Panduan Terlengkap Cara Berdzikir Untuk Ketenangan Jiwa
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang penuh dengan tuntutan, tekanan, dan distraksi, jiwa manusia seringkali merasa lelah, hampa, dan gelisah. Kita mencari ketenangan di berbagai tempat, namun seringkali yang ditemukan hanyalah kelegaan sesaat. Islam, sebagai jalan hidup yang paripurna, menawarkan sebuah solusi abadi untuk kegelisahan ini, sebuah amalan yang menjadi oase di tengah gurun kesibukan dunia. Amalan itu adalah dzikir, mengingat Allah.
Berdzikir bukanlah sekadar aktivitas mengulang-ulang lafaz tertentu. Ia adalah sebuah perjalanan spiritual, sebuah dialog antara hamba dengan Rabb-nya. Ia adalah cara untuk membasahi lidah, melembutkan hati, dan menenangkan jiwa dengan menyebut Asma-Nya yang Agung. Artikel ini akan menjadi panduan komprehensif Anda, mengupas tuntas seluk-beluk cara berdzikir, mulai dari hakikatnya yang paling dalam hingga praktik sehari-hari yang dapat mengubah hidup Anda.
Bab 1: Memahami Hakikat dan Keagungan Dzikir
Sebelum melangkah pada tatacara praktis, sangat penting bagi kita untuk menyelami makna dan kedudukan dzikir dalam Islam. Tanpa pemahaman yang mendalam, dzikir bisa menjadi rutinitas mekanis yang kosong dari ruh. Memahami hakikatnya akan menumbuhkan cinta dan kerinduan untuk senantiasa berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Apa Sebenarnya Dzikir Itu?
Secara bahasa, dzikr (ذِكْر) berarti "mengingat", "menyebut", atau "mengagungkan". Dalam terminologi syariat, dzikir adalah segala bentuk aktivitas lisan maupun hati yang bertujuan untuk mengingat kebesaran Allah. Ini mencakup pujian (tasbih, tahmid, takbir), permohonan ampun (istighfar), pengesaan (tahlil), doa, membaca Al-Qur'an, dan merenungkan ciptaan-Nya (tafakur).
Dzikir adalah nutrisi bagi ruhani, sebagaimana makanan adalah nutrisi bagi jasmani. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengibaratkan dzikir bagi hati laksana air bagi ikan. Apa yang akan terjadi pada ikan jika ia dikeluarkan dari air? Demikianlah kondisi hati yang lalai dari mengingat Allah.
Allah berfirman: "...Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Ayat ini adalah janji pasti dari Allah. Di tengah dunia yang menawarkan ketenangan semu melalui materi, hiburan, atau status sosial, Allah menunjukkan satu-satunya sumber ketenangan sejati: mengingat-Nya.
Jenis-Jenis Dzikir
Secara umum, para ulama membagi dzikir menjadi beberapa kategori untuk memudahkan pemahaman:
- Dzikir Jahar (Dikeraskan): Dzikir yang diucapkan dengan lisan sehingga terdengar oleh diri sendiri atau orang lain. Dzikir ini disyariatkan dalam kondisi tertentu, seperti takbir di hari raya atau dzikir setelah shalat berjamaah (dengan batasan tertentu agar tidak mengganggu).
- Dzikir Khafi (Dilirihkan/Dalam Hati): Dzikir yang diucapkan dengan lisan secara lirih atau hanya berlangsung di dalam hati. Dzikir jenis ini dianggap lebih utama dalam banyak kondisi karena lebih dekat dengan keikhlasan dan kekhusyukan. Allah memuji hamba-Nya yang berdoa dengan suara lembut, seperti dalam kisah Nabi Zakaria.
- Dzikir Muqayyad (Terikat Waktu/Jumlah): Dzikir yang telah ditentukan waktu, tempat, atau jumlah bilangannya oleh syariat. Contoh paling umum adalah dzikir setelah shalat fardhu, dzikir pagi dan petang, atau bacaan tasbih sebanyak 33 kali. Mengamalkan dzikir ini sesuai tuntunan adalah bentuk ketaatan.
