Mengenal Sholawat Munjiyat: Sang Penyelamat
Sebuah simbolisasi kaligrafi yang melambangkan doa dan spiritualitas.
Di tengah lautan doa dan dzikir yang tak terhingga dalam khazanah Islam, terdapat satu sholawat yang memiliki kedudukan istimewa di hati banyak kaum Muslimin. Ia dikenal sebagai Sholawat Munjiyat. Nama "Munjiyat" sendiri berasal dari kata Arab yang berarti "penyelamat" atau "yang menyelamatkan". Nama ini bukanlah sekadar julukan, melainkan cerminan dari fadhilah dan keutamaannya yang diyakini mampu menjadi wasilah untuk memohon pertolongan Allah dari berbagai kesulitan, marabahaya, dan kesempitan hidup.
Sholawat pada hakikatnya adalah doa dan pujian yang kita panjatkan kepada Allah SWT untuk senantiasa melimpahkan rahmat, kemuliaan, dan kesejahteraan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Perintah untuk bersholawat tertuang jelas dalam Al-Qur'an, Surah Al-Ahzab ayat 56, yang artinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." Ayat ini menjadi landasan betapa mulianya amalan bersholawat. Ia bukan hanya amalan biasa, melainkan amalan yang Allah dan para malaikat-Nya pun melakukannya.
Sholawat Munjiyat, dengan susunan redaksi doanya yang indah dan komprehensif, telah diamalkan dari generasi ke generasi. Ia menjadi sandaran spiritual bagi mereka yang sedang dirundung duka, dihadapkan pada kebuntuan, atau mendambakan tercapainya suatu hajat. Kandungan doanya merangkum permohonan yang begitu luas, mencakup keselamatan dari segala bencana, pemenuhan segala kebutuhan, penyucian dari segala dosa, pengangkatan derajat, hingga pencapaian puncak kebaikan di dunia dan akhirat. Inilah yang membuatnya begitu dicintai dan menjadi bagian tak terpisahkan dari wirid harian banyak orang.
Teks Bacaan Sholawat Munjiyat Lengkap
Berikut adalah bacaan lengkap Sholawat Munjiyat dalam tulisan Arab, Latin, beserta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia untuk memudahkan pemahaman dan penghayatan maknanya.
1. Teks Arab
2. Teks Latin
3. Arti dan Terjemahan
Sejarah dan Asal-Usul Sholawat Munjiyat
Di balik redaksi doa yang penuh makna ini, tersimpan sebuah kisah masyhur yang menjadi cikal bakal tersebarluasnya Sholawat Munjiyat. Kisah ini sering dinukil dalam berbagai kitab tentang fadhilah sholawat dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Cerita ini berpusat pada seorang ulama sufi bernama Syaikh Shalih Musa ad-Dharir, seorang yang alim namun memiliki keterbatasan penglihatan.
Dikisahkan bahwa pada suatu masa, Syaikh Shalih Musa ad-Dharir sedang berada dalam sebuah perjalanan laut menggunakan kapal layar yang besar bersama para penumpang lainnya. Di tengah samudra yang luas, tanpa diduga, kapal mereka dihantam oleh badai yang dahsyat. Angin bertiup kencang, ombak menggulung setinggi gunung, dan langit menjadi gelap gulita. Kapal itu terombang-ambing tak berdaya, di ambang kehancuran. Kepanikan melanda seluruh penumpang. Mereka merasa bahwa ajal sudah di depan mata dan tidak ada lagi harapan untuk selamat.
Di tengah situasi yang genting dan penuh ketakutan itu, Syaikh Shalih Musa ad-Dharir merasakan kantuk yang luar biasa hingga akhirnya beliau tertidur. Dalam tidurnya, beliau bermimpi bertemu dengan Baginda Rasulullah SAW. Dalam mimpi yang mulia itu, Rasulullah SAW bersabda kepadanya, "Wahai Musa, perintahkanlah kepada para penumpang kapal untuk membaca sholawat ini sebanyak seribu kali." Kemudian, Rasulullah SAW mengajarkan lafadz sholawat yang kelak dikenal sebagai Sholawat Munjiyat ini.
