Shalat adalah tiang agama, sebuah pilar fundamental dalam kehidupan seorang Muslim. Ia bukan sekadar rangkaian gerakan dan ucapan rutin, melainkan sebuah dialog agung antara hamba dengan Sang Pencipta. Setiap gerakan, setiap kata, hingga setiap jeda di dalamnya memiliki makna dan hikmah yang sangat mendalam. Salah satu momen yang seringkali terlewatkan kekhusyukannya adalah saat duduk di antara dua sujud. Gerakan ini bukan sekadar transisi dari sujud pertama ke sujud kedua, melainkan sebuah kesempatan emas untuk memanjatkan doa-doa paling esensial yang mencakup seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat.
Duduk di antara dua sujud, atau yang dalam fiqh disebut sebagai jalsah bainas sajdain, adalah rukun shalat yang wajib dipenuhi. Meninggalkannya dengan sengaja dapat membatalkan shalat. Namun, lebih dari sekadar kewajiban, posisi ini mengajarkan kita tentang kerendahan hati dan kebutuhan mutlak seorang hamba kepada Tuhannya. Setelah kita meletakkan bagian tubuh termulia, yaitu dahi, di tempat terendah sebagai bentuk penghambaan total dalam sujud, kita bangkit sejenak untuk memohon. Momen ini adalah pengakuan bahwa setelah berserah diri, kita sepenuhnya bergantung pada anugerah dan pertolongan Allah SWT.
Bacaan Utama dan Terjemahannya
Terdapat beberapa riwayat mengenai bacaan saat duduk di antara dua sujud. Bacaan yang paling masyhur dan sering diamalkan oleh mayoritas umat Islam, khususnya di Indonesia, adalah doa komprehensif yang mencakup delapan permohonan agung. Bacaan ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Abu Dawud dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu.
رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَاعْفُ عَنِّي
Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii, wa'fuannii.
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, perbaikilah keadaanku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."
Doa ini begitu indah dan padat. Dalam beberapa detik yang singkat, kita meminta kepada Allah segala hal yang menjadi pondasi kebahagiaan sejati, baik untuk urusan duniawi maupun ukhrawi. Mari kita selami makna dari setiap permohonan ini, kata demi kata, untuk meningkatkan kekhusyukan dan pemahaman kita saat melafalkannya.
Menyelami Makna Setiap Permohonan
1. Robbighfirlii (رَبِّ اغْفِرْ لِي) - Ya Tuhanku, Ampunilah Aku
Permohonan pertama yang kita panjatkan adalah permintaan ampunan (maghfirah). Ini adalah sebuah pengakuan fundamental bahwa kita adalah makhluk yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Kata "Robbi" (Ya Tuhanku) adalah panggilan mesra yang menunjukkan kedekatan dan pengakuan atas Allah sebagai Rabb, yaitu Sang Pencipta, Pemelihara, Pengatur, dan Pendidik. Dengan memanggil-Nya "Robbi", kita mengakui bahwa hanya Dia yang berhak memberikan ampunan.
Meminta ampunan diletakkan di urutan pertama karena dosa adalah penghalang utama antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dosa mengeruhkan hati, memberatkan langkah, menghalangi turunnya rahmat, dan menjadi penyebab berbagai musibah. Dengan memohon ampunan, kita seolah-olah sedang membersihkan wadah hati kita agar siap menerima curahan rahmat dan anugerah Allah yang akan kita minta selanjutnya. Permintaan ini adalah wujud kesadaran diri, kerendahan hati, dan penyesalan atas segala kelalaian yang telah kita lakukan, baik yang disengaja maupun tidak, yang besar maupun yang kecil.
2. Warhamnii (وَارْحَمْنِي) - Dan Kasihanilah Aku
Setelah memohon ampunan, kita meminta rahmat atau kasih sayang (rahmah) dari Allah. Ampunan menghapus dosa, sedangkan rahmat mendatangkan kebaikan. Rahmat Allah sangatlah luas, meliputi segala sesuatu. Dengan rahmat-Nya, kita dapat merasakan nikmat iman, kesehatan, ketenangan jiwa, dan kemudahan dalam segala urusan. Bahkan, masuknya seseorang ke dalam surga bukanlah semata-mata karena amalannya, melainkan karena rahmat Allah yang melimpah.
