Panduan Lengkap Bacaan Takbir ke-4 Shalat Jenazah dan Maknanya
Ilustrasi tangan menengadah berdoa sebagai simbol shalat jenazah.
Kematian adalah sebuah keniscayaan yang pasti akan dihadapi oleh setiap makhluk yang bernyawa. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menghormati dan mendoakan saudara seiman yang telah mendahului kita. Salah satu bentuk penghormatan dan kewajiban tertinggi adalah menyelenggarakan dan melaksanakan shalat jenazah. Shalat ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu tidak ada ruku', sujud, maupun i'tidal. Ia terdiri dari empat kali takbir yang masing-masing memiliki bacaan khusus.
Di antara keempat takbir tersebut, bacaan takbir ke-4 shalat jenazah memegang peranan penting sebagai penutup rangkaian doa bagi si mayit. Bacaan ini tidak hanya menjadi doa terakhir untuk jenazah sebelum dikebumikan, tetapi juga menjadi pengingat dan permohonan bagi kita yang masih hidup. Memahami bacaan ini secara mendalam, baik lafal, arti, maupun maknanya, akan menambah kekhusyukan kita dalam menjalankan ibadah yang mulia ini.
Memahami Hakikat dan Hukum Shalat Jenazah
Sebelum kita menyelami secara spesifik bacaan pada takbir keempat, penting untuk membangun fondasi pemahaman yang kokoh tentang shalat jenazah itu sendiri. Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk mendoakan seorang Muslim yang telah meninggal dunia. Berbeda dengan shalat fardhu lima waktu, shalat ini hukumnya adalah Fardhu Kifayah.
Fardhu Kifayah berarti kewajiban ini dibebankan kepada seluruh komunitas Muslim di suatu wilayah. Apabila sebagian dari mereka telah melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Namun, jika tidak ada seorang pun yang melaksanakannya, maka seluruh komunitas Muslim di wilayah tersebut akan menanggung dosa. Ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan persaudaraan (ukhuwah islamiyah) dalam Islam, bahkan ikatan itu tidak terputus oleh kematian.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyalatkannya, maka baginya satu qirath. Lalu barangsiapa yang menyaksikannya hingga sampai dikuburkan, maka baginya dua qirath." Ada yang bertanya, "Apa yang dimaksud dengan dua qirath?" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, "Seperti dua gunung yang besar." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan keutamaan yang sangat besar bagi mereka yang turut serta dalam prosesi pengurusan jenazah, terutama dalam menyalatkannya. Pahala sebesar gunung besar adalah ganjaran yang Allah janjikan, menunjukkan betapa mulianya amalan ini di sisi-Nya.
Rukun dan Syarat Sah Shalat Jenazah
Agar shalat jenazah yang kita laksanakan sah dan diterima, terdapat beberapa rukun (pilar) dan syarat yang harus dipenuhi. Memahaminya akan membantu kita melaksanakan ibadah sesuai tuntunan syariat.
Rukun Shalat Jenazah
- Niat: Menghadirkan niat di dalam hati untuk melaksanakan shalat jenazah atas mayit tertentu karena Allah Ta'ala. Niat adalah pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya.
- Berdiri bagi yang Mampu: Shalat jenazah wajib dilaksanakan dengan posisi berdiri, kecuali bagi mereka yang memiliki uzur syar'i seperti sakit keras.
- Empat Kali Takbir: Mengucapkan "Allahu Akbar" sebanyak empat kali, termasuk takbiratul ihram di awal. Setiap takbir menjadi penanda dimulainya bacaan tertentu.
- Membaca Surat Al-Fatihah: Dibaca secara lirih (sirr) setelah takbir yang pertama.
- Membaca Shalawat atas Nabi: Dibaca setelah takbir yang kedua. Shalawat yang paling utama adalah Shalawat Ibrahimiyah.
