Panduan Lengkap Bacaan Wirid Setelah Sholat Fardhu

Ilustrasi Tasbih untuk Wirid dan Dzikir Sebuah gambar SVG yang menampilkan tasbih melingkar dengan satu butir besar, melambangkan kegiatan berdzikir setelah sholat.

Sholat adalah tiang agama, sebuah momen intim di mana seorang hamba berdialog langsung dengan Tuhannya, Allah SWT. Namun, hubungan spiritual ini tidak seharusnya terputus begitu salam diucapkan. Justru, momen setelah sholat adalah waktu yang sangat mustajab dan penuh berkah untuk melanjutkan dialog tersebut melalui amalan yang dikenal sebagai bacaan wirid setelah sholat. Wirid dan dzikir ini merupakan kebiasaan (sunnah) yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, berfungsi sebagai penyempurna ibadah sholat kita, sekaligus menjadi benteng spiritual dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Meluangkan waktu sejenak setelah sholat fardhu untuk berdzikir bukanlah sekadar rutinitas tanpa makna. Setiap kalimat yang diucapkan memiliki bobot spiritual yang luar biasa, mengandung pujian, pengagungan, permohonan ampun, dan penyerahan diri secara total kepada Sang Pencipta. Ini adalah kesempatan emas untuk menenangkan hati yang mungkin gundah, mengisi kembali energi ruhani yang terkuras oleh urusan dunia, dan memperkuat ikatan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Artikel ini akan mengupas secara mendalam rangkaian bacaan wirid setelah sholat, lengkap dengan makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya.

Memahami Makna dan Urgensi Wirid

Secara bahasa, kata "wirid" (ورِد) berasal dari bahasa Arab yang berarti 'mendatangi' atau 'sumber air'. Dalam konteks spiritual, wirid diartikan sebagai amalan zikir dan doa yang dibaca secara rutin dan konsisten pada waktu-waktu tertentu, terutama setelah menunaikan sholat fardhu. Ia ibarat sumber air jernih yang didatangi oleh seorang musafir ruhani untuk menghilangkan dahaga spiritualnya.

Mengapa wirid setelah sholat begitu penting? Sholat yang kita kerjakan, dengan segala kekhusyukan yang kita usahakan, tetap tidak luput dari kekurangan. Pikiran kita mungkin melayang, bacaan kita mungkin kurang fasih, atau gerakan kita kurang sempurna. Wirid dan dzikir setelah sholat berfungsi layaknya penambal bagi kekurangan-kekurangan tersebut. Istighfar yang kita ucapkan memohon ampunan atas kelalaian kita, sementara tasbih, tahmid, dan takbir yang kita lantunkan menegaskan kembali keagungan Allah yang tidak terpengaruh oleh kualitas sholat kita.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang bertasbih kepada Allah setelah setiap sholat sebanyak 33 kali, bertahmid kepada Allah sebanyak 33 kali, dan bertakbir kepada Allah sebanyak 33 kali, maka jumlahnya 99, kemudian ia menyempurnakannya menjadi seratus dengan membaca 'Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadir', maka akan diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan betapa besar ganjaran yang Allah sediakan bagi hamba-Nya yang meluangkan sedikit waktu untuk berdzikir. Amalan yang terlihat ringan ini memiliki dampak yang luar biasa, yaitu penghapusan dosa, sebuah anugerah yang sangat kita dambakan.

Rangkaian Bacaan Wirid Setelah Sholat Fardhu

Berikut adalah urutan bacaan wirid yang umum diamalkan, berdasarkan tuntunan dari hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Urutan ini bisa sedikit bervariasi, namun esensinya tetap sama.

1. Istighfar (Memohon Ampunan) - Dibaca 3 Kali

Langkah pertama setelah salam adalah memohon ampun. Ini adalah bentuk kerendahan hati seorang hamba yang menyadari bahwa ibadahnya, sebaik apapun, masih jauh dari kesempurnaan. Dengan beristighfar, kita mengakui kelemahan diri dan kebesaran Allah Yang Maha Pengampun.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ

Astaghfirullahal 'azhiim.

"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."

Mengucapkan kalimat ini tiga kali bukan sekadar repetisi. Ulangi yang pertama adalah untuk memohon ampun atas dosa-dosa yang disengaja. Ulangi yang kedua untuk dosa-dosa yang tidak disengaja atau karena kelalaian. Ulangi yang ketiga adalah untuk memohon ampun atas kekurangan dalam ibadah sholat yang baru saja kita laksanakan. Ini adalah sebuah pengakuan tulus bahwa kita adalah makhluk yang penuh dengan salah dan lupa.

2. Pujian Pembuka untuk Allah, Sumber Kedamaian

Setelah memohon ampun, kita langsung memuji Allah sebagai sumber segala kedamaian dan keselamatan. Ini adalah penegasan bahwa ketenangan sejati hanya datang dari-Nya, bukan dari pencapaian duniawi.

