Panduan Mendalam Bacaan Sholat Tahiyat Akhir

Sebuah momen dialog suci di penghujung sholat.

Sholat adalah tiang agama, sebuah jembatan komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya memiliki makna yang sangat dalam dan filosofi yang agung. Salah satu rukun sholat yang paling krusial dan penuh makna adalah tasyahud atau tahiyat akhir. Ini adalah momen di mana seorang Muslim duduk bersimpuh di penghujung sholatnya, memanjatkan serangkaian pujian, kesaksian, dan doa yang merangkum esensi dari keimanan dan penghambaan.

Tahiyat akhir bukan sekadar rangkaian kata yang dihafalkan, melainkan sebuah dialog spiritual yang agung. Di dalamnya terkandung salam penghormatan kepada Allah, kesaksian atas keesaan-Nya dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, serta doa shalawat untuk para nabi dan orang-orang saleh. Memahami setiap frasa dalam bacaan ini akan meningkatkan kekhusyuan, menghadirkan hati, dan membuat sholat kita terasa lebih hidup dan bermakna. Artikel ini akan mengupas tuntas bacaan sholat tahiyat akhir, mulai dari lafaznya, terjemahannya, hingga penjelasan mendalam di balik setiap kalimat sucinya.

Bacaan Lengkap Tahiyat Akhir

Berikut adalah bacaan tahiyat akhir yang paling umum diamalkan di Indonesia, yang bersumber dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Bacaan ini disajikan dalam format Arab, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, dan terjemahan dalam Bahasa Indonesia.

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ.

At-tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.

“Segala kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Setelah bacaan di atas, dilanjutkan dengan membaca shalawat Ibrahimiyah.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarakta ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid.

“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Membedah Makna Setiap Kalimat Tahiyat Akhir

Untuk mencapai kekhusyuan sejati, marilah kita menyelami makna yang terkandung dalam setiap kalimat agung ini. Ini bukan sekadar hafalan, melainkan pernyataan iman yang kita ulang di setiap akhir sholat.

Bagian 1: Pujian Tertinggi untuk Allah SWT

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ

At-tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah.

“Segala kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah milik Allah.”

Kalimat pembuka ini adalah sebuah deklarasi agung. Kita memulai dialog di penghujung sholat dengan mengembalikan segala bentuk pujian dan sanjungan hanya kepada Pemiliknya yang sejati, yaitu Allah SWT. Mari kita bedah kata per kata:

Secara historis, kalimat ini memiliki latar belakang yang luar biasa indah. Diriwayatkan bahwa kalimat ini adalah bagian dari dialog yang terjadi saat peristiwa Isra' Mi'raj. Ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Sidratul Muntaha dan menghadap Allah SWT, beliau mengucapkan, "At-tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah." Allah SWT kemudian menjawab salam tersebut, yang akan kita bahas di bagian selanjutnya. Ini menunjukkan betapa mulianya kalimat ini, sebuah salam pembuka dari makhluk termulia kepada Sang Khalik Yang Maha Mulia.

Bagian 2: Salam untuk Sang Nabi

السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh.

“Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi.”

Setelah memuji Allah, kita diajarkan untuk memberikan salam kepada perantara hidayah, sosok yang paling kita cintai setelah Allah, yaitu Nabi Muhammad SAW. Kalimat ini adalah jawaban Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW saat peristiwa Mi'raj. Subhanallah, sebuah dialog yang diabadikan dalam sholat kita.

Bagian 3: Salam untuk Diri Sendiri dan Orang Saleh

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin.

“Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh.”

Inilah keindahan Islam. Setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi, kita diajarkan untuk tidak egois. Doa keselamatan ini diperluas untuk mencakup diri kita sendiri dan seluruh hamba Allah yang saleh. Kalimat ini adalah ucapan para malaikat saat mendengar dialog antara Allah dan Rasul-Nya di peristiwa Mi'raj.

Bagian 4: Ikrar Dua Kalimat Syahadat

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.

