Panduan Lengkap Ilmu Tajwid Beserta Contohnya
Perintah pertama dalam Al-Qur'an adalah "Bacalah" (Iqra'). Ilmu Tajwid adalah kunci untuk memenuhi perintah ini dengan kesempurnaan.
Ilmu Tajwid adalah fondasi utama dalam membaca Al-Qur'an. Secara bahasa, tajwid berarti memperindah atau melakukan sesuatu dengan baik. Secara istilah, tajwid adalah ilmu yang mempelajari cara melafalkan huruf-huruf Al-Qur'an dari tempat keluarnya (makhraj) dengan memberikan setiap hak dan mustahaknya, seperti sifat-sifat huruf, hukum bacaan panjang (mad), dengung (ghunnah), dan lainnya. Mempelajari tajwid hukumnya fardhu kifayah, namun mengamalkannya saat membaca Al-Qur'an adalah fardhu 'ain bagi setiap Muslim.
Tujuan utama dari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lisan dari kesalahan (lahn) saat membaca Kalamullah, sehingga makna yang terkandung di dalamnya tetap terjaga dan pembacaannya sesuai dengan cara Rasulullah SAW membacanya.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai hukum bacaan dalam ilmu tajwid, disertai dengan contoh-contoh yang diambil langsung dari ayat-ayat suci Al-Qur'an untuk memudahkan pemahaman dan praktik. Pembahasan akan mencakup pilar-pilar utama tajwid yang wajib diketahui oleh setiap pembaca Al-Qur'an.
Hukum Nun Sukun (نْ) dan Tanwin (ــًــٍــٌ)
Hukum Nun Sukun dan Tanwin adalah salah satu bab paling fundamental dalam ilmu tajwid. Hukum ini berlaku ketika nun sukun (نْ) atau tanwin (fathatain, kasratain, dhammatain) bertemu dengan salah satu dari 28 huruf hijaiyah. Terdapat empat hukum utama dalam kategori ini.
1. Izhar Halqi (إِظْهَار حَلْقِي) - Bacaan Jelas
Izhar secara bahasa berarti jelas atau terang. Halqi berarti tenggorokan. Jadi, Izhar Halqi adalah melafalkan nun sukun atau tanwin dengan jelas dan terang tanpa ada dengungan (ghunnah) ketika bertemu dengan huruf-huruf halqi (huruf tenggorokan).
Huruf-huruf Izhar Halqi ada enam, yaitu: ء (Hamzah), ه (Ha), ع ('Ain), ح (Ha'), غ (Ghain), خ (Kha).
Contoh Izhar Halqi dalam Al-Qur'an:
-
Bertemu Hamzah (ء):
مَنْ آمَنَ
Pada contoh di atas, nun sukun pada مَنْ dibaca jelas karena bertemu dengan hamzah pada آمَنَ.
عَذَابٌ أَلِيمٌ
Tanwin pada عَذَابٌ dibaca jelas bertemu hamzah pada أَلِيمٌ.
-
Bertemu Ha (ه):
مِنْهُمْ
Nun sukun pada مِنْ dibaca jelas bertemu ha pada هُمْ.
وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ
Tanwin pada قَوْمٍ dibaca jelas bertemu ha pada هَادٍ.
-
Bertemu 'Ain (ع):
أَنْعَمْتَ
Nun sukun pada أَنْ dibaca jelas bertemu 'ain pada عَمْتَ.
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tanwin pada سَمِيعٌ dibaca jelas bertemu 'ain pada عَلِيمٌ.
-
Bertemu Ha' (ح):
فَانْحَرْ
Nun sukun pada فَانْ dibaca jelas bertemu ha' pada حَرْ.
عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Tanwin pada عَزِيزٌ dibaca jelas bertemu ha' pada حَكِيمٌ.
-
Bertemu Ghain (غ):
مِنْ غِلٍّ
Nun sukun pada مِنْ dibaca jelas bertemu ghain pada غِلٍّ.
