Panduan Lengkap Bacaan Sholat Sesuai Tuntunan Muhammadiyah
Sholat adalah tiang agama dan merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Ia adalah bentuk komunikasi langsung seorang hamba dengan Tuhannya, Allah SWT. Melaksanakan sholat dengan benar, baik dari segi gerakan maupun bacaan, adalah kunci untuk meraih kekhusyukan dan kesempurnaan ibadah. Tuntunan sholat dalam Muhammadiyah didasarkan pada Himpunan Putusan Tarjih (HPT), yang berupaya merujuk langsung kepada dalil-dalil yang paling kuat dari Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, meneladani cara sholat Rasulullah SAW.
Artikel ini akan menguraikan secara rinci dan mendalam setiap bacaan dalam sholat, mulai dari niat hingga salam, sesuai dengan pedoman yang telah dirumuskan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif agar setiap Muslim dapat melaksanakan ibadah sholat dengan penuh keyakinan, ketenangan (tuma'ninah), dan kekhusyukan.
Persiapan Sebelum Sholat
Sebelum memulai sholat, ada beberapa persiapan penting yang harus dilakukan untuk memastikan sah dan sempurnanya ibadah. Persiapan ini mencakup kesucian diri, tempat, dan niat yang lurus karena Allah SWT.
1. Niat dalam Hati
Niat adalah pondasi dari setiap amal ibadah. Dalam pandangan Muhammadiyah, niat sholat tempatnya di dalam hati dan tidak dilafalkan (diucapkan dengan lisan). Hal ini karena tidak ditemukan adanya dalil yang shahih yang mencontohkan Rasulullah SAW melafalkan niat sebelum sholat. Niat adalah tekad dan kesadaran penuh dalam hati untuk melaksanakan sholat tertentu (misalnya, sholat Fardhu Zuhur, sholat Sunnah Tahajud) semata-mata karena Allah SWT. Kehadiran niat di hati sudah cukup untuk mengawali ibadah.
2. Menghadap Kiblat
Menghadap ke arah Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, adalah syarat sah sholat bagi yang mampu. Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "...maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram..." (QS. Al-Baqarah: 144). Ini adalah simbol persatuan umat Islam di seluruh dunia yang beribadah kepada Tuhan yang satu.
3. Menggunakan Sutrah (Pembatas)
Sangat dianjurkan bagi orang yang sholat untuk meletakkan sutrah atau pembatas di depannya, terutama jika sholat di tempat yang kemungkinan akan dilewati orang lain. Sutrah berfungsi untuk menjaga konsentrasi dan mencegah orang lain lewat di depan kita saat sholat. Sutrah bisa berupa dinding, tiang, tas, atau benda lain dengan ketinggian minimal sejengkal. Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian sholat, hendaklah ia sholat dengan menghadap sutrah dan mendekatlah padanya." (HR. Abu Dawud).
Takbiratul Ihram: Membuka Gerbang Sholat
Sholat dimulai dengan Takbiratul Ihram, yaitu ucapan "Allahu Akbar" yang menandai dimulainya sholat dan mengharamkan segala aktivitas lain di luar gerakan dan bacaan sholat. Gerakannya adalah dengan mengangkat kedua tangan.
Gerakan Mengangkat Tangan
Ada dua cara mengangkat tangan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW:
- Sejajar dengan bahu: Ujung jari tangan sejajar dengan bagian atas bahu.
- Sejajar dengan telinga: Ujung jari tangan sejajar dengan daun telinga bagian atas, dan telapak tangan menghadap kiblat.
Kedua cara ini sah dan dapat diamalkan secara bergantian. Setelah mengangkat tangan, tangan kemudian bersedekap di atas dada, dengan meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, pergelangan tangan, atau lengan bawah kiri.
Bacaan Takbiratul Ihram
اللهُ أَكْبَرُ
Allaahu Akbar
Artinya: "Allah Maha Besar."
