Memahami Makna dan Kedudukan Tasyahud dalam Shalat
Shalat adalah tiang agama, sebuah ibadah agung yang menjadi jembatan langsung antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya memiliki makna yang mendalam dan landasan yang kuat dari ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Salah satu rukun qauli (rukun ucapan) yang paling fundamental dalam shalat adalah Tasyahud, atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Tahiyat. Duduk dan membaca tasyahud merupakan momen refleksi, pujian, dan doa yang krusial, yang tanpanya shalat seseorang tidak akan sah.
Kata "Tasyahud" berasal dari akar kata Arab "syahida-yasyhadu" yang berarti bersaksi. Dinamakan demikian karena di dalamnya terkandung kalimat syahadat, yaitu persaksian akan keesaan Allah dan kerasulan Muhammad. Sementara itu, kata "Tahiyat" berasal dari lafaz pertama bacaan ini, yaitu "At-Tahiyyat", yang bermakna segala bentuk penghormatan, salam, dan pengagungan. Memahami pentingnya tasyahud mendorong kita untuk mempelajari bacaan yang benar, yang shahih, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para sahabatnya.
Kaligrafi Arab untuk kata "At-Tasyahud"
Terdapat dua jenis tasyahud dalam shalat yang memiliki lebih dari dua rakaat (seperti Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya), yaitu Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir. Tasyahud Awal dilakukan pada rakaat kedua, dan hukumnya menurut jumhur (mayoritas) ulama adalah sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Jika seseorang lupa mengerjakannya, ia tidak perlu mengulang shalatnya, cukup dengan melakukan sujud sahwi sebelum salam. Sebaliknya, Tasyahud Akhir adalah salah satu rukun shalat. Meninggalkannya dengan sengaja akan membatalkan shalat, dan jika terlupa, wajib baginya untuk kembali melakukannya sebelum salam.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai versi bacaan tasyahud yang shahih, baik untuk tasyahud awal maupun akhir, berdasarkan riwayat-riwayat hadits yang kuat. Dengan mengetahui keragaman ini, kita akan menyadari betapa luas dan indahnya syariat Islam, serta dapat mengamalkan sunnah Nabi dengan lebih mantap dan penuh keyakinan.
Bacaan Tasyahud Awal yang Shahih Sesuai Sunnah
Tasyahud awal pada dasarnya adalah bacaan inti dari tasyahud itu sendiri. Para ulama hadits telah meriwayatkan beberapa lafaz tasyahud yang berbeda dari para sahabat, yang semuanya mereka terima dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Perbedaan lafaz ini bukanlah sebuah pertentangan, melainkan sebuah keragaman (tanawwu') yang menunjukkan keluasan dalam syariat. Seorang muslim boleh memilih salah satu di antaranya untuk diamalkan. Berikut adalah beberapa versi bacaan tasyahud yang paling terkenal dan shahih.
1. Versi Tasyahud Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu
Ini adalah lafaz tasyahud yang paling populer dan banyak diajarkan di berbagai belahan dunia Muslim. Lafaz ini diriwayatkan dalam kitab shahih yang paling utama, yaitu Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, menunjukkan tingkat kesahihannya yang sangat tinggi. Abdullah bin Mas'ud berkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajariku tasyahud, (sementara) telapak tanganku berada di antara kedua telapak tangan beliau, sebagaimana beliau mengajarkanku sebuah surat dari Al-Qur'an."
Berikut bacaannya:
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، وَالصَّلَوَاتُ، وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Attahiyyaatu lillaah, washolawaatu, wath-thoyyibaat. Assalaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rosuuluh.
"Segala penghormatan, shalawat (doa), dan kebaikan hanyalah milik Allah. Semoga keselamatan tercurah atasmu wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
Penjelasan Makna per Frasa (Tasyahud Ibnu Mas'ud):
- التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ (Attahiyyaatu lillaah): Kalimat ini berarti segala bentuk pengagungan, penghormatan, pujian, dan sanjungan, baik berupa ucapan maupun perbuatan, semuanya hanya pantas ditujukan untuk Allah. Ini adalah penegasan tauhid, bahwa tidak ada yang berhak diagungkan secara mutlak selain Dia.
- وَالصَّلَوَاتُ (Washolawaatu): Kata ini mencakup segala jenis ibadah shalat dan doa. Maknanya, seluruh shalat dan doa yang kita panjatkan, pada hakikatnya adalah untuk Allah semata.
