Panduan Mendalam Bacaan Sholat Tahiyat Akhir
Sebuah momen dialog suci di penghujung sholat.
Sholat adalah tiang agama, sebuah jembatan komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya memiliki makna yang sangat dalam dan filosofi yang agung. Salah satu rukun sholat yang paling krusial dan penuh makna adalah tasyahud atau tahiyat akhir. Ini adalah momen di mana seorang Muslim duduk bersimpuh di penghujung sholatnya, memanjatkan serangkaian pujian, kesaksian, dan doa yang merangkum esensi dari keimanan dan penghambaan.
Tahiyat akhir bukan sekadar rangkaian kata yang dihafalkan, melainkan sebuah dialog spiritual yang agung. Di dalamnya terkandung salam penghormatan kepada Allah, kesaksian atas keesaan-Nya dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, serta doa shalawat untuk para nabi dan orang-orang saleh. Memahami setiap frasa dalam bacaan ini akan meningkatkan kekhusyuan, menghadirkan hati, dan membuat sholat kita terasa lebih hidup dan bermakna. Artikel ini akan mengupas tuntas bacaan sholat tahiyat akhir, mulai dari lafaznya, terjemahannya, hingga penjelasan mendalam di balik setiap kalimat sucinya.
Bacaan Lengkap Tahiyat Akhir
Berikut adalah bacaan tahiyat akhir yang paling umum diamalkan di Indonesia, yang bersumber dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Bacaan ini disajikan dalam format Arab, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, dan terjemahan dalam Bahasa Indonesia.
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ.
At-tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.
“Segala kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Setelah bacaan di atas, dilanjutkan dengan membaca shalawat Ibrahimiyah.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarakta ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid.
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Membedah Makna Setiap Kalimat Tahiyat Akhir
Untuk mencapai kekhusyuan sejati, marilah kita menyelami makna yang terkandung dalam setiap kalimat agung ini. Ini bukan sekadar hafalan, melainkan pernyataan iman yang kita ulang di setiap akhir sholat.
Bagian 1: Pujian Tertinggi untuk Allah SWT
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ
At-tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah.
“Segala kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah milik Allah.”
Kalimat pembuka ini adalah sebuah deklarasi agung. Kita memulai dialog di penghujung sholat dengan mengembalikan segala bentuk pujian dan sanjungan hanya kepada Pemiliknya yang sejati, yaitu Allah SWT. Mari kita bedah kata per kata:
- At-Tahiyyat (التَّحِيَّاتُ): Kata ini berarti segala bentuk penghormatan, salam, kemuliaan, dan pengagungan. Ini mencakup semua jenis pujian yang pernah diucapkan oleh makhluk di langit dan di bumi. Saat kita mengucapkannya, kita seolah berkata, "Ya Allah, segala penghormatan yang layak, yang pantas, dan yang sempurna, hanyalah untuk-Mu." Kita menafikan segala bentuk penghormatan sejati kepada selain-Nya.
- Al-Mubaarakaat (الْمُبَارَكَاتُ): Berasal dari kata "barakah" yang berarti keberkahan, yakni kebaikan yang melimpah, terus-menerus, dan bertambah. Dengan mengucapkan ini, kita mengakui bahwa sumber segala keberkahan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang kita sadari maupun tidak, semuanya berasal dari Allah SWT.
- Ash-Shalawaat (الصَّلَوَاتُ): Secara harfiah berarti doa atau rahmat. Dalam konteks ini, ia merujuk pada segala bentuk ibadah dan doa, terutama sholat itu sendiri. Kita menyatakan bahwa semua doa dan ibadah yang kita lakukan, pada hakikatnya, kita persembahkan hanya untuk Allah. Ini adalah penegasan niat bahwa ibadah kita murni karena-Nya, bukan untuk riya' atau tujuan duniawi.
- At-Thayyibaat (الطَّيِّبَاتُ): Berarti segala sesuatu yang baik, suci, dan bersih. Ini mencakup ucapan yang baik, perbuatan yang baik, dan sifat-sifat yang baik. Kita mengakui bahwa Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik-baik. Oleh karena itu, kita mempersembahkan segala pujian dan amalan terbaik kita hanya kepada-Nya.
- Lillaah (لِلَّهِ): Kata penutup yang menjadi kunci dari seluruh kalimat ini. "Hanya milik Allah". Partikel "li" di sini mengandung makna kepemilikan dan kekhususan. Ini adalah penegasan tauhid yang paling murni, bahwa segala kehormatan, keberkahan, ibadah, dan kebaikan itu mutlak milik Allah dan hanya pantas dipersembahkan untuk-Nya.