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ

Allahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam.

"Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang Maha Sejahtera), dan dari-Mu lah segala kesejahteraan. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan."

Doa ini mengandung makna yang sangat dalam. "Antas Salaam" berarti Allah adalah Dzat yang bebas dari segala aib dan kekurangan. "Wa minkas salaam" berarti setiap kedamaian, ketenangan, dan keselamatan yang kita rasakan di dunia ini bersumber dari-Nya. Dengan mengucapkannya, kita menanamkan dalam hati bahwa untuk mencapai kedamaian batin, kita harus kembali kepada-Nya. "Tabaarakta" berarti Maha Berkah, mengakui bahwa keberkahan hidup kita datang dari Allah. Kalimat penutup "Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam" adalah panggilan agung yang mengakui kebesaran (Al-Jalal) dan kedermawanan (Al-Ikram) Allah SWT.

3. Dzikir Tasbih, Tahmid, dan Takbir (Masing-masing 33 Kali)

Ini adalah inti dari wirid setelah sholat yang paling masyhur. Rangkaian tiga kalimat agung ini, jika direnungkan maknanya, akan membawa dampak luar biasa bagi jiwa.

a. Tasbih (سُبْحَانَ اللهِ) - Subhanallah

Dibaca sebanyak 33 kali.

سُبْحَانَ اللهِ

Subhanallah.

"Maha Suci Allah."

Tasbih adalah konsep tanzih, yaitu menyucikan Allah dari segala sifat yang tidak layak bagi-Nya. Ketika kita mengucapkan "Subhanallah", kita sedang menyatakan bahwa:

Membaca tasbih berulang kali membersihkan hati kita dari gambaran-gambaran keliru tentang Tuhan. Ini adalah cara untuk "mereset" pandangan kita, mengingatkan diri bahwa Allah jauh lebih agung, lebih sempurna, dan lebih suci dari apa pun yang bisa dibayangkan oleh akal manusia yang terbatas.

b. Tahmid (اَلْحَمْدُ لِلهِ) - Alhamdulillah

Dibaca sebanyak 33 kali.

اَلْحَمْدُ لِلهِ

Alhamdulillah.

"Segala puji bagi Allah."

Jika tasbih adalah penyucian, maka tahmid adalah pujian. "Alhamdulillah" adalah ungkapan syukur yang paling komprehensif. Kata "Al-hamdu" dengan artikel "Al" di depannya menunjukkan bahwa *semua* jenis pujian, baik yang telah kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui, pada hakikatnya hanya milik Allah. Ketika kita mengucapkannya, kita sedang merefleksikan dan mensyukuri:

Membiasakan tahmid akan menumbuhkan pola pikir positif dan jiwa yang senantiasa bersyukur, menjauhkan kita dari sifat kufur nikmat dan berkeluh kesah.

c. Takbir (اَللهُ أَكْبَرُ) - Allahu Akbar

Dibaca sebanyak 33 kali.

اَللهُ أَكْبَرُ

Allahu Akbar.

"Allah Maha Besar."

Takbir adalah pernyataan tentang kebesaran mutlak Allah. "Allahu Akbar" bukan sekadar "Allah besar", melainkan "Allah *Maha* Besar", yang berarti kebesaran-Nya melampaui segala sesuatu. Ketika kita melantunkan takbir, kita sedang menanamkan keyakinan bahwa:

Takbir adalah kalimat yang membebaskan jiwa dari ketakutan terhadap makhluk dan dari kesombongan atas diri sendiri. Ia meletakkan segala sesuatu pada perspektifnya yang benar, di mana hanya Allah satu-satunya yang patut diagungkan secara hakiki.

4. Penutup Dzikir ke-100

Setelah menyelesaikan rangkaian tasbih, tahmid, dan takbir (33+33+33 = 99), sunnahnya adalah menggenapkannya menjadi 100 dengan kalimat tahlil yang agung ini.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir.

"Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Kalimat ini adalah puncak dari segala dzikir. Ia merangkum seluruh esensi tauhid. "Laa ilaha illallah" adalah penafian semua tuhan palsu dan penetapan keesaan Allah. "Wahdahu laa syarika lah" menegaskan kembali keesaan-Nya tanpa ada sekutu. "Lahul mulku" menyatakan bahwa kekuasaan absolut di alam semesta ini hanya milik-Nya. "Wa lahul hamdu" mengembalikan semua pujian kepada-Nya. Dan "wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir" adalah pengakuan atas kekuasaan Allah yang tak terbatas. Membaca ini dengan penuh keyakinan akan mengokohkan pilar tauhid dalam hati dan menjadi sebab diampuninya dosa-dosa, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Muslim.

Amalan Sunnah Tambahan yang Sangat Dianjurkan

Selain rangkaian wirid utama di atas, Rasulullah SAW juga mencontohkan beberapa bacaan lain yang memiliki keutamaan luar biasa. Mengamalkannya akan semakin menyempurnakan ibadah kita.

