Panduan Lengkap Bacaan Khutbah Jumat
Memahami Rukun, Syarat, Sunnah, dan Kumpulan Contoh Teks Khutbah
Pendahuluan: Kedudukan Agung Khutbah Jumat
Shalat Jumat merupakan salah satu ibadah agung dalam Islam yang memiliki keistimewaan tersendiri. Ia bukan sekadar pengganti shalat Dzuhur, melainkan sebuah syiar besar yang mengumpulkan kaum muslimin dalam satu tempat untuk beribadah dan mendengarkan nasihat. Inti dari prosesi ini, sebelum pelaksanaan shalat dua rakaat, adalah penyampaian dua khutbah. Khutbah Jumat adalah sarana tarbiyah (pendidikan), tazkirah (pengingat), dan taujih (arahan) yang sangat efektif bagi umat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an, yang menjadi dasar utama disyariatkannya ibadah ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al-Jumu'ah: 9)
Para ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "dzikrillah" atau mengingat Allah dalam ayat ini mencakup khutbah dan shalat. Ini menunjukkan bahwa khutbah adalah bagian tak terpisahkan dari ibadah Jumat. Ia berfungsi sebagai 'santapan rohani' mingguan yang bertujuan untuk memperbarui iman, meningkatkan takwa, dan mengingatkan umat akan kewajiban mereka kepada Allah dan sesama manusia. Oleh karena itu, memahami bacaan, rukun, syarat, dan adab dalam khutbah Jumat menjadi sebuah keharusan, baik bagi seorang khatib maupun bagi jamaah yang mendengarkannya.
Memahami Rukun Khutbah Jumat
Sebuah khutbah tidak akan sah kecuali jika memenuhi rukun-rukunnya. Rukun adalah pilar atau bagian inti yang jika salah satunya ditinggalkan, maka khutbah tersebut menjadi tidak valid dan shalat Jumat yang mengikutinya pun bisa terancam keabsahannya. Mayoritas ulama mazhab Syafi'i merumuskan lima rukun khutbah yang harus ada pada kedua khutbah.
1. Memuji Allah (Hamdalah)
Setiap khutbah, baik yang pertama maupun yang kedua, wajib dimulai dengan pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lafaz pujian ini harus menggunakan kata yang berasal dari akar kata hamd, seperti "Alhamdulillah", "Innalhamdalillah", "Ahmadullah", atau sejenisnya. Ini adalah bentuk pengakuan atas segala nikmat dan keagungan Allah sebagai pembuka segala kebaikan.
اَلْحَمْدُ لِلهِ
"Segala puji bagi Allah."
2. Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
Setelah memuji Allah, rukun selanjutnya adalah bershalawat kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Shalawat ini juga wajib dibacakan di kedua khutbah. Lafaznya bisa menggunakan kata "As-Shalatu", "Ushalli", atau yang semakna. Shalawat adalah bentuk cinta, penghormatan, dan pengakuan atas jasa Rasulullah dalam menyampaikan risalah Islam.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya."
3. Berwasiat Takwa
Inti dari khutbah adalah nasihat. Rukun ketiga ini adalah penyampaian wasiat atau pesan untuk senantiasa bertakwa kepada Allah. Wasiat takwa juga harus ada di kedua khutbah. Redaksinya tidak harus baku, yang penting mengandung ajakan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Contoh lafaznya seperti "Ittaqullah" (Bertakwalah kepada Allah), atau "Aushikum wa iyyaya bi taqwallah" (Aku wasiatkan kepada kalian dan diriku sendiri untuk bertakwa kepada Allah).
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
"Aku berwasiat kepada kalian dan kepada diriku sendiri untuk bertakwa kepada Allah, karena sungguh telah beruntung orang-orang yang bertakwa."
4. Membaca Ayat Suci Al-Qur'an di Salah Satu Khutbah
Khatib wajib membaca paling sedikit satu ayat Al-Qur'an yang dapat dipahami maknanya secara utuh. Rukun ini lebih utama jika dilaksanakan pada khutbah pertama, meskipun boleh juga pada khutbah kedua. Ayat yang dibaca haruslah ayat yang sempurna maknanya, bukan potongan ayat yang menggantung. Tujuannya adalah agar khutbah senantiasa berlandaskan pada firman Allah.