- Mendoakan Jenazah: Dibaca setelah takbir yang ketiga. Ini adalah inti dari shalat jenazah, di mana kita memohon ampunan dan rahmat bagi si mayit.
- Membaca Doa Setelah Takbir Keempat: Ini adalah fokus utama artikel ini, sebuah doa penutup yang sarat makna.
- Salam: Mengucapkan salam ke kanan sebagai penutup shalat. Mengucapkan salam ke kiri hukumnya sunnah.
Syarat Sah Shalat Jenazah
- Jenazah telah dimandikan dan dikafani.
- Orang yang shalat harus suci dari hadas besar dan kecil, serta suci badan, pakaian, dan tempatnya dari najis.
- Menghadap kiblat.
- Menutup aurat.
- Posisi jenazah berada di depan orang yang menyalatkan (kecuali pada shalat ghaib).
Panduan Lengkap Tata Cara Shalat Jenazah Langkah demi Langkah
Setelah memahami rukun dan syaratnya, mari kita urutkan tata cara pelaksanaannya agar lebih mudah dipraktikkan. Posisi imam berdiri sejajar dengan kepala jenazah jika jenazahnya laki-laki, dan sejajar dengan bagian tengah (pinggang) jika jenazahnya perempuan.
Langkah 1: Niat dan Takbir Pertama
Niat dilafalkan dalam hati, namun boleh juga diucapkan lisan untuk membantu konsentrasi. Contoh niat:
"Ushalli 'ala hadzal mayyiti (jika laki-laki) / 'ala hadzihil mayyitati (jika perempuan) arba'a takbiratin fardhal kifayati ma'muman/imaman lillahi ta'ala."
Artinya: "Saya niat shalat atas jenazah ini empat kali takbir fardhu kifayah sebagai makmum/imam karena Allah Ta'ala."
Setelah niat, angkat tangan sejajar telinga atau bahu dan ucapkan takbir pertama: "Allahu Akbar". Setelah itu, sedekapkan tangan di antara pusar dan dada, lalu bacalah Surat Al-Fatihah secara lirih.
Langkah 2: Takbir Kedua dan Shalawat Nabi
Tanpa mengangkat tangan lagi, ucapkan takbir kedua: "Allahu Akbar". Setelah takbir kedua, bacalah shalawat atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bacaan shalawat yang paling utama adalah Shalawat Ibrahimiyah, seperti yang dibaca saat tasyahud akhir.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّdٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma shalli 'ala sayyidinaa Muhammad wa 'ala aali sayyidinaa Muhammad, kamaa shalayta 'ala sayyidinaa Ibraahiim wa 'ala aali sayyidinaa Ibraahiim. Wa baarik 'ala sayyidinaa Muhammad wa 'ala aali sayyidinaa Muhammad, kamaa baarakta 'ala sayyidinaa Ibraahiim wa 'ala aali sayyidinaa Ibraahiim, fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid.
Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
Langkah 3: Takbir Ketiga dan Doa untuk Jenazah
Ucapkan takbir ketiga: "Allahu Akbar". Setelah takbir ini, kita memanjatkan doa khusus untuk si mayit. Doa ini adalah ruh dari shalat jenazah. Terdapat perbedaan lafal doa untuk jenazah laki-laki dan perempuan.
Doa untuk Jenazah Laki-laki:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'afihi wa'fu anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi' madkhalahu, waghsilhu bil maa-i wats tsalji wal barad, wa naqqihi minal khathayaa kamaa naqqaitats tsaubal abyadha minad danas, wa abdilhu daaran khairan min daarihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, wa adkhilhul jannata, wa a'idzhu min 'adzabil qabri wa min 'adzabin naar.
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, dan maafkanlah kesalahannya. Muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah pintu masuknya, mandikanlah ia dengan air, salju, dan embun. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari noda. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, dan pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Masukkanlah ia ke dalam surga, dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka."
Doa untuk Jenazah Perempuan:
Doanya sama, hanya saja kata ganti "hu" (dia laki-laki) diubah menjadi "ha" (dia perempuan).