1. Membaca Ayat Kursi (Surah Al-Baqarah: 255)

Ayat Kursi dikenal sebagai ayat yang paling agung dalam Al-Qur'an. Rasulullah SAW bersabda bahwa barangsiapa membacanya setiap selesai sholat fardhu, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian. (HR. An-Nasa'i, disahihkan oleh Al-Albani).

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِfْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta'khudzuhuu sinatuw wa laa nauum, lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardh, man dzalladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi idznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai'im min 'ilmihii illaa bimaa syaa', wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardh, wa laa ya'uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal 'aliyyul 'azhiim.

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Membaca dan merenungkan Ayat Kursi adalah cara terbaik untuk memahami sifat-sifat keagungan Allah. Ayat ini menjelaskan tentang keesaan, kehidupan, kemandirian, kepemilikan, kekuasaan, dan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Ia memberikan rasa aman dan perlindungan karena kita menyadari bahwa kita berada dalam penjagaan Dzat Yang Maha Kuat dan tidak pernah lalai.

2. Membaca Tiga Surah Pelindung (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas)

Tiga surah pendek ini dikenal sebagai "Al-Mu'awwidzat" atau surah-surah perlindungan. Membacanya masing-masing satu kali setelah sholat Dzuhur, Ashar, dan Isya, serta tiga kali setelah sholat Subuh dan Maghrib adalah sunnah yang sangat dianjurkan untuk memohon perlindungan dari berbagai macam keburukan.

a. Surah Al-Ikhlas (Keesaan Allah)

Menegaskan kemurnian tauhid dan menolak segala bentuk syirik. Pahalanya setara dengan membaca sepertiga Al-Qur'an.

b. Surah Al-Falaq (Waktu Subuh)

Memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan makhluk-Nya secara umum, dari kejahatan malam yang gelap, dari sihir, dan dari kejahatan orang yang hasad (dengki).

c. Surah An-Nas (Manusia)

Memohon perlindungan secara spesifik dari kejahatan bisikan syaitan, baik dari golongan jin maupun manusia, yang seringkali menjadi sumber dari segala was-was, keraguan, dan perbuatan dosa.

Menutup Wirid dengan Doa: Dialog Hati dengan Sang Pencipta

Setelah menyelesaikan rangkaian dzikir dan wirid yang terstruktur, tibalah saatnya untuk memanjatkan doa. Inilah momen paling personal, di mana kita bisa mencurahkan segala isi hati, harapan, keluh kesah, dan permohonan kepada Allah dengan bahasa kita sendiri. Meskipun tidak ada doa khusus yang wajib dibaca, terdapat beberapa doa yang ma'tsur (dicontohkan oleh Nabi) atau biasa dipanjatkan oleh para ulama.

Inti dari doa setelah wirid adalah:

  1. Memulai dengan pujian dan shalawat: Mengawali doa dengan "Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin" dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, "Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala aali sayyidina Muhammad."
  2. Memohon ampunan untuk diri sendiri, orang tua, dan kaum muslimin: Ini adalah adab yang sangat mulia, mendoakan orang lain sebelum mendoakan diri sendiri. Contohnya: "Rabbighfirlii wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa."
  3. Memohon kebaikan dunia dan akhirat: Doa sapu jagat yang paling terkenal adalah "Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban-naar."
  4. Memohon hal-hal spesifik: Seperti kelancaran rezeki, kesehatan, ilmu yang bermanfaat, keluarga yang sakinah, atau keteguhan iman.
  5. Menutup dengan pujian dan shalawat kembali.

Berdoa dengan penuh keyakinan, kerendahan hati, dan adab yang baik adalah kunci terkabulnya sebuah permohonan. Momen setelah wirid adalah salah satu waktu yang paling ideal untuk melakukannya.

Hikmah dan Manfaat Merutinkan Wirid

Merutinkan bacaan wirid setelah sholat bukan hanya tentang menggugurkan kewajiban atau mengejar pahala semata. Amalan ini memiliki dampak transformatif yang mendalam bagi kehidupan seorang muslim, baik secara spiritual, psikologis, maupun sosial.

Pada akhirnya, bacaan wirid setelah sholat adalah investasi waktu yang paling menguntungkan. Hanya dalam beberapa menit, kita dapat meraih ampunan, ketenangan, perlindungan, dan pahala yang berlimpah. Ini adalah bukti kasih sayang Allah SWT yang memberikan kita banyak jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Mari kita jadikan amalan mulia ini sebagai bagian tak terpisahkan dari ibadah sholat kita, bukan sebagai beban, melainkan sebagai kebutuhan ruhani yang kita nikmati setiap saat. Dengan konsistensi dan pemahaman akan maknanya, wirid akan menjadi sumber kekuatan yang menerangi jalan hidup kita di dunia dan akhirat.

🏠 Kembali ke Homepage