5. Berdoa untuk Kaum Mukminin di Khutbah Kedua
Rukun yang terakhir ini dikhususkan pada khutbah kedua. Setelah memuji Allah, bershalawat, dan berwasiat takwa, khatib wajib mendoakan kaum mukminin dan mukminat. Doa ini sebaiknya mencakup permohonan ampunan (maghfirah) dan rahmat, baik untuk urusan dunia maupun akhirat. Doa ini menunjukkan rasa persaudaraan dan kepedulian sesama muslim.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
"Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup di antara mereka maupun yang telah wafat."
Syarat Sah Khutbah dan Khatib
Selain rukun, terdapat pula beberapa syarat yang harus dipenuhi agar khutbah Jumat dianggap sah. Syarat-syarat ini terbagi menjadi syarat bagi khatib (orang yang berkhutbah) dan syarat yang berkaitan dengan pelaksanaan khutbah itu sendiri.
Syarat-Syarat Khatib
- Islam: Tentu saja, seorang khatib haruslah seorang Muslim.
- Laki-laki: Khutbah Jumat dan menjadi imamnya adalah tugas bagi kaum laki-laki.
- Baligh dan Berakal: Khatib harus sudah mencapai usia dewasa dan memiliki akal yang sehat.
- Mengetahui Rukun dan Syarat Khutbah: Ia harus memiliki ilmu yang cukup tentang tata cara khutbah yang benar.
- Suci dari Hadas dan Najis: Khatib harus dalam keadaan suci, baik badannya, pakaiannya, maupun tempatnya, sama seperti syarat shalat.
- Menutup Aurat: Aurat khatib harus tertutup dengan sempurna sebagaimana dalam shalat.
Syarat-Syarat Pelaksanaan Khutbah
- Dilaksanakan pada Waktu Dzuhur: Khutbah dan shalat Jumat harus dilakukan setelah matahari tergelincir (masuk waktu Dzuhur).
- Berdiri bagi yang Mampu: Khatib disyaratkan untuk menyampaikan khutbah dalam posisi berdiri jika ia mampu.
- Duduk di Antara Dua Khutbah: Khatib harus duduk sejenak di antara khutbah pertama dan kedua. Duduk ini setara dengan lamanya membaca surat Al-Ikhlas (thuma'ninah).
- Suara Terdengar oleh Jamaah: Khutbah harus disampaikan dengan suara yang keras dan jelas sehingga dapat didengar oleh jumlah jamaah yang mengesahkan shalat Jumat (biasanya 40 orang laki-laki, baligh, merdeka, dan penduduk tetap menurut mazhab Syafi'i).
- Berturut-turut (Muwalah): Antara rukun-rukun khutbah, antara khutbah pertama dan kedua, serta antara khutbah kedua dan shalat Jumat tidak boleh diselingi oleh jeda yang terlalu lama atau aktivitas lain yang tidak berkaitan.
- Rukun Dibaca dalam Bahasa Arab: Kelima rukun khutbah yang telah disebutkan di atas (hamdalah, shalawat, wasiat takwa, ayat Al-Qur'an, dan doa) wajib diucapkan dalam bahasa Arab. Adapun isi atau materi nasihat di luar rukun tersebut sangat dianjurkan untuk disampaikan dengan bahasa yang dipahami oleh jamaah.
Sunnah-Sunnah dalam Khutbah Jumat
Untuk menyempurnakan pelaksanaan khutbah, terdapat beberapa amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh khatib. Praktik-praktik ini meneladani apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Khutbah di Atas Mimbar: Disunnahkan bagi khatib untuk berkhutbah dari tempat yang lebih tinggi, seperti mimbar, agar lebih terlihat dan terdengar oleh jamaah.
- Menghadap Jamaah: Khatib hendaknya menghadap ke arah jamaah saat menyampaikan khutbah, bukan ke arah kiblat.
- Mengucapkan Salam: Sebelum memulai khutbah, khatib disunnahkan untuk mengucapkan salam kepada para jamaah setelah naik ke atas mimbar.
- Duduk Sejenak Saat Adzan: Setelah naik mimbar dan mengucapkan salam, khatib disunnahkan duduk sejenak untuk mendengarkan adzan dikumandangkan.
- Memegang Tongkat atau Sejenisnya: Disunnahkan bagi khatib untuk memegang tongkat, busur panah, atau pedang dengan tangan kirinya sebagai simbol kekuatan dan wibawa.