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَا، وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَا مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهَا، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا، وَأَدْخِلْهَا الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
Allahummaghfirlaha warhamha wa 'afiha wa'fu anha, wa akrim nuzulaha, wa wassi' madkhalaha, waghsilha bil maa-i wats tsalji wal barad, wa naqqiha minal khathayaa kamaa naqqaitats tsaubal abyadha minad danas, wa abdilha daaran khairan min daariha, wa ahlan khairan min ahliha, wa zaujan khairan min zaujiha, wa adkhilhal jannata, wa a'idzha min 'adzabil qabri wa min 'adzabin naar.
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, dan maafkanlah kesalahannya. Muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah pintu masuknya, mandikanlah ia dengan air, salju, dan embun. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari noda. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, dan pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Masukkanlah ia ke dalam surga, dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka."
Fokus Utama: Bacaan Takbir ke-4 Shalat Jenazah dan Analisis Mendalam
Setelah mendoakan kebaikan bagi jenazah, kita sampai pada puncak shalat, yaitu takbir keempat. Ucapkan takbir keempat: "Allahu Akbar". Setelah takbir ini, disunnahkan untuk diam sejenak sebelum membaca doa penutup. Doa inilah yang menjadi inti pembahasan kita. Bacaan ini ditujukan tidak hanya untuk si mayit, tetapi juga untuk kita, kaum muslimin yang masih hidup.
Bacaan Takbir ke-4 untuk Jenazah Laki-laki
اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ
Allahumma laa tahrimnaa ajrohu, wa laa taftinnaa ba'dahu, waghfirlanaa walahu.
Artinya: "Ya Allah, janganlah Engkau haramkan kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah (cobaan) kepada kami sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia."
Bacaan Takbir ke-4 untuk Jenazah Perempuan
Sama seperti sebelumnya, hanya kata ganti yang berubah dari "hu" menjadi "ha".
اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهَا وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهَا، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهَا
Allahumma laa tahrimnaa ajrohaa, wa laa taftinnaa ba'dahaa, waghfirlanaa walahaa.
Artinya: "Ya Allah, janganlah Engkau haramkan kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah (cobaan) kepada kami sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia."
Membedah Makna di Balik Setiap Kalimat
Doa ini, meskipun singkat, mengandung tiga permohonan yang sangat fundamental dan mendalam. Mari kita bedah satu per satu.
1. "Allahumma laa tahrimnaa ajrohu/ajrohaa" (Ya Allah, janganlah Engkau haramkan kami dari pahalanya)
Permohonan pertama ini adalah tentang ganjaran. Pahala apa yang kita harapkan? Ada beberapa lapisan makna di sini:
- Pahala Menyalatkan Jenazah: Seperti yang disebutkan dalam hadis, pahala menyalatkan jenazah adalah sebesar satu qirath (gunung besar). Kita memohon kepada Allah agar amalan kita ini diterima dan kita tidak dihalangi dari mendapatkan ganjaran yang besar tersebut.
- Pahala Kesabaran: Kehilangan seseorang yang kita kenal, apalagi yang kita cintai, adalah sebuah musibah. Dengan doa ini, kita memohon agar kesabaran kita dalam menghadapi musibah ini diganjar pahala oleh Allah. Kita berharap agar duka yang kita rasakan menjadi ladang amal, bukan sumber keluh kesah yang mengurangi pahala.
- Pahala Mengambil Pelajaran: Kematian adalah nasihat terbaik. Dengan menyaksikan prosesi jenazah, kita diingatkan akan kefanaan dunia dan kepastian akhirat. Kita memohon agar pelajaran (ibrah) yang kita dapatkan dari kematian saudara kita ini dicatat sebagai pahala, yaitu pahala kesadaran dan keinsafan yang mendorong kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Kalimat ini mengajarkan kita untuk selalu berorientasi pada akhirat bahkan dalam situasi duniawi yang paling menyedihkan sekalipun. Kita tidak hanya berduka, tetapi juga berharap ridha dan pahala dari Allah.