عَفُوٌّ غَفُورٌ
Tanwin pada عَفُوٌّ dibaca jelas bertemu ghain pada غَفُورٌ.
-
Bertemu Kha (خ):
وَالْمُنْخَنِقَةُ
Nun sukun pada الْمُنْ dibaca jelas bertemu kha pada خَنِقَةُ.
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Tanwin pada عَلِيمٌ dibaca jelas bertemu kha pada خَبِيرٌ.
2. Idgham (إِدْغَام) - Meleburkan Bacaan
Idgham secara bahasa berarti meleburkan atau memasukkan. Dalam tajwid, idgham adalah meleburkan suara nun sukun atau tanwin ke dalam huruf berikutnya, sehingga menjadi satu ucapan yang bertasydid. Idgham terbagi menjadi dua jenis.
A. Idgham Bighunnah (إِدْغَام بِغُنَّةٍ) - Melebur dengan Dengung
Terjadi ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu dari empat huruf: ي (Ya), ن (Nun), م (Mim), و (Waw), yang terkumpul dalam kata يَنْمُوْ. Bacaannya dileburkan ke huruf setelahnya sambil didengungkan (ghunnah) selama 2-3 harakat.
-
Bertemu Ya (ي):
فَمَنْ يَعْمَلْ
Dibaca: famay ya'mal, dengan suara nun melebur ke ya disertai dengung.
خَيْرًا يَرَهُ
Dibaca: khairay yarah.
-
Bertemu Nun (ن):
عَنْ نَفْسٍ
Dibaca: 'an nafs, dengan dengung yang sempurna.
حِطَّةٌ نَغْفِرْ
Dibaca: hittatun naghfir.
-
Bertemu Mim (م):
مِنْ مَالٍ
Dibaca: mim māl.
مَثَلًا مَا
Dibaca: mathalam mā.
-
Bertemu Waw (و):
مِنْ وَالٍ
Dibaca: miw wāl.
غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ
Dibaca: ghisāwatuw wa lahum.
Pengecualian: Jika nun sukun bertemu dengan huruf idgham bighunnah dalam satu kata, maka dibaca Izhar (jelas) dan disebut Izhar Wajib atau Izhar Mutlaq. Contohnya hanya ada di beberapa kata dalam Al-Qur'an:
الدُّنْيَا - صِنْوَانٌ - قِنْوَانٌ - بُنْيَانٌ
B. Idgham Bilaghunnah (إِدْغَام بِلَا غُنَّةٍ) - Melebur Tanpa Dengung
Terjadi ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan dua huruf: ل (Lam) dan ر (Ra). Bacaannya dileburkan secara sempurna ke huruf setelahnya tanpa disertai dengungan.
-
Bertemu Lam (ل):
مِنْ لَدُنْهُ
Dibaca: mil ladunhu. Suara nun hilang total dan masuk ke huruf lam.
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Dibaca: hudal lilmuttaqīn.
-
Bertemu Ra (ر):
مِنْ رَبِّهِمْ
Dibaca: mir rabbihim. Suara nun hilang total dan masuk ke huruf ra.
غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dibaca: ghafūrur rahīm.
3. Iqlab (إِقْلَاب) - Mengubah Bacaan
Iqlab secara bahasa berarti mengubah atau menukar. Dalam tajwid, iqlab adalah mengubah bunyi nun sukun atau tanwin menjadi bunyi mim (م) yang disamarkan dan didengungkan ketika bertemu dengan satu huruf, yaitu ب (Ba). Tanda iqlab dalam mushaf seringkali berupa huruf mim kecil (م) yang diletakkan di atas nun sukun atau di samping tanwin.
Contoh Iqlab dalam Al-Qur'an:
-
Nun Sukun bertemu Ba (ب):
مِنْ بَعْدِ
Dibaca: mim ba'di, dengan bibir dirapatkan ringan untuk menghasilkan suara mim yang samar dan didengungkan.
أَنْبِئْهُمْ
Dibaca: ambihum.
