Memaknai Ibadah dalam Keintiman: Doa dan Adab Bersetubuh dalam Islam
Islam adalah agama yang menyeluruh (syumul), yang mengatur setiap aspek kehidupan pemeluknya, dari urusan kenegaraan hingga ke ruang paling privat sekalipun, yaitu kamar tidur. Jauh dari pandangan yang menganggap hubungan intim sebagai sesuatu yang tabu atau kotor, Islam justru mengangkatnya ke tingkat ibadah yang bernilai pahala. Pernikahan dalam Islam bukan sekadar ikatan legal untuk menyatukan dua insan, melainkan sebuah perjanjian agung (mitsaqan ghalizha) yang bertujuan untuk membangun keluarga yang penuh ketenangan (sakinah), cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Di dalam bingkai inilah, hubungan suami istri menjadi salah satu pilar utamanya.
Aktivitas seksual dalam pernikahan tidak dipandang sebagai pemuasan nafsu hewani semata. Sebaliknya, ia adalah sarana untuk menyalurkan fitrah manusia secara halal, mempererat ikatan emosional, dan melanjutkan keturunan yang shaleh. Agar aktivitas ini tidak tergelincir dari tujuan mulianya dan tetap berada dalam koridor syariat, Islam memberikan panduan berupa adab dan etika, yang puncaknya adalah memulainya dengan menyebut nama Allah SWT. Sebuah doa singkat yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ menjadi kunci pembuka, mengubah momen intim menjadi ladang keberkahan dan perlindungan dari-Nya.
Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang doa bersetubuh dalam Islam, makna yang terkandung di dalamnya, keutamaannya, serta adab-adab yang menyertainya. Memahami panduan ini bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi tentang menyelami filosofi agung di baliknya: bahwa setiap tarikan napas dan setiap gerak seorang mukmin, bahkan dalam keintiman yang paling pribadi, dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Bab 1: Kedudukan Hubungan Suami Istri dalam Islam
Untuk memahami pentingnya doa dan adab dalam hubungan intim, kita perlu terlebih dahulu memahami bagaimana Islam memandang pernikahan dan hubungan suami istri itu sendiri. Islam menempatkan ikatan pernikahan pada posisi yang sangat terhormat. Ini adalah satu-satunya jalan yang sah untuk menyatukan laki-laki dan perempuan, serta untuk menyalurkan hasrat biologis yang merupakan fitrah manusia.
Sebuah Tanda Kebesaran Allah
Al-Qur'an menggambarkan hubungan suami istri sebagai salah satu tanda kebesaran Allah. Dalam Surat Ar-Rum ayat 21, Allah SWT berfirman:
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
Ayat ini menegaskan tiga pilar utama dalam pernikahan: sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih sayang). Hubungan intim yang dilakukan dengan adab yang benar adalah salah satu cara paling efektif untuk menumbuhkan dan memelihara ketiga pilar ini. Ia bukan sekadar penyatuan fisik, melainkan juga penyatuan jiwa yang menghadirkan ketenteraman dan memperkokoh rasa cinta di antara pasangan.
Bernilai Ibadah dan Sedekah
Salah satu keindahan ajaran Islam adalah kemampuannya untuk mengubah hal-hal yang bersifat duniawi menjadi bernilai ukhrawi. Rasulullah ﷺ secara eksplisit menyatakan bahwa hubungan intim antara suami dan istri yang sah adalah sebuah bentuk sedekah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, para sahabat bertanya kepada Rasulullah ﷺ:
"Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?" Beliau menjawab, "Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskannya pada yang haram, bukankah ia mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika ia melampiaskannya pada yang halal, ia akan mendapatkan pahala." (HR. Muslim)
Hadis ini merupakan sebuah revolusi cara pandang. Ia mengajarkan bahwa pemenuhan kebutuhan biologis yang dilakukan dalam koridor yang benar tidak hanya diizinkan, tetapi juga dihargai oleh Allah dengan pahala. Ini memotivasi pasangan suami istri untuk senantiasa menjaga niat mereka, yaitu melakukan hubungan intim sebagai bentuk ketaatan, untuk menjaga kesucian diri, dan untuk membahagiakan pasangan, yang semuanya adalah bagian dari ibadah.