2. "Wa laa taftinnaa ba'dahu/ba'dahaa" (Dan janganlah Engkau beri fitnah kepada kami sepeninggalnya)
Permohonan kedua ini adalah permohonan perlindungan dari fitnah atau cobaan setelah kematian si mayit. "Fitnah" di sini memiliki cakupan yang luas:
- Fitnah Keduniawian: Sepeninggal seseorang, terkadang muncul konflik, terutama terkait harta warisan. Kita berdoa agar dijauhkan dari perselisihan, perebutan harta, dan putusnya tali silaturahmi yang sering kali terjadi setelah seseorang meninggal dunia.
- Fitnah Kesesatan: Kita memohon agar tidak terjatuh ke dalam kesesatan setelah melihat kematian. Contohnya adalah rasa putus asa yang berlebihan, meratapi jenazah secara tidak wajar, atau bahkan menyalahkan takdir Allah. Kita berlindung dari segala bentuk perbuatan yang dapat merusak akidah kita.
- Fitnah Lupa Diri: Cobaan terbesar setelah menghadiri pemakaman adalah kembali ke rutinitas dan melupakan pelajaran tentang kematian. Kita berdoa agar tidak menjadi orang yang lalai, yang hanya mengingat akhirat sesaat, lalu kembali tenggelam dalam kesibukan dunia. Kita memohon agar "efek kejut" dari kematian ini terus membekas dan menjadi pengingat dalam kehidupan kita.
Doa ini adalah bentuk kesadaran bahwa manusia sangatlah lemah dan rentan terhadap cobaan. Kita memohon kekuatan dari Allah agar tetap istiqamah di jalan yang benar setelah ditinggalkan oleh saudara kita.
3. "Waghfirlanaa walahu/walahaa" (Serta ampunilah kami dan dia)
Ini adalah permohonan ampunan yang komprehensif, mencakup dua pihak: kita yang hidup dan dia yang telah wafat. Kalimat ini mengandung hikmah yang luar biasa:
- Permohonan Ampunan untuk Jenazah: Ini adalah puncak dari semua doa yang kita panjatkan sejak takbir ketiga. Kita menutup rangkaian doa dengan kembali memohon maghfirah (ampunan) Allah untuk si mayit. Ini menegaskan bahwa kebutuhan terbesar orang yang telah meninggal adalah ampunan dari Rabb-nya.
- Permohonan Ampunan untuk Diri Sendiri: Kalimat ini menjadi cermin bagi kita. Saat kita sibuk mendoakan ampunan untuk orang lain, kita diingatkan bahwa kita pun adalah pendosa yang sangat membutuhkan ampunan Allah. Ini adalah bentuk kerendahan hati (tawadhu') di hadapan Allah. Kita menyadari bahwa kita tidak lebih baik dari jenazah yang terbaring di hadapan kita; semua sama-sama mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya.
- Pengakuan Keterikatan: Dengan mengatakan "ampunilah kami DAN dia", kita menegaskan ikatan ukhuwah islamiyah. Kita mengakui bahwa nasib kita sebagai Muslim saling terkait. Keselamatan saudara kita adalah harapan kita, dan ampunan untuk diri kita adalah kebutuhan kita. Ini adalah bentuk solidaritas iman yang melintasi batas kehidupan dan kematian.
Bagian terakhir dari doa ini adalah penutup yang sempurna, menyatukan harapan bagi yang telah pergi dan refleksi bagi yang masih tinggal, semuanya terbingkai dalam permohonan ampunan kepada Yang Maha Pengampun.
Langkah 5: Salam
Setelah selesai membaca doa pada takbir keempat, shalat diakhiri dengan mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan:
"Assalaamu 'alaikum wa rahmatullah"
Mengucapkan salam kedua sambil menoleh ke kiri hukumnya sunnah, namun cukup dengan salam pertama saja shalat sudah dianggap sah.
Konteks dan Fiqih Lanjutan Terkait Shalat Jenazah
Untuk melengkapi pemahaman, ada beberapa hal penting lain yang sering menjadi pertanyaan dalam pelaksanaan shalat jenazah.
Shalat Jenazah untuk Anak-anak
Jika jenazah adalah anak kecil yang belum mencapai usia baligh, doa setelah takbir ketiga dan keempat sedikit berbeda. Karena anak kecil dianggap belum memiliki dosa, maka doanya lebih berfokus pada permohonan agar ia menjadi syafaat dan tabungan pahala bagi kedua orang tuanya.
Contoh doa setelah takbir ketiga untuk jenazah anak-anak:
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا وَذُخْرًا لِوَالِدَيْهِ، وَشَفِيعًا مُجَابًا. اللَّهُمَّ ثَقِّلْ بِهِ مَوَازِينَهُمَا وَأَعْظِمْ بِهِ أُجُورَهُمَا، وَأَلْحِقْهُ بِصَالِحِ سَلَفِ الْمُؤْمِنِينَ
Allahummaj'alhu farathan wa dzukhran liwalidaihi, wa syafii'an mujaban. Allahumma tsaqqil bihi mawazinahuma wa a'zhim bihi ujurahuma, wa alhiqhu bishalihi salafil mu'minin.
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah dia sebagai simpanan pendahuluan dan tabungan bagi kedua orang tuanya, dan pemberi syafaat yang dikabulkan. Ya Allah, beratkanlah timbangan amal kedua orang tuanya dengannya, dan perbesarlah pahala keduanya, serta kumpulkanlah ia bersama orang-orang beriman terdahulu yang shalih."
Adapun setelah takbir keempat, bacaan utamanya tetap sama: "Allahumma laa tahrimnaa ajrohu..." karena permohonan pahala dan perlindungan dari fitnah tetap relevan bagi jamaah yang shalat.
Shalat Ghaib
Shalat Ghaib adalah shalat jenazah yang dilakukan untuk seseorang yang meninggal di tempat yang jauh, di mana jenazahnya tidak ada di hadapan kita. Tata cara dan bacaannya sama persis dengan shalat jenazah biasa. Perbedaannya hanya terletak pada niat, di mana kita menyebutkan niat untuk shalat ghaib atas jenazah (sebutkan namanya jika tahu).
Hukum Mengangkat Tangan Saat Takbir
Menurut pendapat yang paling kuat dalam mazhab Syafi'i, disunnahkan untuk mengangkat tangan pada setiap kali takbir dalam shalat jenazah, bukan hanya pada takbiratul ihram. Hal ini didasarkan pada beberapa riwayat hadis yang menunjukkan praktik tersebut.
Kesimpulan: Sebuah Refleksi Akhir
Bacaan takbir ke-4 shalat jenazah, "Allahumma laa tahrimnaa ajrohu, wa laa taftinnaa ba'dahu, waghfirlanaa walahu," adalah sebuah doa yang singkat namun padat makna. Ia bukan sekadar formalitas penutup shalat, melainkan sebuah dialog mendalam antara seorang hamba dengan Rabb-nya di hadapan sebuah pelajaran besar bernama kematian.
Melalui doa ini, kita belajar untuk selalu berorientasi pada pahala, memohon perlindungan dari segala cobaan yang dapat menggoyahkan iman, serta menyadari bahwa ampunan adalah kebutuhan mutlak bagi setiap insan, baik yang telah tiada maupun yang masih menghela napas. Dengan memahami dan meresapi maknanya, semoga setiap shalat jenazah yang kita laksanakan tidak hanya menjadi penggugur kewajiban, tetapi juga menjadi momen introspeksi yang menguatkan iman, memperdalam ukhuwah, dan mendekatkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.