-
Tanwin bertemu Ba (ب):
سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Dibaca: samī'um bashīr.
بِذَنْبِهِمْ
Dibaca: bidzambihim (contoh tanwin kasrah dalam kata ذَنْبٍ).
4. Ikhfa' Haqiqi (إِخْفَاء حَقِيْقِي) - Bacaan Samar
Ikhfa' secara bahasa berarti menyembunyikan atau menyamarkan. Dalam tajwid, ikhfa' adalah melafalkan nun sukun atau tanwin dengan suara antara izhar dan idgham, disertai dengan dengungan (ghunnah). Posisi lidah sudah bersiap menuju makhraj huruf berikutnya.
Huruf-huruf Ikhfa' Haqiqi ada 15, yaitu sisa huruf hijaiyah setelah dikurangi huruf Izhar, Idgham, dan Iqlab. Huruf-huruf tersebut adalah: ت, ث, ج, د, ذ, ز, س, ش, ص, ض, ط, ظ, ف, ق, ك.
Kualitas dengungan pada ikhfa' (tebal atau tipis) tergantung pada huruf setelahnya. Jika huruf setelahnya adalah huruf tebal (isti'la: ص, ض, ط, ظ, ق), maka ghunnahnya menjadi tebal. Jika huruf setelahnya tipis, ghunnahnya juga tipis.
Contoh Ikhfa' Haqiqi dalam Al-Qur'an:
| Huruf | Contoh Nun Sukun | Contoh Tanwin |
|---|---|---|
| ت (Ta) | أَنْتُمْ | جَنَّاتٍ تَجْرِي |
| ث (Tsa) | مِنْ ثَمَرَةٍ | مَاءً ثَجَّاجًا |
| ج (Jim) | أَنْجَيْنَاكُمْ | خَلْقٍ جَدِيدٍ |
| د (Dal) | عِنْدَ | قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ |
| ذ (Dzal) | مُنْذِرٌ | ظِلًّا ذِي |
| ز (Zai) | أَنْزَلَ | نَفْسًا زَكِيَّةً |
| س (Sin) | الْإِنْسَانُ | رَجُلًا سَلَمًا |
| ش (Syin) | أَنْشَرَهُ | عَذَابٌ شَدِيدٌ |
| ص (Shad) | يَنْصُرْكُمْ | رِيحًا صَرْصَرًا |
| ض (Dhad) | مَنْضُودٍ | قَوْمًا ضَالِّينَ |
| ط (Tha) | انْطَلِقُوا | كَلِمَةً طَيِّبَةً |
| ظ (Zha) | يَنْظُرُونَ | ظِلًّا ظَلِيلًا |
| ف (Fa) | فَانْفَلَقَ | خَالِدًا فِيهَا |
| ق (Qaf) | يَنْقَلِبُونَ | سَلَامٌ قَوْلًا |
| ك (Kaf) | مِنْكُمْ | عِذَابًا كُبَّارًا |
Hukum Mim Sukun (مْ)
Hukum ini berlaku ketika mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah. Terdapat tiga hukum yang berlaku.
1. Ikhfa' Syafawi (إِخْفَاء شَفَوِي) - Samar di Bibir
Syafawi berarti bibir, karena huruf mim dan ba keluar dari bibir. Hukum ini terjadi ketika mim sukun (مْ) bertemu dengan satu huruf, yaitu ب (Ba). Cara membacanya adalah dengan menyamarkan suara mim sukun sambil didengungkan (ghunnah), dengan merapatkan bibir secara ringan.
Contoh Ikhfa' Syafawi:
تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ
Pada contoh di atas, تَرْمِيهِمْ bertemu بِحِجَارَةٍ. Suara mim sukun dibaca samar dengan dengung.
وَهُمْ بَارِزُونَ
Mim sukun pada وَهُمْ bertemu بَارِزُونَ.
