Memahami Bacaan Qunut Subuh: Panduan Lengkap dan Mendalam

Ilustrasi tangan berdoa
Ilustrasi tangan menengadah berdoa qunut subuh.

Shalat Subuh memiliki keistimewaan yang luar biasa dalam ajaran Islam. Ia adalah shalat yang disaksikan oleh para malaikat, menjadi penanda dimulainya hari seorang Muslim, dan sarat dengan keberkahan. Salah satu amalan yang identik dengan shalat Subuh, khususnya dalam pandangan sebagian mazhab fikih, adalah pembacaan doa qunut. Doa ini merupakan serangkaian permohonan komprehensif yang dipanjatkan kepada Allah SWT pada rakaat kedua, setelah bangkit dari ruku' (i'tidal).

Membaca dan memahami doa qunut bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah upaya untuk menghayati setiap kata yang terucap, menyadari betapa seorang hamba sangat bergantung pada Tuhannya. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan bacaan qunut Subuh, mulai dari teks lengkap dalam bahasa Arab, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, terjemahan, hingga penjelasan mendalam mengenai setiap kalimatnya. Selain itu, kita juga akan membahas hukum, tata cara pelaksanaannya, serta hikmah agung di balik amalan ini.

Teks Bacaan Doa Qunut Subuh Lengkap

Berikut adalah bacaan doa qunut yang lazim dibaca pada shalat Subuh, disajikan secara lengkap agar mudah diikuti dan dihafalkan.

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baarik lii fiimaa a'thaiit, wa qinii syarra maa qadhaiit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik, wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaiit, falakal hamdu 'alaa maa qadhaiit, astaghfiruka wa atuubu ilaiik, wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.

"Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana Engkau memberikan petunjuk (kepada orang-orang pilihan-Mu). Berilah aku keselamatan sebagaimana Engkau memberikan keselamatan (kepada orang-orang pilihan-Mu). Uruslah aku sebagaimana Engkau mengurus (orang-orang pilihan-Mu). Berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan. Lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang bisa menetapkan atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau berikan perlindungan. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi. Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan. Aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, nabi yang ummi, beserta keluarga dan para sahabatnya."

Tafsir dan Penjelasan Makna Setiap Kalimat Doa Qunut

Untuk benar-benar meresapi doa ini, penting bagi kita untuk memahami makna yang terkandung dalam setiap kalimatnya. Doa qunut adalah sebuah dialog intim seorang hamba dengan Sang Pencipta, memohon segala bentuk kebaikan di dunia dan akhirat.

1. اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ (Allahummahdinii fiiman hadaiit)

Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana Engkau memberikan petunjuk (kepada orang-orang pilihan-Mu)."

Kalimat pembuka ini adalah permohonan paling fundamental dan esensial dalam kehidupan seorang Muslim: permohonan hidayah atau petunjuk. Hidayah adalah anugerah terbesar dari Allah SWT. Tanpa hidayah, manusia akan tersesat dalam kegelapan. Permohonan ini memiliki makna yang sangat dalam:

Frasa "sebagaimana Engkau memberikan petunjuk kepada orang-orang pilihan-Mu" adalah sebuah bentuk tawasul (mendekatkan diri) dengan menyebut nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Kita seolah-olah berkata, "Ya Allah, masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang telah Engkau anugerahi petunjuk, seperti para nabi, para shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh."

2. وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ (Wa 'aafinii fiiman 'aafaiit)

Artinya: "Berilah aku 'afiyah (keselamatan/kesejahteraan) sebagaimana Engkau memberikannya (kepada orang-orang pilihan-Mu)."

Kata 'afiyah memiliki makna yang sangat luas, mencakup segala bentuk keselamatan dan kesejahteraan. Ini bukan hanya sekadar sehat jasmani, tetapi meliputi:

Meminta 'afiyah adalah meminta paket lengkap perlindungan dari Allah SWT. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan bahwa setelah iman, nikmat terbesar yang diberikan kepada seorang hamba adalah 'afiyah.

3. وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ (Wa tawallanii fiiman tawallaiit)

Artinya: "Uruslah (peliharalah) aku sebagaimana Engkau mengurus (orang-orang pilihan-Mu)."

Kalimat ini adalah bentuk penyerahan diri total kepada Allah. Kata tawallanii berasal dari kata waliy, yang berarti pelindung, penolong, dan pengatur urusan. Ketika kita memohon ini, kita sedang mengakui kelemahan dan ketidakberdayaan kita, lalu menyerahkan seluruh urusan hidup kita kepada Allah SWT.

Menjadi orang yang diurus oleh Allah berarti:

Ini adalah tingkatan kedekatan yang sangat tinggi, di mana seorang hamba merasa aman dan tenteram karena berada di bawah naungan dan perlindungan langsung dari Rabb-nya.

4. وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ (Wa baarik lii fiimaa a'thaiit)

Artinya: "Berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan."

Keberkahan (barakah) adalah bertambahnya kebaikan pada sesuatu. Permohonan ini mengajarkan kita untuk tidak hanya meminta kuantitas, tetapi yang lebih penting adalah kualitas dan keberkahan dari setiap nikmat yang kita terima. Harta yang sedikit namun berkah akan terasa cukup dan membawa kebaikan. Sementara harta yang banyak tanpa keberkahan bisa jadi sumber masalah dan malapetaka.

Permohonan ini mencakup semua pemberian Allah:

Ini adalah doa syukur sekaligus permohonan agar setiap nikmat menjadi jembatan menuju keridhaan Allah, bukan justru melalaikan.

5. وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ (Wa qinii syarra maa qadhaiit)

Artinya: "Lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan."

Ini adalah pengakuan iman terhadap takdir (qadha dan qadar) Allah. Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas ketetapan Allah. Namun, kita juga diperintahkan untuk berdoa dan berlindung dari sisi keburukan suatu takdir. Takdir Allah, dari sisi Allah, semuanya baik karena mengandung hikmah. Namun dari sisi pandang manusia, ada yang terasa baik dan ada yang terasa buruk (seperti sakit, musibah, atau kehilangan).

Dengan doa ini, kita memohon:

Ini menunjukkan adab seorang hamba kepada Tuhannya: meyakini takdir-Nya sambil terus berikhtiar dan berdoa memohon yang terbaik.

6. فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ (Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik)

Artinya: "Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang bisa menetapkan atas-Mu."

Kalimat ini adalah penegasan atas kekuasaan mutlak Allah SWT. Allah adalah Sang Hakim Agung. Keputusan-Nya tidak bisa diganggu gugat, tidak bisa diprotes, dan tidak ada satu makhluk pun yang bisa membatalkan atau menandingi ketetapan-Nya. Sebaliknya, semua makhluk berada di bawah hukum dan ketetapan Allah. Ini adalah bentuk pengagungan yang menguatkan keyakinan kita bahwa hanya kepada-Nya kita boleh berharap dan memohon.

7. وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ (Wa innahuu laa yadzillu man waalaiit)

Artinya: "Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau berikan perlindungan."

Ini adalah kelanjutan dari permohonan "wa tawallanii". Siapapun yang menjadikan Allah sebagai Waliy (Pelindung), maka ia akan mendapatkan kemuliaan sejati. Mungkin ia dipandang rendah oleh manusia, miskin harta, atau tidak punya jabatan, tetapi di sisi Allah dan di mata hakikat, ia adalah orang yang mulia. Kehinaan sejati adalah ketika seseorang dijauhkan dari pertolongan dan perlindungan Allah.

8. وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ (Wa laa ya'izzu man 'aadaiit)

Artinya: "Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi."