Secara historis, kalimat ini memiliki latar belakang yang luar biasa indah. Diriwayatkan bahwa kalimat ini adalah bagian dari dialog yang terjadi saat peristiwa Isra' Mi'raj. Ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Sidratul Muntaha dan menghadap Allah SWT, beliau mengucapkan, "At-tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah." Allah SWT kemudian menjawab salam tersebut, yang akan kita bahas di bagian selanjutnya. Ini menunjukkan betapa mulianya kalimat ini, sebuah salam pembuka dari makhluk termulia kepada Sang Khalik Yang Maha Mulia.
Bagian 2: Salam untuk Sang Nabi
السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh.
“Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi.”
Setelah memuji Allah, kita diajarkan untuk memberikan salam kepada perantara hidayah, sosok yang paling kita cintai setelah Allah, yaitu Nabi Muhammad SAW. Kalimat ini adalah jawaban Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW saat peristiwa Mi'raj. Subhanallah, sebuah dialog yang diabadikan dalam sholat kita.
- As-Salaam (السَّلاَمُ): Keselamatan. Ini bukan hanya berarti selamat dari bahaya fisik, tetapi juga keselamatan dari segala aib, kekurangan, dan hal-hal yang tidak pantas. As-Salaam juga merupakan salah satu Asmaul Husna, Nama Allah Yang Maha Indah. Jadi, ketika kita mengucapkan salam ini, kita mendoakan Nabi dengan Nama Allah, memohon agar Beliau senantiasa berada dalam perlindungan dan penjagaan-Nya yang sempurna.
- ‘Alaika Ayyuhan Nabiyyu (عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ): "Kepadamu, wahai Nabi". Penggunaan kata ganti "ka" (engkau/kamu) memberikan nuansa kedekatan dan keintiman, seolah-olah kita sedang berbicara langsung dengan Rasulullah SAW. Meskipun beliau telah wafat, ruh dan ajarannya selalu hidup. Setiap kali kita sholat dan mengucapkan kalimat ini, salam kita akan disampaikan kepada beliau. Ini adalah bentuk cinta, penghormatan, dan pengakuan atas jasa-jasa beliau yang tak terhingga.
- Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh (وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ): "dan rahmat Allah serta berkah-Nya". Kita tidak hanya mendoakan keselamatan, tetapi juga memohonkan rahmat (kasih sayang) dan keberkahan (kebaikan yang berlimpah) dari Allah untuk beliau. Doa ini menunjukkan betapa besarnya cinta kita dan harapan kita agar beliau senantiasa mendapatkan tempat termulia di sisi Allah.
Bagian 3: Salam untuk Diri Sendiri dan Orang Saleh
السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin.
“Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh.”
Inilah keindahan Islam. Setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi, kita diajarkan untuk tidak egois. Doa keselamatan ini diperluas untuk mencakup diri kita sendiri dan seluruh hamba Allah yang saleh. Kalimat ini adalah ucapan para malaikat saat mendengar dialog antara Allah dan Rasul-Nya di peristiwa Mi'raj.
- As-Salaamu ‘Alainaa (السَّلاَمُ عَلَيْنَا): "Semoga keselamatan tercurah kepada kami". Kata "kami" di sini mencakup orang yang sedang sholat itu sendiri dan juga malaikat yang menyertainya serta jamaah lain jika sholat berjamaah. Ini adalah doa untuk diri sendiri, memohon perlindungan dan keselamatan dari Allah SWT.
- Wa ‘Alaa ‘Ibaadillaahish Shaalihiin (وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ): "dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh". Doa ini sangat inklusif dan luar biasa. Mencakup setiap hamba Allah yang saleh, baik dari kalangan manusia maupun jin, yang masih hidup maupun yang telah wafat, yang ada di langit maupun di bumi. Setiap kali kita mengucapkan kalimat ini, kita sedang mendoakan keselamatan bagi jutaan bahkan miliaran hamba Allah yang saleh, dari zaman Nabi Adam hingga hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda, "Jika kalian mengucapkan ini, maka salam kalian akan sampai kepada setiap hamba yang saleh di langit dan di bumi." (HR. Bukhari). Betapa agungnya doa ini!
Bagian 4: Ikrar Dua Kalimat Syahadat
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Setelah rangkaian pujian dan doa, sampailah kita pada puncak deklarasi keimanan: Syahadatain. Ini adalah inti dari ajaran Islam, sebuah persaksian yang kita perbarui di setiap sholat.