Seketika, Syaikh Shalih Musa ad-Dharir terbangun dari tidurnya. Tanpa ragu, beliau segera mengumpulkan seluruh penumpang kapal yang sedang dalam puncak keputusasaan. Beliau menceritakan mimpinya bertemu Rasulullah SAW dan menyampaikan pesan agung tersebut. Dengan penuh keyakinan dan harapan yang kembali menyala, mereka semua bersama-sama mulai membaca sholawat yang diajarkan itu dengan khusyuk dan sepenuh hati.
Sebuah keajaiban terjadi atas izin Allah SWT. Belum genap mereka membacanya seribu kali, bahkan menurut beberapa riwayat baru mencapai sekitar tiga ratus kali, badai yang mengamuk dahsyat itu perlahan-lahan mereda. Angin menjadi tenang, ombak menjadi landai, dan langit kembali cerah. Kapal yang tadinya hampir karam itu akhirnya terselamatkan, dan seluruh penumpangnya selamat sentosa. Berkat wasilah sholawat tersebut, Allah SWT menyelamatkan mereka dari malapetaka yang hampir merenggut nyawa.
Sejak peristiwa luar biasa itulah, sholawat ini dinamakan "Sholawat Munjiyat" atau Sholawat Penyelamat. Kisah ini menyebar dari mulut ke mulut, dari satu ulama ke ulama lainnya, dan akhirnya terdokumentasi dalam berbagai kitab. Meskipun asal-usulnya berasal dari sebuah mimpi (ilham), para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah memandangnya sebagai sebuah karunia besar karena isi dan kandungan doanya sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah. Justru, redaksinya mengandung permohonan yang sangat luhur dan sesuai dengan adab berdoa dalam Islam.
Tadabbur Makna Mendalam dalam Setiap Untaian Doa
Keagungan Sholawat Munjiyat tidak hanya terletak pada kisah asal-usulnya, tetapi lebih dalam lagi pada setiap untaian kalimat yang terkandung di dalamnya. Mari kita selami makna dari setiap frasa dalam sholawat ini untuk dapat meresapinya dengan lebih baik.
"صَلاَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَالْآفَاتِ"
"...dengan rahmat (sholawat) yang Engkau akan menyelamatkan kami dari semua keadaan yang menakutkan dan dari semua malapetaka."Bagian pertama dari permohonan ini adalah permintaan keselamatan mutlak. Kata `al-Ahwal` (bentuk jamak dari `haul`) merujuk pada segala kondisi yang menakutkan, mengerikan, dan membuat gentar. Ini mencakup ketakutan di dunia seperti bencana alam (banjir, gempa, badai), kecelakaan, fitnah keji, kezaliman penguasa, hingga ancaman kemiskinan dan penyakit. Tidak hanya itu, `al-Ahwal` juga mencakup kengerian di alam akhirat, seperti dahsyatnya sakaratul maut, fitnah kubur, kengerian di padang mahsyar, hingga melewati jembatan Shiratal Mustaqim.
Sementara itu, `al-Aafaat` (bentuk jamak dari `aafah`) berarti malapetaka, wabah, penyakit, atau segala sesuatu yang merusak. Ini bisa berupa kerusakan fisik seperti penyakit yang tak kunjung sembuh, atau kerusakan non-fisik seperti kerusakan akhlak, kerusakan iman, dan penyakit hati (iri, dengki, sombong). Dengan membaca bagian ini, kita memohon kepada Allah, melalui keberkahan sholawat kepada Nabi-Nya, agar dilindungi secara total dari segala bentuk marabahaya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi.
"وَتَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ"
"...dan dengan rahmat itu pula Engkau akan memenuhi semua hajat (kebutuhan) kami."Setelah memohon perlindungan, doa ini berlanjut pada permohonan pemenuhan kebutuhan. Kata `al-Hajat` (kebutuhan) di sini bersifat umum (`jami'al hajat` artinya semua kebutuhan), mencakup segala apa yang kita perlukan dalam hidup. Kebutuhan ini bisa berupa kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan papan. Bisa juga kebutuhan sekunder seperti rezeki yang berkah, pekerjaan yang layak, keluarga yang sakinah, atau ilmu yang bermanfaat.