2. Idgham Mitslain (إِدْغَام مِثْلَيْن) - Melebur Dua yang Sama
Juga dikenal sebagai Idgham Syafawi. Terjadi ketika mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf yang sama, yaitu م (Mim). Cara membacanya adalah dengan meleburkan mim pertama ke mim kedua sehingga menjadi satu ucapan mim yang bertasydid, disertai dengan dengung (ghunnah) yang sempurna.
Contoh Idgham Mitslain:
وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ
Mim sukun pada وَلَكُمْ bertemu dengan mim pada مَا.
أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ
Mim sukun pada أَطْعَمَهُمْ bertemu dengan mim pada مِنْ.
3. Izhar Syafawi (إِظْهَار شَفَوِي) - Jelas di Bibir
Terjadi ketika mim sukun (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah selain mim (م) dan ba (ب). Total ada 26 huruf. Cara membacanya adalah dengan melafalkan mim sukun secara jelas, terang, dan tanpa dengung, dengan bibir tertutup rapat.
Penting untuk berhati-hati agar tidak memantulkan suara mim sukun dan tidak membacanya terlalu cepat. Terutama saat bertemu huruf و (waw) dan ف (fa) karena makhrajnya berdekatan.
Contoh Izhar Syafawi:
-
Bertemu Ta (ت):
أَمْتَرْتُمْ
-
Bertemu Waw (و):
عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
-
Bertemu Fa (ف):
هُمْ فِيهَا
-
Bertemu Hamzah (ء):
ظَمْآنُ
-
Bertemu 'Ain (ع):
لَعَلَّكُمْ عَقَلْتُمْ
Hukum Mad (الْمَدّ) - Bacaan Panjang
Mad secara bahasa berarti memanjangkan atau menambah. Dalam tajwid, mad adalah memanjangkan suara pada huruf mad atau huruf lin. Mad adalah salah satu bab terluas dalam tajwid dan terbagi menjadi dua kategori besar.
1. Mad Asli / Mad Thabi'i (مَدّ طَبِيْعِي)
Mad Asli atau Mad Thabi'i adalah mad dasar yang menjadi pokok bagi mad-mad lainnya. Disebut thabi'i karena pemilik tabiat yang lurus tidak akan mengurangi atau melebihkan panjangnya dari ukuran yang semestinya. Panjangnya adalah 2 harakat atau 1 alif.
Syarat terjadinya Mad Thabi'i ada tiga:
- Huruf berharakat Fathah bertemu dengan Alif (ا).
- Huruf berharakat Kasrah bertemu dengan Ya Sukun (يْ).
- Huruf berharakat Dhammah bertemu dengan Waw Sukun (وْ).
Contoh Mad Thabi'i:
قَالَ - يَقُوْلُ - قِيْلَ
Pada kata قَالَ, huruf قَ (fathah) bertemu alif. Pada kata يَقُوْلُ, huruf قُ (dhammah) bertemu waw sukun. Pada kata قِيْلَ, huruf قِ (kasrah) bertemu ya sukun. Semuanya dibaca panjang 2 harakat.
2. Mad Far'i (مَدّ فَرْعِي)
Mad Far'i adalah mad cabang yang panjangnya melebihi Mad Thabi'i (lebih dari 2 harakat). Terjadinya Mad Far'i disebabkan oleh dua hal: Hamzah atau Sukun.
A. Mad yang Disebabkan oleh Hamzah
-
Mad Wajib Muttasil (مَدّ وَاجِب مُتَّصِل) - Wajib Bersambung
Terjadi apabila huruf mad bertemu dengan hamzah (ء) dalam satu kata. Dinamakan wajib karena para ulama qira'at sepakat untuk memanjangkannya lebih dari 2 harakat. Panjangnya adalah 4 atau 5 harakat.
Contoh: جَآءَ, السَّمَآءِ, سُوْءَ
-
Mad Jaiz Munfasil (مَدّ جَائِز مُنْفَصِل) - Boleh Terpisah
Terjadi apabila huruf mad bertemu dengan hamzah (ء) di lain kata (huruf mad di akhir kata pertama, dan hamzah di awal kata kedua). Dinamakan jaiz karena ada perbedaan pendapat ulama dalam kadar panjangnya. Panjangnya boleh 2, 4, atau 5 harakat. Namun, dalam riwayat Hafs 'an Ashim melalui jalur Syathibiyyah, dibaca 4 atau 5 harakat.
Contoh: يَا أَيُّهَا, بِمَا أُنْزِلَ, قُوْا أَنْفُسَكُمْ
-
Mad Shilah Thawilah (مَدّ صِلَة طَوِيْلَة) - Hubung yang Panjang
Terjadi pada ha' dhamir (kata ganti هُ atau هِ) yang terletak di antara dua huruf hidup, dan setelahnya bertemu dengan hamzah. Panjangnya sama seperti Mad Jaiz Munfasil, yaitu 4 atau 5 harakat.
Contoh: عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ, مَالَهُ أَخْلَدَهُ
-
Mad Badal (مَدّ بَدَل) - Mad Pengganti
Terjadi apabila setiap hamzah dibaca panjang. Secara sederhana, mad badal adalah ketika huruf hamzah mendahului huruf mad. Asalnya adalah dua hamzah, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun, kemudian hamzah kedua diganti (badal) menjadi huruf mad yang sesuai dengan harakat hamzah pertama. Panjangnya adalah 2 harakat.
Contoh: آمَنُوْا (asalnya: أَأْمَنُوْا), إِيْمَانًا (asalnya: إِئْمَانًا), أُوْتُوا (asalnya: أُؤْتُوا)
B. Mad yang Disebabkan oleh Sukun
-
Mad 'Aridh Lissukun (مَدّ عَارِض لِلسُّكُوْن) - Mad karena Sukun Sementara
Terjadi apabila huruf mad bertemu dengan huruf hidup yang disukunkan karena waqaf (berhenti). Jadi, sukunnya tidak asli, melainkan karena bacaan dihentikan. Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat, namun konsisten dalam sekali baca.
Contoh: Saat waqaf pada akhir ayat الرَّحِيْمِ, تَعْلَمُوْنَ, نَسْتَعِيْنُ.
-
Mad Lazim (مَدّ لَازِم) - Mad yang Wajib Panjang
Terjadi apabila setelah huruf mad terdapat sukun asli (bukan karena waqaf), baik dalam satu kata atau pada huruf. Mad Lazim wajib dibaca paling panjang, yaitu 6 harakat. Mad Lazim terbagi empat:
- Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal (مَدّ لَازِم كَلِمِي مُثَقَّل): Terjadi jika setelah huruf mad ada huruf bertasydid dalam satu kata. Tasydid pada hakikatnya terdiri dari dua huruf, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Contoh: الصَّآخَّةُ, الطَّآمَّةُ, وَلَا الضَّآلِّيْنَ.
- Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf (مَدّ لَازِم كَلِمِي مُخَفَّف): Terjadi jika setelah huruf mad ada huruf bersukun asli (bukan tasydid) dalam satu kata. Contohnya hanya ada satu kata dalam Al-Qur'an pada dua tempat (Surat Yunus ayat 51 dan 91): آلْآنَ.
- Mad Lazim Harfi Mutsaqqal (مَدّ لَازِم حَرْفِي مُثَقَّل): Terjadi pada huruf-huruf muqatha'ah (potongan huruf) di awal surat, yang bila dieja terdiri dari tiga huruf, di mana huruf tengahnya adalah huruf mad dan huruf ketiganya diidghamkan (dilebur) ke huruf setelahnya. Contoh: Pada الۤمۤ, ejaan Lam (لَامْ) bertemu ejaan Mim (مِيْمْ). Mim sukun pada Lam diidghamkan ke Mim berikutnya, sehingga dibaca panjang 6 harakat dengan tasydid.