- Khutbah yang Ringkas dan Padat: Rasulullah mencontohkan khutbah yang tidak terlalu panjang, namun isinya padat, jelas, dan mengena. Beliau bersabda bahwa memanjangkan shalat dan memendekkan khutbah adalah tanda pemahaman seseorang terhadap agama.
- Isi Khutbah yang Relevan: Materi yang disampaikan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat saat itu, berisi ajakan kepada kebaikan dan peringatan dari keburukan.
- Mengeraskan Suara: Suara khatib hendaknya lantang, jelas, dan bersemangat agar pesan yang disampaikan dapat meresap ke dalam hati para jamaah.
Contoh-Contoh Teks Khutbah Jumat Lengkap
Berikut ini adalah beberapa contoh teks khutbah Jumat yang dapat dijadikan sebagai referensi. Setiap contoh mencakup khutbah pertama dan kedua, lengkap dengan mukadimah dan doa penutup sesuai rukun.
Contoh 1: Hakikat Taqwa Sebagai Bekal Terbaik
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُtَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Innal hamda lillāhi nahmaduhū wa nasta'īnuhū wa nastagfiruh, wa na'ūdzu billāhi min syurūri anfusinā wa min sayyi'āti a'mālinā. Man yahdihillāhu falā mudhilla lah, wa man yudhlil falā hādiya lah. Asyhadu an lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhū wa rasūluh. Allāhumma shalli wa sallim 'alā nabiyyinā Muhammadin wa 'alā ālihī wa shahbihī ajma'īn. Ammā ba'du, fayā 'ibādallāh, ūshīkum wa nafsī bitaqwallāh faqad fāzal muttaqūn. Qālallāhu ta'ālā fī kitābihil karīm: Yā ayyuhalladzīna āmanuttaqullāha haqqa tuqātihī wa lā tamūtunna illā wa antum muslimūn.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala atas segala karunia nikmat-Nya, terutama nikmat iman dan Islam, serta nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kita dapat kembali berkumpul di tempat yang mulia ini untuk menunaikan salah satu kewajiban agung kita, yaitu shalat Jumat.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya yang setia mengikuti jejak langkahnya hingga akhir zaman. Melalui mimbar ini, khatib berwasiat kepada diri pribadi dan kepada seluruh jamaah sekalian, marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Takwa dalam arti yang sesungguhnya, yaitu menjalankan segala perintah-Nya dengan penuh keikhlasan dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh kesadaran.
Hadirin Sidang Jumat yang Berbahagia,
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 102 yang telah kita dengar bersama tadi, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." Ayat ini adalah seruan yang sangat jelas dan tegas. Perintah untuk bertakwa dengan "sebenar-benar takwa" (haqqa tuqatih) menunjukkan bahwa takwa bukanlah sekadar pengakuan di lisan, melainkan sebuah totalitas kepatuhan yang lahir dari hati, terucap oleh lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan.
Apa hakikat dari takwa itu? Para ulama menjelaskan bahwa takwa adalah engkau beramal ketaatan kepada Allah di atas cahaya (ilmu) dari Allah karena mengharap pahala-Nya, dan engkau meninggalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya (ilmu) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Takwa adalah perisai yang melindungi seorang hamba dari murka Allah. Ia adalah bekal terbaik yang harus kita siapkan untuk perjalanan panjang menuju akhirat. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 197:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
"...Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa..."
Dunia ini hanyalah tempat persinggahan, tempat kita mengumpulkan bekal. Harta, jabatan, dan popularitas yang kita kejar di dunia ini akan kita tinggalkan. Satu-satunya bekal yang akan menemani kita, yang akan menolong kita di hadapan Allah kelak, adalah takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang paling mulia di sisi Allah, bukan karena nasab, suku, atau kekayaannya. "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu." (QS. Al-Hujurat: 13).
Jamaah Jumat yang Dimuliakan Allah,
Buah dari ketakwaan itu sangatlah banyak, baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya, Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah akan memudahkan segala urusannya. Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dan melipatgandakan pahalanya. Dan puncaknya, Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang penuh kenikmatan. Semua janji ini adalah benar dan pasti. Tinggal kita bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita benar-benar berusaha menjadi hamba yang bertakwa?
Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk berada di jalan ketakwaan, memberikan kita kekuatan untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta mewafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah sebagai seorang muslim yang bertakwa. Amin ya Rabbal 'alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ.
