Panduan Lengkap Bacaan Tahiyat Akhir Sesuai Sunnah

Memahami setiap lafadz, gerakan, dan makna dari duduk tasyahud akhir hingga salam untuk sholat yang lebih khusyuk dan sempurna.

Ilustrasi Posisi Duduk Tasyahud Akhir Siluet seseorang dalam posisi duduk tawarruk saat sholat, dengan tangan di atas paha dan jari telunjuk menunjuk.

Posisi duduk Tawarruk pada Tasyahud Akhir

Sholat adalah tiang agama, sebuah ibadah agung yang menjadi jembatan komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya memiliki makna yang mendalam dan landasan yang kuat dari tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu rukun sholat yang paling penting dan sarat makna adalah Tasyahud Akhir, atau yang sering kita sebut sebagai Tahiyat Akhir.

Ini adalah momen penutup, sebuah perhentian reflektif sebelum mengakhiri sholat dengan salam. Di dalamnya terkandung pujian tertinggi kepada Allah, salam hormat kepada Nabi Muhammad, doa untuk diri sendiri dan seluruh hamba yang shalih, serta persaksian iman yang menjadi inti dari ajaran Islam. Memahami bacaan tahiyat akhir sampai salam sesuai sunnah bukan sekadar menghafal lafadz, melainkan menyelami samudra maknanya agar sholat kita menjadi lebih berkualitas, khusyuk, dan diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Artikel ini akan mengupas tuntas setiap detailnya, langkah demi langkah, sesuai dengan petunjuk dari sunnah Nabi.

1. Kedudukan dan Makna Tasyahud Akhir

Sebelum membahas bacaan dan tata caranya, penting untuk memahami kedudukan Tasyahud Akhir dalam sholat. Para ulama sepakat bahwa Tasyahud Akhir, termasuk duduk untuk melakukannya, adalah salah satu dari rukun sholat. Rukun adalah bagian inti dari suatu ibadah yang jika ditinggalkan, baik sengaja maupun tidak sengaja, maka ibadah tersebut menjadi tidak sah dan harus diulangi.

Kata "Tasyahud" berasal dari akar kata yang sama dengan "Syahadat", yang berarti kesaksian. Ini merujuk pada kalimat inti di dalamnya, yaitu "Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh". Sementara itu, "Tahiyat" berarti penghormatan atau salam. Keduanya merujuk pada bacaan yang sama, yang berisi dialog agung yang menurut riwayat terjadi saat peristiwa Isra' Mi'raj.

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam naik menghadap Allah, beliau mengucapkan, "At-tahiyyatu lillah, was-shalawatu wat-thayyibat" (Segala penghormatan, shalawat, dan kebaikan hanyalah milik Allah). Allah pun menjawab, "As-salamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh" (Keselamatan, rahmat Allah, dan keberkahan-Nya semoga tercurah atasmu, wahai Nabi). Rasulullah, karena tidak ingin menerima kemuliaan ini sendirian, kemudian menyambung, "As-salamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis-shalihin" (Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas seluruh hamba Allah yang shalih). Menyaksikan dialog mulia ini, para malaikat pun serentak bersaksi, "Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh" (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Inilah esensi dari bacaan tahiyat yang kita ulang dalam setiap sholat, sebuah dialog surgawi yang sarat dengan kemuliaan.

2. Tata Cara Duduk Tasyahud Akhir (Duduk Tawarruk)

Sunnah membedakan cara duduk antara tasyahud awal dan tasyahud akhir pada sholat yang memiliki lebih dari dua rakaat (seperti Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya). Untuk tasyahud akhir, posisi duduk yang dianjurkan adalah duduk Tawarruk.

Cara melakukan duduk Tawarruk adalah sebagai berikut:

Posisi ini mungkin terasa sedikit sulit bagi yang belum terbiasa, namun memiliki hikmah tersendiri. Duduk Tawarruk memberikan posisi yang lebih stabil dan mantap untuk durasi yang lebih lama, sesuai dengan bacaan tasyahud akhir yang lebih panjang karena mencakup shalawat dan doa-doa perlindungan. Ini adalah bentuk ittiba' (mengikuti) yang sempurna terhadap cara sholat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabdanya, "Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihatku sholat."

3. Bacaan Inti Tahiyat (Tasyahud)

Ada beberapa riwayat shahih mengenai lafadz tasyahud, dan semuanya boleh diamalkan. Namun, yang paling masyhur dan dianggap paling shahih oleh banyak ulama adalah tasyahud yang diajarkan kepada Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu.

Lafadz Tasyahud dari Ibnu Mas'ud

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Attahiyyatu lillahi was-shalawatu wat-thayyibat. Assalamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh. Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis-shalihin. Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh.

Artinya: "Segala penghormatan, shalawat, dan kebaikan hanyalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan keberkahan-Nya tercurah atasmu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."