- وَالطَّيِّبَاتُ (Wath-thoyyibaat): Berarti segala sesuatu yang baik, mencakup perkataan yang baik (dzikir, tasbih), perbuatan yang baik (amal shalih), dan sifat-sifat yang baik. Semuanya dipersembahkan untuk Allah, karena Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik.
- السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ (Assalaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu...): Ini adalah salam penghormatan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita memohonkan "As-Salam" (keselamatan dari segala aib dan kekurangan), "rahmat" (kasih sayang), dan "barakah" (keberkahan yang melimpah) dari Allah untuk beliau.
- السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ (Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin): Setelah mendoakan Nabi, kita mendoakan diri kita sendiri dan seluruh hamba Allah yang shalih. Ini adalah doa yang sangat inklusif, mencakup para malaikat, para nabi, dan seluruh orang beriman yang shalih di langit dan di bumi, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.
- أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ (Asyhadu an laa ilaaha illallaah): Ini adalah inti dari tauhid. Sebuah persaksian dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan pembuktian dengan amal, bahwa tidak ada sesembahan yang hakiki kecuali Allah.
- وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ (Wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rosuuluh): Persaksian kedua, bahwa Muhammad adalah seorang hamba ('abdu) yang tidak boleh disembah, sekaligus seorang utusan (rasul) yang tidak boleh didustakan. Beliau harus diikuti dan ditaati.
2. Versi Tasyahud Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma
Versi ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya. Terdapat sedikit perbedaan redaksi di awal kalimat, yang juga menunjukkan keindahan dan kekayaan bahasa dalam doa. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan mereka tasyahud sebagaimana mengajarkan Al-Qur'an.
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
Attahiyyaatul mubaarokaatus sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan rosuulullaah.
"Segala penghormatan yang penuh berkah, segala shalawat (doa) yang baik, adalah milik Allah. Semoga keselamatan tercurah atasmu wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."
Perbedaan utamanya terletak pada penambahan kata الْمُبَارَكَاتُ (Al-Mubaarokaat) yang berarti "yang penuh berkah" dan redaksi akhir syahadat مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ (Muhammadan Rosuulullaah) yang secara makna sama dengan "'abduhu wa rosuuluh".
3. Versi Tasyahud Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu
Versi ini memiliki keunikan karena Umar bin Khattab mengajarkannya secara terbuka di atas mimbar kepada orang banyak. Hal ini menunjukkan pentingnya lafaz ini dan keinginannya agar umat mengetahuinya. Riwayat ini terdapat dalam Muwatta' Imam Malik dengan sanad yang shahih.
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ، الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Attahiyyaatu lillaah, az-zaakiyaatu lillaah, ath-thoyyibaatus sholawaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rosuuluh.
"Segala penghormatan hanya untuk Allah, segala kesucian hanya untuk Allah, segala kebaikan dan shalawat (doa) hanya untuk Allah. Semoga keselamatan tercurah atasmu wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
Versi ini menambahkan kata الزَّاكِيَاتُ (Az-Zaakiyaat) yang berarti "segala yang suci" atau "penyucian", yang menegaskan bahwa segala bentuk penyucian dan pujian atas kesucian hanya layak bagi Allah Ta'ala.
Ketiga versi ini dan beberapa versi lain yang juga memiliki riwayat shahih adalah sah untuk dibaca dalam tasyahud awal. Seorang muslim dapat menghafal salah satunya dan mengamalkannya secara konsisten, atau menghafal beberapa di antaranya dan mengamalkannya secara bergantian untuk menghidupkan sunnah Nabi secara lebih lengkap.
Bacaan Tasyahud Akhir yang Lengkap dan Shahih
Tasyahud akhir merupakan rukun shalat yang fundamental. Bacaannya terdiri dari dua bagian utama: pertama, bacaan tasyahud seperti yang telah dijelaskan pada bagian tasyahud awal (boleh memilih salah satu versi shahih di atas), dan kedua, ditambah dengan bacaan shalawat atas Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yang dikenal dengan sebutan Shalawat Ibrahimiyyah.