Lebih dari itu, permohonan ini juga mencakup kebutuhan-kebutuhan spiritual yang seringkali lebih penting. Misalnya, kebutuhan akan hidayah dan taufiq untuk selalu berada di jalan yang lurus, kebutuhan akan ampunan atas segala dosa, kebutuhan akan kekuatan untuk beribadah, dan kebutuhan tertinggi yaitu tercapainya keridhaan Allah SWT. Frasa ini mengajarkan kita untuk menyerahkan segala urusan dan kebutuhan kita hanya kepada Allah, Sang Maha Pemenuh Kebutuhan, dengan menjadikan sholawat sebagai perantaranya.
"وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ"
"...dan dengan rahmat itu pula Engkau akan membersihkan kami dari semua keburukan (dosa)."Ini adalah permohonan penyucian diri. `at-Tathhir` berarti membersihkan atau menyucikan. Sedangkan `as-Sayyi'at` adalah segala bentuk keburukan, dosa, dan maksiat, baik yang kecil maupun yang besar, yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Dosa adalah kotoran yang menodai jiwa dan menjadi penghalang antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dosa membuat hati menjadi keras, doa menjadi sulit terkabul, dan hidup terasa sempit.
Dengan memohon penyucian melalui wasilah sholawat, kita mengakui kelemahan diri kita sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan. Kita memohon agar Allah, dengan rahmat-Nya yang luas, menghapuskan catatan keburukan kita, membersihkan hati kita dari penyakit-penyakit spiritual, dan menggantinya dengan cahaya keimanan dan ketaqwaan. Ini adalah salah satu permohonan terpenting, karena kebersihan jiwa adalah modal utama untuk meraih kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.
"وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ"
"...dan dengan rahmat itu pula Engkau akan mengangkat kami ke derajat yang paling tinggi di sisi-Mu."Setelah disucikan, seorang hamba berharap untuk didekatkan kepada Sang Pencipta. Permohonan ini adalah tentang elevasi spiritual. `Tarfa'unaa` berarti Engkau mengangkat kami, dan `a'lad darajaat` berarti derajat-derajat yang paling tinggi. Derajat di sisi Allah bukanlah diukur dengan harta, pangkat, atau jabatan duniawi, melainkan dengan tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang.
Membaca frasa ini adalah sebuah cita-cita luhur seorang mukmin. Kita memohon agar melalui keberkahan sholawat ini, Allah menaikkan maqam (kedudukan) spiritual kita. Dari seorang Muslim biasa menjadi seorang mukmin, lalu menjadi seorang muhsin. Kita berharap agar Allah memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang shalih, para wali-Nya, dan orang-orang yang dekat dengan-Nya (`muqarrabin`). Puncak dari derajat tertinggi ini adalah kenikmatan memandang Wajah Allah di surga kelak.
"وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِى الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ"
"...dan dengan rahmat itu pula Engkau akan menyampaikan kami kepada tujuan yang paling jauh (puncak) dari semua kebaikan, baik semasa hidup maupun sesudah mati."Ini adalah puncak dan penutup dari rangkaian permohonan dalam Sholawat Munjiyat. Kalimat ini begitu komprehensif dan mencakup segalanya. `Aqshal Ghayat` berarti tujuan atau pencapaian yang paling puncak dan paling jauh. `Min jami'il khairat` berarti dari segala jenis kebaikan.