Penjabaran Makna Lafadz Tasyahud:

"Attahiyyatu lillahi was-shalawatu wat-thayyibat"
Ini adalah kalimat pembuka yang agung. "Attahiyyat" mencakup segala bentuk pengagungan, penghormatan, dan pujian, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Kita menegaskan bahwa semua itu hanyalah milik Allah semata. "Was-shalawat" bisa diartikan sebagai segala jenis doa atau ibadah sholat itu sendiri, yang semuanya kita persembahkan hanya untuk Allah. "Wat-thayyibat" berarti segala sesuatu yang baik, entah itu ucapan, perbuatan, atau sifat. Dengan kalimat ini, kita mengikrarkan bahwa segala bentuk penghormatan, ibadah, dan kebaikan mutlak hanya layak dipersembahkan kepada Allah.

"Assalamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh"
Setelah memuji Allah, kita beralih memberikan salam penghormatan kepada manusia termulia, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salam ini bukan sekadar sapaan, melainkan doa agar beliau senantiasa dilimpahi keselamatan (As-Salam), kasih sayang (Rahmat), dan keberkahan (Barakah) dari Allah. Ini adalah bentuk cinta dan pengakuan kita atas jasa beliau yang tak terhingga.

"Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis-shalihin"
Ini adalah manifestasi dari sifat agung Nabi yang tidak egois. Beliau mengajarkan kita untuk mendoakan keselamatan tidak hanya untuk diri sendiri ("'alaina" - atas kami), tetapi juga untuk seluruh hamba Allah yang shalih ("'ala 'ibadillahis-shalihin"). Siapa pun mereka, di mana pun mereka berada, baik di langit maupun di bumi, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, semuanya tercakup dalam doa agung ini. Ini mengajarkan kita tentang persaudaraan universal dalam bingkai keshalihan.

"Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh"
Inilah puncak dan inti dari tasyahud, yaitu dua kalimat syahadat. Persaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah (tauhid uluhiyah) dan persaksian bahwa Nabi Muhammad adalah hamba sekaligus utusan-Nya. Dengan mengucapkannya di akhir sholat, kita memperbarui dan meneguhkan kembali pilar keimanan kita sebelum kembali ke urusan duniawi.

4. Bacaan Shalawat Nabi Setelah Tasyahud

Setelah selesai membaca tasyahud, rukun selanjutnya adalah membaca shalawat untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Membaca shalawat pada tasyahud akhir hukumnya adalah rukun menurut mayoritas ulama, sehingga tidak boleh ditinggalkan. Bacaan shalawat yang paling utama dan lengkap adalah Shalawat Ibrahimiyyah, yaitu shalawat yang biasa kita baca.

Lafadz Shalawat Ibrahimiyyah

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّdٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad, kamaa shollaita ‘ala Ibraahim wa ‘ala aali Ibraahim, innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad, kamaa baarakta ‘ala Ibraahim wa ‘ala aali Ibraahim, innaka hamiidum majiid.

Artinya: "Ya Allah, berilah shalawat (pujian dan kemuliaan) kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Makna Mendalam Shalawat Ibrahimiyyah

Shalawat ini memiliki makna yang sangat dalam. Kita tidak hanya memohon "shalawat" (pujian di hadapan para malaikat) untuk Nabi Muhammad dan keluarganya, tetapi kita juga memohon "barakah" (keberkahan yang langgeng dan terus bertambah). Menariknya, kita mengaitkan permohonan ini dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya. Ini menunjukkan adanya benang merah risalah tauhid yang tak terputus antara para nabi. Dengan memohon agar Nabi Muhammad diberi kemuliaan sebagaimana Nabi Ibrahim, kita sebenarnya memohon kemuliaan yang paling tinggi, karena Nabi Ibrahim adalah salah satu nabi Ulul Azmi yang memiliki kedudukan sangat istimewa di sisi Allah. Di akhir shalawat, kita menutupnya dengan memuji Allah, "Innaka hamiidum majiid" (Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia), sebagai pengakuan bahwa sumber segala pujian dan kemuliaan hanyalah Allah semata.

5. Doa Perlindungan dari Empat Perkara

Setelah menyempurnakan shalawat, terdapat satu amalan sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) yang seringkali dilupakan, yaitu berdoa memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hampir tidak pernah meninggalkannya dalam tasyahud akhir beliau. Ini adalah waktu yang sangat mustajab untuk berdoa.

Lafadz Doa Perlindungan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabi jahannam, wa min ‘adzabil-qobri, wa min fitnatil-mahya wal-mamat, wa min syarri fitnatil-masihid-dajjal.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."

Mengapa Empat Perkara Ini?

Empat hal yang kita mohonkan perlindungan darinya ini adalah sumber dari segala keburukan dan penderitaan, baik di dunia maupun di akhirat.