Contoh 2: Menjaga Lisan, Kunci Keselamatan
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْإِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَفْصَحُ الْخَلْقِ لِسَانًا وَأَوْضَحُهُمْ بَيَانًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِنَّهَا خَيْرُ الزَّادِ لِيَوْمِ الْمَعَادِ.
Alhamdulillāhilladzī khalaqal insāna wa 'allamahul bayān. Ahmaduhū subhānahū wa asykuruh, wa atūbu ilaihi wa astagfiruh. Wa asyhadu an lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhū wa rasūluh, afshahul khalqi lisānan wa awdhahuhum bayānā. Allāhumma shalli wa sallim 'alā 'abdika wa rasūlika Muhammadin wa 'alā ālihī wa shahbihī ajma'īn. Ammā ba'du, fayā ayyuhal muslimūn, ūshīkum wa iyyāya bitaqwallāhi 'azza wa jall, fa innahā khairuz zādi liyaumil ma'ād.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan menganugerahinya lisan sebagai alat untuk berkomunikasi dan menyatakan pikiran. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, manusia paling fasih lisannya, paling indah tutur katanya, dan paling mulia akhlaknya.
Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita perbarui komitmen takwa kita kepada Allah. Mari kita sadari bahwa setiap detik kehidupan kita, setiap helaan nafas, dan setiap kata yang terucap dari lisan kita, semuanya berada dalam pengawasan Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Hadirin Sidang Jumat yang Dirahmati Allah,
Salah satu nikmat besar yang seringkali kita lalaikan adalah nikmat lisan. Lisan adalah organ tubuh yang kecil, namun memiliki dampak yang luar biasa besar. Dengan lisan, seseorang bisa masuk ke dalam surga karena dzikir, tilawah, dan amar ma'ruf nahi munkar. Namun dengan lisan pula, seseorang bisa terjerumus ke dalam jurang neraka karena ghibah, fitnah, dusta, dan adu domba. Sungguh benar sabda Rasulullah SAW: "Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisannya."
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Mu'adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amalan yang bisa memasukkannya ke surga dan menjauhkannya dari neraka. Setelah menjelaskan tentang pilar-pilar Islam, Rasulullah kemudian memegang lidahnya seraya berkata, "Tahanlah ini (lisanmu)." Mu'adz bertanya, "Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa karena apa yang kita ucapkan?" Beliau menjawab, "Celakalah engkau, wahai Mu'adz! Bukankah tidak ada yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka di atas wajah mereka selain hasil dari lisan-lisan mereka?"
Hadits ini adalah peringatan keras bagi kita semua. Betapa banyak persaudaraan yang hancur karena lidah yang tak terjaga. Betapa banyak kehormatan yang tercabik-cabik karena gunjingan dan fitnah. Betapa banyak kebohongan yang melahirkan kerusakan besar di tengah masyarakat. Allah SWT mengingatkan kita dalam Al-Qur'an:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaf: 18)
Setiap kata, baik yang kita anggap remeh maupun yang kita anggap besar, semuanya tercatat. Semuanya akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, seorang mukmin sejati adalah orang yang berpikir sebelum berbicara. Ia akan menimbang, apakah ucapannya akan mendatangkan ridha Allah atau justru mendatangkan murka-Nya. Jika baik, ia akan mengucapkannya. Jika buruk atau sia-sia, ia akan menahannya. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim).
Jamaah Jumat yang Berbahagia,
Marilah kita gunakan lisan kita untuk hal-hal yang bermanfaat. Basahi lisan kita dengan dzikrullah, dengan membaca Al-Qur'an, dengan menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Jauhkan lisan kita dari perkataan dusta, dari menggunjing aib saudara kita, dari mencaci maki, dan dari ucapan-ucapan kotor lainnya. Lisan yang terjaga adalah cerminan dari hati yang bersih dan iman yang kuat. Semoga Allah membantu kita semua untuk dapat menjaga lisan kita, sehingga ia menjadi pemberat timbangan kebaikan kita di yaumul hisab kelak.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
(Struktur dan isi doa khutbah kedua sama seperti contoh sebelumnya, dapat disalin dari sana untuk menjaga konsistensi rukun).
اَلْحَمْدُ لِلهِ... (lanjutkan seperti doa pada contoh pertama) ... أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ.