Permohonan ini tidak hanya terbatas pada satu aspek, melainkan seluruh kebaikan yang bisa dibayangkan. Kebaikan `fil hayat` (semasa hidup) mencakup kesehatan yang sempurna, rezeki yang melimpah dan berkah, ilmu yang bermanfaat, amal shalih yang diterima, keluarga yang harmonis, dan akhir hayat yang husnul khatimah. Sedangkan kebaikan `ba'dal mamat` (sesudah mati) mencakup nikmat kubur, kemudahan di hari hisab, naungan di padang mahsyar, kesempatan meminum dari telaga Kautsar, keselamatan dari api neraka, dan puncaknya adalah masuk ke dalam surga Firdaus tanpa hisab.
Dengan demikian, Sholawat Munjiyat adalah sebuah paket doa yang lengkap. Ia dimulai dengan permohonan perlindungan, dilanjutkan dengan pemenuhan kebutuhan, penyucian diri, pengangkatan derajat, dan diakhiri dengan pencapaian segala puncak kebaikan dunia dan akhirat. Sungguh sebuah susunan doa yang luar biasa agung.
Fadhilah dan Keutamaan Agung Mengamalkan Sholawat Munjiyat
Berdasarkan makna yang terkandung di dalamnya serta pengalaman para ulama dan orang-orang shalih, mengamalkan Sholawat Munjiyat secara istiqamah diyakini memiliki banyak sekali fadhilah (keutamaan). Keutamaan-keutamaan ini sejatinya adalah buah dari terkabulnya doa-doa yang terangkai dalam sholawat itu sendiri.
-
Menjadi Wasilah Keselamatan dari Musibah
Fadhilah ini adalah yang paling terkenal, sesuai dengan nama "Munjiyat" dan kisah asal-usulnya. Banyak yang meyakini bahwa membacanya dengan niat yang tulus saat menghadapi kesulitan, bahaya, atau bencana, dapat menjadi perantara datangnya pertolongan Allah SWT. Ia menjadi benteng spiritual yang melindungi pembacanya dari berbagai keburukan. -
Memperlancar Terkabulnya Hajat
Sebagaimana isi doanya, "Engkau akan memenuhi semua hajat kami," sholawat ini sering dijadikan amalan tawasul bagi mereka yang memiliki keinginan atau hajat tertentu. Baik hajat yang berkaitan dengan urusan duniawi (pekerjaan, jodoh, keturunan) maupun urusan ukhrawi (memohon ampunan, berharap husnul khatimah). Dengan memuji Nabi SAW, kita berharap doa kita lebih didengar dan dikabulkan oleh Allah. -
Memberikan Ketenangan Jiwa dan Pikiran
Di zaman yang penuh dengan tekanan dan kecemasan, mengamalkan dzikir dan sholawat seperti Sholawat Munjiyat dapat menjadi terapi spiritual yang sangat efektif. Fokus kepada Allah dan Rasul-Nya saat melantunkan sholawat akan mengalihkan pikiran dari kegelisahan duniawi, menghadirkan rasa damai, tenteram, dan pasrah (tawakkal) kepada Allah. -
Menjadi Jalan Pengampunan Dosa
Permohonan untuk disucikan dari segala `sayyi'at` menjadikan sholawat ini sebagai salah satu sarana istighfar. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali, menghapuskan darinya sepuluh kesalahan, dan mengangkatnya sepuluh derajat." (HR. An-Nasa'i). Keutamaan umum sholawat ini diperkuat dengan permohonan khusus dalam redaksi Sholawat Munjiyat. -
Meningkatkan Derajat di Sisi Allah
Sesuai dengan hadits di atas dan lafadz doanya, amalan sholawat secara langsung berkorelasi dengan pengangkatan derajat seorang hamba di sisi Allah. Semakin sering lisan kita basah karena bersholawat, semakin besar pula cinta kita kepada Rasulullah SAW, dan cinta inilah yang akan mengangkat kedudukan kita di dunia dan akhirat. -
Membuka Pintu-Pintu Kebaikan
Dengan memohon "puncak dari semua kebaikan", kita sejatinya sedang mengetuk gerbang rahmat Allah yang tak terbatas. Mengamalkan sholawat ini dengan istiqamah diyakini dapat membuka pintu-pintu rezeki, pintu ilmu, pintu hidayah, dan berbagai pintu kebaikan lainnya yang mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya.