Permintaan ini adalah pengakuan bahwa segala kebaikan yang kita peroleh dan kita harapkan berasal dari kasih sayang-Nya. Kita memohon agar Allah tidak hanya mengampuni kesalahan kita, tetapi juga melimpahkan kebaikan-Nya kepada kita. Ini adalah permohonan agar Allah memandang kita dengan tatapan kasih sayang, membimbing kita di dunia, dan menyelamatkan kita di akhirat. Tanpa rahmat-Nya, kita akan menjadi orang yang merugi.
3. Wajburnii (وَاجْبُرْنِي) - Dan Perbaikilah Keadaanku
Kata "jabr" dalam bahasa Arab memiliki makna yang sangat kaya. Ia bisa berarti menambal, memperbaiki, menyatukan yang terpecah, atau menutupi kekurangan. Dalam doa ini, kita memohon kepada Allah, Sang Al-Jabbar (Yang Maha Perkasa, Yang Memperbaiki), untuk memperbaiki segala kekurangan dan kerusakan dalam diri kita.
Permohonan ini mencakup banyak hal:
- Memperbaiki kekurangan iman: Menguatkan keyakinan yang goyah, menambal ibadah yang kurang sempurna.
- Menutupi aib dan cela: Memohon agar Allah menutupi kesalahan-kesalahan kita dari pandangan manusia dan menghapusnya dari catatan amal.
- Menyembuhkan luka batin: Mengobati hati yang sedih, kecewa, atau hancur karena ujian hidup.
- Memperbaiki kondisi finansial: Mencukupkan rezeki yang kurang, melunasi utang yang membebani.
- Memulihkan kesehatan: Mengobati penyakit yang diderita dan mengembalikan kekuatan fisik.
Dengan mengucapkan "wajburnii", kita menyerahkan segala kerapuhan dan "keretakan" dalam hidup kita kepada Dzat yang Maha Kuasa untuk memperbaikinya.
4. Warfa'nii (وَارْفَعْنِي) - Dan Angkatlah Derajatku
Setiap manusia memiliki keinginan untuk dihormati dan memiliki kedudukan yang baik. Islam tidak melarang hal ini, selama diarahkan pada tujuan yang benar. Permohonan "warfa'nii" adalah permintaan kepada Allah untuk mengangkat derajat kita, baik di dunia maupun di akhirat.
Pengangkatan derajat di dunia bisa berupa ilmu yang bermanfaat, akhlak yang mulia sehingga dihormati orang lain, kedudukan yang membawa maslahat, atau terhindar dari kehinaan. Namun, yang lebih penting adalah pengangkatan derajat di akhirat. Kita memohon agar Allah meninggikan kedudukan kita di surga, menjauhkan kita dari derajat yang rendah di neraka. Permintaan ini juga merupakan cerminan dari keinginan untuk terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, lebih berilmu, lebih bertakwa, dan lebih bermanfaat bagi sesama.
5. Warzuqnii (وَارْزُقْنِي) - Dan Berilah Aku Rezeki
Rezeki (rizq) seringkali disalahartikan sebatas harta dan materi. Padahal, konsep rezeki dalam Islam sangatlah luas. Saat kita memohon "warzuqnii", kita meminta segala bentuk kebaikan yang menopang kehidupan kita.
Rezeki tersebut meliputi:
- Rezeki Jasmani: Makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan kesehatan fisik.
- Rezeki Rohani: Iman, Islam, hidayah, ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyuk, dan ketenangan jiwa.
- Rezeki Sosial: Pasangan yang shalih/shalihah, anak-anak yang berbakti, teman yang baik, dan lingkungan yang mendukung kebaikan.
- Rezeki Waktu: Kesempatan untuk beribadah, waktu luang yang bermanfaat, dan umur yang berkah.
Permohonan ini adalah pengakuan bahwa Allah adalah Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki), dan segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah dari-Nya. Kita memohon rezeki yang halal, baik, dan berkah, yang dapat menunjang ketaatan kita kepada-Nya, bukan yang justru melalaikan.
6. Wahdinii (وَاهْدِنِي) - Dan Berilah Aku Petunjuk
Hidayah atau petunjuk adalah anugerah terbesar yang dapat diterima oleh seorang manusia. Tanpa hidayah, akal dan ilmu sebanyak apapun tidak akan mampu mengantarkan seseorang pada kebenaran hakiki. Dalam setiap rakaat shalat, kita membaca Al-Fatihah dan memohon, "Ihdinash-shiraathal-mustaqiim" (Tunjukilah kami jalan yang lurus). Permohonan "wahdinii" dalam doa ini adalah penguatan kembali atas permintaan tersebut.
Kita memohon petunjuk dalam segala aspek kehidupan: petunjuk untuk tetap berada di atas jalan Islam, petunjuk dalam mengambil keputusan, petunjuk untuk membedakan yang hak dan yang batil, dan petunjuk untuk selalu beramal sesuai dengan tuntunan syariat. Hidayah bukanlah sesuatu yang didapat sekali seumur hidup, melainkan harus terus dipelihara dan dimohonkan setiap saat, karena hati manusia mudah berbolak-balik.
7. Wa'aafinii (وَعَافِنِي) - Dan Sehatkanlah Aku
Kata 'afiyah memiliki makna yang lebih luas dari sekadar "sehat". 'Afiyah berarti perlindungan dan keselamatan yang menyeluruh. Ia mencakup:
- Kesehatan fisik: Terhindar dari berbagai macam penyakit dan kelemahan tubuh.
- Kesehatan mental dan spiritual: Terhindar dari penyakit hati seperti iri, dengki, sombong, dan was-was. Terhindar dari kesesatan dalam beragama.
- Keselamatan dari musibah: Terlindungi dari bencana alam, kecelakaan, kejahatan manusia, dan segala marabahaya.
- Keselamatan di akhirat: Terhindar dari fitnah kubur, dahsyatnya hari kiamat, dan siksa api neraka.
Meminta 'afiyah adalah memohon paket keselamatan lengkap dari Allah SWT. Ini adalah salah satu doa yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW, karena nikmat 'afiyah adalah nikmat terbesar setelah nikmat iman.
8. Wa'fu 'annii (وَاعْفُ عَنِّي) - Dan Maafkanlah Aku
Di awal kita meminta maghfirah (ampunan), dan di akhir kita meminta 'afwun (maaf). Apa perbedaannya? Para ulama menjelaskan bahwa keduanya memiliki tingkatan yang berbeda. Maghfirah berasal dari kata "gha-fa-ra" yang berarti menutupi. Jadi, memohon maghfirah berarti meminta agar dosa kita ditutupi oleh Allah sehingga tidak mendatangkan hukuman. Dosanya mungkin masih tercatat, tetapi sudah diampuni.
Adapun 'afwun berasal dari kata "a-fa-wa" yang berarti menghapus atau menghilangkan jejak. Memohon 'afwun adalah permintaan pada tingkat yang lebih tinggi. Kita memohon agar Allah tidak hanya menutupi dosa kita, tetapi juga menghapusnya sama sekali dari catatan amal, seolah-olah kita tidak pernah melakukannya. Ini adalah puncak dari permohonan ampunan, sebuah harapan untuk kembali suci di hadapan Allah SWT. Sangatlah indah doa ini dimulai dengan ampunan dan ditutup dengan level maaf yang tertinggi.
Tata Cara Duduk di Antara Dua Sujud (Iftirasy)
Selain bacaannya, posisi duduknya pun memiliki tuntunan dari Rasulullah SAW. Posisi duduk yang paling umum dan dianjurkan saat duduk di antara dua sujud adalah duduk iftirasy. Caranya adalah sebagai berikut:
- Bangkit dari sujud pertama sambil mengucapkan takbir (Allahu Akbar).