Sebaliknya, siapapun yang menjadi musuh Allah—dengan cara mengingkari-Nya, berbuat syirik, dan melanggar perintah-Nya—maka ia tidak akan pernah merasakan kemuliaan hakiki. Meskipun ia memiliki kekuasaan, kekayaan melimpah, dan pengikut yang banyak di dunia, semua itu adalah kemuliaan semu yang akan hancur. Pada akhirnya, ia akan menjadi orang yang paling hina di dunia dan di akhirat. Kalimat ini mengingatkan kita untuk selalu berada di barisan orang-orang yang dicintai Allah.

9. تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ (Tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaiit)

Artinya: "Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi."

Ini adalah kalimat pujian dan sanjungan kepada Allah. Tabaarakta berarti Maha Banyak Kebaikan-Mu, Maha Agung Sifat-Mu. Ta'aalaita berarti Maha Tinggi Engkau dari segala sifat kekurangan dan dari segala sesuatu yang tidak pantas bagi keagungan-Mu. Setelah serangkaian permohonan, kita menutupnya dengan pujian, menunjukkan adab yang tinggi dalam berdoa.

10. فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ (Falakal hamdu 'alaa maa qadhaiit)

Artinya: "Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan."

Ini adalah puncak dari keimanan dan keridhaan. Setelah meminta perlindungan dari takdir buruk, kita tetap menegaskan bahwa apapun yang Allah takdirkan, baik yang kita sukai maupun tidak, semuanya patut disyukuri dan dipuji. Karena di balik setiap ketetapan-Nya, pasti ada hikmah, keadilan, dan kebaikan yang agung, meskipun terkadang akal kita tidak mampu menjangkaunya. Ini adalah sikap seorang hamba yang ridha sepenuhnya terhadap Tuhannya.

11. اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ (Astaghfiruka wa atuubu ilaiik)

Artinya: "Aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu."

Doa ditutup dengan istighfar dan taubat. Ini adalah pengakuan bahwa sebagai manusia, kita tidak pernah luput dari dosa dan kekurangan, baik dalam ibadah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kita memohon agar Allah mengampuni segala kelalaian kita, termasuk kekurangan dalam shalat dan doa yang baru saja kita panjatkan. Taubat adalah komitmen untuk kembali kepada Allah dan berusaha menjadi lebih baik.

12. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ ... (Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin...)

Artinya: "Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad..."

Menutup doa dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah salah satu adab yang sangat dianjurkan. Diyakini bahwa doa yang diapit oleh shalawat (di awal dan di akhir) lebih besar kemungkinannya untuk dikabulkan oleh Allah SWT. Ini juga merupakan bentuk cinta dan penghormatan kita kepada Rasulullah SAW yang telah menyampaikan risalah Islam kepada kita.

Hukum Melaksanakan Qunut Subuh

Masalah hukum qunut Subuh merupakan salah satu topik khilafiyah (perbedaan pendapat) di antara para ulama mazhab. Penting untuk memahami setiap pandangan dengan lapang dada dan saling menghormati.

Pandangan Mazhab Syafi'i dan Maliki

Menurut mazhab Syafi'i, hukum qunut pada shalat Subuh adalah Sunnah Mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Jika sengaja ditinggalkan, shalatnya tetap sah namun dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi. Jika tidak sengaja terlupa, maka sangat dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi sebelum salam.

Dalil utama yang mereka gunakan adalah hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, yang menyatakan bahwa "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa melakukan qunut pada shalat Subuh sampai beliau meninggal dunia." (HR. Ahmad dan lainnya). Meskipun ada perdebatan mengenai kekuatan hadits ini, bagi ulama Syafi'iyah, hadits ini cukup kuat untuk menjadi landasan hukum.

Mazhab Maliki juga berpandangan bahwa qunut Subuh adalah sunnah (mandub), namun mereka umumnya melaksanakannya dengan sirr (suara pelan), baik saat shalat sendiri maupun saat menjadi imam.

Pandangan Mazhab Hanafi dan Hanbali

Menurut mazhab Hanafi dan Hanbali, qunut pada shalat Subuh tidak disyariatkan secara rutin. Mereka berpandangan bahwa qunut yang dilakukan Nabi SAW adalah Qunut Nazilah, yaitu qunut yang dilakukan ketika terjadi musibah besar yang menimpa umat Islam. Setelah musibah tersebut berakhir, Nabi pun meninggalkannya.

Landasan mereka adalah hadits dari Abu Malik al-Asyja'i yang bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayahku, engkau pernah shalat di belakang Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Apakah mereka melakukan qunut (subuh)?" Ayahnya menjawab, "Wahai anakku, itu adalah perkara yang diada-adakan (bid'ah)." (HR. Tirmidzi).

Mereka juga berhujjah dengan riwayat lain yang mengindikasikan bahwa Nabi SAW hanya melakukan qunut selama sebulan untuk mendoakan keburukan bagi suatu kaum, lalu meninggalkannya.

Sikap Bijak dalam Perbedaan

Melihat adanya perbedaan pendapat yang sama-sama kuat dan berlandaskan dalil di antara para imam mazhab, sikap yang paling tepat bagi seorang Muslim adalah tasamuh (toleransi) dan menghormati amalan orang lain. Jika seseorang berada di lingkungan yang mengamalkan qunut Subuh, hendaknya ia ikut melakukannya. Begitu pula sebaliknya. Perbedaan dalam masalah furu' (cabang) ini tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan di kalangan umat Islam.

Tata Cara Pelaksanaan Qunut Subuh

Bagi yang mengamalkan qunut Subuh, berikut adalah tata cara pelaksanaannya yang benar:

  1. Waktu Pelaksanaan: Doa qunut dibaca pada rakaat kedua shalat Subuh.
  2. Posisi: Dibaca setelah bangkit dari ruku' untuk i'tidal. Setelah membaca "Sami'allaahu liman hamidah, rabbanaa lakal hamdu...", sebelum turun untuk sujud.
  3. Posisi Tangan: Disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan seperti posisi berdoa, yaitu setinggi dada dengan telapak tangan terbuka menghadap ke langit.
  4. Suara Bacaan:
    • Jika Shalat Sendiri (Munfarid): Doa qunut dibaca dengan suara pelan (sirr).
    • Jika Shalat Berjamaah: Imam membaca doa qunut dengan suara yang dikeraskan (jahr), agar didengar oleh makmum. Makmum mengaminkan setiap jeda doa dengan mengucapkan "Aamiin". Pada bagian pujian (mulai dari "fa innaka taqdhii..." hingga akhir), makmum disunnahkan untuk ikut membacanya dengan suara pelan.
  5. Setelah Selesai Berdoa: Setelah selesai membaca doa qunut, tidak perlu mengusap wajah dengan kedua tangan. Langsung turun untuk melakukan sujud seperti biasa.
  6. Jika Lupa Qunut: Menurut mazhab Syafi'i, jika seseorang (imam atau yang shalat sendiri) lupa membaca doa qunut dan sudah terlanjur turun untuk sujud, maka sebelum salam ia disunnahkan untuk melakukan sujud sahwi.

Hikmah dan Keutamaan Doa Qunut

Terlepas dari perbedaan hukumnya, doa qunut mengandung hikmah dan keutamaan yang sangat besar bagi siapa saja yang merenungi dan memanjatkannya. Di antara hikmah tersebut adalah:

Doa qunut Subuh adalah permata berharga dalam khazanah doa-doa Islam. Memahaminya secara mendalam akan mengubahnya dari sekadar bacaan rutin menjadi sebuah pengalaman spiritual yang memperkaya jiwa. Dengan menghayati setiap kalimatnya, kita tidak hanya melafalkan kata-kata, tetapi juga menanamkan maknanya ke dalam hati, membentuk karakter, dan memperkuat fondasi keimanan kita setiap harinya. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita, memberikan kita 'afiyah, melindungi kita, memberkahi rezeki kita, dan menerima segala doa serta amal ibadah kita.

🏠 Kembali ke Homepage