- Dzikir Muthlaq (Tidak Terikat): Dzikir yang dapat dilakukan kapan saja, di mana saja (selama bukan di tempat yang najis seperti toilet), dan dalam jumlah berapa pun. Inilah ladang amal yang sangat luas, di mana seorang hamba dapat terus terhubung dengan Allah saat berjalan, bekerja, berkendara, atau beristirahat.
Bab 2: Persiapan Sempurna Sebelum Berdzikir
Berdzikir adalah sebuah pertemuan agung antara seorang hamba dengan Penciptanya. Sebagaimana kita mempersiapkan diri dengan baik saat akan bertemu orang penting, maka persiapan untuk "bertemu" Allah dalam dzikir tentu harus jauh lebih utama. Persiapan ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang kesiapan hati dan mental.
1. Niat yang Ikhlas (An-Niyyah)
Segala amal bergantung pada niatnya. Luruskan niat bahwa dzikir yang akan kita lakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah, untuk mengagungkan-Nya, untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan untuk mendapatkan ketenangan yang dijanjikan-Nya. Hindarkan hati dari niat pamer (riya'), ingin didengar orang lain (sum'ah), atau tujuan-tujuan duniawi lainnya. Niat yang ikhlas adalah ruh dari setiap ibadah.
2. Bersuci (Thaharah)
Meskipun dzikir boleh dilakukan dalam keadaan tidak memiliki wudhu, kondisi yang paling afdhal (utama) adalah dalam keadaan suci. Berwudhu sebelum berdzikir memiliki dampak psikologis yang luar biasa. Air wudhu tidak hanya membersihkan anggota tubuh secara fisik, tetapi juga mempersiapkan jiwa untuk menghadap Allah. Kesucian lahiriah akan membantu mencapai kesucian batiniah.
3. Memilih Waktu yang Tepat
Walaupun dzikir muthlaq bisa dilakukan kapan saja, ada waktu-waktu mustajab yang memiliki keutamaan luar biasa. Memanfaatkan waktu-waktu ini akan melipatgandakan pahala dan dampak spiritual dari dzikir:
- Setelah Shalat Subuh hingga terbit matahari: Waktu yang penuh berkah, di mana para malaikat turun dan menyaksikan amalan hamba.
- Setelah Shalat Ashar hingga terbenam matahari: Waktu peralihan dari siang ke malam, yang juga disaksikan oleh malaikat. Dzikir di dua waktu ini dikenal dengan Dzikir Pagi dan Petang (Al-Ma'tsurat).
- Sepertiga Malam Terakhir: Waktu paling istimewa, di mana Allah turun ke langit dunia dan mengabulkan doa serta ampunan bagi mereka yang meminta.
- Saat Turun Hujan: Salah satu waktu diijabahnya doa.
- Antara Adzan dan Iqamah: Waktu mustajab lainnya untuk berdoa dan berdzikir.
4. Memilih Tempat yang Kondusif
Carilah tempat yang tenang, bersih, dan bebas dari gangguan. Bisa di masjid, di kamar, atau sudut rumah yang jauh dari suara televisi, keramaian, atau lalu lalang orang. Lingkungan yang kondusif akan sangat membantu pikiran untuk fokus dan tidak mudah teralihkan. Menghadap kiblat juga merupakan adab yang sangat dianjurkan karena menambah kekhusyukan.
5. Postur Tubuh yang Sopan
Duduklah dengan postur yang menunjukkan rasa hormat dan tawadhu (rendah hati). Posisi duduk tasyahud, bersila, atau posisi lain yang nyaman namun tetap sopan adalah pilihan yang baik. Hindari berdzikir sambil bersandar malas-malasan atau dalam posisi yang tidak pantas, kecuali jika ada uzur syar'i. Sikap tubuh yang sopan akan mempengaruhi kondisi hati.