- Duduk dengan tenang (thuma'ninah).
- Menduduki telapak kaki kiri, sementara telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari-jemarinya menghadap ke arah kiblat.
- Punggung ditegakkan lurus, tidak membungkuk.
- Kedua telapak tangan diletakkan di atas paha, dekat dengan lutut. Jari-jari tangan bisa dirapatkan atau direnggangkan sedikit, dan ujung jari sejajar dengan lutut.
- Pandangan mata diarahkan ke tempat sujud.
Sikap duduk yang benar ini bukan hanya sekadar formalitas, tetapi membantu mencapai kekhusyukan dan thuma'ninah. Thuma'ninah, yaitu berhenti sejenak hingga seluruh anggota badan tenang pada posisinya, adalah rukun yang sangat penting. Tanpa thuma'ninah, shalat seseorang menjadi tidak sah, sebagaimana diperingatkan oleh Nabi dalam hadits tentang "orang yang paling buruk pencuriannya adalah yang mencuri dari shalatnya" karena tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.
Hikmah dan Pelajaran yang Terkandung
Jeda singkat antara dua sujud ini mengajarkan banyak pelajaran berharga. Ia adalah momen refleksi di tengah-tengah puncak ketundukan. Ketika kita bangkit dari sujud, kita seolah-olah bangkit dari "kematian" kecil untuk kemudian memohon kehidupan yang penuh berkah, sebelum akhirnya kembali "mati" dalam sujud kedua sebagai penegasan totalitas penghambaan.
Doa yang dipanjatkan merangkum semua kebutuhan primer seorang hamba. Urutannya pun sangat logis dan sistematis. Dimulai dari membersihkan diri dari dosa (ghfirlii), lalu mengharap curahan kasih sayang (warhamnii). Kemudian, memohon perbaikan atas segala kerusakan diri (wajburnii), dilanjutkan dengan harapan akan peningkatan kualitas diri (warfa'nii). Setelah itu, kita memohon penopang kehidupan (warzuqnii) dan kompas untuk menjalaninya (wahdinii). Terakhir, kita memohon perlindungan total (wa'aafinii) dan penghapusan dosa secara paripurna (wa'fu 'annii).
Ini adalah doa sapu jagat yang luar biasa. Jika kita merenungi dan menghayati setiap katanya saat shalat, niscaya kualitas ibadah kita akan meningkat. Kita tidak lagi melihat gerakan ini sebagai formalitas belaka, tetapi sebagai dialog intim yang sarat akan harapan dan kebutuhan. Saat kita mengucapkan "wajburnii", kita bisa membayangkan segala masalah yang sedang kita hadapi dan memohon Allah untuk menyelesaikannya. Saat mengucapkan "warzuqnii", kita bisa memikirkan kebutuhan keluarga dan hajat hidup kita. Momen ini menjadi sangat personal dan penuh makna.
Kesimpulan
Bacaan duduk di antara dua sujud adalah sebuah mutiara tersembunyi dalam shalat. Di dalamnya terkandung delapan permintaan agung yang mencakup seluruh aspek kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia adalah cerminan kebutuhan, kelemahan, dan harapan seorang hamba kepada Rabb-nya. Dengan memahami maknanya, mempraktikkan tata cara duduknya dengan benar, dan melaksanakannya dengan thuma'ninah, kita dapat mengubah momen singkat ini menjadi salah satu bagian shalat yang paling berkesan dan penuh kekhusyukan.
Marilah kita berusaha untuk tidak tergesa-gesa saat berada di posisi ini. Berikan jeda yang cukup untuk melafalkan doa ini dengan tartil dan meresapi setiap permohonan yang kita sampaikan. Semoga Allah SWT menerima shalat kita, mengabulkan doa-doa kita, dan menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa sadar akan kebutuhan mutlak kita kepada-Nya.