Menambahkan shalawat pada tasyahud akhir adalah wajib menurut pendapat yang paling kuat di kalangan ulama, seperti madzhab Syafi'i dan Hanbali. Dasarnya adalah perintah Allah dalam Al-Qur'an untuk bershalawat kepada Nabi, dan hadits-hadits yang menjelaskan bagaimana para sahabat bertanya kepada Nabi tentang cara bershalawat kepada beliau dalam shalat.
Shalawat Ibrahimiyyah: Shalawat Terbaik dalam Shalat
Ketika turun ayat, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56), para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, kami sudah tahu cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?" Maka Rasulullah mengajarkan lafaz shalawat yang kemudian dikenal sebagai Shalawat Ibrahimiyyah. Sama seperti bacaan tasyahud, shalawat ini juga memiliki beberapa versi riwayat yang shahih.
1. Versi Paling Populer (dari Hadits Ka'ab bin 'Ujrah)
Ini adalah versi shalawat yang paling umum diajarkan dan dihafal, diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kamaa shollaita 'ala Ibroohim wa 'ala aali Ibroohim, innaka Hamiidum Majiid. Allahumma baarik 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kamaa baarokta 'ala Ibroohim wa 'ala aali Ibroohim, innaka Hamiidum Majiid.
"Ya Allah, berikanlah shalawat (pujian dan sanjungan) kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berikanlah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
Penjelasan Makna Mendalam Shalawat Ibrahimiyyah:
- اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ (Allahumma sholli 'ala Muhammad): Makna shalawat dari Allah kepada hamba-Nya adalah pujian dan sanjungan-Nya kepada hamba tersebut di hadapan para malaikat (pendapat Abu Al-Aliyah). Ada juga yang mengartikannya sebagai rahmat. Jadi, kita memohon agar Allah senantiasa memuji dan mengagungkan Nabi Muhammad di alam tertinggi.
- وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ (wa 'ala aali Muhammad): "Aal Muhammad" atau keluarga Muhammad memiliki beberapa penafsiran. Pendapat terkuat adalah mencakup keluarga beliau dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib yang beriman, para istri beliau, dan keturunan beliau. Sebagian ulama bahkan memperluas maknanya hingga mencakup seluruh pengikut beliau yang taat hingga hari kiamat.
- كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (kamaa shollaita 'ala Ibroohim): Kita memohon shalawat untuk Nabi Muhammad sebagaimana shalawat yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Ini bukan berarti shalawat untuk Nabi Ibrahim lebih tinggi, melainkan kita memohon agar shalawat yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya disatukan dengan shalawat yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, sehingga menjadi kumpulan kebaikan yang agung. Nabi Ibrahim dipilih karena beliau adalah bapak para nabi dan umat-umat besar.
- إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ (innaka Hamiidum Majiid): "Hamid" berarti Maha Terpuji atas segala Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. "Majid" berarti Maha Mulia, Agung, dan Luhur. Ini adalah penutup yang sempurna, mengakui keagungan Allah yang mengabulkan doa.
- اللَّهُمَّ بَارِكْ (Allahumma baarik): "Baarik" berasal dari kata barakah, yang berarti kebaikan yang banyak, tetap, dan terus bertambah. Kita memohon kepada Allah agar melimpahkan keberkahan yang tak terputus kepada Nabi Muhammad dan keluarganya.
2. Versi Lain dari Riwayat Abu Humaid As-Sa'idi
Terdapat versi lain yang sedikit berbeda redaksinya namun sama-sama shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma sholli 'ala Muhammadin wa 'ala azwaajihi wa dzurriyyatihi, kamaa shollaita 'ala aali Ibroohim. Wa baarik 'ala Muhammadin wa 'ala azwaajihi wa dzurriyyatihi, kamaa baarokta 'ala aali Ibroohim. Innaka Hamiidum Majiid.
"Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad, para istrinya, dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim. Dan berikanlah berkah kepada Muhammad, para istrinya, dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
Versi ini secara eksplisit menyebutkan أَزْوَاجِهِ (azwaajihi - para istrinya) dan ذُرِّيَّتِهِ (dzurriyyatihi - keturunannya), yang memperjelas cakupan dari "keluarga Nabi".
Dengan demikian, bacaan tasyahud akhir yang lengkap adalah gabungan dari bacaan tasyahud (misalnya versi Ibnu Mas'ud) yang dilanjutkan dengan salah satu versi Shalawat Ibrahimiyyah di atas.
