Posisi Tepat Doa Iftitah Dibaca Setelah Apa?
Setiap gerakan dan ucapan dalam sholat memiliki makna dan posisi yang telah diatur dengan sempurna, mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Salah satu bagian penting yang sering menjadi pertanyaan adalah mengenai doa iftitah. Banyak yang bertanya, doa iftitah dibaca setelah gerakan atau bacaan apa? Memahami urutan ini bukan hanya soal teknis, tetapi juga tentang bagaimana kita memulai komunikasi dengan Allah SWT secara khusyuk dan benar. Jawaban yang tepat dan mendalam akan meningkatkan kualitas sholat kita, menjadikannya lebih dari sekadar rutinitas, melainkan sebuah dialog spiritual yang penuh makna.
Artikel ini akan mengupas tuntas posisi doa iftitah dalam struktur sholat, dalil-dalil yang mendasarinya, ragam bacaan yang diajarkan Nabi, serta hikmah agung di balik sunnah yang mulia ini. Dengan pemahaman yang komprehensif, kita dapat melaksanakan ibadah dengan lebih yakin dan merasakan ketenangan yang lebih dalam.
Jawaban Utama: Posisi Doa Iftitah dalam Sholat
Secara singkat dan tegas, doa iftitah dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca ta'awudz serta surat Al-Fatihah. Ini adalah posisi yang disepakati oleh mayoritas ulama berdasarkan hadis-hadis yang shahih.
Mari kita urutkan alur awal sholat untuk mendapatkan gambaran yang jelas:
- Niat: Berada di dalam hati, bersamaan dengan takbiratul ihram.
- Takbiratul Ihram: Mengucapkan "Allahu Akbar" sambil mengangkat kedua tangan. Takbir ini disebut "ihram" karena ia menjadi penanda dimulainya sholat dan "mengharamkan" segala aktivitas di luar sholat (seperti berbicara, makan, dan minum).
- Doa Iftitah: Inilah momennya. Tepat setelah takbiratul ihram selesai diucapkan dan kita dalam posisi bersedekap, doa pembuka ini dilantunkan secara lirih (sirr).
- Membaca Ta'awudz: Mengucapkan "A'udzu billahi minasy syaithanir rajim".
- Membaca Surat Al-Fatihah: Rukun qauli (ucapan) yang wajib dibaca di setiap rakaat.
Jadi, doa iftitah berfungsi sebagai jembatan agung antara takbir yang mengagungkan Allah dan Al-Fatihah yang merupakan inti dialog kita dengan-Nya. Ia adalah kalimat-kalimat pujian, pengagungan, dan permohonan pertama yang kita panjatkan setelah memasuki "gerbang" sholat melalui takbiratul ihram.
Dalil yang Menegaskan Posisi Doa Iftitah
Landasan utama penempatan doa iftitah adalah praktik langsung dari Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh para sahabat. Salah satu hadis yang paling jelas adalah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:
"Biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah bertakbir ketika shalat, beliau diam sejenak sebelum membaca Al Fatihah. Kemudian aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku, aku melihatmu diam antara takbir dan bacaan Al Fatihah, apa yang engkau baca?’ Beliau menjawab, (beliau membaca doa iftitah) ‘Allahumma baa’id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib...’" (HR. Bukhari no. 744 dan Muslim no. 598)
Hadis ini secara eksplisit menunjukkan adanya bacaan yang dilantunkan oleh Nabi SAW di antara takbiratul ihram dan bacaan Al-Fatihah. Keingintahuan Abu Hurairah memberikan kita warisan ilmu yang sangat berharga mengenai amalan sunnah ini. Frasa "diam sejenak" (saktah) itulah yang diisi dengan lantunan doa iftitah yang penuh makna.
Hukum Membaca Doa Iftitah
Penting untuk dipahami bahwa hukum membaca doa iftitah adalah sunnah, bukan wajib. Mayoritas ulama, termasuk mazhab Syafi'i dan Hanbali, mengkategorikannya sebagai sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Artinya, seseorang akan mendapatkan pahala besar jika membacanya, namun sholatnya tetap sah jika ia tidak membacanya, baik karena lupa, sengaja, atau karena kondisi tertentu (seperti menjadi makmum masbuq).
Meski hukumnya sunnah, meninggalkannya tanpa uzur berarti kehilangan kesempatan untuk meraih keutamaan besar. Doa iftitah adalah cara kita meneladani Nabi SAW secara sempurna dan merupakan bentuk adab dalam memulai percakapan dengan Sang Pencipta. Mengabaikannya sama saja dengan langsung masuk ke inti pembicaraan tanpa mukadimah yang santun.
Ragam Bacaan Doa Iftitah yang Shahih dari Rasulullah SAW
Salah satu keindahan dalam syariat Islam adalah adanya keragaman dalam amalan sunnah, termasuk doa iftitah. Rasulullah SAW mengajarkan beberapa versi doa iftitah yang berbeda, masing-masing dengan keindahan makna dan kedalaman spiritualnya. Mengetahui dan mengamalkan beberapa versi ini dapat memperkaya pengalaman sholat kita dan menghindarkan dari rasa monoton. Berikut adalah beberapa bacaan doa iftitah yang paling populer dan shahih.
1. Versi "Allahu Akbar Kabira"
Ini adalah salah satu versi yang paling sering dihafal dan diamalkan oleh kaum muslimin di Indonesia. Doa ini ringkas, padat, dan penuh dengan pengagungan.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا
Allahu akbar kabira, walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa ashila.
"Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang."
Tadabbur (Perenungan) Makna:
- Allahu Akbar Kabira: Kalimat ini adalah penegasan kembali dari takbiratul ihram. Jika takbiratul ihram adalah pernyataan bahwa "Allah Maha Besar", maka frasa ini menguatkannya menjadi "Allah Maha Besar dengan kebesaran yang sesungguhnya, yang tiada tara". Kita menafikan segala bentuk kebesaran lain di hadapan kebesaran-Nya.
- Walhamdulillahi Katsira: Kita mengakui bahwa segala puji, dalam jumlah yang tak terhingga dan tak terhitung, hanyalah milik Allah. Ini adalah ungkapan syukur atas segala nikmat yang melimpah ruah, yang bahkan tak sanggup kita hitung.
- Wa Subhanallahi Bukratan wa Ashila: Kita menyucikan Allah dari segala kekurangan, sifat yang tidak layak, dan dari segala sekutu, baik di waktu pagi (permulaan) maupun petang (penghujung). Ini melambangkan kesucian Allah yang abadi dan berlangsung sepanjang waktu.
Keutamaan doa ini disebutkan dalam sebuah hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, di mana seorang sahabat membacanya, lalu Rasulullah SAW bersabda, "Aku takjub, pintu-pintu langit dibuka karena kalimat tersebut." (HR. Muslim no. 601).
2. Versi "Wajjahtu Wajhiya"
Doa ini lebih panjang dan berisi ikrar tauhid yang sangat kuat, sebuah deklarasi penyerahan diri secara total kepada Allah SWT.
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardha hanifan musliman wa ma ana minal musyrikin. Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil 'alamin. La syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin.
"Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus (hanif) dan berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadah kurbanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)."
Tadabbur (Perenungan) Makna:
- Wajjahtu wajhiya...: Ini adalah pernyataan fokus. "Aku hadapkan wajahku" bukan hanya secara fisik, tetapi juga hati, pikiran, dan seluruh jiwa raga hanya kepada Sang Pencipta. Kata hanif berarti lurus, meninggalkan segala kebatilan dan condong hanya kepada kebenaran.
- Inna sholati...: Kalimat yang diadaptasi dari Al-Qur'an (Surat Al-An'am: 162) ini adalah puncak deklarasi seorang hamba. Sholat kita, sembelihan kita (representasi ibadah harta), seluruh hidup kita, hingga saat kematian kita tiba, semuanya dipersembahkan hanya untuk Allah. Tidak ada tujuan lain, tidak ada motivasi tersembunyi.
- La syarika lahu...: Penegasan kembali akan kemurnian tauhid. Tidak ada sekutu bagi Allah dalam segala hal. Ini adalah inti dari ajaran Islam, dan kita mengikrarkannya di awal sholat kita.
3. Versi "Allahumma Ba'id Bainii"
Versi ini adalah doa yang diajarkan Nabi kepada Abu Hurairah, sebagaimana disebutkan dalam hadis sebelumnya. Fokus utama dari doa ini adalah permohonan ampunan dan penyucian diri dari dosa.
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ
Allahumma baa'id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khathaayaaya kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khathaayaaya bits-tsalji wal maa-i wal barad.
"Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan salju, air, dan embun."
Tadabbur (Perenungan) Makna:
- Permohonan Penjauhan: Analogi jarak antara timur dan barat adalah permintaan yang luar biasa. Timur dan barat tidak akan pernah bertemu. Kita memohon kepada Allah agar dosa-dosa kita dijauhkan sejauh itu, sehingga kita tidak lagi terjerumus ke dalamnya. Ini adalah permohonan perlindungan untuk masa depan.
- Permohonan Pembersihan: Analogi pakaian putih yang dibersihkan dari noda sangat kuat. Pakaian putih menunjukkan noda sekecil apapun. Kita memohon agar hati kita dibersihkan sebersih-bersihnya dari noda dosa, tidak ada yang tersisa sedikit pun. Ini adalah permohonan pembersihan untuk masa lalu.