- Asyhadu (أَشْهَدُ): "Aku bersaksi". Kata ini lebih dari sekadar "aku tahu" atau "aku percaya". Syahadah berarti kesaksian yang lahir dari ilmu yang yakin, seolah-olah kita melihatnya dengan mata kepala sendiri. Ini adalah ikrar yang diucapkan oleh lisan, diyakini oleh hati, dan dibuktikan dengan perbuatan.
- An Laa Ilaaha Illallaah (أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ): "bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah". Ini adalah syahadat tauhid. Kalimat ini mengandung dua pilar: penafian (nafi) dan penetapan (itsbat). "Laa ilaaha" menafikan segala bentuk sesembahan, tuhan-tuhan palsu, dan segala sesuatu yang dipertuhankan selain Allah. "Illallaah" menetapkan bahwa satu-satunya yang berhak disembah hanyalah Allah SWT. Ini adalah fondasi iman, pembebasan diri dari penghambaan kepada makhluk menuju penghambaan murni kepada Sang Khalik.
- Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullaah (وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ): "dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah". Ini adalah syahadat risalah. Kesaksian ini merupakan konsekuensi logis dari syahadat tauhid. Jika kita meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan, maka kita harus meyakini cara beribadah yang Dia tetapkan. Cara itu disampaikan melalui utusan-Nya, Nabi Muhammad SAW. Bersaksi atas kerasulan beliau berarti membenarkan semua yang beliau sampaikan, mentaati semua perintahnya, menjauhi semua larangannya, dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan yang beliau ajarkan.
Mengucapkan dua kalimat syahadat di akhir sholat adalah penegasan kembali identitas kita sebagai seorang Muslim, memperbarui perjanjian kita dengan Allah, dan mengokohkan kembali fondasi iman sebelum kita mengakhiri sholat.
Makna Mendalam Shalawat Ibrahimiyah
Setelah syahadat, kita diperintahkan untuk membaca shalawat Ibrahimiyah. Ini adalah bentuk shalawat terbaik yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya ketika mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kami sudah tahu cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?" Beliau kemudian mengajarkan shalawat ini.
Bagian 1: Doa Rahmat (Shalawat)
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid.
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
- Allaahumma Sholli ‘alaa Muhammad (اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ): "Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad". Shalawat dari Allah kepada Nabi-Nya berarti pujian-Nya di hadapan para malaikat (al-mala'ul a'la) dan curahan rahmat-Nya. Ini adalah doa tertinggi yang bisa kita panjatkan untuk Nabi Muhammad SAW. Dengan bershalawat, kita tidak sedang "menolong" Nabi, karena beliau sudah dijamin kemuliaannya. Justru, kita yang mendapatkan keuntungan. Satu kali shalawat kita akan dibalas sepuluh kali lipat oleh Allah.
- Wa ‘alaa Aali Muhammad (وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ): "dan kepada keluarga Muhammad". "Aal" di sini memiliki makna yang luas. Sebagian ulama mengartikannya sebagai keluarga dekat beliau (ahlul bait), sementara ulama lain mengartikannya sebagai seluruh pengikut beliau yang beriman hingga hari kiamat. Ini menunjukkan betapa shalawat ini juga merupakan doa bagi kita semua.
- Kamaa Shollaita ‘alaa Ibraahiim (كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ): "sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim". Mengapa kita menyebut Nabi Ibrahim AS? Ada beberapa hikmah. Pertama, Nabi Ibrahim adalah bapak para nabi (Abul Anbiya') dan memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Dengan memohon shalawat untuk Nabi Muhammad seperti yang diberikan kepada Nabi Ibrahim, kita memohon kualitas dan kuantitas rahmat yang terbaik. Kedua, ajaran tauhid yang dibawa Nabi Muhammad adalah penyempurnaan dari millah (ajaran) Nabi Ibrahim. Ketiga, banyak nabi besar berasal dari keturunan Nabi Ibrahim, menunjukkan betapa besar rahmat yang Allah berikan kepada beliau dan keluarganya.
Bagian 2: Doa Keberkahan (Barakah)
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allaahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarakta ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid.
“Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
- Allaahumma Baarik (اللَّهُمَّ بَارِكْ): "Ya Allah, limpahkanlah berkah". Setelah memohon rahmat, kita memohon keberkahan. Seperti dijelaskan sebelumnya, barakah adalah kebaikan yang langgeng, tetap, dan terus bertambah. Kita memohon agar ajaran, nama baik, dan keturunan Nabi Muhammad SAW senantiasa diberkahi, dilestarikan, dan ditinggikan oleh Allah SWT hingga akhir zaman. Dan terbukti, nama beliau adalah nama yang paling banyak disebut di dunia, ajarannya diikuti oleh miliaran manusia, dan shalawat terus mengalir untuknya setiap detik.
Penutup: Pujian Agung untuk Allah
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Innaka hamiidum majiid.
“Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Shalawat ini ditutup dengan mengembalikan pujian kepada Allah.
- Hamiid (حَمِيدٌ): Maha Terpuji. Allah terpuji dalam Dzat-Nya, sifat-Nya, dan perbuatan-Nya, baik saat Dia memberi maupun saat Dia menahan. Dia terpuji dalam setiap keadaan.
- Majiid (مَجِيدٌ): Maha Mulia. Kemuliaan Allah adalah kemuliaan yang sempurna, meliputi keagungan sifat-sifat-Nya dan keluasan perbuatan serta karunia-Nya. Dia Maha Agung dan Maha Luhur.
Kalimat penutup ini adalah pengakuan bahwa hanya Allah-lah sumber segala rahmat dan keberkahan. Kita memohon kepada-Nya karena Dia-lah Yang Maha Terpuji dan Maha Mulia, yang paling layak untuk dimintai dan paling kuasa untuk mengabulkan.
Hukum dan Kedudukan Tahiyat Akhir
Dalam Fiqih, tahiyat akhir, termasuk di dalamnya duduk untuk tahiyat, bacaan tasyahud, dan shalawat Nabi, memiliki status sebagai rukun sholat. Rukun adalah pilar atau bagian inti dari suatu ibadah yang jika sengaja ditinggalkan, maka ibadahnya menjadi tidak sah dan harus diulang. Jika terlupakan, maka seseorang harus menambahkannya dan melakukan sujud sahwi sebelum salam.
Hal ini didasarkan pada banyak hadis, salah satunya adalah perintah Nabi SAW, "Apabila salah seorang di antara kalian duduk (tasyahud) dalam sholat, maka hendaklah ia membaca: At-tahiyyaatu lillaah..." (HR. Bukhari & Muslim). Perintah ini menunjukkan kewajiban. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap Muslim untuk menghafal bacaan ini dengan benar dan memahaminya, karena ini adalah penentu sah atau tidaknya sholat yang kita kerjakan.
Posisi Duduk Tawarruk
Sunnah Nabi mengajarkan posisi duduk yang berbeda antara tahiyat awal dan tahiyat akhir. Pada tahiyat akhir, posisi duduk yang dianjurkan adalah duduk tawarruk. Cara melakukannya adalah:
- Duduk dengan memposisikan pantat kiri menempel langsung ke lantai.
- Kaki kiri dikeluarkan ke arah sebelah kanan, di bawah kaki kanan.
- Kaki kanan ditegakkan, dengan jari-jari kaki kanan menghadap ke arah kiblat.
- Kedua tangan diletakkan di atas paha, tangan kanan di atas paha kanan dan tangan kiri di atas paha kiri.
Posisi ini mungkin terasa sedikit sulit bagi yang belum terbiasa, namun memiliki hikmah tersendiri. Duduk tawarruk memberikan perbedaan yang jelas dengan duduk iftirasy (duduk di atas telapak kaki kiri) yang dilakukan pada tahiyat awal dan di antara dua sujud. Ini menjadi penanda bahwa kita berada di penghujung sholat.
Isyarat Telunjuk (Menunjuk dengan Jari)
Salah satu sunnah yang dilakukan saat tasyahud adalah memberikan isyarat dengan jari telunjuk kanan. Praktik ini memiliki dasar yang kuat dari hadis Nabi SAW. Isyarat telunjuk ini merupakan simbol dari tauhid, mengesakan Allah SWT. Seolah-olah jari kita berkata, "Hanya satu Tuhan, yaitu Allah".
Para ulama memiliki beberapa pandangan mengenai kapan tepatnya jari telunjuk ini mulai diangkat dan apakah perlu digerak-gerakkan:
- Waktu Mengangkat: Sebagian ulama berpendapat jari diangkat sejak awal tasyahud. Pendapat lain mengatakan jari diangkat ketika mengucapkan "illa-Llah" pada kalimat syahadat, sebagai simbol penegasan hanya ada satu Tuhan.