Tujuan Mulia Hubungan Intim
Dalam perspektif Islam, hubungan suami istri memiliki beberapa tujuan mulia yang saling melengkapi:
- Menjaga Kesucian Diri ('Iffah): Tujuan utama pernikahan adalah untuk membentengi diri dari perbuatan zina. Dengan menyalurkan hasrat seksual kepada pasangan yang halal, seorang Muslim dan Muslimah menjaga kehormatan dan kesucian dirinya serta masyarakat dari kerusakan moral.
- Memperoleh Keturunan (An-Nasl): Melanjutkan generasi adalah salah satu maqashid (tujuan) syariat. Memiliki anak yang shaleh dan shalehah yang akan mendoakan orang tuanya adalah investasi akhirat yang tak ternilai. Hubungan intim adalah sarana yang Allah tetapkan untuk tujuan mulia ini.
- Mempererat Ikatan Cinta Kasih: Keintiman fisik adalah ekspresi cinta yang paling dalam antara suami dan istri. Ia membangun kedekatan emosional, meningkatkan rasa saling percaya, dan menjadi perekat yang menguatkan rumah tangga dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
- Memenuhi Kebutuhan Fitrah: Islam mengakui bahwa hasrat seksual adalah kebutuhan alami manusia. Agama ini tidak menekannya secara ekstrem, tetapi mengaturnya dalam sebuah wadah yang terhormat dan penuh berkah, yaitu pernikahan.
Dengan memahami kedudukan yang agung ini, kita akan lebih mudah menyadari mengapa Islam memberikan perhatian khusus terhadap detail adab dan etika dalam pelaksanaannya, termasuk anjuran untuk berdoa sebelum memulainya.
Bab 2: Doa Sebelum Bersetubuh: Lafaz, Makna, dan Keutamaan
Inti dari adab hubungan suami istri adalah kesadaran untuk selalu melibatkan Allah SWT dalam setiap langkah. Doa sebelum bersetubuh adalah manifestasi nyata dari kesadaran ini. Ia adalah sebuah pernyataan bahwa bahkan dalam momen yang paling intim, seorang hamba tidak pernah lepas dari pengawasan dan perlindungan Tuhannya.
Lafaz Doa dan Terjemahannya
Doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ ini bersumber dari hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma. Beliau bersabda:
بِسْمِ اللهِ، اَللّٰهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
"Bismillah, Allahumma jannibnasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa."
"Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari rezeki (anak) yang Engkau anugerahkan kepada kami."
Tafsir dan Makna Mendalam di Balik Doa
Doa ini, meskipun singkat, mengandung makna yang sangat dalam dan komprehensif. Mari kita bedah setiap frasanya:
- بِسْمِ اللهِ (Bismillah - Dengan nama Allah): Kalimat ini adalah pembuka segala kebaikan. Dengan mengucapkannya, pasangan suami istri meniatkan bahwa aktivitas yang akan mereka lakukan adalah atas nama Allah, untuk mencari ridha-Nya, dan dalam kerangka syariat-Nya. Ini secara instan mengubah niat dari sekadar pemenuhan hasrat menjadi sebuah ibadah. Ia adalah pengakuan bahwa segala kekuatan dan kenikmatan berasal dari Allah.
- اَللّٰهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ (Allahumma jannibnasy syaithoona - Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan): Ini adalah permohonan perlindungan untuk diri pasangan itu sendiri. Setan senantiasa berusaha merusak setiap amal kebaikan manusia. Dalam hubungan intim, campur tangan setan dapat berupa bisikan-bisikan yang menimbulkan pertengkaran, rasa tidak puas, pikiran kotor terhadap selain pasangan, atau menjadikan aktivitas tersebut semata-mata sebagai pelampiasan nafsu hewani yang jauh dari nilai spiritual. Dengan memohon perlindungan ini, pasangan berharap agar momen intim mereka bersih dari segala gangguan dan waswas setan.
- وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا (Wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa - Dan jauhkanlah setan dari rezeki (anak) yang Engkau anugerahkan kepada kami): Bagian kedua dari doa ini adalah permohonan perlindungan untuk masa depan, yaitu untuk buah dari hubungan tersebut. Kata "rezeki" (مَا رَزَقْتَنَا) dalam konteks ini, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, merujuk pada anak yang mungkin akan dikandung dari hubungan tersebut. Ini adalah doa profetik yang luar biasa. Orang tua, bahkan sebelum anaknya terbentuk, telah memohonkan perlindungan kepada Allah agar kelak anaknya dijauhkan dari gangguan, godaan, dan pengaruh buruk setan sepanjang hidupnya.
Keutamaan Membaca Doa
Rasulullah ﷺ melanjutkan hadis tersebut dengan menjelaskan keutamaan luar biasa dari doa ini:
"Maka, jika Allah menakdirkan (lahirnya) seorang anak dari hubungan keduanya, niscaya setan tidak akan mampu membahayakannya selamanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan ini sangatlah besar. Para ulama menjelaskan bahwa "setan tidak akan mampu membahayakannya" bukan berarti anak tersebut akan menjadi maksum (terbebas dari dosa sama sekali), karena itu adalah sifat para nabi. Namun, maknanya adalah anak tersebut akan mendapatkan perlindungan khusus dari Allah SWT. Perlindungan ini dapat berupa:
- Perlindungan dari Gangguan Fisik Setan: Anak tersebut akan lebih terjaga dari gangguan jin dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh mereka, seperti 'ain (penyakit mata) atau sihir.
- Perlindungan dari Gangguan Moral dan Akidah: Anak tersebut akan cenderung lebih mudah menerima kebenaran, memiliki fitrah yang lurus, lebih sulit digoda oleh setan untuk melakukan kesyirikan atau dosa-dosa besar, dan lebih condong kepada ketaatan.
- Menjadi Anak yang Shaleh: Doa ini adalah salah satu ikhtiar spiritual terbesar orang tua untuk memiliki keturunan yang shaleh dan shalehah, yang menjadi penyejuk mata (qurrata a'yun).
Membaca doa ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan anak. Ia menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap pembentukan generasi rabbani yang dimulai bahkan dari sebelum proses pembuahan. Ini adalah bukti bahwa Islam tidak memisahkan antara urusan dunia (hubungan biologis) dan urusan akhirat (kesalehan anak).
Bab 3: Adab dan Etika Bersetubuh Sesuai Sunnah
Doa adalah puncaknya, namun ia dikelilingi oleh serangkaian adab dan etika yang menyempurnakan ibadah ini. Adab-adab ini bukanlah aturan yang kaku dan memberatkan, melainkan panduan untuk memaksimalkan kebaikan, keindahan, dan keberkahan dalam hubungan intim. Adab ini mencakup tahapan sebelum, selama, dan sesudah berhubungan.
Adab Sebelum Bersetubuh
Persiapan yang baik akan menghasilkan pengalaman yang baik pula. Tahap ini berfokus pada penciptaan suasana fisik dan psikologis yang kondusif.
1. Menciptakan Suasana yang Menyenangkan
Kebersihan adalah bagian dari iman. Dianjurkan bagi suami istri untuk membersihkan diri, memakai wewangian yang disukai pasangan, dan mengenakan pakaian yang menarik. Aisyah radhiyallahu 'anha menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ menyukai wangi-wangian dan selalu dalam keadaan bersih dan rapi saat bersama istri-istrinya. Suasana kamar yang bersih dan nyaman juga turut membantu membangun mood yang positif.
2. Melakukan Pemanasan (Mula'abah)
Islam sangat menekankan pentingnya pendahuluan atau foreplay sebelum melakukan penetrasi. Rasulullah ﷺ bersabda, "Janganlah salah seorang dari kalian menggauli istrinya seperti binatang, tetapi hendaklah ada 'perantara' di antara keduanya." Ketika ditanya, "Apakah 'perantara' itu?" Beliau menjawab, "Ciuman dan ucapan (mesra)." (HR. Abu Dawud, hadis dinilai dhaif oleh sebagian ulama, namun maknanya didukung oleh hadis lain dan prinsip umum syariat).
Mula'abah mencakup segala bentuk sentuhan, ciuman, pelukan, dan kata-kata cinta yang dapat membangkitkan gairah kedua belah pihak, terutama pihak istri. Hal ini penting untuk memastikan bahwa istri juga mencapai kesiapan fisik dan emosional, sehingga hubungan intim menjadi pengalaman yang sama-sama memuaskan. Ini adalah bentuk penghormatan dan pemenuhan hak istri yang sangat ditekankan dalam Islam.
