'at Rasulullah SAW, ampunan dosa, dan terkabulnya doa adalah buah-buah manis yang bisa kita petik hanya dengan meluangkan beberapa saat untuk menghormati panggilan agung ini. Marilah kita membiasakan diri dan mengajarkan kepada keluarga kita untuk tidak pernah lagi menganggap adzan sebagai suara latar belakang, melainkan sebagai undangan pribadi dari Allah SWT yang harus disambut dengan penuh cinta, penghormatan, dan harapan.