Ucapan ini adalah proklamasi agung akan kebesaran Allah. Dengan mengucapkannya, seorang hamba meninggalkan segala urusan duniawi dan memfokuskan seluruh jiwa dan raganya untuk berdialog dengan Sang Pencipta. Kalimat ini mengingatkan bahwa tidak ada yang lebih besar dan lebih agung daripada Allah SWT, sehingga segala masalah, kekhawatiran, dan kesibukan dunia menjadi kecil dan tidak berarti di hadapan-Nya.
Doa Iftitah: Doa Pembuka Sholat
Setelah Takbiratul Ihram dan bersedekap, disunnahkan untuk membaca doa iftitah (doa pembuka). Terdapat beberapa pilihan doa iftitah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Muhammadiyah melalui HPT-nya menyajikan beberapa versi yang kuat dalilnya. Mengamalkannya secara bergantian adalah cara terbaik untuk menghidupkan sunnah Nabi.
Pilihan Doa Iftitah Pertama
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ
Allahumma baa'id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khathaayaaya kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas. Allahummaghsilnii min khathaayaaya bits-tsalji wal maa-i wal barad.
Artinya: "Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan salju, air, dan embun."
Doa ini merupakan permohonan yang luar biasa untuk pengampunan dosa. Permintaan untuk "dijauhkan" seperti timur dan barat menggambarkan keinginan untuk tidak hanya diampuni atas dosa masa lalu, tetapi juga dijaga agar tidak terjerumus ke dalam dosa di masa depan. Permisalan "pakaian putih yang dibersihkan" melambangkan permohonan untuk pembersihan total dari noda dosa, hingga kembali suci. Penggunaan "salju, air, dan embun" adalah kiasan untuk berbagai bentuk rahmat dan ampunan Allah yang mendinginkan dan menyucikan jiwa dari panasnya api dosa.
Pilihan Doa Iftitah Kedua
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifan wa maa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariika lahu wa bidzaalika umirtu wa anaa minal muslimiin.
Artinya: "Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus (pasrah), dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)."
Doa ini adalah ikrar tauhid yang total. "Menghadapkan wajah" adalah metafora untuk mengarahkan seluruh eksistensi, tujuan hidup, dan pengabdian hanya kepada Allah. Kalimat "sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku" adalah sebuah deklarasi bahwa setiap detik kehidupan, setiap nafas, dan setiap amal perbuatan seorang Muslim dipersembahkan sebagai bentuk ibadah kepada Allah semata. Ini adalah penegasan kembali esensi dari Islam itu sendiri, yaitu kepasrahan total kepada Sang Pencipta.
Membaca Al-Fatihah dan Surat Pilihan
Setelah doa iftitah, dilanjutkan dengan membaca ta'awudz secara lirih, kemudian membaca surat Al-Fatihah. Membaca Al-Fatihah adalah rukun sholat yang jika ditinggalkan, maka sholatnya tidak sah.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (pembuka Kitab/Al-Fatihah)." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam pandangan Tarjih Muhammadiyah, bacaan "Bismillahir-rahmanir-rahim" adalah bagian dari ayat Al-Fatihah namun dibaca secara sirr (lirih/pelan), baik dalam sholat jahr (bacaan dikeraskan) maupun sholat sirr (bacaan dipelankan).
Setelah selesai membaca Al-Fatihah, dianjurkan untuk mengucapkan "Aamiin". Kemudian pada rakaat pertama dan kedua, disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Pemilihan surat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing, namun dianjurkan untuk memahami arti dari ayat yang dibaca untuk menambah kekhusyukan.
Rukuk: Tunduk dengan Tuma'ninah
Setelah selesai membaca surat, angkat kedua tangan seperti saat takbiratul ihram sambil mengucapkan "Allahu Akbar", lalu turun untuk rukuk. Posisi rukuk yang sempurna adalah punggung lurus sejajar dengan lantai, kepala tidak menunduk atau mendongak, dan kedua telapak tangan memegang lutut dengan jari-jari direnggangkan. Gerakan ini dilakukan dengan tuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa).
Bacaan-Bacaan Rukuk
Ada beberapa pilihan bacaan tasbih saat rukuk yang dapat diamalkan.
Pilihan Pertama (Paling Umum)
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ
Subhaana rabbiyal 'azhiim
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung."
Dibaca minimal tiga kali. Bacaan ini adalah bentuk pengagungan kepada Allah. Kata "Subhaana" berarti menyucikan Allah dari segala sifat kekurangan dan segala sesuatu yang tidak layak bagi-Nya. "Rabbiyal 'Azhiim" adalah pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Agung, yang keagungan-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam posisi membungkuk, kita mengakui keagungan-Nya dan kerendahan diri kita sebagai hamba.
Pilihan Kedua
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Subhaanakallahumma rabbanaa wa bihamdika, allahummaghfir lii
Artinya: "Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah aku."
Bacaan ini menggabungkan antara tasbih (penyucian), tahmid (pujian), dan istighfar (permohonan ampun). Ini menunjukkan bahwa dalam setiap momen pengagungan kepada Allah, seorang hamba juga menyadari dosa-dosanya dan senantiasa memohon ampunan. Doa ini sering dibaca oleh Rasulullah SAW dalam rukuk dan sujudnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.
I'tidal: Bangkit dari Rukuk
Setelah rukuk dengan tuma'ninah, bangkit untuk i'tidal (berdiri tegak) sambil mengangkat kedua tangan (seperti takbiratul ihram) dan mengucapkan:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami'allaahu liman hamidah
Artinya: "Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya."
Ucapan ini diucapkan saat bergerak bangkit dari rukuk. Ini adalah pernyataan bahwa setiap pujian yang kita panjatkan tidak akan sia-sia, karena Allah Maha Mendengar dan akan membalas pujian tersebut.
Setelah berdiri tegak sempurna, lalu membaca doa i'tidal. Terdapat beberapa pilihan bacaan.
Bacaan I'tidal
Pilihan Pertama (Dasar)
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Rabbanaa wa lakal hamd
Artinya: "Wahai Tuhan kami, dan hanya bagi-Mu lah segala puji."
Pilihan Kedua (Dengan Tambahan)
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Rabbanaa lakal hamdu mil-as samaawaati wa mil-al ardhi wa mil-a maa syi'ta min syai-in ba'du.
Artinya: "Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu."
Ini adalah bentuk pujian yang sangat agung. Kita memuji Allah bukan hanya dengan pujian biasa, tetapi pujian yang bobotnya memenuhi seluruh jagat raya, baik yang tampak (langit dan bumi) maupun yang tidak kita ketahui ("apa yang Engkau kehendaki setelah itu"). Ini menunjukkan ketidakterbatasan pujian yang layak bagi Allah SWT.
Sujud: Puncak Kerendahan Hamba
Setelah i'tidal, turun untuk sujud sambil mengucapkan "Allahu Akbar". Saat sujud, ada tujuh anggota badan yang wajib menyentuh lantai: dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Posisi lengan direnggangkan dari lambung (tidak menempel), dan perut diangkat dari paha. Sujud adalah posisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya, sehingga dianjurkan untuk memperbanyak doa di dalamnya.
Bacaan-Bacaan Sujud
Bacaan saat sujud serupa dengan bacaan rukuk, hanya saja kata "'Azhiim" (Maha Agung) diganti dengan "A'laa" (Maha Tinggi).
Pilihan Pertama (Paling Umum)
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
Subhaana rabbiyal a'laa
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi."
Dibaca minimal tiga kali. Dalam posisi tubuh yang paling rendah (dahi di tanah), kita justru mengakui ketinggian Allah yang mutlak. Ini adalah paradoks yang indah dalam ibadah sholat. Semakin kita merendahkan diri di hadapan-Nya, semakin tinggi derajat kita di sisi-Nya. Pengakuan ini membersihkan hati dari sifat sombong dan angkuh.
Pilihan Kedua
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Subhaanakallahumma rabbanaa wa bihamdika, allahummaghfir lii
Artinya: "Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah aku."
Sama seperti dalam rukuk, bacaan ini juga sangat dianjurkan dibaca saat sujud, menggabungkan tasbih, tahmid, dan istighfar dalam satu momen kedekatan yang istimewa dengan Allah SWT.