  1. Siksa Neraka Jahannam: Ini adalah puncak penderitaan dan tujuan akhir bagi orang-orang yang celaka. Memohon perlindungan darinya adalah prioritas utama setiap muslim.
  2. Siksa Kubur: Alam kubur adalah gerbang pertama menuju akhirat. Kenikmatan atau siksaan di dalamnya adalah cerminan dari amalan di dunia. Berlindung dari siksanya adalah sebuah keharusan.
  3. Fitnah Kehidupan dan Kematian: Fitnah kehidupan mencakup segala ujian, cobaan, syahwat, dan syubhat yang dapat menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Fitnah kematian adalah ujian berat saat sakaratul maut, di mana setan berusaha menggelincirkan iman seseorang di detik-detik terakhir hidupnya.
  4. Fitnah Al-Masih Ad-Dajjal: Ini adalah fitnah terbesar yang akan menimpa umat manusia di akhir zaman. Nabi sendiri memperingatkan umatnya dengan sangat keras tentang bahaya Dajjal. Membaca doa ini di setiap sholat adalah benteng pelindung yang diajarkan langsung oleh Rasulullah.

6. Doa-Doa Tambahan Sebelum Salam

Masa antara selesai membaca doa perlindungan dari empat perkara hingga salam adalah salah satu waktu terbaik untuk memanjatkan doa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "...kemudian hendaklah ia memilih doa yang ia sukai, lalu ia berdoa dengan doa itu." Ini adalah kesempatan emas bagi seorang hamba untuk memohon segala kebaikan dunia dan akhirat kepada Rabb-nya.

Ada banyak doa yang ma'tsur (berasal dari Al-Qur'an dan Sunnah) yang bisa dibaca pada momen ini. Di antara yang paling sering dibaca adalah:

Doa Memohon Pertolongan dalam Beribadah

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik.

Artinya: "Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu."

Doa Sapu Jagat

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Rabbana aatina fid-dunya hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaban-naar.

Artinya: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka."

Doa Memohon Ampunan

اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Allahumma inni zholamtu nafsi zhulman katsiira, wa laa yaghfirudz-dzunuuba illa anta, faghfirlii maghfiratan min 'indik, warhamnii, innaka antal-ghafuurur-rahiim.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzalimi diriku sendiri, dan tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Seseorang boleh berdoa dengan doa-doa ini atau doa lainnya yang berisi permohonan kebaikan, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa yang dipahaminya jika tidak mampu berbahasa Arab, selama doa tersebut tidak mengandung unsur dosa atau pemutusan silaturahmi.

7. Gerakan dan Bacaan Salam

Salam adalah rukun terakhir yang menandai berakhirnya sholat. Ia ibarat gerbang keluar dari sebuah audiensi agung bersama Sang Pencipta. Pelaksanaannya melibatkan gerakan dan ucapan.

Gerakan Salam

Gerakan salam dilakukan dengan menolehkan kepala ke kanan hingga pipi kanan terlihat oleh orang yang berada di barisan belakang, kemudian menolehkan kepala ke kiri hingga pipi kiri terlihat oleh orang yang berada di barisan belakang. Gerakan ini harus dilakukan dengan tuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa), bukan hanya dengan lirikan mata atau gerakan kepala yang minimalis.

Bacaan Salam

Bacaan salam yang paling umum dan disepakati adalah:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah.

Artinya: "Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah atas kalian."

Ucapan ini diulang dua kali, pertama saat menoleh ke kanan, dan kedua saat menoleh ke kiri. Ada beberapa riwayat yang menyebutkan tambahan "wa barakatuh" pada salam pertama, dan ini juga boleh diamalkan. Namun, yang paling sering dipraktikkan oleh Nabi adalah lafadz di atas.

Makna Filosofis Salam

Salam di akhir sholat memiliki makna yang indah. Dengan mengucapkan "Assalamu ‘alaikum", kita menebarkan doa keselamatan dan kedamaian kepada malaikat pencatat amal (Raqib dan Atid) yang berada di kanan dan kiri kita, serta kepada saudara-saudari sesama muslim yang sholat berjamaah di samping kita. Ini adalah pengingat bahwa setelah menyelesaikan hubungan vertikal dengan Allah (hablum minallah), kita harus kembali membangun dan memperbaiki hubungan horizontal dengan sesama makhluk (hablum minannas) dengan menebarkan kedamaian.

Kesimpulan: Menghayati Momen Emas di Akhir Sholat

Tasyahud akhir hingga salam bukanlah sekadar rangkaian kata dan gerakan rutin tanpa makna. Ia adalah sebuah perjalanan spiritual singkat yang merangkum esensi dari seluruh sholat kita. Dimulai dengan posisi duduk Tawarruk yang penuh kepatuhan, dilanjutkan dengan dialog agung dalam bacaan tahiyat, disambung dengan shalawat cinta kepada Sang Teladan, diperkuat dengan permohonan perlindungan dari fitnah terbesar, dihiasi dengan munajat pribadi yang tulus, dan diakhiri dengan tebaran salam kedamaian.

Mempelajari dan mengamalkan bacaan tahiyat akhir sampai salam sesuai sunnah adalah bagian dari upaya kita untuk menyempurnakan sholat, meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap detail ibadah. Semoga dengan pemahaman yang lebih mendalam ini, kita dapat merasakan kekhusyukan yang lebih, dan sholat kita menjadi lebih berkualitas, diterima di sisi-Nya, serta menjadi penyejuk hati dan cahaya dalam kehidupan kita.

🏠 Kembali ke Homepage