- Mad Lazim Harfi Mukhaffaf (مَدّ لَازِم حَرْفِي مُخَفَّف): Terjadi pada huruf-huruf muqatha'ah yang bila dieja terdiri dari tiga huruf, di mana huruf tengahnya adalah huruf mad dan huruf ketiganya sukun asli dan tidak diidghamkan. Contoh: قۤ (dibaca: قَافْ), نۤ (dibaca: نُوْنْ), صۤ (dibaca: صَادْ).
-
Mad Lin/Layyin (مَدّ لِيْن) - Mad Lunak
Terjadi apabila huruf Lin, yaitu waw sukun (وْ) atau ya sukun (يْ) yang didahului harakat fathah, bertemu dengan huruf yang disukunkan karena waqaf. Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat.
Contoh: Saat waqaf pada kata خَوْفٌ (menjadi خَوْفْ), الْبَيْتِ (menjadi الْبَيْتْ), قُرَيْشٍ (menjadi قُرَيْشْ).
Qalqalah (قَلْقَلَة) - Pantulan Suara
Qalqalah secara bahasa berarti getaran atau guncangan. Dalam tajwid, qalqalah adalah memantulkan suara pada saat huruf-huruf qalqalah dalam keadaan sukun (mati), baik sukun asli maupun sukun karena waqaf.
Huruf-huruf Qalqalah ada lima, yang terkumpul dalam kalimat قُطْبُ جَدٍّ, yaitu: ق (Qaf), ط (Tha), ب (Ba), ج (Jim), د (Dal).
Qalqalah terbagi menjadi dua tingkatan utama, dan sebagian ulama menambahkan tingkatan ketiga.
1. Qalqalah Sughra (قَلْقَلَة صُغْرَى) - Pantulan Kecil
Terjadi ketika salah satu huruf qalqalah berada di tengah kata atau di akhir kata yang tidak diwaqafkan (bacaan bersambung). Pantulannya lebih ringan atau kecil.
Contoh Qalqalah Sughra:
يَجْعَلُونَ - يَقْطَعُونَ - خَلَقْنَا - يَدْخُلُونَ - يُبْدِئُ
2. Qalqalah Kubra (قَلْقَلَة كُبْرَى) - Pantulan Besar
Terjadi ketika salah satu huruf qalqalah berada di akhir kata dan dibaca waqaf (berhenti). Pantulannya lebih kuat dan jelas daripada Qalqalah Sughra.
Contoh Qalqalah Kubra:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Huruf د pada أَحَدٌ diwaqafkan, sehingga dibaca dengan pantulan yang kuat.
الْفَلَقِ - مُحِيطٌ - الْبُرُوجِ - الْحَسَدِ
3. Qalqalah Akbar (قَلْقَلَة أَكْبَر) - Pantulan Paling Besar
Ini adalah tingkatan qalqalah yang paling kuat. Terjadi ketika huruf qalqalah yang bertasydid berada di akhir kata dan dibaca waqaf.
Contoh Qalqalah Akbar:
وَتَبَّ
Huruf ب pada وَتَبَّ bertasydid dan diwaqafkan, pantulannya sangat kuat.
الْحَقُّ
Huruf ق pada الْحَقُّ bertasydid dan diwaqafkan.
Hukum Lam (ل) dan Ra (ر)
Hukum bacaan untuk huruf Lam dan Ra memiliki kekhususan, terutama terkait dengan tebal (tafkhim) dan tipis (tarqiq).
Hukum Lam Ta'rif (ال)
Hukum ini berlaku pada alif lam (ال) yang berada di awal kata benda.
-
Alif Lam Qamariyah (الْقَمَرِيَّة) - Lam Bulan
Terjadi jika alif lam bertemu dengan salah satu dari 14 huruf Qamariyah. Huruf lam dibaca dengan jelas (izhar). Huruf-hurufnya terkumpul dalam kalimat: اِبْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَقِيْمَهُ. (ء, ب, غ, ح, ج, ك, و, خ, ف, ع, ق, ي, م, ه).