Doa Mustajab Setelah Tasyahud Akhir Sebelum Salam
Salah satu waktu yang paling mustajab (terkabul) untuk berdoa adalah di akhir shalat, yaitu setelah selesai membaca tasyahud akhir dan shalawat Ibrahimiyyah, tepat sebelum mengucapkan salam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menekankan momen ini dan mengajarkan sebuah doa perlindungan yang sangat penting.
Doa Perlindungan dari Empat Perkara
Ini adalah doa yang sangat dianjurkan (sunnah mu'akkadah), bahkan sebagian ulama ada yang mewajibkannya. Doa ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai dari tasyahud akhir, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dari empat perkara," lalu beliau menyebutkan doa berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Allahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabi jahannam, wa min 'adzaabil qobri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."
Makna Mendalam dari Empat Perlindungan:
- مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ (Dari siksa Jahannam): Memohon perlindungan dari azab terberat dan paling kekal di akhirat. Ini menunjukkan kesadaran seorang hamba akan kelemahan dirinya dan kengerian hukuman Allah bagi para pendosa.
- وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ (Dari siksa kubur): Memohon perlindungan dari azab di alam barzakh, fase pertama setelah kematian sebelum hari kiamat. Iman kepada adanya azab dan nikmat kubur adalah bagian dari akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
- وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ (Dari fitnah kehidupan dan kematian): Ini adalah permohonan yang sangat komprehensif.
- Fitnah Kehidupan (Al-Mahya): Mencakup segala ujian dan cobaan selama hidup di dunia, seperti fitnah syahwat (hawa nafsu, harta, wanita, jabatan) dan fitnah syubhat (keraguan dalam agama, pemikiran sesat, bid'ah).
- Fitnah Kematian (Al-Mamat): Mencakup ujian berat saat sakaratul maut, di mana setan datang menggoda untuk merusak iman seseorang di akhir hayatnya. Juga mencakup fitnah pertanyaan dua malaikat (Munkar dan Nakir) di dalam kubur.
- وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ (Dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal): Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut fitnah Dajjal sebagai fitnah terbesar sejak diciptakannya Nabi Adam hingga hari kiamat. Dengan memohon perlindungan dari fitnah ini, kita mengakui kedahsyatannya dan hanya bersandar pada pertolongan Allah untuk selamat darinya.
Doa-Doa Lain yang Dianjurkan
Selain doa perlindungan dari empat perkara di atas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengajarkan doa-doa lain, atau mempersilakan untuk berdoa dengan doa apa saja yang diinginkan selama isinya baik.
Doa yang Diajarkan kepada Abu Bakar As-Siddiq:
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Abu Bakar meminta Rasulullah untuk mengajarkannya sebuah doa untuk dibaca dalam shalat. Maka beliau mengajarkan:
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Allahumma innii zholamtu nafsii zhulman katsiiro, wa laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta, faghfir lii maghfirotan min 'indik, warhamnii, innaka antal ghofuurur rohiim.
"Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzalimi diriku sendiri, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Doa Memohon Pertolongan dalam Ibadah:
Rasulullah berwasiat kepada Mu'adz bin Jabal untuk tidak meninggalkan doa ini di akhir setiap shalat:
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allahumma a'innii 'alaa dzikrika, wa syukrika, wa husni 'ibaadatik.
"Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya."
Tata Cara Duduk dan Isyarat Jari Saat Tasyahud
Kesempurnaan tasyahud tidak hanya terletak pada bacaannya, tetapi juga pada tata cara duduk dan gerakan yang menyertainya, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Terdapat perbedaan posisi duduk antara tasyahud awal dan tasyahud akhir.
Posisi Duduk Tasyahud Awal (Duduk Iftirasy)
Pada tasyahud awal (di rakaat kedua), posisi duduk yang disunnahkan adalah duduk iftirasy. Caranya adalah dengan duduk di atas telapak kaki kiri, sementara telapak kaki kanan ditegakkan dan jari-jemarinya dihadapkan ke arah kiblat. Punggung tegak lurus dan pandangan mata tertuju ke arah jari telunjuk yang berisyarat. Posisi ini didasarkan pada hadits Abu Humaid As-Sa'idi yang menggambarkan tata cara shalat Nabi, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Posisi Duduk Tasyahud Akhir (Duduk Tawarruk)
Pada tasyahud akhir, posisi duduk yang disunnahkan adalah duduk tawarruk. Terdapat beberapa variasi dalam praktiknya, namun yang paling umum digambarkan adalah dengan mengeluarkan kaki kiri dari bawah betis kanan, dan duduk dengan pantat kiri menempel langsung ke lantai. Kaki kanan tetap ditegakkan dengan jari-jemari menghadap kiblat. Hikmah dari perbedaan posisi duduk ini adalah untuk membedakan antara tasyahud awal yang akan dilanjutkan dengan berdiri, dan tasyahud akhir yang akan diakhiri dengan salam.
Posisi Tangan dan Isyarat Jari Telunjuk
Salah satu sunnah yang khas saat tasyahud adalah isyarat dengan jari telunjuk kanan. Tata caranya adalah sebagai berikut:
- Tangan kiri diletakkan di atas paha kiri dengan jari-jari yang lurus dan rileks.
- Tangan kanan diletakkan di atas paha kanan. Jari kelingking, jari manis, dan jari tengah digenggam.
- Ada dua cara yang diriwayatkan untuk ibu jari dan telunjuk:
- Membentuk lingkaran dengan mempertemukan ujung ibu jari dengan ujung jari tengah, lalu jari telunjuk diacungkan.
- Meletakkan ibu jari di atas jari tengah (seperti menggenggam angka 53 dalam simbol Arab), lalu jari telunjuk diacungkan.
- Jari telunjuk yang diacungkan ini diarahkan sedikit menunduk ke arah kiblat.
Para ulama berbeda pendapat mengenai kapan mulai berisyarat dan apakah jari tersebut digerakkan atau tidak.
- Pendapat pertama: Berisyarat sejak awal duduk tasyahud hingga selesai, tanpa menggerakkannya. Pandangan diarahkan ke jari tersebut.
- Pendapat kedua: Berisyarat dan menggerak-gerakkannya saat berdoa. Hal ini didasarkan pada hadits Wa'il bin Hujr yang menyebutkan bahwa ia melihat Nabi "menggerakkan jarinya, berdoa dengannya". Perbedaan pendapat muncul tentang makna "menggerakkan" ini; apakah gerakan naik-turun, bergetar, atau hanya sebagai isyarat saat memanjatkan doa.
- Pendapat ketiga (populer): Mengacungkan jari telunjuk hanya ketika mengucapkan lafaz "illallaah" pada kalimat syahadat.
Semua pendapat ini memiliki dasarnya masing-masing. Yang terpenting adalah memahami esensi dari isyarat ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa isyarat jari telunjuk ini "lebih dahsyat bagi setan daripada pukulan besi". Ini karena isyarat tersebut merupakan simbol tauhid, pengesaan Allah, yang sangat dibenci oleh setan.
Kesimpulan: Menghayati Tasyahud dalam Shalat
Tasyahud adalah momen agung dalam shalat, sebuah dialog spiritual yang sarat makna. Ia berisi pujian tertinggi kepada Allah, salam kepada utusan-Nya, doa untuk diri sendiri dan seluruh hamba yang shalih, serta penegasan kembali ikrar fundamental seorang muslim: syahadatain. Mempelajari bacaan-bacaan tasyahud yang shahih, baik dari riwayat Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, maupun para sahabat lainnya, membuka wawasan kita akan kekayaan sunnah Nabi.
Pada tasyahud akhir, kesempurnaan tercapai dengan penambahan Shalawat Ibrahimiyyah, sebuah lafaz shalawat terbaik yang diajarkan langsung oleh Rasulullah. Dilanjutkan dengan memanjatkan doa, terutama doa memohon perlindungan dari empat perkara besar, menjadikan akhir shalat sebagai momen permohonan yang paling intim dan mustajab kepada Allah.
Dengan memahami setiap kata yang kita ucapkan, merenungi maknanya, dan melaksanakan tata cara duduk serta isyarat jari sesuai sunnah, semoga tasyahud kita tidak lagi menjadi sekadar rutinitas hafalan. Semoga ia menjadi puncak kekhusyukan, di mana lisan, hati, dan jasad bersatu dalam mengagungkan Allah, bershalawat kepada Rasul-Nya, dan memohon kebaikan dunia dan akhirat sebelum menutup shalat dengan salam.