- Gerakan Jari: Sebagian ulama berpendapat jari telunjuk digerak-gerakkan secara perlahan dari atas ke bawah, berdasarkan riwayat hadis yang menyebutkan bahwa Nabi "menggerakkannya". Sebagian lain berpendapat jari cukup diangkat dan ditahan (tidak digerakkan), menafsirkan kata "menggerakkan" sebagai sekadar isyarat mengangkatnya saja.
Kedua pandangan ini memiliki dasar dan dalil masing-masing. Seorang Muslim dapat memilih mana yang lebih ia yakini tanpa harus menyalahkan praktik yang lain. Yang terpenting adalah menghadirkan hati bahwa isyarat jari tersebut adalah wujud pengagungan kita terhadap keesaan Allah SWT.
Doa Perlindungan Sebelum Salam
Waktu setelah selesai membaca shalawat Ibrahimiyah dan sebelum mengucapkan salam adalah salah satu waktu yang paling mustajab untuk berdoa. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk memanfaatkan momen emas ini untuk memohon perlindungan dari berbagai keburukan.
Doa yang paling dianjurkan oleh beliau adalah doa memohon perlindungan dari empat perkara besar.
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ.
Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabil qobri, wa min ‘adzaabi jahannam, wa min fitnatil mahyaa wal mamaati, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka Jahannam, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."
Mari kita renungkan empat permohonan perlindungan ini:
- Dari Siksa Kubur (عَذَابِ الْقَبْرِ): Alam kubur adalah fase pertama dari kehidupan akhirat. Memohon perlindungan dari siksanya adalah permintaan agar Allah menjadikan kubur kita sebagai taman surga (raudhah min riyadhil jannah), bukan lubang neraka.
- Dari Siksa Neraka Jahannam (عَذَابِ جَهَنَّمَ): Ini adalah permohonan puncak untuk keselamatan di akhirat. Kita memohon agar dijauhkan dari azab neraka yang kedahsyatannya tidak terbayangkan.
- Dari Fitnah Kehidupan dan Kematian (فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ): Fitnah kehidupan mencakup segala ujian yang dapat menggoyahkan iman, seperti godaan syahwat, harta, tahta, dan syubhat (kerancuan pemikiran). Fitnah kematian adalah ujian berat di saat sakaratul maut, di mana setan datang untuk menggoda manusia di saat-saat terakhirnya agar mati dalam keadaan su'ul khatimah.
- Dari Kejahatan Fitnah Al-Masih Ad-Dajjal (شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ): Fitnah Dajjal adalah fitnah terbesar yang akan menimpa umat manusia di akhir zaman. Rasulullah SAW sangat sering mengingatkan umatnya tentang bahaya Dajjal. Membaca doa ini di setiap sholat adalah benteng perlindungan yang diajarkan langsung oleh beliau.
Setelah membaca doa ini, kita juga dianjurkan untuk menambah doa-doa lain sesuai hajat kita, baik doa yang ma'tsur (bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah) maupun doa untuk kebaikan dunia dan akhirat dalam bahasa kita sendiri, selama maknanya baik.
Penutup: Refleksi Agung di Penghujung Sholat
Tahiyat akhir adalah rangkuman perjalanan spiritual seorang hamba dalam sholatnya. Ia dimulai dengan pengagungan mutlak kepada Allah, dilanjutkan dengan salam hormat kepada sang pembawa risalah, Nabi Muhammad SAW. Kemudian, ia mengajarkan kepedulian sosial dengan mendoakan seluruh hamba yang saleh, sebelum akhirnya memperbarui ikrar tauhid dan risalah yang menjadi fondasi keislaman kita.
Momen ini ditutup dengan permohonan shalawat, sebuah ekspresi cinta kepada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim, yang kemudian disempurnakan dengan doa-doa permohonan perlindungan dari segala fitnah dan azab. Ini adalah momen perpisahan sementara dari dialog suci dengan Allah, yang ditutup dengan salam ke kanan dan ke kiri, menebarkan kedamaian kepada sekitar.
Dengan memahami setiap detail makna dari bacaan tahiyat akhir, semoga sholat kita tidak lagi menjadi rutinitas mekanis. Semoga setiap tasyahud yang kita lakukan menjadi lebih khusyuk, lebih bermakna, dan mampu menggetarkan jiwa, seraya memperkuat pilar-pilar keimanan kita hingga kita bertemu dengan-Nya.