“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Setelah rangkaian pujian dan doa, sampailah kita pada puncak deklarasi keimanan: Syahadatain. Ini adalah inti dari ajaran Islam, sebuah persaksian yang kita perbarui di setiap sholat.

Mengucapkan dua kalimat syahadat di akhir sholat adalah penegasan kembali identitas kita sebagai seorang Muslim, memperbarui perjanjian kita dengan Allah, dan mengokohkan kembali fondasi iman sebelum kita mengakhiri sholat.

Makna Mendalam Shalawat Ibrahimiyah

Setelah syahadat, kita diperintahkan untuk membaca shalawat Ibrahimiyah. Ini adalah bentuk shalawat terbaik yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya ketika mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kami sudah tahu cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?" Beliau kemudian mengajarkan shalawat ini.

Bagian 1: Doa Rahmat (Shalawat)

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid.

“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Bagian 2: Doa Keberkahan (Barakah)

اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allaahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarakta ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid.

“Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Penutup: Pujian Agung untuk Allah

إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Innaka hamiidum majiid.

“Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Shalawat ini ditutup dengan mengembalikan pujian kepada Allah.

Kalimat penutup ini adalah pengakuan bahwa hanya Allah-lah sumber segala rahmat dan keberkahan. Kita memohon kepada-Nya karena Dia-lah Yang Maha Terpuji dan Maha Mulia, yang paling layak untuk dimintai dan paling kuasa untuk mengabulkan.

Hukum dan Kedudukan Tahiyat Akhir

Dalam Fiqih, tahiyat akhir, termasuk di dalamnya duduk untuk tahiyat, bacaan tasyahud, dan shalawat Nabi, memiliki status sebagai rukun sholat. Rukun adalah pilar atau bagian inti dari suatu ibadah yang jika sengaja ditinggalkan, maka ibadahnya menjadi tidak sah dan harus diulang. Jika terlupakan, maka seseorang harus menambahkannya dan melakukan sujud sahwi sebelum salam.

Hal ini didasarkan pada banyak hadis, salah satunya adalah perintah Nabi SAW, "Apabila salah seorang di antara kalian duduk (tasyahud) dalam sholat, maka hendaklah ia membaca: At-tahiyyaatu lillaah..." (HR. Bukhari & Muslim). Perintah ini menunjukkan kewajiban. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap Muslim untuk menghafal bacaan ini dengan benar dan memahaminya, karena ini adalah penentu sah atau tidaknya sholat yang kita kerjakan.

Posisi Duduk Tawarruk

Sunnah Nabi mengajarkan posisi duduk yang berbeda antara tahiyat awal dan tahiyat akhir. Pada tahiyat akhir, posisi duduk yang dianjurkan adalah duduk tawarruk. Cara melakukannya adalah:

  1. Duduk dengan memposisikan pantat kiri menempel langsung ke lantai.
  2. Kaki kiri dikeluarkan ke arah sebelah kanan, di bawah kaki kanan.
  3. Kaki kanan ditegakkan, dengan jari-jari kaki kanan menghadap ke arah kiblat.
  4. Kedua tangan diletakkan di atas paha, tangan kanan di atas paha kanan dan tangan kiri di atas paha kiri.

Posisi ini mungkin terasa sedikit sulit bagi yang belum terbiasa, namun memiliki hikmah tersendiri. Duduk tawarruk memberikan perbedaan yang jelas dengan duduk iftirasy (duduk di atas telapak kaki kiri) yang dilakukan pada tahiyat awal dan di antara dua sujud. Ini menjadi penanda bahwa kita berada di penghujung sholat.

Isyarat Telunjuk (Menunjuk dengan Jari)

Salah satu sunnah yang dilakukan saat tasyahud adalah memberikan isyarat dengan jari telunjuk kanan. Praktik ini memiliki dasar yang kuat dari hadis Nabi SAW. Isyarat telunjuk ini merupakan simbol dari tauhid, mengesakan Allah SWT. Seolah-olah jari kita berkata, "Hanya satu Tuhan, yaitu Allah".

Para ulama memiliki beberapa pandangan mengenai kapan tepatnya jari telunjuk ini mulai diangkat dan apakah perlu digerak-gerakkan:

Kedua pandangan ini memiliki dasar dan dalil masing-masing. Seorang Muslim dapat memilih mana yang lebih ia yakini tanpa harus menyalahkan praktik yang lain. Yang terpenting adalah menghadirkan hati bahwa isyarat jari tersebut adalah wujud pengagungan kita terhadap keesaan Allah SWT.

Doa Perlindungan Sebelum Salam

Waktu setelah selesai membaca shalawat Ibrahimiyah dan sebelum mengucapkan salam adalah salah satu waktu yang paling mustajab untuk berdoa. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk memanfaatkan momen emas ini untuk memohon perlindungan dari berbagai keburukan.

Doa yang paling dianjurkan oleh beliau adalah doa memohon perlindungan dari empat perkara besar.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ.

Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabil qobri, wa min ‘adzaabi jahannam, wa min fitnatil mahyaa wal mamaati, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka Jahannam, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."

Mari kita renungkan empat permohonan perlindungan ini:

  1. Dari Siksa Kubur (عَذَابِ الْقَبْرِ): Alam kubur adalah fase pertama dari kehidupan akhirat. Memohon perlindungan dari siksanya adalah permintaan agar Allah menjadikan kubur kita sebagai taman surga (raudhah min riyadhil jannah), bukan lubang neraka.
  2. Dari Siksa Neraka Jahannam (عَذَابِ جَهَنَّمَ): Ini adalah permohonan puncak untuk keselamatan di akhirat. Kita memohon agar dijauhkan dari azab neraka yang kedahsyatannya tidak terbayangkan.
  3. Dari Fitnah Kehidupan dan Kematian (فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ): Fitnah kehidupan mencakup segala ujian yang dapat menggoyahkan iman, seperti godaan syahwat, harta, tahta, dan syubhat (kerancuan pemikiran). Fitnah kematian adalah ujian berat di saat sakaratul maut, di mana setan datang untuk menggoda manusia di saat-saat terakhirnya agar mati dalam keadaan su'ul khatimah.
  4. Dari Kejahatan Fitnah Al-Masih Ad-Dajjal (شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ): Fitnah Dajjal adalah fitnah terbesar yang akan menimpa umat manusia di akhir zaman. Rasulullah SAW sangat sering mengingatkan umatnya tentang bahaya Dajjal. Membaca doa ini di setiap sholat adalah benteng perlindungan yang diajarkan langsung oleh beliau.

Setelah membaca doa ini, kita juga dianjurkan untuk menambah doa-doa lain sesuai hajat kita, baik doa yang ma'tsur (bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah) maupun doa untuk kebaikan dunia dan akhirat dalam bahasa kita sendiri, selama maknanya baik.

Penutup: Refleksi Agung di Penghujung Sholat

Tahiyat akhir adalah rangkuman perjalanan spiritual seorang hamba dalam sholatnya. Ia dimulai dengan pengagungan mutlak kepada Allah, dilanjutkan dengan salam hormat kepada sang pembawa risalah, Nabi Muhammad SAW. Kemudian, ia mengajarkan kepedulian sosial dengan mendoakan seluruh hamba yang saleh, sebelum akhirnya memperbarui ikrar tauhid dan risalah yang menjadi fondasi keislaman kita.

Momen ini ditutup dengan permohonan shalawat, sebuah ekspresi cinta kepada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim, yang kemudian disempurnakan dengan doa-doa permohonan perlindungan dari segala fitnah dan azab. Ini adalah momen perpisahan sementara dari dialog suci dengan Allah, yang ditutup dengan salam ke kanan dan ke kiri, menebarkan kedamaian kepada sekitar.

Dengan memahami setiap detail makna dari bacaan tahiyat akhir, semoga sholat kita tidak lagi menjadi rutinitas mekanis. Semoga setiap tasyahud yang kita lakukan menjadi lebih khusyuk, lebih bermakna, dan mampu menggetarkan jiwa, seraya memperkuat pilar-pilar keimanan kita hingga kita bertemu dengan-Nya.

🏠 Kembali ke Homepage