Bab 3: Bacaan-Bacaan Dzikir Paling Utama dan Maknanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita kalimat-kalimat dzikir yang ringan di lisan, namun sangat berat timbangannya di sisi Allah. Memahami makna dari setiap lafaz akan mengubah dzikir kita dari sekadar ucapan menjadi sebuah perenungan yang mendalam.
1. Tasbih: Mensucikan Allah (سبحان الله)
Subhanallah
Artinya: "Maha Suci Allah."
Makna Mendalam Tasbih:
Mengucapkan "Subhanallah" bukan sekadar mengatakan Allah itu suci. Ini adalah sebuah deklarasi agung bahwa Allah Maha Suci dari segala bentuk kekurangan, kelemahan, cacat, sifat buruk, dan dari segala hal yang tidak pantas bagi keagungan-Nya. Ketika kita melihat sesuatu yang menakjubkan di alam, kita bertasbih untuk mensucikan Allah dari anggapan bahwa ada kekuatan lain yang mampu menciptakannya. Ketika kita mendengar sesuatu yang buruk dinisbatkan kepada-Nya, kita bertasbih untuk membersihkan nama-Nya. Tasbih adalah pengakuan akan kesempurnaan mutlak Allah dalam Dzat, Sifat, dan Perbuatan-Nya.
Rasulullah bersabda: "Dua kalimat yang ringan di lisan, berat dalam timbangan, dan dicintai oleh Ar-Rahman: Subhanallahi wa bihamdihi, Subhanallahil 'azhim." (HR. Bukhari & Muslim)
2. Tahmid: Memuji Allah (الحمد لله)
Alhamdulillah
Artinya: "Segala puji bagi Allah."
Makna Mendalam Tahmid:
"Alhamdulillah" adalah ungkapan rasa syukur dan pujian yang total kepada Allah. Huruf "Al" di awal menunjukkan makna "seluruh" atau "segala". Artinya, semua bentuk pujian, baik yang terucap maupun yang tidak, pada hakikatnya hanya milik Allah. Kita memuji-Nya bukan hanya atas nikmat yang kita terima, tetapi juga atas kesempurnaan Dzat dan Sifat-Nya. Mengucapkan "Alhamdulillah" adalah mengakui bahwa setiap kebaikan, setiap nikmat, sekecil apa pun, datangnya dari Allah. Ini adalah kalimat pertama dalam Al-Qur'an dan merupakan ucapan penghuni surga. Ia adalah kalimat yang mengisi timbangan kebaikan.
3. Takbir: Mengagungkan Allah (الله أكبر)
Allahu Akbar
Artinya: "Allah Maha Besar."
Makna Mendalam Takbir:
"Allahu Akbar" adalah proklamasi bahwa Allah lebih besar dari apa pun dan siapa pun. Lebih besar dari masalah kita, lebih besar dari ketakutan kita, lebih besar dari ambisi kita, lebih besar dari raja-raja di muka bumi, dan bahkan lebih besar dari apa yang mampu dijangkau oleh akal dan imajinasi kita. Kalimat ini memberikan kekuatan saat kita lemah, keberanian saat kita takut, dan ketenangan saat kita cemas. Ketika kita bertakbir dalam shalat, kita sedang "melemparkan" semua urusan dunia ke belakang punggung kita dan menyatakan bahwa hanya Allah yang Maha Besar dan layak untuk kita hadapi.
4. Tahlil: Mengesakan Allah (لا إله إلا الله)
La ilaha illallah
Artinya: "Tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah."
Makna Mendalam Tahlil:
Ini adalah kalimat tauhid, pondasi dari seluruh ajaran Islam. Ia adalah kalimat paling agung dan dzikir yang paling utama. "La ilaha" adalah penafian (negasi) terhadap segala bentuk sesembahan selain Allah, baik itu berhala, hawa nafsu, jabatan, harta, atau makhluk lainnya. "illallah" adalah penetapan (afirmasi) bahwa satu-satunya yang berhak disembah, ditaati, dan dicintai secara mutlak hanyalah Allah. Kalimat ini adalah kunci surga. Merenungkan maknanya akan membebaskan kita dari perbudakan kepada makhluk dan menjadikan kita hamba Allah yang sejati.
Rasulullah bersabda: "Dzikir yang paling utama adalah La ilaha illallah." (HR. Tirmidzi)
5. Hauqalah: Pengakuan Kelemahan (لا حول ولا قوة إلا بالله)
La hawla wa la quwwata illa billah
Artinya: "Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah."
Makna Mendalam Hauqalah:
Kalimat ini adalah bentuk kepasrahan total seorang hamba. "La hawla" berarti tiada daya untuk menghindar dari keburukan atau maksiat. "Wa la quwwata" berarti tiada kekuatan untuk meraih kebaikan atau melakukan ketaatan. "illa billah" berarti kecuali dengan izin dan pertolongan Allah. Ini adalah pengakuan bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan tidak memiliki daya apa pun. Untuk bisa berkedip, bernapas, berjalan, apalagi untuk taat dan beribadah, semuanya murni karena kekuatan yang Allah berikan. Kalimat ini adalah salah satu perbendaharaan surga (Kanzun min kunuzil jannah), yang mengajarkan kita untuk tidak sombong dengan kemampuan diri dan senantiasa bersandar hanya kepada Allah.
6. Istighfar: Memohon Ampunan (أستغفر الله)
Astaghfirullah
Artinya: "Aku memohon ampun kepada Allah."
Makna Mendalam Istighfar:
Istighfar adalah kebutuhan setiap hamba, bahkan seorang Nabi pun senantiasa beristighfar. Ia bukan hanya untuk menghapus dosa besar, tetapi juga untuk menambal kekurangan dalam ibadah, kelalaian hati, dan dosa-dosa kecil yang tidak kita sadari. Istighfar adalah pintu rezeki, solusi dari setiap kesulitan, dan jalan keluar dari setiap kesempitan. Dengan beristighfar, kita mengakui kesalahan dan kelemahan kita di hadapan Allah Yang Maha Pengampun. Bacaan istighfar yang paling utama adalah Sayyidul Istighfar (Raja Istighfar), yang diajarkan langsung oleh Rasulullah.
Bab 4: Panduan Praktis Dzikir Setelah Shalat Fardhu
Salah satu waktu terbaik untuk berdzikir adalah segera setelah menyelesaikan shalat fardhu. Ini adalah amalan yang senantiasa dijaga oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat. Berikut adalah urutan dzikir yang disunnahkan berdasarkan hadits-hadits yang shahih:
-
Membaca Istighfar (3 kali)
Begitu salam, jangan langsung beranjak. Bacalah:
أَسْتَغْفِرُ اللهَAstaghfirullah (3x)
-
Membaca Pujian untuk Allah
Setelah istighfar, lanjutkan dengan membaca:
اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِAllahumma antas-salam, wa minkas-salam, tabarakta ya dzal-jalali wal-ikram.
"Ya Allah, Engkau adalah As-Salam (Maha Pemberi Keselamatan), dan dari-Mulah keselamatan. Maha Suci Engkau, wahai Rabb yang memiliki keagungan dan kemuliaan."
-
Membaca Tasbih, Tahmid, dan Takbir (Masing-masing 33 kali)
Ini adalah dzikir inti setelah shalat. Ada beberapa cara yang diajarkan, yang paling umum adalah:
- Membaca Subhanallah (33 kali)
- Membaca Alhamdulillah (33 kali)
- Membaca Allahu Akbar (33 kali)
Anda bisa menghitungnya menggunakan ruas-ruas jari tangan kanan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Ini lebih utama daripada menggunakan tasbih, meskipun penggunaan tasbih diperbolehkan.
-
Menggenapkan Menjadi 100
Setelah menyelesaikan rangkaian di atas (total 99), genapkan menjadi 100 dengan membaca kalimat tahlil:
لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌLa ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadir.
"Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Keutamaannya: "Barangsiapa yang mengucapkannya, maka akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan." (HR. Muslim)
-
Membaca Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255)
Membaca Ayat Kursi setelah shalat fardhu memiliki keutamaan yang sangat besar. Rasulullah bersabda bahwa siapa yang membacanya, tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian.
-
Membaca Tiga Surat Perlindungan (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas)
Dianjurkan membaca ketiga surat ini masing-masing satu kali. Khusus setelah shalat Subuh dan Maghrib, dianjurkan untuk membacanya masing-masing tiga kali. Surat-surat ini merupakan benteng perlindungan dari segala macam keburukan.
Bab 5: Meningkatkan Kualitas Dzikir, Bukan Sekadar Kuantitas
Berdzikir ribuan kali dengan hati yang lalai tidak akan sebanding dengan berdzikir beberapa kali namun diiringi dengan kehadiran hati (khusyu') dan perenungan (tadabbur). Kualitas adalah kunci utama agar dzikir benar-benar memberikan dampak pada jiwa. Berikut adalah beberapa cara untuk meningkatkan kualitas dzikir kita.
1. Menghadirkan Hati (Khusyu')
Inilah tantangan terbesar dalam berdzikir. Pikiran seringkali berkelana ke urusan pekerjaan, keluarga, atau masa lalu dan masa depan. Bagaimana cara mengatasinya?
- Pahami Maknanya: Ini adalah langkah pertama dan terpenting. Jika Anda tahu arti "Subhanallah" yang sesungguhnya, lisan Anda tidak akan mengucapkannya secara otomatis, melainkan dengan pengagungan.
- Fokus pada Satu Titik: Bayangkan Anda sedang berhadapan dengan Allah. Ucapkan setiap kalimat seolah-olah Anda sedang berbicara langsung kepada-Nya.
- Perlambat Tempo: Jangan terburu-buru mengejar jumlah. Ucapkan setiap lafaz dengan jelas (tartil), berikan jeda di antaranya untuk meresapi maknanya. Rasakan getaran setiap huruf di lisan dan hati Anda.
- Jika Pikiran Melayang: Ini wajar terjadi. Jangan frustrasi. Saat Anda sadar pikiran Anda melayang, dengan lembut kembalikan fokus Anda pada dzikir. Anggap ini sebagai latihan untuk mengendalikan pikiran.
2. Konsisten dan Berkelanjutan (Istiqamah)
Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten meskipun sedikit. Menjaga dzikir pagi dan petang setiap hari, atau berdzikir 100 kali setelah shalat setiap hari, jauh lebih baik daripada berdzikir ribuan kali dalam satu hari lalu meninggalkannya berhari-hari.
- Mulai dari yang Kecil: Jangan langsung menargetkan jumlah yang besar. Mulailah dengan dzikir setelah shalat. Jika sudah terbiasa, tambahkan dzikir pagi dan petang. Buatlah target yang realistis.
- Manfaatkan Waktu Luang: Gunakan waktu-waktu "mati" seperti saat di perjalanan, menunggu, atau sebelum tidur untuk berdzikir muthlaq. Ini akan menjadikan dzikir sebagai kebiasaan yang melekat.
- Gunakan Alat Bantu jika Perlu: Menggunakan ruas jari adalah yang paling utama. Namun, jika Anda kesulitan berkonsentrasi, tidak ada salahnya menggunakan tasbih atau alat hitung digital sebagai sarana untuk membantu menjaga jumlah dan fokus, dengan catatan tidak menimbulkan riya'.
3. Dzikir dalam Setiap Keadaan
Puncak dari dzikir adalah ketika ia tidak lagi menjadi ritual di waktu tertentu, tetapi telah menjadi "napas" kehidupan. Islam mengajarkan kita doa dan dzikir untuk hampir setiap aktivitas, mengubah hal-hal yang bersifat duniawi menjadi bernilai ibadah.
- Dzikir saat memulai aktivitas: Ucapkan "Bismillah" sebelum makan, bekerja, atau masuk rumah.