Contoh: الْقَمَرُ, الْكِتَابُ, الْحَمْدُ, الْغَفُورُ.
-
Alif Lam Syamsiyah (الشَّمْسِيَّة) - Lam Matahari
Terjadi jika alif lam bertemu dengan salah satu dari 14 huruf Syamsiyah. Huruf lam tidak dibaca, melainkan dileburkan (idgham) ke huruf setelahnya, sehingga huruf setelahnya dibaca bertasydid.
Huruf-hurufnya adalah sisa 14 huruf hijaiyah lainnya: ت, ث, د, ذ, ر, ز, س, ش, ص, ض, ط, ظ, ل, ن.
Contoh: الشَّمْسُ, الرَّحْمَٰنُ, الصَّلَاةَ, النَّاسُ.
Hukum Lam pada Lafzul Jalalah (الله)
-
Tafkhim (تَفْخِيْم) - Tebal: Dibaca tebal (seperti "loh") jika huruf sebelumnya berharakat fathah atau dhammah.
Contoh: هُوَ اللهُ, قَالَ اللهُ, عَبْدُ اللهِ
-
Tarqiq (تَرْقِيْق) - Tipis: Dibaca tipis (seperti "lah") jika huruf sebelumnya berharakat kasrah.
Contoh: بِسْمِ اللهِ, لِلّٰهِ, قُلِ اللَّهُمَّ
Hukum Ra (ر)
-
Ra Tafkhim (تَفْخِيْم) - Tebal: Ra dibaca dengan mengangkat pangkal lidah, menghasilkan suara yang tebal. Kondisi-kondisinya antara lain:
- Jika Ra berharakat fathah atau dhammah: رَبُّنَا, رُزِقْنَا.
- Jika Ra sukun didahului fathah atau dhammah: مَرْيَمَ, الْقُرْآنُ.
- Jika Ra sukun didahului kasrah 'aridhah (tidak asli, seperti pada hamzah washal): ارْجِعِي.
- Jika Ra sukun didahului kasrah asli, namun setelahnya ada huruf isti'la (خ, ص, ض, غ, ط, ق, ظ) dalam satu kata: مِرْصَادًا, قِرْطَاسٍ.
-
Ra Tarqiq (تَرْقِيْق) - Tipis: Ra dibaca dengan menurunkan pangkal lidah. Kondisi-kondisinya antara lain:
- Jika Ra berharakat kasrah: رِجَالٌ, كَرِيْمٌ.
- Jika Ra sukun didahului kasrah asli dan setelahnya bukan huruf isti'la: فِرْعَوْنَ, مِرْيَةٍ.
- Jika Ra sukun karena waqaf dan sebelumnya ada ya sukun: خَيْرٌ (dibaca خَيْرْ), قَدِيْرٌ (dibaca قَدِيْرْ).
- Jawazul Wajhain (جَوَازُ الْوَجْهَيْنِ) - Boleh Keduanya: Dalam beberapa kasus tertentu, Ra boleh dibaca tebal atau tipis. Contoh yang paling terkenal adalah pada kata فِرْقٍ dalam Surat Asy-Syu'ara ayat 63. Boleh dibaca tebal karena setelah ra sukun ada huruf isti'la (qaf), boleh dibaca tipis karena ra sukun didahului kasrah.
Kesimpulan
Mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid adalah sebuah perjalanan mulia dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an. Setiap hukum, dari yang paling dasar seperti Izhar hingga yang lebih kompleks seperti Mad Lazim, memiliki peran penting dalam menyempurnakan bacaan dan menjaga keaslian lafaz Kalam Ilahi. Memahami contoh-contoh tajwid ini adalah langkah awal yang krusial. Namun, puncaknya adalah dengan mempraktikkannya secara konsisten di bawah bimbingan seorang guru yang ahli (talaqqi), agar bacaan kita semakin mendekati kesempurnaan bacaan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Semoga Allah SWT memudahkan kita semua dalam mempelajari dan mengamalkan Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya.