Bacaan Sholat Lengkap dan Terjemahannya

Sholat adalah tiang agama dan merupakan kewajiban utama bagi setiap Muslim. Menjalankan sholat bukan hanya sekadar melakukan gerakan fisik, tetapi juga sebuah momen komunikasi spiritual yang mendalam dengan Allah SWT. Untuk mencapai kekhusyukan (khusyu'), sangat penting bagi kita untuk memahami makna dari setiap bacaan yang kita ucapkan. Artikel ini akan menguraikan secara lengkap bacaan-bacaan sholat, mulai dari niat hingga salam, beserta terjemahan dan penjelasan maknanya agar ibadah kita menjadi lebih berkualitas dan penuh penghayatan.

1. Niat Sholat

Niat adalah rukun pertama dan terpenting dalam sholat. Niat merupakan tekad di dalam hati untuk melaksanakan ibadah sholat tertentu, semata-mata karena Allah SWT. Meskipun niat utamanya berada di dalam hati, melafalkan niat (talaffuzh) dianjurkan oleh sebagian ulama untuk membantu memantapkan hati. Berikut adalah lafal niat untuk sholat fardhu lima waktu.

Niat Sholat Subuh (2 Raka'at)

Sebagai Imam:

أُصَلِّى فَرْضَ الصُّبْح رَكَعتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لله تَعَالَى

Ushalli fardhas shubhi rak'ataini mustaqbilal qiblati adaa'an imaaman lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Subuh dua raka'at, menghadap kiblat, sebagai imam, karena Allah Ta'ala."

Sebagai Makmum:

أُصَلِّى فَرْضَ الصُّبْح رَكَعتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لله تَعَالَى

Ushalli fardhas shubhi rak'ataini mustaqbilal qiblati adaa'an ma'muuman lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Subuh dua raka'at, menghadap kiblat, sebagai makmum, karena Allah Ta'ala."

Sendiri (Munfarid):

أُصَلِّى فَرْضَ الصُّبْح رَكَعتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لله تَعَالَى

Ushalli fardhas shubhi rak'ataini mustaqbilal qiblati adaa'an lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Subuh dua raka'at, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala."

Niat Sholat Dzuhur (4 Raka'at)

Sebagai Imam:

أُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لله تَعَالَى

Ushalli fardhadz dzuhri arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an imaaman lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Dzuhur empat raka'at, menghadap kiblat, sebagai imam, karena Allah Ta'ala."

Sebagai Makmum:

أُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لله تَعَالَى

Ushalli fardhadz dzuhri arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an ma'muuman lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Dzuhur empat raka'at, menghadap kiblat, sebagai makmum, karena Allah Ta'ala."

Sendiri (Munfarid):

أُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لله تَعَالَى

Ushalli fardhadz dzuhri arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Dzuhur empat raka'at, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala."

Niat Sholat Ashar (4 Raka'at)

Sebagai Imam:

أُصَلِّى فَرْضَ العَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لله تَعَالَى

Ushalli fardhal 'ashri arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an imaaman lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Ashar empat raka'at, menghadap kiblat, sebagai imam, karena Allah Ta'ala."

Sebagai Makmum:

أُصَلِّى فَرْضَ العَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لله تَعَالَى

Ushalli fardhal 'ashri arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an ma'muuman lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Ashar empat raka'at, menghadap kiblat, sebagai makmum, karena Allah Ta'ala."

Sendiri (Munfarid):

أُصَلِّى فَرْضَ العَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لله تَعَالَى

Ushalli fardhal 'ashri arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Ashar empat raka'at, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala."

Niat Sholat Maghrib (3 Raka'at)

Sebagai Imam:

أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لله تَعَالَى

Ushalli fardhal maghribi tsalaatsa raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an imaaman lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Maghrib tiga raka'at, menghadap kiblat, sebagai imam, karena Allah Ta'ala."

Sebagai Makmum:

أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لله تَعَالَى

Ushalli fardhal maghribi tsalaatsa raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an ma'muuman lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Maghrib tiga raka'at, menghadap kiblat, sebagai makmum, karena Allah Ta'ala."

Sendiri (Munfarid):

أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لله تَعَالَى

Ushalli fardhal maghribi tsalaatsa raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Maghrib tiga raka'at, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala."

Niat Sholat Isya (4 Raka'at)

Sebagai Imam:

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاءِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لله تَعَالَى

Ushalli fardhal 'isyaa'i arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an imaaman lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Isya empat raka'at, menghadap kiblat, sebagai imam, karena Allah Ta'ala."

Sebagai Makmum:

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاءِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لله تَعَالَى

Ushalli fardhal 'isyaa'i arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an ma'muuman lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Isya empat raka'at, menghadap kiblat, sebagai makmum, karena Allah Ta'ala."

Sendiri (Munfarid):

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاءِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لله تَعَالَى

Ushalli fardhal 'isyaa'i arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an lillaahi ta'aala.

"Aku niat sholat fardhu Isya empat raka'at, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala."

2. Takbiratul Ihram

Setelah niat, sholat dimulai dengan Takbiratul Ihram. Gerakan ini dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga atau bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar". Takbir ini disebut "ihram" karena setelah mengucapkannya, seorang Muslim diharamkan melakukan hal-hal lain di luar gerakan dan bacaan sholat. Ini adalah gerbang pembuka komunikasi dengan Sang Pencipta, di mana kita meninggalkan urusan duniawi dan memfokuskan seluruh jiwa raga hanya kepada-Nya.

اللهُ أَكْبَرُ

Allahu Akbar.

"Allah Maha Besar."

Kalimat ini adalah sebuah pengakuan mutlak akan kebesaran Allah. Dengan mengucapkannya, kita mengakui bahwa tidak ada yang lebih besar, lebih agung, dan lebih berkuasa selain Allah SWT. Segala masalah, kekhawatiran, dan kebanggaan duniawi menjadi kecil dan tidak berarti di hadapan keagungan-Nya. Ini adalah momen untuk merendahkan diri dan mengagungkan Tuhan semesta alam.

3. Doa Iftitah

Doa Iftitah adalah doa pembuka yang dibaca setelah Takbiratul Ihram dan sebelum membaca Surat Al-Fatihah. Hukumnya sunnah, namun sangat dianjurkan karena berisi pujian, pengagungan, dan permohonan ampunan kepada Allah SWT. Terdapat beberapa versi doa iftitah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Berikut adalah dua di antaranya yang paling umum dibaca.

Versi Pertama

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً. إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Allaahu akbar kabiirow wal hamdu lillaahi katsiiroo, wa subhaanallaahi bukrotaw wa'ashiilaa. Inni wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardho haniifam muslimaw wamaa anaa minal musyrikiin. Inna sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil 'aalamiin. Laa syariika lahu wa bidzaalika umirtu wa anaa minal muslimiin.

"Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang. Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan berserah diri, dan aku bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk golongan orang-orang muslim."

Doa ini merupakan deklarasi tauhid yang total. Kita memulai dengan memuji kebesaran Allah, kemudian menyatakan komitmen penuh bahwa seluruh aspek kehidupan kita—ibadah, pengorbanan, kehidupan, dan kematian—dipersembahkan hanya untuk Allah semata. Ini adalah penegasan kembali tujuan hidup seorang Muslim.

Versi Kedua

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ

Allahumma baa'id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khathaayaaya kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas. Allahummaghsilnii min khathaayaaya bits-tsalji wal maa'i wal barad.

"Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan salju, air, dan embun."

Doa ini adalah permohonan ampunan yang sangat indah. Kita memohon kepada Allah untuk tidak hanya mengampuni dosa-dosa kita, tetapi juga menjauhkan kita darinya sejauh mungkin. Permintaan untuk dibersihkan dengan "salju, air, dan embun" adalah kiasan untuk pembersihan yang total dan menyeluruh, hingga kembali suci dan bersih tanpa noda.

4. Membaca Surat Al-Fatihah

Membaca Surat Al-Fatihah adalah rukun qauli (ucapan) yang wajib dilakukan pada setiap raka'at sholat. Sholat dianggap tidak sah tanpa membaca Al-Fatihah. Surat ini disebut sebagai "Ummul Qur'an" (Induk Al-Qur'an) karena mengandung intisari dari seluruh ajaran Al-Qur'an. Memahaminya adalah kunci untuk membuka pintu kekhusyukan.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ - 1
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm.
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
Setiap tindakan yang dimulai dengan nama Allah adalah tindakan yang diberkahi. Dengan mengucapkan Basmalah, kita memohon pertolongan dan keberkahan Allah dalam sholat kita. Kita juga diingatkan akan dua sifat utama Allah: Ar-Rahman (Maha Pengasih, yang rahmat-Nya meliputi seluruh makhluk) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang, yang rahmat-Nya khusus bagi orang-orang beriman).

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ - 2
Al-ḥamdu lillāhi rabbil-'ālamīn.
"Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam."
Ini adalah pengakuan bahwa segala bentuk pujian, sanjungan, dan rasa syukur yang sempurna hanya pantas ditujukan kepada Allah. Dia adalah "Rabbul 'Alamin", Tuhan yang menciptakan, memelihara, mengatur, dan menguasai seluruh alam semesta—manusia, jin, malaikat, hewan, tumbuhan, dan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Ayat ini menumbuhkan rasa syukur yang mendalam di hati kita.

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ - 3
Ar-raḥmānir-raḥīm.
"Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
Pengulangan dua sifat agung Allah ini menekankan bahwa dasar hubungan Allah dengan hamba-Nya adalah kasih sayang. Meskipun Dia adalah Raja dan Penguasa, Dia memerintah dengan rahmat. Ini memberikan kita harapan dan ketenangan, bahwa kita sedang menghadap kepada Dzat yang Maha Penyayang.

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ - 4
Māliki yaumid-dīn.
"Pemilik hari pembalasan."
Setelah memuji dan mengakui kasih sayang-Nya, kita diingatkan akan keadilan-Nya. Allah adalah satu-satunya Raja dan Hakim pada Hari Kiamat, hari di mana setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan. Ayat ini menanamkan rasa takut yang sehat (takwa) dan mendorong kita untuk selalu berbuat baik serta menjauhi kemaksiatan.

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ - 5
Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn.
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan."
Ini adalah puncak dan inti dari Al-Fatihah, sebuah ikrar agung. "Iyyaka na'budu" adalah pernyataan pembebasan diri dari segala bentuk peribadatan kepada selain Allah. "Iyyaka nasta'in" adalah pengakuan akan kelemahan diri dan keyakinan bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah. Kita beribadah kepada-Nya, dan kita memohon kekuatan untuk bisa terus beribadah kepada-Nya.

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ - 6
Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm.
"Tunjukilah kami jalan yang lurus."
Setelah berikrar, doa pertama dan utama yang kita panjatkan adalah permohonan hidayah. "Jalan yang lurus" adalah jalan kebenaran, jalan yang diridhai Allah, yaitu Islam. Ini adalah doa terpenting yang dipanjatkan seorang hamba, karena tanpa petunjuk-Nya, manusia akan tersesat. Kita memohon agar selalu dibimbing dan diteguhkan di atas jalan ini.

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ - 7
Ṣirāṭallażīna an'amta 'alaihim gairil-magḍụbi 'alaihim wa laḍ-ḍāllīn.
"(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."
Ayat ini memperjelas "jalan yang lurus" tersebut. Yaitu jalan para nabi, orang-orang yang jujur (shiddiqin), para syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka adalah teladan terbaik yang telah berhasil meniti jalan ini. Kita juga memohon perlindungan agar tidak mengikuti jalan orang-orang yang dimurkai Allah (karena mereka mengetahui kebenaran tetapi menolaknya) dan jalan orang-orang yang sesat (karena mereka beribadah tanpa ilmu dan petunjuk).

5. Membaca Surat Pendek

Setelah selesai membaca Al-Fatihah, disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an pada raka'at pertama dan kedua. Berikut adalah contoh beberapa surat pendek yang sering dibaca.

Surat Al-Ikhlas (Keesaan Allah)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ
اَللّٰهُ الصَّمَدُ
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm.
Qul huwallāhu aḥad.
Allāhuṣ-ṣamad.
Lam yalid wa lam yūlad.
Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad.

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa.'
2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.'"

Surat Al-Falaq (Waktu Subuh)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ
وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِ
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm.
Qul a'ụżu birabbil-falaq.
Min syarri mā khalaq.
Wa min syarri gāsiqin iżā waqab.
Wa min syarrin-naffāṡāti fil-'uqad.
Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad.

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),
2. dari kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),
5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.'"

Surat An-Nas (Manusia)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ
مَلِكِ النَّاسِ
اِلٰهِ النَّاسِ
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِ
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm.
Qul a'ụżu birabbin-nās.
Malikin-nās.
Ilāhin-nās.
Min syarril-waswāsil-khannās.
Allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās.
Minal-jinnati wan-nās.

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,
2. Raja manusia,
3. Sembahan manusia,
4. dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,
5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
6. dari (golongan) jin dan manusia.'"

6. Ruku'

Ruku' adalah gerakan membungkukkan badan hingga punggung lurus, dengan kedua telapak tangan memegang lutut. Gerakan ini melambangkan ketundukan dan kepatuhan total seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam posisi ini, kita memahasucikan Allah dari segala kekurangan.

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

Subhaana robbiyal 'adziimi wa bihamdih. (Dibaca 3x)

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung, dan dengan memuji-Nya."

Dalam posisi membungkuk, kita mengakui Keagungan ('Azhim) Allah. Kita menyucikan-Nya dari segala sifat yang tidak pantas bagi-Nya, seraya memuji-Nya. Ini adalah pengakuan bahwa hanya Allah yang layak untuk diagungkan, sementara kita sebagai hamba adalah makhluk yang rendah dan hina di hadapan-Nya. Pengulangan sebanyak tiga kali bertujuan untuk meresapi makna dan memperkuat pengagungan di dalam hati.

7. I'tidal

I'tidal adalah gerakan bangkit dari ruku' dan berdiri tegak lurus. Ini adalah jeda antara dua postur ketundukan (ruku' dan sujud), di mana kita memuji Allah karena telah mendengar pujian hamba-Nya.

Bacaan saat bangkit dari ruku':

سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Sami'allaahu liman hamidah.

"Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya."

Ucapan ini adalah pernyataan keyakinan bahwa setiap pujian yang kita panjatkan tidaklah sia-sia. Allah mendengar, mengetahui, dan akan membalas setiap pujian dari hamba-Nya. Ini memberikan motivasi untuk senantiasa membasahi lisan dengan pujian kepada-Nya.

Bacaan saat berdiri tegak (I'tidal):

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Robbanaa wa lakal hamdu, mil'us samaawaati wa mil'ul ardhi wa mil'u maa syi'ta min syai'in ba'du.

"Ya Tuhan kami, dan bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu."

Ini adalah respons kita terhadap pernyataan "Allah Maha Mendengar". Kita menyambutnya dengan pujian yang tak terbatas. Pujian kita kepada Allah bukanlah pujian yang sedikit, melainkan pujian yang melimpah ruah, memenuhi langit, bumi, dan segala ciptaan-Nya. Ini adalah ungkapan rasa syukur yang luar biasa atas segala nikmat yang telah Dia berikan.

8. Sujud

Sujud adalah puncak dari ketundukan dan kerendahan diri seorang hamba. Ini adalah posisi di mana dahi, bagian tubuh yang paling mulia, diletakkan di tanah yang rendah. Rasulullah SAW bersabda bahwa saat sujud adalah saat terdekat seorang hamba dengan Tuhannya, maka dianjurkan untuk memperbanyak doa.

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Subhaana robbiyal a'laa wa bihamdih. (Dibaca 3x)

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi, dan dengan memuji-Nya."

Ketika kita berada di posisi paling rendah (jasad di tanah), kita justru mengagungkan sifat Allah yang paling tinggi (Al-A'la). Ini adalah paradoks yang indah. Semakin kita merendahkan diri di hadapan-Nya, semakin tinggi derajat kita di sisi-Nya. Kita menyucikan Allah dari segala kerendahan dan mengakui bahwa hanya Dia yang memiliki ketinggian dan kemuliaan yang hakiki.

9. Duduk di Antara Dua Sujud

Setelah sujud pertama, kita bangkit untuk duduk sejenak sebelum melakukan sujud kedua. Posisi ini disebut duduk iftirasy. Bacaan dalam posisi ini adalah doa yang paling komprehensif, mencakup permohonan ampunan, rahmat, dan segala kebaikan dunia dan akhirat.

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي وَاعْفُ عَنِّي

Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii, wa'fu 'annii.

"Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."

Ini adalah doa yang sarat makna. Mari kita resapi setiap permohonannya:

10. Tasyahud (Tahiyat)

Tasyahud dibaca saat duduk pada raka'at kedua (Tasyahud Awal) dan pada raka'at terakhir (Tasyahud Akhir). Bacaan ini berisi salam penghormatan kepada Allah, kepada Nabi Muhammad SAW, dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh.

Tasyahud Awal

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

At-tahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rosuulullaah. Allahumma sholli 'ala sayyidinaa muhammad.

"Segala penghormatan, keberkahan, shalawat, dan kebaikan hanyalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad."

Tasyahud Awal berhenti sampai bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Tasyahud Akhir

Bacaan Tasyahud Akhir sama dengan Tasyahud Awal, namun dilanjutkan dengan Shalawat Ibrahimiyyah.

التَّحِيَّاتُ ... وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

... Allahumma sholli 'ala sayyidinaa muhammad wa 'ala aali sayyidinaa muhammad, kamaa shollaita 'ala sayyidinaa ibroohim wa 'ala aali sayyidinaa ibroohim, wa baarik 'ala sayyidinaa muhammad wa 'ala aali sayyidinaa muhammad, kamaa baarokta 'ala sayyidinaa ibroohim wa 'ala aali sayyidinaa ibroohim, fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid.

"... Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di seluruh alam, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Shalawat Ibrahimiyyah adalah bentuk shalawat terbaik. Kita memohon kepada Allah untuk memberikan rahmat dan keberkahan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, sebagaimana Dia telah memberikannya kepada Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Ini menunjukkan hubungan erat antara ajaran yang dibawa oleh para nabi dan kesinambungan risalah tauhid.

11. Doa Sebelum Salam

Setelah Tasyahud Akhir dan sebelum mengucap salam, disunnahkan untuk membaca doa memohon perlindungan dari empat perkara besar.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Allahumma innii a'uudzubika min 'adzaabi jahannam, wa min 'adzaabil qobri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaati, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."

Doa ini sangat penting karena mencakup perlindungan dari ancaman terbesar yang akan dihadapi manusia: siksa di akhirat (Jahannam dan kubur), ujian berat selama hidup dan saat sakaratul maut, serta fitnah terbesar di akhir zaman yaitu Dajjal.

12. Salam

Sholat diakhiri dengan mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Salam adalah doa keselamatan dan rahmat yang kita tebarkan, sekaligus penutup ibadah sholat kita.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

Assalaamu 'alaikum wa rohmatullaah.

"Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian."

Dengan menoleh ke kanan dan ke kiri, kita menebarkan doa keselamatan ini kepada para malaikat pencatat amal dan kepada sesama Muslim yang mungkin berada di sekitar kita. Ini adalah penutup yang indah, di mana setelah berkomunikasi secara vertikal dengan Allah, kita kembali berinteraksi secara horizontal dengan menebarkan kedamaian kepada sesama makhluk.

Demikianlah panduan lengkap bacaan sholat beserta terjemahan dan penjelasannya. Memahami setiap kata yang kita ucapkan dalam sholat adalah langkah awal untuk meraih kekhusyukan. Semoga dengan pemahaman ini, kualitas sholat kita dapat terus meningkat, menjadikannya bukan sekadar kewajiban yang ditunaikan, tetapi sebuah kebutuhan ruhani yang menenangkan jiwa dan mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.

🏠 Kembali ke Homepage