Membaca Al-Quran adalah sebuah perjalanan spiritual yang mendalam bagi setiap Muslim. Ia bukan sekadar aktivitas melafalkan huruf Arab, melainkan sebuah interaksi langsung dengan firman Allah SWT. Keindahan dan keberkahan akan terasa lebih sempurna ketika kita mampu membacanya dengan lancar dan benar sesuai kaidah yang telah ditetapkan. Namun, bagi sebagian orang, terutama pemula, perjalanan ini mungkin terasa menantang.
Artikel ini dirancang sebagai panduan komprehensif, sebuah peta jalan yang akan membimbing Anda langkah demi langkah. Mulai dari fondasi paling dasar yaitu mengenal huruf, memahami cara pengucapan yang tepat, mempelajari aturan-aturan tajwid, hingga strategi praktis untuk mencapai kelancaran. Anggaplah ini sebagai sahabat Anda dalam memulai atau menyempurnakan bacaan Al-Quran Anda. Ingatlah, setiap perjalanan besar dimulai dengan satu langkah kecil, dan niat tulus Anda adalah langkah pertama yang paling berharga.
Bagian 1: Fondasi yang Kokoh - Mengenal Huruf dan Tanda Baca
Sebelum membangun sebuah gedung yang megah, kita memerlukan fondasi yang kokoh. Dalam membaca Al-Quran, fondasi itu adalah pengenalan huruf hijaiyah dan tanda bacanya. Mengabaikan tahap ini sama saja dengan membangun di atas pasir; bangunan bacaan kita akan mudah goyah.
1.1 Pengenalan Huruf Hijaiyah
Huruf hijaiyah adalah alfabet dalam bahasa Arab, yang menjadi komponen dasar setiap kata dalam Al-Quran. Terdapat 29 huruf yang harus kita kenali, hafal, dan pahami bentuknya, baik saat berdiri sendiri maupun saat bersambung dengan huruf lain.
- ا (Alif)
- ب (Ba')
- ت (Ta')
- ث (Tsa')
- ج (Jim)
- ح (Ha')
- خ (Kha')
- د (Dal)
- ذ (Dzal)
- ر (Ra')
- ز (Zay)
- س (Sin)
- ش (Syin)
- ص (Shad)
- ض (Dhad)
- ط (Tha')
- ظ (Zha')
- ع ('Ayn)
- غ (Ghain)
- ف (Fa')
- ق (Qaf)
- ك (Kaf)
- ل (Lam)
- م (Mim)
- ن (Nun)
- ه (Ha)
- و (Waw)
- ي (Ya')
- ء (Hamzah)
Penting untuk meluangkan waktu khusus menghafal bentuk dan nama setiap huruf. Gunakan kartu bantu (flashcard) atau aplikasi belajar untuk mempercepat proses ini. Perhatikan juga perubahan bentuk huruf saat berada di awal, tengah, dan akhir kata.
1.2 Makharijul Huruf: Mengucapkan Huruf dari Tempatnya
Ini adalah salah satu pilar terpenting untuk membaca dengan benar. Makharijul Huruf adalah ilmu yang mempelajari tempat keluarnya setiap huruf hijaiyah dari organ bicara kita. Pengucapan yang salah dapat mengubah arti sebuah kata. Secara umum, tempat keluar huruf terbagi menjadi lima bagian utama:
Al-Jauf (Rongga Mulut dan Tenggorokan)
Ini adalah ruang kosong di dalam mulut hingga tenggorokan. Dari sini keluar huruf-huruf Mad (bacaan panjang), yaitu: Alif (ا) sebelumnya fathah, Waw sukun (وْ) sebelumnya dhammah, dan Ya' sukun (يْ) sebelumnya kasrah.
Al-Halq (Tenggorokan)
Area tenggorokan terbagi menjadi tiga bagian:
- Pangkal Tenggorokan (Aqshal Halq): Tempat keluarnya huruf ء (Hamzah) dan ه (Ha).
- Tengah Tenggorokan (Wasathul Halq): Tempat keluarnya huruf ع ('Ayn) dan ح (Ha'). Rasakan getaran di tengah tenggorokan saat mengucapkannya.