Tata Cara dan Waktu Terbaik Mengamalkan
Tidak ada aturan yang baku dan mengikat mengenai tata cara spesifik dalam mengamalkan Sholawat Munjiyat. Ia dapat dibaca kapan saja dan di mana saja, selama di tempat yang pantas dan suci. Namun, terdapat beberapa anjuran dan praktik umum yang biasa dilakukan oleh para ulama dan pengamal sholawat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.
Waktu Pengamalan:
- Setelah Sholat Fardhu: Menjadikannya bagian dari wirid harian setelah sholat lima waktu adalah cara terbaik untuk menjaga keistiqamahan. Bisa dibaca 3 kali, 7 kali, atau 11 kali setiap selesai sholat.
- Di Sepertiga Malam Terakhir: Waktu mustajab untuk berdoa adalah di akhir malam. Mengamalkan Sholawat Munjiyat setelah sholat Tahajud akan memberikan kekhusyukan yang lebih mendalam.
- Saat Menghadapi Situasi Sulit: Sesuai dengan fungsinya sebagai "penyelamat", sholawat ini sangat dianjurkan untuk dibaca ketika seseorang sedang menghadapi masalah pelik, merasa takut, sakit, atau berada dalam bahaya.
- Pada Hari dan Waktu Mulia: Memperbanyak bacaan sholawat pada hari Jum'at, bulan Ramadhan, atau di tempat-tempat mulia seperti di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi tentu memiliki keutamaan yang lebih besar.
Adab Mengamalkan:
- Niat yang Ikhlas: Lakukan semata-mata karena mengharap ridha Allah SWT dan sebagai wujud cinta kepada Rasulullah SAW.
- Dalam Keadaan Suci: Dianjurkan untuk berwudhu terlebih dahulu sebelum membacanya.
- Khusyuk dan Tadabbur: Bacalah dengan perlahan, resapi setiap makna yang terkandung di dalamnya. Jangan hanya terburu-buru mengejar jumlah bilangan.
- Menghadap Kiblat: Jika memungkinkan, duduklah menghadap kiblat untuk menambah kekhusyukan.
- Jumlah Bilangan: Jumlah bacaan bisa disesuaikan dengan kemampuan dan hajat. Untuk amalan harian, bilangan ganjil seperti 3, 7, atau 11 kali sudah sangat baik. Untuk hajat yang sangat mendesak, sebagian ulama menganjurkan membacanya sebanyak 41 kali atau bahkan 1000 kali dalam satu majelis, meneladani kisah asal-usulnya.
Penutup: Menjadikan Sholawat Sebagai Nafas Kehidupan
Sholawat Munjiyat adalah permata berharga dari khazanah doa dalam Islam. Ia bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah manifestasi dari harapan, kepasrahan, dan cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya. Kandungannya yang begitu padat dan komprehensif menjadikannya sebagai salah satu wasilah doa yang paling lengkap, mencakup seluruh spektrum kebutuhan manusia dari dunia hingga akhirat.
Mengamalkan Sholawat Munjiyat berarti kita senantiasa mengingat bahwa tidak ada penyelamat sejati selain Allah, tidak ada pemenuh kebutuhan sejati selain Allah, dan tidak ada tujuan tertinggi selain meraih ridha-Nya. Dan jalan terbaik untuk mendekati-Nya adalah melalui pintu yang paling dicintai-Nya, yaitu dengan memperbanyak sholawat dan salam kepada kekasih-Nya, Baginda Nabi Muhammad SAW.
Marilah kita jadikan sholawat, khususnya Sholawat Munjiyat, sebagai bagian dari nafas kehidupan spiritual kita. Di kala lapang maupun sempit, di saat suka maupun duka. Semoga dengan keberkahannya, Allah SWT senantiasa menyelamatkan kita dari segala marabahaya, mengabulkan segala hajat baik kita, menyucikan kita dari segala dosa, mengangkat derajat kita, dan menyampaikan kita pada puncak segala kebaikan di dunia dan akhirat. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.