Duduk di Antara Dua Sujud
Setelah sujud pertama, bangkit untuk duduk sambil mengucapkan "Allahu Akbar". Posisi duduk ini disebut duduk iftirasy, yaitu duduk di atas telapak kaki kiri, sementara telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari menghadap kiblat. Duduk ini juga harus dilakukan dengan tuma'ninah, hingga seluruh tulang punggung kembali pada posisinya.
Bacaan Saat Duduk di Antara Dua Sujud
Terdapat beberapa versi doa, di antaranya yang paling populer dan komprehensif adalah sebagai berikut.
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي
Rabbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa 'aafinii.
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, dan berilah aku kesehatan."
Doa ini adalah kumpulan permohonan yang mencakup segala aspek kebaikan dunia dan akhirat.
- Maghfirah (Ampunan): Kebutuhan primer seorang hamba.
- Rahmah (Kasih Sayang): Tanpa rahmat Allah, kita tidak akan bisa berbuat apa-apa.
- Jabr (Kecukupan): Memohon agar Allah menutupi segala kekurangan kita, baik materi, fisik, maupun mental.
- Raf' (Ketinggian Derajat): Permohonan agar diangkat derajatnya di dunia dan akhirat.
- Rizq (Rezeki): Meminta rezeki yang halal dan barokah.
- Hidayah (Petunjuk): Permintaan paling penting agar selalu berada di jalan yang lurus.
- 'Afiyah (Kesehatan/Keselamatan): Memohon kesehatan dan keselamatan dari segala mara bahaya dan penyakit.
Setelah membaca doa ini dengan tuma'ninah, lakukan sujud kedua dengan bacaan yang sama seperti sujud pertama.
Tasyahud (Tahiyat)
Tasyahud dilakukan pada rakaat kedua (Tasyahud Awal) dan pada rakaat terakhir (Tasyahud Akhir). Ada sedikit perbedaan pada posisi duduk dan bacaannya.
Tasyahud Awal
Dilakukan pada rakaat kedua dalam sholat yang lebih dari dua rakaat (Zuhur, Asar, Magrib, Isya). Posisi duduknya adalah iftirasy, sama seperti duduk di antara dua sujud. Jari telunjuk tangan kanan diacungkan ke arah kiblat dari awal hingga akhir bacaan tasyahud.
Bacaan Tasyahud
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
At-tahiyyaatu lillaahi wash-shalawaatu wath-thayyibaat. As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuuluh.
Artinya: "Segala ucapan selamat, segala sholat (ibadah), dan segala kebaikan hanyalah milik Allah. Semoga keselamatan tercurah atasmu wahai Nabi, beserta rahmat dan keberkahan Allah. Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
Bacaan ini merupakan dialog agung. Bagian pertama adalah pujian kepada Allah. Bagian kedua adalah salam penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Bagian ketiga adalah doa keselamatan untuk diri sendiri dan seluruh hamba Allah yang shalih. Bagian terakhir adalah penegasan kembali dua kalimat syahadat, yang merupakan inti dari keimanan seorang Muslim.
Pada tasyahud awal, bacaan cukup sampai di sini, lalu langsung berdiri untuk rakaat ketiga sambil mengangkat tangan dan bertakbir.
Tasyahud Akhir
Dilakukan pada rakaat terakhir sebelum salam. Posisi duduknya adalah tawarruk, yaitu dengan memasukkan kaki kiri ke bawah kaki kanan, dan kaki kanan ditegakkan, sementara pantat duduk langsung di lantai. Jari telunjuk tangan kanan juga diacungkan ke arah kiblat.
Bacaan Tasyahud Akhir dimulai dengan bacaan yang sama seperti Tasyahud Awal, kemudian dilanjutkan dengan bacaan shalawat Ibrahimiyah.
Bacaan Shalawat Ibrahimiyah
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allaahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad, kamaa shallaita 'alaa Ibraahiim wa 'alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad, kamaa baarakta 'alaa Ibraahiim wa 'alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid.
Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah shalawat (pujian) kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
Shalawat ini adalah doa terbaik yang diajarkan Nabi untuk dibaca saat memohonkan shalawat bagi beliau. Kita memohon kepada Allah agar memberikan pujian dan keberkahan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, sebagaimana Allah telah memberikannya kepada Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Ini menunjukkan hubungan erat antara risalah para nabi dan kesinambungan ajaran tauhid.
Doa Perlindungan Sebelum Salam
Setelah selesai membaca shalawat Ibrahimiyah, sangat dianjurkan untuk membaca doa memohon perlindungan dari empat perkara:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Allaahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabi jahannam, wa min 'adzaabil qabr, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."
Ini adalah doa perlindungan yang sangat komprehensif. Kita memohon perlindungan dari azab terberat di akhirat (Jahannam), azab pertama setelah kematian (siksa kubur), segala ujian dan cobaan yang menyesatkan selama hidup dan menjelang ajal (fitnah kehidupan dan kematian), serta fitnah terbesar di akhir zaman (Dajjal). Membaca doa ini menunjukkan kesadaran seorang hamba akan bahaya-bahaya besar yang mengancam iman dan keselamatannya.
Salam: Penutup Sholat
Sholat diakhiri dengan salam. Gerakannya adalah menoleh ke kanan hingga pipi kanan terlihat dari belakang, lalu menoleh ke kiri hingga pipi kiri terlihat dari belakang.
Bacaan Salam
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
Assalaamu 'alaikum wa rahmatullaah
Artinya: "Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah atas kalian."
Salam diucapkan saat menoleh ke kanan, dan diucapkan lagi saat menoleh ke kiri. Salam ini adalah doa yang kita tujukan kepada malaikat pencatat amal dan sesama Muslim yang sholat bersama kita (jika berjamaah). Ini adalah penutup sholat yang indah, menyebarkan doa keselamatan setelah kita menyelesaikan dialog suci dengan Allah SWT.
Dzikir Setelah Sholat Fardhu
Setelah menyelesaikan sholat fardhu, sangat dianjurkan untuk tidak langsung beranjak pergi, melainkan meluangkan waktu sejenak untuk berdzikir. Berdzikir setelah sholat merupakan sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Berikut adalah urutan dzikir yang sesuai dengan tuntunan Tarjih Muhammadiyah:
1. Istighfar (3 kali)
أَسْتَغْفِرُ اللهَ
Astaghfirullaah
Artinya: "Aku memohon ampun kepada Allah."
2. Doa pujian dan keselamatan
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Allaahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam.
Artinya: "Ya Allah, Engkau adalah As-Salaam (Maha Pemberi Keselamatan), dan dari-Mu lah keselamatan. Maha Suci Engkau, wahai Dzat yang memiliki segala keagungan dan kemuliaan."
3. Tasbih, Tahmid, dan Takbir (masing-masing 33 kali)
سُبْحَانَ اللهِ (x33)
Subhaanallaah (33 kali)
Artinya: "Maha Suci Allah."
الْحَمْدُ لِلَّهِ (x33)
Alhamdulillaah (33 kali)
Artinya: "Segala puji bagi Allah."
اللهُ أَكْبَرُ (x33)
Allaahu Akbar (33 kali)
Artinya: "Allah Maha Besar."
4. Menggenapkan menjadi 100 dengan Kalimat Tauhid
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir.
Artinya: "Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan bagi-Nya lah segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
5. Membaca Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255)
Membaca Ayat Kursi setelah sholat fardhu memiliki keutamaan yang besar, di antaranya adalah menjadi sebab masuk surga.
6. Membaca Tiga Surat Perlindungan (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas)
Disunnahkan membaca tiga surat ini masing-masing satu kali setelah sholat Zuhur, Asar, dan Isya. Adapun setelah sholat Magrib dan Subuh, dianjurkan untuk membacanya masing-masing sebanyak tiga kali.
Dengan mengamalkan bacaan-bacaan sholat dan dzikir sesuai tuntunan yang berdasarkan dalil-dalil yang kuat, diharapkan ibadah kita menjadi lebih bermakna, lebih khusyuk, dan lebih dekat dengan cara ibadah Rasulullah SAW, serta diterima di sisi Allah SWT.