- Ujung Tenggorokan (Adnal Halq): Tempat keluarnya huruf غ (Ghain) dan خ (Kha').
Al-Lisan (Lidah)
Lidah adalah organ yang paling banyak menghasilkan bunyi huruf. Bagian ini sangat kompleks dan terbagi lagi menjadi beberapa area:
- Pangkal Lidah (Aqshal Lisan): Dekat dengan tenggorokan. Huruf ق (Qaf) keluar dari pangkal lidah menyentuh langit-langit lunak. Sedikit ke depan, huruf ك (Kaf) keluar dari pangkal lidah menyentuh langit-langit antara bagian keras dan lunak.
- Tengah Lidah (Wasathul Lisan): Menyentuh langit-langit di atasnya. Tempat keluarnya huruf ج (Jim), ش (Syin), dan ي (Ya').
- Sisi Lidah (Hafatul Lisan): Tempat keluarnya huruf ض (Dhad), salah satu huruf tersulit. Sisi lidah (kiri, kanan, atau keduanya) menyentuh gigi geraham atas. Huruf ل (Lam) keluar dari ujung sisi lidah hingga penghabisan ujung lidah, menyentuh gusi gigi seri atas.
- Ujung Lidah (Tharful Lisan): Menghasilkan paling banyak huruf. Tempat keluarnya huruf ن (Nun), ر (Ra'), ط (Tha'), د (Dal), ت (Ta'), ص (Shad), س (Sin), ز (Zay), ظ (Zha'), ذ (Dzal), dan ث (Tsa'). Masing-masing memiliki titik sentuh yang spesifik pada gusi atau gigi.
Asy-Syafatain (Dua Bibir)
Beberapa huruf terbentuk dari interaksi kedua bibir atau bibir dengan gigi.
- Huruf ف (Fa'): Bibir bawah bagian dalam menyentuh ujung gigi seri atas.
- Huruf و (Waw), ب (Ba'), م (Mim): Dihasilkan dari kedua bibir. ب (Ba') dengan merapatkan kedua bibir, م (Mim) juga merapatkan bibir disertai dengung ke hidung, dan و (Waw) dengan memonyongkan kedua bibir.
Al-Khaisyum (Rongga Hidung)
Ini bukan tempat keluar huruf, melainkan tempat keluar sifat Ghunnah (dengung). Sifat ini melekat pada huruf ن (Nun) dan م (Mim), terutama saat bertasydid atau dalam kondisi tertentu dalam hukum tajwid.
Untuk menguasai makharijul huruf, cara terbaik adalah dengan talaqqi, yaitu belajar langsung di hadapan seorang guru yang akan mengoreksi pengucapan Anda secara langsung.
1.3 Mengenal Tanda Baca (Harakat)
Harakat adalah penanda vokal dalam tulisan Arab. Tanpa harakat, kita tidak bisa mengetahui bagaimana sebuah kata harus dibaca.
- Fathah ( ﹷ ): Garis kecil di atas huruf, dibaca dengan vokal "a". Contoh: بَ (ba).
- Kasrah ( ﹻ ): Garis kecil di bawah huruf, dibaca dengan vokal "i". Contoh: بِ (bi).
- Dhammah ( ُ ): Tanda seperti waw kecil di atas huruf, dibaca dengan vokal "u". Contoh: بُ (bu).
- Sukun ( ْ ): Lingkaran kecil di atas huruf. Tanda ini mematikan huruf tersebut, artinya tidak memiliki vokal. Contoh: أَبْ (ab).
- Tasydid/Syaddah ( ّ ): Tanda seperti kepala huruf 'sin' kecil di atas huruf. Ini menandakan adanya dua huruf yang sama, di mana yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Bacaannya ditekan atau didobelkan. Contoh: رَبِّ (rab-bi).
- Tanwin: Ini adalah variasi dari Fathah, Kasrah, dan Dhammah yang menghasilkan bunyi "-n" di akhir.
- Fathatain ( ً ): Dua garis fathah, dibaca "-an". Contoh: بًا (ban).
- Kasratain ( ٍ ): Dua garis kasrah, dibaca "-in". Contoh: بٍ (bin).
- Dhammatain ( ٌ ): Dua dhammah, dibaca "-un". Contoh: بٌ (bun).
Latihlah kombinasi setiap huruf hijaiyah dengan semua harakat ini berulang-ulang hingga lidah Anda menjadi fasih dan terbiasa.
Bagian 2: Pilar Kebenaran Bacaan - Memahami Ilmu Tajwid Dasar
Jika makharijul huruf adalah tentang cara mengucapkan setiap huruf dengan benar, maka ilmu tajwid adalah tentang bagaimana merangkai huruf-huruf tersebut menjadi bacaan yang indah dan sesuai aturan. Tajwid secara bahasa berarti "memperindah". Ini adalah ilmu yang mengatur panjang-pendek, dengung-tidaknya, serta cara menyambung atau berhenti pada bacaan Al-Quran.
2.1 Hukum Nun Sukun (نْ) dan Tanwin
Ini adalah salah satu bab paling fundamental dalam ilmu tajwid. Ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf hijaiyah tertentu, maka cara membacanya akan berubah. Ada empat hukum utama:
Idzhar Halqi (Dibaca Jelas)
Artinya: Jelas atau terang.
Kapan terjadi: Jika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari enam huruf tenggorokan (huruf halq).
Hurufnya: ء (Hamzah), ه (Ha), ع ('Ayn), ح (Ha'), غ (Ghain), خ (Kha').
Cara membaca: Bunyi "n" pada Nun Sukun atau Tanwin dibaca dengan jelas dan tegas tanpa didengungkan. Contoh: مِنْهُمْ (min-hum), عَذَابٌ أَلِيمٌ ('adzaabun aliim).
Idgham (Dileburkan atau Dimasukkan)
Artinya: Meleburkan.
Idgham terbagi menjadi dua jenis:
- Idgham Bi Ghunnah (Dileburkan dengan Dengung): Terjadi jika Nun Sukun atau Tanwin bertemu salah satu dari empat huruf: ي (Ya'), ن (Nun), م (Mim), و (Waw). Cara membacanya adalah dengan meleburkan bunyi "n" ke huruf setelahnya sambil didengungkan selama 2-3 harakat. Contoh: مَنْ يَقُولُ (may-yaquul), خَيْرًا يَرَهُ (khairay-yarah).
- Idgham Bila Ghunnah (Dileburkan tanpa Dengung): Terjadi jika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan dua huruf: ل (Lam) dan ر (Ra'). Cara membacanya adalah dengan meleburkan bunyi "n" sepenuhnya ke huruf setelahnya tanpa ada dengung sama sekali. Contoh: مِنْ رَبِّهِمْ (mir-rabbihim), غَفُورٌ رَحِيمٌ (ghafuurur-rahiim).
Iqlab (Mengganti Bunyi)
Artinya: Mengganti atau membalik.
Kapan terjadi: Jika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf saja, yaitu ب (Ba').
Cara membaca: Bunyi "n" diganti menjadi bunyi "m" yang samar, dengan bibir sedikit direnggangkan, sambil didengungkan. Contoh: مِنْ بَعْدِ (mim-ba'di), سَمِيعًا بَصِيرًا (samii'am-bashiiraa).
Ikhfa' Haqiqi (Disamarkan)
Artinya: Samar-samar atau menyembunyikan.
Kapan terjadi: Jika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan 15 huruf sisa selain huruf-huruf di atas.
Hurufnya: ت, ث, ج, د, ذ, ز, س, ش, ص, ض, ط, ظ, ف, ق, ك.
Cara membaca: Bunyi "n" dibaca samar-samar, antara jelas (Idzhar) dan lebur (Idgham), seolah-olah bersiap untuk mengucapkan huruf berikutnya, disertai dengan dengungan (ghunnah). Contoh: مِنْ قَبْلُ (min-qablu), رِزْقًا كَرِيمًا (rizqan-kariimaa).
2.2 Hukum Mim Sukun (مْ)
Mirip dengan Nun Sukun, Mim Sukun juga memiliki aturan khusus ketika bertemu dengan huruf lain. Hukumnya ada tiga:
- Ikhfa' Syafawi: Terjadi jika Mim Sukun bertemu huruf ب (Ba'). Cara membacanya adalah dengan menyamarkan bunyi Mim Sukun sambil didengungkan. Bibir dirapatkan tidak terlalu kuat. Contoh: تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ (tarmiihim-bihijaarah).
- Idgham Mitslain (atau Idgham Mimi): Terjadi jika Mim Sukun bertemu dengan huruf م (Mim). Cara membacanya adalah meleburkan Mim pertama ke Mim kedua menjadi satu bunyi Mim yang bertasydid, disertai dengungan. Contoh: لَهُمْ مَا (lahum-maa).
- Idzhar Syafawi: Terjadi jika Mim Sukun bertemu dengan semua huruf hijaiyah selain م (Mim) dan ب (Ba'). Cara membacanya adalah bunyi Mim Sukun harus jelas dan tegas tanpa dengung. Contoh: لَكُمْ دِينُكُمْ (lakum diinukum).
2.3 Hukum Mad (Bacaan Panjang)
Mad adalah hukum yang mengatur panjang pendeknya bacaan. Kesalahan dalam panjang pendek dapat mengubah makna. Ada banyak sekali jenis Mad, namun kita akan fokus pada yang paling mendasar.
Mad Thabi'i (Mad Asli)
Ini adalah Mad yang paling dasar dengan panjang 2 harakat (ketukan). Terjadi apabila:
- Huruf berharakat Fathah bertemu dengan Alif (ا).
- Huruf berharakat Kasrah bertemu dengan Ya' Sukun (يْ).
- Huruf berharakat Dhammah bertemu dengan Waw Sukun (وْ).
Contoh: قَالَ (qaa-la), قِيْلَ (qii-la), يَقُوْلُ (yaquu-lu).
Mad Far'i (Mad Cabang)
Ini adalah turunan dari Mad Thabi'i yang panjangnya bisa lebih dari 2 harakat karena sebab tertentu (seperti bertemu Hamzah atau Sukun).
- Mad Wajib Muttashil: Terjadi jika Mad Thabi'i bertemu dengan Hamzah (ء) dalam satu kata. Panjangnya 4 atau 5 harakat. Contoh: جَاءَ (jaaa-a), السَّمَاءِ (as-samaaa-i).
- Mad Jaiz Munfashil: Terjadi jika Mad Thabi'i bertemu dengan Hamzah (ء) di lain kata. Panjangnya boleh 2, 4, atau 5 harakat. Contoh: يَا أَيُّهَا (yaa-ayyuhaa).
- Mad 'Aridh Lissukun: Terjadi jika Mad Thabi'i bertemu dengan huruf hidup yang disukunkan karena waqaf (berhenti). Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat. Contoh: kata يَعْلَمُونَ (ya'lamuun) jika berhenti dibaca menjadi ya'lamuun (panjang pada 'muun').
Menguasai hukum-hukum dasar tajwid ini akan secara drastis meningkatkan kualitas dan kebenaran bacaan Anda.
Bagian 3: Strategi Praktis Mencapai Kelancaran
Setelah memahami fondasi huruf dan pilar tajwid, saatnya beralih ke strategi untuk melatih kelancaran. Kelancaran tidak datang dalam semalam; ia adalah buah dari proses yang konsisten dan metode yang tepat.
3.1 Mulai dari yang Mudah: Juz 'Amma
Bagi pemula, memulai dari Juz 30 (Juz 'Amma) adalah pilihan yang sangat bijak. Alasannya adalah:
- Surat-suratnya Pendek: Ini memberikan rasa pencapaian yang cepat dan menjaga motivasi tetap tinggi.
- Sering Didengar: Banyak surat di Juz 'Amma yang dibaca saat shalat, sehingga telinga kita sudah lebih akrab dengan iramanya.
- Ayatnya Berirama: Banyak ayat yang memiliki rima akhir yang mirip, membuatnya lebih mudah dihafal dan diingat.
Fokuslah untuk membaca satu surat dengan benar dan lancar sebelum pindah ke surat berikutnya. Jangan terburu-buru untuk menyelesaikan seluruh juz.
3.2 Metode Emas: Talaqqi dengan Guru
Tidak ada metode yang dapat menggantikan belajar langsung dengan seorang guru (ustadz/ustadzah). Metode ini disebut talaqqi musyafahah, di mana murid membaca di hadapan guru, dan guru mendengarkan lalu mengoreksi secara langsung. Ini adalah cara paling efektif untuk:
- Mengoreksi Makhraj: Telinga yang belum terlatih seringkali tidak bisa membedakan bunyi huruf yang mirip (misal: س dan ص, atau ح dan ه). Guru akan membantu Anda merasakannya.
- Memperbaiki Kesalahan Tajwid: Guru akan langsung menghentikan Anda saat terjadi kesalahan panjang-pendek, dengung, atau hukum bacaan lainnya.
- Mendapatkan Sanad (jika dikehendaki): Untuk tingkatan lanjut, belajar dengan guru bersanad akan menyambungkan bacaan kita hingga ke Rasulullah SAW.
Carilah guru ngaji di masjid terdekat, lembaga Al-Quran, atau bahkan secara online. Investasi waktu dan tenaga untuk mencari guru yang baik akan terbayar lunas.
3.3 Konsistensi Adalah Kunci: Sedikit tapi Rutin
Prinsip "sedikit tapi berkelanjutan lebih baik daripada banyak tapi terputus" sangat berlaku di sini. Daripada membaca 5 juz dalam sehari lalu berhenti selama sebulan, lebih baik berkomitmen membaca satu halaman setiap hari setelah shalat Subuh atau Maghrib.
Rutinitas harian ini akan membangun kebiasaan dan melatih "otot" lidah dan mulut Anda. Seiring waktu, yang tadinya terasa sulit dan terbata-bata, perlahan akan menjadi lebih ringan dan lancar. Gunakan penanda buku dan catat kemajuan Anda untuk menjaga semangat.
3.4 Kekuatan Pengulangan: Muraja'ah
Jangan hanya membaca maju terus. Sisihkan waktu untuk mengulang (muraja'ah) halaman atau surat yang sudah Anda baca sebelumnya. Pengulangan adalah ibu dari segala keahlian. Semakin sering Anda mengulang sebuah ayat, semakin lekat ia dalam ingatan visual dan lisan Anda.
Metode yang baik adalah: sebelum memulai halaman baru, bacalah kembali satu atau dua halaman sebelumnya. Ini akan memperkuat hafalan dan kelancaran Anda pada bagian-bagian yang sudah dipelajari.
3.5 Mendengarkan Bacaan Para Ahli (Murottal)
Telinga adalah gerbang masuknya informasi. Biasakan diri Anda mendengarkan bacaan Al-Quran dari para Qari' ternama yang memiliki bacaan fasih dan indah. Beberapa Qari' yang sering menjadi rujukan antara lain:
- Syaikh Mahmud Khalil Al-Husary (terkenal dengan makhraj yang sangat jelas, cocok untuk belajar)
- Syaikh Mishary Rashid Al-Afasy (terkenal dengan suara merdu dan irama yang indah)
- Syaikh Sa'ad Al-Ghamidi
- Syaikh Abdurrahman As-Sudais
Saat mendengarkan, jangan hanya menikmati iramanya. Perhatikan bagaimana mereka menerapkan hukum tajwid, di mana mereka berhenti (waqaf), dan bagaimana mereka melafalkan setiap huruf. Cobalah untuk meniru bacaan mereka (proses ini disebut tahsin). Banyak aplikasi Al-Quran yang memungkinkan Anda memutar audio per ayat, ini sangat membantu untuk latihan.
3.6 Pahami Rambu Lalu Lintas: Tanda Waqaf
Membaca dengan lancar juga berarti tahu kapan dan di mana harus berhenti. Berhenti di tempat yang salah bisa merusak makna ayat. Al-Quran telah dilengkapi dengan tanda-tanda waqaf (berhenti) yang berfungsi seperti rambu lalu lintas.
- م (Mim): Waqaf Lazim. Wajib berhenti. Melanjutkan bacaan bisa mengubah makna secara fatal.
- لا (Lam Alif): Waqaf Mamnu'. Dilarang berhenti. Jika terpaksa berhenti karena napas habis, ulangi dari beberapa kata sebelumnya.
- قلى (Qaf Lam Ya): Tanda bahwa berhenti lebih utama daripada melanjutkan.