- Dzikir saat menyelesaikan aktivitas: Ucapkan "Alhamdulillah" setelah makan atau saat mendapatkan nikmat.
- Dzikir saat melihat keagungan ciptaan-Nya: Ucapkan "Masya Allah, Subhanallah" saat melihat pemandangan indah.
- Dzikir saat menghadapi kesulitan: Ucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" atau "Hasbunallah wa ni'mal wakil".
Dengan mengintegrasikan dzikir dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menjadi pribadi yang senantiasa sadar akan kehadiran dan pengawasan Allah (muraqabah).
Bab 6: Mengatasi Hambatan dalam Berdzikir
Perjalanan untuk istiqamah dalam berdzikir tidak selalu mulus. Ada banyak rintangan, baik dari dalam diri maupun dari luar. Mengenali hambatan ini adalah langkah pertama untuk mengatasinya.
1. Rasa Malas dan Lelah
Ini adalah musuh utama. Setan akan senantiasa membisikkan rasa malas, "Nanti saja," atau "Istirahat dulu." Cara melawannya adalah dengan memaksakan diri di awal. Anggap dzikir seperti obat yang harus diminum. Paksakan diri Anda selama beberapa waktu, dan dengan izin Allah, rasa berat itu akan berubah menjadi kebutuhan dan kenikmatan. Ingatlah selalu keutamaan dan pahala besar di balik amalan ini.
2. Pikiran yang Sibuk dan Sulit Fokus
Seperti yang telah dibahas, ini adalah hal yang wajar. Kuncinya adalah jangan menyerah. Teruslah berlatih untuk mengembalikan fokus. Membaca dzikir dengan suara yang sedikit lebih keras (terdengar oleh telinga sendiri) dapat membantu pikiran untuk lebih terkonsentrasi pada apa yang diucapkan.
3. Godaan Riya' (Ingin Dilihat)
Terkadang muncul keinginan di dalam hati agar orang lain melihat kita sebagai ahli dzikir. Ini adalah penyakit hati yang berbahaya yang dapat menghapus pahala. Lawan perasaan ini dengan memperbanyak dzikir khafi (dzikir dalam hati atau secara lirih) saat sendirian. Teruslah memohon kepada Allah agar menjaga keikhlasan niat kita.
4. Merasa Tidak Ada Perubahan
Sebagian orang mungkin merasa, "Saya sudah banyak berdzikir, tapi hati saya masih gelisah." Ingatlah, dzikir bukanlah tombol ajaib. Ia adalah proses. Dampaknya mungkin tidak instan. Teruslah berbaik sangka kepada Allah. Yakinlah bahwa setiap huruf dzikir yang Anda ucapkan tercatat sebagai pahala, menghapus dosa, dan mengangkat derajat Anda, meskipun Anda tidak merasakannya secara langsung. Ketenangan adalah buah dari kesabaran dan keistiqamahan.
Kesimpulan: Dzikir Adalah Denyut Jantung Seorang Mukmin
Berdzikir kepada Allah adalah esensi dari penghambaan. Ia adalah cara kita mengisi ulang energi spiritual, membersihkan karat-karat dosa yang menempel di hati, dan membangun benteng pertahanan dari godaan setan dan kegelisahan dunia.
Ia bukanlah sekadar kewajiban, melainkan sebuah kebutuhan. Sebagaimana tubuh membutuhkan udara untuk bernapas, ruh membutuhkan dzikir untuk hidup. Dengan memahami hakikatnya, mempersiapkan diri dengan baik, menghayati setiap lafaznya, dan menjaganya dengan istiqamah, kita akan merasakan sendiri kebenaran janji Allah:
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu..." (QS. Al-Baqarah: 152)
Tidak ada penghargaan yang lebih besar dari ini. Ketika kita, seorang hamba yang lemah dan penuh dosa, mengingat Allah, maka Allah, Raja alam semesta Yang Maha Agung, akan mengingat kita. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa basah lisannya karena berdzikir, dan tenteram hatinya karena mengingat-Nya.