Panduan Lengkap Doa Qunut

Ilustrasi tangan berdoa Gambar dua telapak tangan yang menengadah ke atas dalam posisi berdoa, melambangkan permohonan kepada Tuhan. Dua Ilustrasi tangan sedang berdoa qunut.

Doa qunut merupakan salah satu amalan yang memiliki tempat istimewa dalam ibadah seorang Muslim. Secara etimologis, kata "qunut" (القنوت) dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna, di antaranya adalah berdiri lama, diam, taat, tunduk, dan berdoa. Dalam konteks terminologi syariat, qunut adalah nama untuk doa khusus yang dibaca dalam shalat pada waktu tertentu, dengan posisi berdiri setelah rukuk (i'tidal) pada rakaat terakhir. Doa ini adalah manifestasi penghambaan, permohonan, dan kepasrahan seorang hamba kepada Rabb-nya, Allah SWT.

Memahami qunut bukan hanya sekadar menghafal bacaannya, tetapi juga meresapi setiap kalimat yang terucap. Di dalamnya terkandung permohonan yang sangat komprehensif, mencakup urusan dunia dan akhirat, mulai dari permintaan petunjuk, kesehatan, perlindungan, hingga keberkahan. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan bacaan doa qunut, mulai dari jenis-jenisnya, lafaz bacaannya dalam tulisan Arab dan Latin, terjemahan, hingga penjelasan mendalam mengenai makna filosofis di balik setiap untaian katanya.

Jenis-Jenis Doa Qunut

Dalam praktik fiqih, para ulama mengklasifikasikan doa qunut menjadi tiga jenis utama berdasarkan waktu dan sebab pelaksanaannya. Ketiga jenis ini memiliki landasan hukum dan konteks yang berbeda, meskipun bacaan dasarnya seringkali serupa. Memahami perbedaan ini penting agar kita dapat melaksanakannya sesuai dengan tuntunan syariat.

1. Qunut Subuh

Qunut Subuh adalah jenis qunut yang paling dikenal oleh masyarakat Muslim di Indonesia. Qunut ini secara spesifik dibaca pada saat shalat Subuh, tepatnya pada rakaat kedua setelah bangkit dari rukuk (i'tidal). Pelaksanaannya menjadi salah satu ciri khas dalam mazhab Syafi'i, yang merupakan mazhab mayoritas di kawasan Asia Tenggara.

Hukum melaksanakan Qunut Subuh merupakan salah satu topik yang memiliki perbedaan pendapat (khilafiyah) di kalangan para ulama mazhab. Menurut pandangan mazhab Syafi'i, hukumnya adalah sunnah mu'akkadah atau sunnah yang sangat dianjurkan. Jika seseorang (baik imam maupun yang shalat sendirian) meninggalkannya secara sengaja ataupun karena lupa, dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi sebelum salam. Dalil yang menjadi sandaran utama mazhab ini adalah hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa melakukan qunut pada shalat Subuh hingga beliau wafat.

Di sisi lain, mazhab Hanafi dan Hanbali berpendapat bahwa qunut secara rutin pada shalat Subuh tidak disyariatkan. Mereka berargumen bahwa hadis-hadis yang menunjukkan Nabi SAW melakukan qunut hanya bersifat temporer, terutama ketika terjadi musibah (qunut nazilah). Sementara itu, mazhab Maliki memiliki pandangan pertengahan, yaitu menganggapnya sebagai amalan yang baik (mustahab) namun tidak sampai pada tingkat sunnah mu'akkadah. Perbedaan ini adalah rahmat dalam Islam yang menunjukkan keluasan khazanah ilmu fiqih.

2. Qunut Nazilah

Qunut Nazilah (قنوت النازلة) secara bahasa berarti "qunut karena adanya musibah atau bencana yang menimpa". Ini adalah qunut yang disyariatkan untuk dibaca ketika umat Islam secara kolektif sedang menghadapi kesulitan besar, seperti peperangan, penindasan, wabah penyakit yang meluas, bencana alam dahsyat, atau ketidakadilan yang menimpa kaum Muslimin di belahan dunia mana pun. Tujuan utama dari Qunut Nazilah adalah untuk memohon pertolongan, kekuatan, dan jalan keluar dari Allah SWT atas musibah yang terjadi, serta mendoakan keburukan bagi pihak-pihak yang zalim.

Pelaksanaan Qunut Nazilah memiliki dasar yang sangat kuat dari sunnah Nabi Muhammad SAW. Terdapat banyak riwayat yang sahih, di antaranya ketika beliau mendoakan keburukan bagi kabilah-kabilah yang telah membunuh para sahabat penghafal Al-Qur'an (qurra) dalam peristiwa Bi'r Ma'unah. Beliau melakukan Qunut Nazilah selama sebulan penuh dalam shalat-shalat fardhu.

Hukum Qunut Nazilah disepakati oleh mayoritas ulama sebagai amalan yang disyariatkan (masyru'). Qunut ini dapat dibaca pada rakaat terakhir setelah i'tidal dalam kelima shalat fardhu, baik shalat yang bacaannya jahr (dikeraskan seperti Subuh, Maghrib, Isya) maupun sirr (dilirihkan seperti Dzuhur dan Ashar). Bacaan Qunut Nazilah tidak terikat pada satu teks tertentu. Isinya dapat disesuaikan dengan konteks musibah yang sedang dihadapi, yang terpenting adalah mengandung doa untuk kebaikan kaum Muslimin dan permohonan kehancuran bagi musuh-musuh yang zalim.

3. Qunut Witir

Qunut Witir adalah doa qunut yang dilaksanakan dalam rangkaian shalat Witir. Shalat Witir sendiri merupakan shalat sunnah penutup malam yang sangat dianjurkan. Mengenai waktu pelaksanaan Qunut Witir, terdapat beberapa pandangan di kalangan ulama. Pendapat yang paling masyhur, terutama dalam mazhab Syafi'i dan Hanbali, adalah Qunut Witir disunnahkan untuk dibaca pada separuh terakhir bulan Ramadhan. Artinya, dimulai pada malam ke-16 Ramadhan hingga akhir bulan.

Landasan praktik ini merujuk pada amalan para sahabat dan salafus shalih. Diriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu memerintahkan Ubay bin Ka'ab untuk mengimami shalat Tarawih dan membaca qunut pada pertengahan kedua bulan Ramadhan. Bacaan yang digunakan untuk Qunut Witir umumnya sama dengan bacaan Qunut Subuh, yaitu doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada cucunya, Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma.

Hukumnya adalah sunnah. Bagi yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala, dan bagi yang meninggalkannya tidak berdosa. Pelaksanaan Qunut Witir di separuh akhir Ramadhan menambah kekhusyukan ibadah di malam-malam yang penuh berkah tersebut, terutama saat umat Islam sedang giat-giatnya mengejar Lailatul Qadar.

Bacaan Doa Qunut (Subuh dan Witir)

Bacaan doa qunut yang paling populer dan diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW kepada cucunya, Sayyidina Hasan bin Ali, adalah sebagai berikut. Doa ini digunakan baik untuk Qunut Subuh maupun Qunut Witir.

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Allahummahdini fiiman hadait, wa 'aafini fiman 'aafait, wa tawallani fiman tawallait, wa baarik lii fiimaa a'thoit, wa qini syarro maa qodhoit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhoo 'alaik, wa innahu laa yadzillu man waalait, wa laa ya'izzu man 'aadait, tabaarokta robbanaa wa ta'aalait, falakal hamdu 'alaa maa qodhoit, astaghfiruka wa atuubu ilaik, wa shollallohu 'ala sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'ala aalihi wa shohbihi wa sallam.

"Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Peliharalah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau pelihara. Berilah keberkahan padaku pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan. Selamatkanlah aku dari keburukan takdir yang telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ada yang dapat menentukan (menghukum) atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau lindungi. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau. Bagi-Mulah segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan. Aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya."

Analisis Mendalam Setiap Lafaz Doa Qunut

Untuk mencapai kekhusyukan yang sempurna, penting bagi kita untuk tidak hanya melafalkan doa, tetapi juga menyelami makna yang terkandung di dalamnya. Setiap kalimat dalam doa qunut adalah untaian mutiara hikmah dan permohonan yang sangat fundamental bagi kehidupan seorang hamba.

1. اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ (Allahummahdini fiiman hadait)

Artinya: "Ya Allah, berikanlah aku petunjuk di antara orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk."

Ini adalah permohonan pertama dan yang paling utama: permintaan hidayah atau petunjuk. Hidayah adalah anugerah terbesar dari Allah. Tanpa hidayah, manusia akan tersesat dalam kegelapan. Permohonan ini mencakup beberapa tingkatan hidayah:

Frasa "fiiman hadait" (di antara orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk) adalah bentuk tawasul (menjadikan perantara) dengan sifat Allah Yang Maha Memberi Petunjuk dan dengan menyebut nikmat-Nya kepada hamba-hamba pilihan-Nya, seperti para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Kita berharap bisa digolongkan bersama mereka.

2. وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ (Wa 'aafini fiiman 'aafait)

Artinya: "Dan berilah aku 'afiyah di antara orang-orang yang telah Engkau beri 'afiyah."

Permohonan 'afiyah adalah permintaan yang sangat komprehensif. Kata 'afiyah (العافية) seringkali disalahartikan hanya sebagai kesehatan fisik. Padahal, maknanya jauh lebih luas dan mencakup:

Nabi SAW sendiri mengajarkan bahwa doa terbaik setelah memohon keyakinan adalah memohon 'afiyah. Ini menunjukkan betapa fundamentalnya nikmat 'afiyah bagi kebahagiaan dunia dan akhirat.

3. وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ (Wa tawallani fiiman tawallait)

Artinya: "Dan uruslah (peliharalah) aku di antara orang-orang yang telah Engkau urus."

Kalimat ini adalah permohonan untuk mendapatkan wilayah (perlindungan, pertolongan, dan pengurusan) khusus dari Allah SWT. Allah adalah Al-Waliyy, Sang Maha Pelindung. Ketika seorang hamba berada di bawah naungan wilayah Allah, maka seluruh urusannya, baik yang kecil maupun yang besar, akan diurus dan dibimbing oleh-Nya.

Menjadi hamba yang "ditawalli" oleh Allah berarti:

Ini adalah bentuk kepasrahan total seorang hamba yang menyadari kelemahannya dan mengakui bahwa tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Permohonan ini adalah kunci untuk meraih ketenangan jiwa, karena kita menyerahkan kendali hidup kita kepada Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.

4. وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ (Wa baarik lii fiimaa a'thoit)

Artinya: "Dan berikanlah keberkahan bagiku pada apa yang telah Engkau berikan."

Setelah memohon petunjuk, 'afiyah, dan perlindungan, kita memohon barakah (keberkahan). Barakah secara bahasa berarti "bertambahnya kebaikan yang terus-menerus". Keberkahan bukanlah tentang kuantitas atau jumlah, melainkan tentang kualitas dan manfaat.

Permohonan ini mencakup semua nikmat yang telah Allah berikan, seperti:

Sesuatu yang sedikit namun berkah jauh lebih baik daripada sesuatu yang banyak namun tidak membawa kebaikan dan justru melalaikan dari Allah. Doa ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan memohon agar setiap nikmat menjadi sumber kebaikan, bukan sumber malapetaka.

5. وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ (Wa qini syarro maa qodhoit)

Artinya: "Dan lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan."

Ini adalah segmen doa yang menunjukkan adab seorang hamba dalam berinteraksi dengan takdir (qadha dan qadar) Allah. Kita beriman bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik maupun buruk, adalah atas ketetapan Allah. Namun, takdir Allah jika dilihat dari perbuatan-Nya adalah mutlak baik dan penuh hikmah. Keburukan (syarr) hanya ada pada akibat atau dampak yang dirasakan oleh makhluk dari takdir tersebut.

Contohnya, sakit adalah takdir Allah. Dari sisi Allah, sakit bisa menjadi penggugur dosa, pengingat, atau peningkat derajat. Namun dari sisi manusia, sakit adalah sesuatu yang buruk dan tidak menyenangkan. Melalui doa ini, kita memohon kepada Allah:

Doa ini tidak menafikan iman kepada takdir, justru menyempurnakannya dengan ikhtiar ruhani (berdoa) untuk memohon kebaikan.

6. فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ (Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhoo 'alaik)

Artinya: "Sesungguhnya Engkaulah yang menghukumi (menetapkan) dan tidak ada yang bisa menghukumi atas-Mu."

Bagian ini adalah pujian dan pengakuan atas kedaulatan mutlak Allah SWT. Ini adalah penegasan tauhid rububiyah. Allah adalah Sang Penguasa Absolut. Ketetapan-Nya pasti berlaku dan tidak ada satu makhluk pun yang dapat menolak, mengintervensi, atau membatalkan ketetapan-Nya. Sebaliknya, semua makhluk berada di bawah hukum dan ketetapan-Nya. Kalimat ini menguatkan permohonan sebelumnya, karena hanya Dzat yang memiliki kekuasaan mutlak inilah yang mampu mengabulkan doa-doa kita.

7. وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ (Wa innahu laa yadzillu man waalait)

Artinya: "Dan sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau berikan perlindungan (wilayah)."

Ini adalah kelanjutan dari penegasan kekuasaan Allah. Siapapun yang berada di bawah naungan dan perlindungan Allah, ia tidak akan pernah mengalami kehinaan yang hakiki. Mungkin secara kasat mata di dunia ia terlihat lemah atau tertindas, namun di sisi Allah dan pada hakikatnya, ia adalah orang yang mulia. Kehinaan sejati adalah ketika seseorang jauh dari Allah dan menjadi hamba nafsunya. Kalimat ini menanamkan rasa 'izzah (kemuliaan diri) dan optimisme dalam hati seorang mukmin.

8. وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ (Wa laa ya'izzu man 'aadait)

Artinya: "Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi."

Ini adalah kebalikannya. Seseorang yang menjadi musuh Allah, yaitu orang-orang kafir dan para pendurhaka, tidak akan pernah meraih kemuliaan yang hakiki. Meskipun di dunia mereka tampak berkuasa, kaya raya, dan dihormati, kemuliaan mereka semu dan akan hancur. Kemuliaan sejati hanya datang dari Allah. Kalimat ini berfungsi sebagai pengingat agar kita tidak silau dengan kemegahan duniawi para musuh Allah dan tetap teguh di jalan-Nya.

9. تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ (Tabaarokta robbanaa wa ta'aalait)

Artinya: "Maha Berkah Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi Engkau."

Setelah serangkaian permohonan dan pengakuan, doa ini ditutup dengan pujian agung kepada Allah. "Tabarakta" berarti Engkau adalah sumber segala berkah dan kebaikan. "Ta'aalait" berarti Engkau Maha Tinggi dari segala sifat kekurangan dan dari segala sesuatu yang tidak layak bagi keagungan-Mu. Ini adalah adab dalam berdoa: memulai dengan pujian, menyampaikan permohonan, dan mengakhiri dengan pujian.

10. فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ (Falakal hamdu 'alaa maa qodhoit)

Artinya: "Maka bagi-Mulah segala puji atas apa yang telah Engkau tetapkan."

Ini adalah tambahan pujian yang sering dibaca oleh imam, terutama pada Qunut Witir di bulan Ramadhan. Kalimat ini merupakan puncak dari keridhaan seorang hamba terhadap takdir Allah. Apapun yang Allah tetapkan, baik yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai, semuanya layak untuk dipuji karena pasti mengandung hikmah dan keadilan yang sempurna. Ini adalah manifestasi dari syukur dalam kelapangan dan sabar dalam kesempitan.

11. أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ (Astaghfiruka wa atuubu ilaik)

Artinya: "Aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu."

Penutup doa dengan istighfar (memohon ampun) dan taubat adalah sebuah keharusan. Kita mengakui segala kekurangan, kelalaian, dan dosa yang mungkin kita lakukan, baik dalam shalat kita maupun dalam kehidupan secara umum. Ini menunjukkan kesadaran bahwa sebagai manusia, kita tidak pernah luput dari kesalahan dan selalu membutuhkan ampunan Allah.

12. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ... (Wa shollallohu 'ala sayyidinaa muhammadin...)

Artinya: "Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad..."

Menutup doa dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah salah satu sebab terkabulnya doa. Ini adalah bentuk cinta, penghormatan, dan pengakuan kita atas jasa beliau yang telah menyampaikan risalah Islam kepada kita. Dengan bershalawat, kita berharap doa kita diangkat dan diterima oleh Allah SWT.

Tata Cara Pelaksanaan Qunut

Praktik pelaksanaan qunut, baik bagi imam, makmum, maupun yang shalat sendirian (munfarid) memiliki adab tersendiri agar sesuai dengan sunnah dan menambah kekhusyukan ibadah.

Bagi Imam dan Munfarid (Shalat Sendiri):

  1. Qunut dilakukan pada rakaat terakhir sebuah shalat (rakaat kedua untuk Subuh, rakaat terakhir untuk Witir, atau rakaat terakhir shalat fardhu untuk Qunut Nazilah).
  2. Setelah rukuk, bangkit untuk i'tidal dengan membaca "Sami'allahu liman hamidah". Ketika telah berdiri tegak sempurna, lanjutkan dengan membaca "Rabbana lakal hamdu...".
  3. Setelah itu, angkat kedua tangan setinggi dada atau bahu, dengan telapak tangan terbuka menghadap ke langit, sebagaimana posisi berdoa pada umumnya.
  4. Mulailah membaca lafaz doa qunut dari awal hingga akhir.
  5. Jika menjadi imam dalam shalat jahr (Subuh), disunnahkan untuk mengeraskan suara saat membaca doa qunut agar didengar dan diamini oleh makmum.
  6. Setelah selesai membaca doa qunut, turunkan tangan dan langsung lanjutkan dengan gerakan sujud tanpa perlu mengusap wajah. Sebagian ulama berpendapat tidak ada dalil yang kuat untuk mengusap wajah setelah qunut dalam shalat.

Bagi Makmum:

  1. Ketika imam bangkit dari rukuk pada rakaat terakhir dan mulai membaca doa qunut, makmum hendaknya juga mengangkat kedua tangannya.
  2. Makmum mendengarkan dengan khusyuk bacaan doa qunut yang dilantunkan oleh imam.
  3. Pada setiap jeda kalimat doa yang berisi permohonan, makmum mengucapkan "Aamiin" (آمين) yang berarti "Ya Allah, kabulkanlah". Disunnahkan untuk mengucapkannya dengan suara yang terdengar (jahr) namun tidak berlebihan.
  4. Ketika imam membaca kalimat yang berisi pujian kepada Allah (seperti "Fa innaka taqdhii...", "Tabaarokta robbanaa..."), makmum dianjurkan untuk diam dan meresapi maknanya, atau sebagian ulama memperbolehkan untuk ikut melafalkannya dengan suara lirih (sirr). Mengucapkan "Aamiin" pada kalimat pujian kurang tepat karena "Aamiin" adalah permintaan pengabulan doa.
  5. Setelah imam selesai berdoa dan bertakbir untuk sujud, makmum mengikutinya untuk sujud.

Kesimpulan

Doa qunut, dengan segala jenis dan rinciannya, adalah sebuah ibadah agung yang sarat dengan makna spiritual. Ia bukan sekadar rutinitas bacaan dalam shalat, melainkan sebuah dialog intim antara seorang hamba dengan Penciptanya. Di dalamnya terkumpul permohonan-permohonan paling esensial bagi kehidupan seorang Muslim: hidayah untuk tetap di jalan yang lurus, 'afiyah untuk keselamatan di dunia dan akhirat, wilayah untuk perlindungan dan pertolongan, serta barakah untuk kebaikan dalam setiap karunia.

Mempelajari, menghafal, dan yang terpenting, merenungkan setiap lafaz doa qunut akan meningkatkan kualitas shalat dan memperdalam hubungan kita dengan Allah SWT. Baik saat melaksanakannya di waktu Subuh, di malam-malam Ramadhan, maupun di kala umat dilanda musibah, doa qunut adalah senjata, penenang, dan sumber kekuatan bagi orang-orang beriman. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk dapat mengamalkannya dengan ikhlas dan pemahaman yang benar, serta mengabulkan setiap untaian doa yang kita panjatkan.

🏠 Kembali ke Homepage