3. Membaca Doa
Setelah suasana terbangun dan sebelum memulai hubungan inti, inilah saatnya membaca doa yang telah dibahas sebelumnya. Doa ini cukup dibaca oleh suami, atau oleh keduanya jika memungkinkan, dengan suara lirih yang hanya terdengar oleh mereka berdua.
Adab Selama Bersetubuh
Pada saat berlangsungnya hubungan, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan untuk menjaga kehormatan dan kesakralan momen tersebut.
1. Menjaga Privasi dan Menutup Diri
Hubungan suami istri adalah urusan yang sangat pribadi. Hendaklah dilakukan di tempat yang tertutup dan tidak terlihat oleh siapapun, termasuk anak-anak. Dianjurkan pula untuk menggunakan selimut atau kain penutup saat melakukannya. Rasulullah ﷺ bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian mendatangi istrinya, maka hendaklah ia menutup diri dan janganlah bertelanjang bulat seperti dua ekor himar (keledai)." (HR. Ibnu Majah).
2. Posisi yang Diperbolehkan
Islam memberikan kebebasan yang luas bagi suami istri untuk mengeksplorasi berbagai posisi yang mereka sukai. Al-Qur'an menyatakan dalam Surat Al-Baqarah ayat 223: "Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki."
Ayat ini ditafsirkan oleh para ulama sebagai kebolehan untuk melakukan hubungan intim dari berbagai arah (depan, belakang, samping) selama penetrasi dilakukan pada farji (vagina), yaitu tempat "bercocok tanam" untuk menghasilkan keturunan.
3. Hal-hal yang Diharamkan
Meskipun memberikan kebebasan, ada dua batasan tegas yang tidak boleh dilanggar:
- Bersetubuh melalui dubur (anal): Perbuatan ini dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya. Terdapat banyak hadis yang secara tegas melarangnya karena bertentangan dengan fitrah, merendahkan martabat manusia, dan membawa mudharat bagi kesehatan.
- Bersetubuh saat istri sedang haid: Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 222, "Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: 'Haid itu adalah suatu kotoran.' Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci." Larangan ini bersifat mutlak untuk hubungan intim (penetrasi). Namun, suami tetap boleh bermesraan dengan istrinya di area selain antara pusar dan lutut.
Adab Setelah Bersetubuh
Setelah selesai, adab dalam Islam tidak berhenti. Ada beberapa anjuran yang melengkapi kesempurnaan ibadah ini.
1. Tidak Langsung Meninggalkan Pasangan
Dianjurkan untuk tidak terburu-buru menjauh dari pasangan setelah ejakulasi. Tetaplah berpelukan, mengucapkan kata-kata terima kasih atau pujian, untuk menjaga kehangatan dan kedekatan emosional.
2. Melakukan Mandi Wajib (Ghusl Janabah)
Setelah bersetubuh, pasangan berada dalam keadaan junub atau hadas besar. Untuk bisa kembali melakukan ibadah seperti shalat dan membaca Al-Qur'an, mereka diwajibkan untuk mandi besar (ghusl). Mandi junub adalah cara untuk menyucikan diri secara fisik dan spiritual.
Jika ingin tidur atau makan setelah berhubungan dan belum sempat mandi besar, sangat dianjurkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Hal ini didasarkan pada hadis dari Aisyah radhiyallahu 'anha, "Apabila Nabi ﷺ berada dalam keadaan junub dan ingin makan atau tidur, beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat." (HR. Muslim).
3. Menjaga Kerahasiaan
Salah satu adab terpenting adalah menjaga rapat-rapat rahasia ranjang. Menceritakan detail hubungan intim kepada orang lain adalah perbuatan tercela dan diharamkan. Rasulullah ﷺ menyamakan orang yang melakukan hal ini sebagai salah satu manusia terburuk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat. Menjaga rahasia ini adalah bagian dari menjaga kehormatan (muru'ah) diri sendiri dan pasangan.