- Permohonan Pencucian Total: Mengapa menggunakan air, salju, dan embun? Ketiganya adalah elemen penyucian yang dingin dan menyejukkan. Ini adalah simbol pembersihan dari berbagai jenis dosa (panasnya syahwat, api kemarahan) dengan penyejuk rahmat dan ampunan Allah. Ini adalah permohonan pembersihan yang menyeluruh.
Kapan Doa Iftitah Tidak Dianjurkan untuk Dibaca?
Meskipun sangat dianjurkan, ada beberapa kondisi di mana seorang muslim sebaiknya tidak membaca doa iftitah. Memahami kondisi ini adalah bagian dari Fiqh (pemahaman) prioritas dalam ibadah.
- Ketika Menjadi Makmum Masbuq: Jika Anda bergabung dengan sholat berjamaah dan mendapati imam sudah mulai membaca surat Al-Fatihah atau surat pendek, maka prioritas utama Anda adalah mendengarkan bacaan imam atau segera membaca Al-Fatihah (jika imam sudah ruku'). Dalam kondisi ini, kesunnahan membaca iftitah gugur demi mengejar rukun atau kewajiban yang lebih tinggi.
- Dalam Sholat Jenazah: Sholat jenazah memiliki sifat yang khusus, yaitu ringkas dan cepat, karena tujuannya adalah mendoakan jenazah. Tidak ada bacaan doa iftitah dalam sholat jenazah. Setelah takbir pertama, langsung membaca Al-Fatihah.
- Waktu Sholat Sudah Sangat Mepet: Jika waktu sholat akan segera berakhir (misalnya, waktu Subuh akan habis dengan terbitnya matahari), maka yang didahulukan adalah rukun-rukun dan wajib sholat. Amalan sunnah seperti doa iftitah bisa ditinggalkan agar seluruh rakaat sholat dapat diselesaikan di dalam waktunya.
Hikmah dan Keutamaan Spiritual Membaca Doa Iftitah
Membaca doa iftitah bukanlah sekadar ritual tanpa makna. Di baliknya tersimpan hikmah dan manfaat spiritual yang mendalam bagi orang yang melaksanakannya.
- Sarana Transisi dan Fokus (Khusyuk): Doa iftitah adalah jembatan psikologis. Ia membantu kita beralih dari kesibukan duniawi yang baru saja kita tinggalkan menuju keadaan khusyuk dalam menghadap Allah. Kalimat-kalimatnya membantu mengkondisikan hati dan pikiran untuk fokus pada sholat.
- Adab Memulai Komunikasi: Bayangkan jika Anda akan berbicara dengan seorang raja atau pemimpin. Tentu Anda akan memulainya dengan pujian dan sapaan yang hormat. Doa iftitah adalah adab kita sebagai hamba ketika memulai "audiensi" dengan Raja diraja, Allah SWT. Kita memuji, mengagungkan, dan menyucikan-Nya sebelum menyampaikan permohonan inti dalam Al-Fatihah.
- Peneguhan Tauhid di Awal Ibadah: Banyak versi doa iftitah yang mengandung ikrar tauhid yang kuat. Dengan mengucapkannya di awal sholat, kita memperbarui komitmen kita bahwa seluruh ibadah ini murni hanya untuk Allah, membersihkannya dari niat riya' (pamer) atau tujuan duniawi lainnya.
- Membuka Pintu Langit: Sebagaimana disebutkan dalam hadis, ada bacaan iftitah yang membuat pintu-pintu langit terbuka. Ini adalah isyarat bahwa doa dan ibadah kita diterima dan diangkat langsung ke hadirat Allah SWT.
- Menghidupkan Sunnah Nabi: Mengamalkan doa iftitah adalah wujud cinta dan upaya kita untuk meneladani Rasulullah SAW dalam setiap detail ibadah beliau. Setiap sunnah yang kita hidupkan akan mendatangkan keberkahan dan pahala.
Kesimpulan
Pertanyaan "doa iftitah dibaca setelah apa?" kini telah terjawab dengan jelas. Doa mulia ini dibaca tepat setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca Al-Fatihah. Ia adalah sunnah mu'akkadah yang menjadi pembuka agung dalam dialog kita dengan Allah SWT.
Dengan memahami posisinya yang strategis, hukumnya yang dianjurkan, ragam bacaannya yang penuh makna, serta hikmah spiritual di baliknya, kita diharapkan tidak lagi meremehkan amalan ini. Marilah kita berusaha untuk menghafal, memahami, dan merutinkan bacaan doa iftitah dalam setiap sholat kita. Semoga dengan itu, sholat kita menjadi lebih berkualitas, lebih khusyuk, dan lebih diterima di sisi Allah SWT. Aamiin.