- صلى (Shad Lam Ya): Tanda bahwa melanjutkan (wasal) lebih utama daripada berhenti.
- ج (Jim): Waqaf Jaiz. Boleh berhenti, boleh lanjut. Keduanya sama baiknya.
- ∴ ∴ (Titik Tiga): Waqaf Muraqabah. Tanda ini muncul berpasangan. Anda harus berhenti di salah satunya saja, tidak boleh di keduanya.
Memahami tanda-tanda ini akan membantu Anda mengatur napas dan membuat bacaan terdengar lebih terstruktur dan profesional.
Bagian 4: Menjaga Api Semangat - Motivasi dalam Perjalanan
Perjalanan belajar membaca Al-Quran adalah sebuah maraton, bukan sprint. Akan ada hari-hari di mana Anda merasa lelah, sulit, atau tidak ada kemajuan. Di saat seperti itulah, menjaga api semangat menjadi sangat penting.
4.1 Luruskan dan Perbarui Niat
Selalu ingatkan diri Anda, mengapa Anda melakukan ini? Niatkan setiap huruf yang Anda baca semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Ingatlah sabda Nabi Muhammad SAW bahwa setiap huruf Al-Quran yang dibaca akan diganjar dengan satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Niat yang lurus akan menjadi bahan bakar yang tidak akan pernah habis.
4.2 Jangan Takut Salah, Rangkul Prosesnya
Setiap ahli pernah menjadi pemula. Kesalahan adalah bagian tak terpisahkan dari proses belajar. Jangan biarkan rasa takut salah membuat Anda berhenti mencoba. Rasulullah SAW bahkan memberikan kabar gembira bagi mereka yang masih terbata-bata:
"Orang yang mahir membaca Al-Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa berbuat baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan terbata-bata dan ia kesulitan membacanya, maka baginya dua pahala." (HR. Muslim)
Pahala pertama adalah untuk bacaannya, dan pahala kedua adalah untuk usahanya yang lebih berat. Jadi, setiap kesulitan yang Anda hadapi justru mendatangkan pahala ekstra.
4.3 Cari Lingkungan yang Mendukung
Bergabunglah dengan komunitas atau kelompok belajar Al-Quran (halaqah). Belajar bersama teman-teman yang memiliki tujuan yang sama akan sangat memotivasi. Anda bisa saling menyemangati, bertanya jika ada kesulitan, dan merasakan kebersamaan dalam menempuh perjalanan ini. Lingkungan yang positif akan menarik Anda ke arah yang positif pula.
4.4 Sentuh Maknanya, Rasakan Keindahannya
Sesekali, cobalah untuk membaca terjemahan dari ayat-ayat yang sedang Anda pelajari. Ketika Anda mulai memahami pesan yang terkandung di dalamnya—kisah para nabi, janji surga, ancaman neraka, atau untaian hikmah—maka motivasi Anda untuk membacanya dengan benar akan meningkat pesat. Anda tidak lagi hanya membaca teks, tetapi Anda sedang berdialog dengan Sang Pencipta. Ini akan mengubah seluruh pengalaman membaca Anda dari sekadar kewajiban menjadi sebuah kebutuhan ruhani.
Kesimpulan: Sebuah Perjalanan Penuh Berkah
Membaca Al-Quran dengan lancar dan benar adalah sebuah perjalanan yang menggabungkan ilmu, praktik, kesabaran, dan keikhlasan. Perjalanan ini dimulai dari fondasi yang kuat dalam mengenal huruf dan makhrajnya, dilanjutkan dengan membangun pilar-pilar tajwid untuk memastikan kebenaran bacaan. Kemudian, kelancaran diasah melalui strategi praktik yang konsisten seperti memulai dari yang mudah, belajar pada guru, mengulang-ulang, dan mendengarkan murottal.
Di atas semua itu, niat yang tulus dan semangat yang terus dijaga akan menjadi kompas yang menuntun Anda melewati setiap tantangan. Ingatlah, tujuan utamanya bukanlah sekadar mencapai kelancaran, tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui firman-Nya. Setiap usaha, setiap huruf yang terbata-bata, dan setiap waktu yang Anda luangkan adalah ibadah yang bernilai di sisi-Nya. Selamat menempuh perjalanan yang mulia ini.