Bab 4: Hikmah dan Manfaat Spiritual di Balik Adab Bersetubuh
Setiap aturan dan anjuran dalam syariat Islam pasti mengandung hikmah dan manfaat yang besar, baik yang bisa dinalar oleh akal manusia maupun yang tidak. Demikian pula dengan serangkaian adab seputar hubungan suami istri ini. Ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah jalan untuk meraih kebaikan yang lebih besar.
Mengangkat Derajat Sebuah Fitrah
Dengan adanya doa dan adab, Islam mengangkat derajat hubungan intim dari sekadar aktivitas biologis yang juga dilakukan oleh hewan, menjadi sebuah amal shaleh yang bernilai ibadah. Ia menjadi sarana dzikrullah (mengingat Allah), manifestasi syukur atas nikmat pasangan, dan bentuk ketaatan pada syariat-Nya. Ini menanamkan kesadaran bahwa Allah Maha Melihat bahkan dalam momen yang paling tersembunyi sekalipun, sehingga menumbuhkan sifat muraqabah (merasa diawasi Allah).
Membangun Rumah Tangga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah
Adab-adab seperti mula'abah, komunikasi yang baik, dan menjaga perasaan pasangan adalah resep praktis untuk membangun keharmonisan. Ketika suami memperhatikan kepuasan istri dan istri berusaha menyenangkan suami, maka pilar mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang) akan semakin kokoh. Rumah tangga yang dihiasi dengan adab Islam akan terasa lebih tenang (sakinah) karena setiap hak dan kewajiban dipenuhi dengan landasan iman, bukan sekadar tuntutan.
Fondasi Pendidikan Anak Sejak Dini
Doa sebelum bersetubuh adalah bentuk pendidikan anak yang paling dini. Orang tua yang memulainya dengan nama Allah dan permohonan perlindungan telah meletakkan batu pertama bagi kesalehan anaknya. Ini adalah ikhtiar spiritual untuk membentengi sang anak dari pengaruh buruk setan. Anak yang lahir dari proses yang diberkahi diharapkan akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mudah diarahkan pada kebaikan, memiliki hati yang bersih, dan fitrah yang lurus.
Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
Secara tidak langsung, adab-adab ini juga selaras dengan ilmu pengetahuan modern. Anjuran kebersihan sebelum dan sesudah berhubungan tentu baik untuk kesehatan reproduksi. Pentingnya foreplay diakui oleh para ahli sebagai kunci untuk hubungan seksual yang sehat dan memuaskan bagi kedua belah pihak, yang berdampak positif pada kesehatan mental dan mengurangi stres. Larangan berhubungan saat haid juga terbukti secara medis dapat mengurangi risiko infeksi. Ini menunjukkan bahwa syariat Islam tidak pernah bertentangan dengan kemaslahatan manusia.
Kesimpulan: Keindahan Islam dalam Ruang Paling Privat
Hubungan suami istri dalam Islam adalah sebuah permadani indah yang ditenun dengan benang-benang ibadah, cinta, dan keberkahan. Ia bukanlah aktivitas yang terpisah dari nilai-nilai spiritual, melainkan merupakan bagian integral dari penghambaan seorang Muslim kepada Rabb-nya. Doa sebelum bersetubuh adalah gerbang yang membuka pintu keberkahan, mengubah gairah menjadi pahala, dan melindungi buah hati dari kejahatan yang tak terlihat.
Dengan memahami dan mengamalkan doa serta adab-adab yang telah digariskan, pasangan suami istri tidak hanya memenuhi kebutuhan biologis dan emosional mereka, tetapi juga sedang membangun istana mereka di surga. Mereka menanam benih-benih kesalehan untuk generasi penerus dan memperkokoh benteng rumah tangga dari badai kehidupan.
Pada akhirnya, keindahan Islam terpancar dari kemampuannya memberikan cahaya petunjuk di setiap lorong kehidupan, bahkan di ruang yang paling privat. Ia mengajarkan bahwa setiap detik yang dilalui dengan niat karena Allah adalah ibadah. Semoga setiap pasangan Muslim dapat menjadikan momen keintiman mereka sebagai sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya, meraih ridha-Nya, dan melahirkan generasi Qur'ani yang menjadi penyejuk mata di dunia dan akhirat.