Contoh 3: Sabar dan Syukur dalam Menghadapi Ujian
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، الَّذِيْ جَعَلَ الصَّبْرَ وَالشُّكْرَ جَنَاحَيْ أَهْلِ الْإِيْمَانِ، يَطِيْرُوْنَ بِهِمَا إِلَى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، إِمَامُ الصَّابِرِيْنَ وَقُدْوَةُ الشَّاكِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ التَّقْوَى وَاسْتَمْسِكُوْا مِنَ الْإِسْلَامِ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى.
Alhamdulillāhi rabbil 'ālamīn, alladzī ja'alash shabra wasy syukra janāhay ahlil īmān, yathīrūna bihimā ilā jannātin na'īm. Asyhadu an lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhū wa rasūluh, imāmush shābirīna wa qudwatusy syākirīn. Allāhumma shalli wa sallim 'alā nabiyyinā Muhammadin wa 'alā ālihī wa ash-hābihī ajma'īn. Ammā ba'du, fayā 'ibādallāh, ūshīkum wa nafsī bitaqwallāh, fattaqullāha haqqat tuqwā was tamsikū minal islāmi bil 'urwatil wutsqā.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menjadikan sabar dan syukur sebagai dua sayap bagi orang-orang beriman. Dengan kedua sayap itulah mereka terbang menuju surga yang penuh kenikmatan. Kita bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, pemimpin orang-orang yang sabar dan teladan bagi orang-orang yang bersyukur.
Marilah kita perkuat ikatan takwa kita kepada Allah. Takwa yang mendorong kita untuk selalu ridha dengan segala ketetapan-Nya, baik yang berupa nikmat maupun yang berupa musibah. Karena kita yakin, di balik setiap takdir-Nya, tersimpan hikmah yang agung bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.
Hadirin Sidang Jumat yang Berbahagia,
Kehidupan dunia adalah medan ujian. Allah SWT menegaskan hal ini dalam banyak ayat Al-Qur'an, salah satunya dalam surat Al-Baqarah ayat 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
Ayat ini mengajarkan kita bahwa ujian adalah sebuah kepastian. Ujian bisa datang dalam bentuk kesusahan, seperti sakit, kemiskinan, atau kehilangan orang yang dicintai. Ujian juga bisa datang dalam bentuk kesenangan, seperti kekayaan, jabatan, dan kesehatan. Sikap seorang mukmin dalam menghadapi dua bentuk ujian ini dirangkum oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya yang sangat indah: "Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa musibah, ia bersabar, maka itu baik baginya. Dan hal ini tidak ada kecuali pada seorang mukmin." (HR. Muslim).
Sabar bukanlah berarti pasrah tanpa usaha. Sabar adalah keteguhan hati untuk tidak berkeluh kesah, menahan lisan dari mengumpat, dan menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang, sembari terus berikhtiar mencari solusi dan bertawakal kepada Allah. Sabar adalah kekuatan, bukan kelemahan. Allah menjanjikan kebersamaan-Nya bagi orang-orang yang sabar. "Innallaha ma'ash shabirin" (Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar).
Di sisi lain, ketika kita mendapatkan nikmat, kewajiban kita adalah bersyukur. Syukur bukan hanya ucapan "Alhamdulillah" di lisan, tetapi mencakup tiga hal: mengakui nikmat itu datangnya dari Allah di dalam hati, memuji Allah atas nikmat tersebut dengan lisan, dan menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai oleh Allah. Jika kita pandai bersyukur, Allah berjanji akan menambah nikmat-Nya. "La'in syakartum la'azīdannakum" (Jika kamu bersyukur, pasti akan Aku tambah nikmat-Ku kepadamu).
Jamaah Jumat yang Dimuliakan Allah,
Dengan berbekal sabar dan syukur, seorang mukmin akan menjalani hidupnya dengan tenang dan optimis. Ia tidak akan sombong saat lapang, dan tidak akan putus asa saat sempit. Ia yakin bahwa setiap episode kehidupannya adalah bagian dari skenario terbaik yang telah Allah tetapkan untuknya. Semoga Allah menjadikan kita semua hamba-hamba-Nya yang pandai bersabar saat diuji dan pandai bersyukur saat diberi nikmat, sehingga kita meraih kebaikan di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
(Struktur dan isi doa khutbah kedua sama seperti contoh pertama, dapat disalin dari sana untuk menjaga konsistensi rukun).
اَلْحَمْدُ لِلهِ... (lanjutkan seperti doa pada contoh pertama) ... أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ.