Ilustrasi berdoa setelah sholat tarawih di bulan Ramadhan

Panduan Lengkap Doa Setelah Sholat Tarawih dan Witir

Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, ampunan, dan rahmat dari Allah SWT. Pada malam-malamnya, umat Muslim di seluruh dunia berbondong-bondong menghidupkan malam dengan ibadah, salah satunya adalah sholat Tarawih. Sholat Tarawih merupakan qiyamul lail yang dikerjakan secara khusus pada malam hari di bulan Ramadhan. Ia menjadi sebuah simbol kerinduan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Rabb-nya.

Setelah selesai menunaikan rangkaian sholat Tarawih, momen yang tidak kalah pentingnya adalah memanjatkan doa. Ini adalah waktu mustajab di mana seorang hamba berbisik kepada Tuhannya, mencurahkan segala harapan, memohon ampunan, dan mengungkapkan rasa syukur. Doa yang dipanjatkan setelah Tarawih, yang sering disebut sebagai "Doa Kamilin," bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah manifestasi dari kebutuhan spiritual terdalam seorang mukmin. Artikel ini akan mengupas tuntas bacaan doa setelah sholat Tarawih dan Witir, lengkap dengan tulisan Arab, transliterasi Latin, arti, serta penjelasan mendalam dari setiap permohonannya.

Doa Kamilin: Doa Lengkap Setelah Sholat Tarawih

Doa ini dinamakan "Kamilin" yang berarti "orang-orang yang sempurna", karena di dalamnya terkandung permohonan untuk dianugerahi kesempurnaan dalam berbagai aspek kehidupan seorang hamba, terutama dalam hal keimanan. Berikut adalah bacaan doa secara lengkap, yang akan kita bedah satu per satu maknanya.

Bagian 1: Pembukaan dan Pujian kepada Allah SWT

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولٰئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا.

Allâhummaj‘alnâ bil îmâni kâmilîn, wa lil farâidhi muaddîn, wa lish-shalâti hâfizhîn, wa liz-zakâti fâ‘ilîn, wa limâ ‘indaka thâlibîn, wa li ‘afwika râjîn, wa bil-hudâ mutamassikîn, wa ‘anil laghwi mu‘ridhîn, wa fid-dunyâ zâhidîn, wa fil ‘âkhirati râghibîn, wa bil-qadhâ’i râdhîn, wa lin na‘mâ’i syâkirîn, wa ‘alal balâ’i shâbirîn, wa tahta liwâ’i sayyidinâ muhammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallama yaumal qiyâmati sâ’irîn, wa alal hawdhi wâridîn, wa ilal jannati dâkhilîn, wa minan nâri nâjîn, wa ‘alâ sarîril karâmati qâ‘idîn, wa bi hûrin ‘înim mutazawwijîn, wa min sundusin wa istabraqin wa dîbâjin mutalabbisîn, wa min tha‘âmil jannati âkilîn, wa min labanin wa ‘asalim mushaffan syâribîn, bi akwâbiw wa abârîqa wa ka’sim mim ma‘în, ma‘al ladzîna an‘amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîn, wa hasuna ulâ’ika rafîqâ, dzâlikal fadhlu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîmâ.

"Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang menunaikan kewajiban-kewajiban, yang memelihara sholat, yang melaksanakan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk, yang berpaling dari hal sia-sia, yang zuhud di dunia, yang berhasrat terhadap akhirat, yang ridha terhadap takdir, yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas cobaan, yang berjalan di bawah panji junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, pada hari kiamat, yang mendatangi telaga (Al-Kautsar), yang masuk ke dalam surga, yang diselamatkan dari api neraka, yang duduk di atas singgasana kemuliaan, yang menikah dengan bidadari, yang mengenakan pakaian dari sutra halus dan tebal, yang memakan makanan surga, yang meminum dari susu dan madu yang murni dengan gelas, cerek, dan piala dari sumber yang mengalir, bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Maha Mengetahui."

Analisis Mendalam: Rangkaian doa ini adalah sebuah permohonan yang sangat komprehensif, mencakup seluruh aspek kehidupan seorang Muslim dari dunia hingga akhirat. Ia dimulai dengan fondasi paling dasar, yaitu iman yang sempurna (imanan kamilan). Iman bukan sekadar pengakuan lisan, tetapi keyakinan yang tertancap di hati dan dibuktikan dengan perbuatan. Kesempurnaan iman berarti iman yang tidak goyah oleh cobaan, tidak terkontaminasi oleh syirik, dan tidak ternoda oleh keraguan.

Selanjutnya, doa ini merinci pilar-pilar amal: menunaikan kewajiban (lil farâidhi muaddîn), menjaga sholat (lish-shalâti hâfizhîn), dan menunaikan zakat (liz-zakâti fâ‘ilîn). Ini menunjukkan bahwa iman yang sempurna harus terefleksikan dalam ketaatan pada syariat. Menjaga sholat bukan hanya tentang melaksanakannya tepat waktu, tetapi juga menjaga kekhusyukannya, kesempurnaan rukunnya, dan dampaknya dalam mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Doa ini kemudian beralih ke aspek spiritual dan akhlak, seperti mengharapkan ridha Allah (limâ ‘indaka thâlibîn), mengharap ampunan-Nya (li ‘afwika râjîn), dan berpegang teguh pada petunjuk (bil-hudâ mutamassikîn). Ini adalah inti dari orientasi hidup seorang mukmin. Kita juga memohon untuk dijauhkan dari perbuatan sia-sia (‘anil laghwi mu‘ridhîn), sebuah tantangan besar di zaman modern yang penuh distraksi. Sifat zuhud (fid-dunyâ zâhidîn) dan cinta akhirat (fil ‘âkhirati râghibîn) adalah dua sisi mata uang yang sama: meletakkan dunia di tangan, bukan di hati, dan menjadikan akhirat sebagai tujuan utama.

Bagian akhir dari segmen ini adalah visualisasi puncak kenikmatan di akhirat. Mulai dari berada di bawah panji Rasulullah SAW, meminum dari telaga Al-Kautsar, hingga menikmati segala fasilitas surga. Ini bukan sekadar angan-angan, melainkan sebuah motivasi spiritual yang kuat untuk terus istiqamah dalam beribadah. Permohonan untuk bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh adalah permohonan untuk mendapatkan lingkungan terbaik di surga, karena teman yang baik adalah nikmat yang agung.

Bagian 2: Permohonan Kebaikan, Ampunan, dan Rahmat

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُบَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ.

Allâhummaj‘alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfatil mubârakati minas su‘adâ’il maqbûlîn, wa lâ taj‘alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn.

"Ya Allah, jadikanlah kami pada malam bulan yang mulia dan penuh berkah ini termasuk orang-orang yang berbahagia dan diterima (amalannya), dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak (amalannya)."

Analisis Mendalam: Doa ini sangat relevan dibaca setiap malam Ramadhan. Kita memohon secara spesifik agar pada malam itu juga, kita digolongkan sebagai orang yang berbahagia dan diterima (su'ada' al-maqbulin). Kebahagiaan sejati (sa'adah) dalam perspektif Islam adalah ketika amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Sebaliknya, kecelakaan terbesar (syaqawah) adalah ketika usaha dan ibadah kita ditolak (asyqiya' al-mardudin). Permohonan ini adalah ungkapan kerendahan hati dan kesadaran bahwa penerimaan amal sepenuhnya ada di tangan Allah. Betapapun banyak ibadah yang kita lakukan, tanpa rahmat dan penerimaan dari-Nya, semua itu tidak ada artinya. Ini mengajarkan kita untuk tidak sombong dengan amal, melainkan selalu berharap dan cemas akan hasilnya.

Bagian 3: Doa Penutup dan Shalawat

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihî wa shahbihî ajma‘în, bi rahmatika yâ arhamar râhimîn, wal hamdu lillâhi rabbil ‘âlamîn.

"Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, keluarganya, dan seluruh sahabatnya. Dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Pengasih di antara para pengasih. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Analisis Mendalam: Menutup doa dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan pujian kepada Allah (hamdalah) adalah salah satu adab penting dalam berdoa. Para ulama menjelaskan bahwa doa yang diapit oleh shalawat di awal dan di akhirnya memiliki kemungkinan lebih besar untuk dikabulkan. Bershalawat adalah bentuk pengakuan kita atas jasa-jasa Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah dan sebagai wujud cinta kita kepadanya. Mengakhirinya dengan "bi rahmatika ya arhamar rahimin" adalah pengakuan total bahwa terkabulnya doa kita bukan karena kekuatan kata-kata kita, melainkan murni karena luasnya rahmat Allah SWT. Kemudian ditutup dengan "wal hamdu lillahi rabbil 'alamin", mengembalikan segala pujian kepada Sang Pemilik alam semesta, sebuah penutup yang sempurna untuk sebuah permohonan hamba yang fakir kepada Tuhannya yang Maha Kaya.

Doa dan Dzikir Setelah Sholat Witir

Sholat Tarawih umumnya ditutup dengan sholat Witir. Setelah salam dari sholat Witir, disunnahkan untuk membaca dzikir dan doa khusus. Rangkaian ini menyempurnakan ibadah malam kita di bulan Ramadhan.

1. Dzikir Singkat Setelah Salam

Setelah salam, dianjurkan untuk membaca dzikir berikut sebanyak tiga kali. Pada bacaan ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan dan mengeraskan suara.

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Subhaanal malikil qudduus.

"Maha Suci Engkau, Raja Yang Maha Suci."

Makna Dzikir: Dzikir ini adalah bentuk pengagungan yang luar biasa. Kata "Al-Malik" (Raja) menegaskan kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu. Tidak ada raja di atas-Nya. Kata "Al-Quddus" (Yang Maha Suci) berarti Allah suci dari segala bentuk kekurangan, kelemahan, cacat, dan dari segala hal yang tidak pantas bagi keagungan-Nya. Mengulanginya tiga kali adalah untuk penegasan dan peresapan makna ke dalam hati. Mengeraskan suara pada kali ketiga, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits, adalah salah satu cara syiar dan menampakkan keagungan Allah SWT.

2. Doa Lengkap Setelah Sholat Witir

Setelah membaca dzikir di atas, dilanjutkan dengan doa yang lebih panjang berikut ini:

اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.

Allâhumma innî a‘ûdzu bi ridhâka min sakhatik, wa bi mu‘âfâtika min ‘uqûbatik, wa a‘ûdzu bika minka, lâ uhshî tsanâ’an ‘alaik, anta kamâ atsnaita ‘alâ nafsik.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari (azab)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."

Analisis Mendalam: Ini adalah doa yang sangat indah dan sarat makna, yang juga diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW. Mari kita bedah kalimat per kalimat:

  • "Aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu": Ini adalah puncak adab. Kita tidak berlindung dengan kekuatan atau amal kita, tetapi kita menjadikan sifat Allah (ridha-Nya) sebagai perisai dari sifat-Nya yang lain (murka-Nya). Ini adalah pengakuan bahwa satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita dari murka Allah adalah rahmat dan ridha-Nya sendiri.
  • "Dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu": Serupa dengan kalimat sebelumnya, kita memohon agar sifat pemaaf Allah (mu'afah) menjadi penghalang dari hukuman-Nya ('uqubah). Ini menunjukkan kesadaran penuh akan dosa dan kesalahan kita, dan hanya ampunan-Nyalah satu-satunya harapan.
  • "Aku berlindung kepada-Mu dari-Mu (a'udzu bika minka)": Kalimat ini adalah puncak tauhid dan kepasrahan. Artinya, tidak ada tempat berlari dan berlindung dari Allah kecuali kepada Allah itu sendiri. Jika Allah menakdirkan sesuatu, tidak ada yang bisa menghalanginya. Maka, kita berlindung kepada Allah dari takdir buruk yang datang dari-Nya, dengan memohon takdir baik yang juga datang dari-Nya. Ini adalah pengakuan mutlak atas kekuasaan Allah.
  • "Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri": Ini adalah pengakuan atas kelemahan manusia. Sebagaimanapun kita berusaha memuji Allah, pujian kita tidak akan pernah bisa setara dengan keagungan-Nya. Pujian terbaik dan paling sempurna untuk Allah adalah pujian yang Allah berikan untuk diri-Nya sendiri di dalam Al-Qur'an dan melalui lisan Rasul-Nya. Kalimat ini mengajarkan kerendahan hati yang luar biasa di hadapan Sang Pencipta.

Adab dan Keutamaan Berdoa Setelah Tarawih

Momen setelah sholat Tarawih adalah waktu yang sangat berharga. Setelah tubuh lelah berdiri dalam sholat, jiwa berada dalam kondisi yang sangat reseptif untuk terhubung dengan Allah. Memaksimalkan momen ini dengan doa yang khusyuk akan mendatangkan banyak keutamaan.

Pentingnya Memahami Makna Doa

Seringkali, kita terbiasa membaca doa secara mekanis tanpa meresapi artinya. Padahal, kekuatan sebuah doa terletak pada kehadiran hati. Cobalah untuk tidak terburu-buru. Bacalah setiap kalimat, renungkan artinya, dan biarkan hati merasakan setiap permohonan yang diucapkan. Ketika kita meminta "iman yang sempurna", bayangkanlah kondisi iman yang kita dambakan. Ketika memohon "kesabaran atas cobaan", ingatlah ujian-ujian yang sedang dihadapi dan pasrahkan solusinya kepada Allah. Koneksi emosional dan spiritual inilah yang membuat doa menjadi lebih bermakna dan Insya Allah lebih mudah diijabah.

Adab dalam Berdoa

Untuk menyempurnakan doa kita, perhatikan beberapa adab berikut:

Malam-malam Ramadhan adalah kesempatan emas yang terlalu berharga untuk dilewatkan. Sholat Tarawih adalah ibadah fisiknya, dan doa setelahnya adalah ibadah ruhaniahnya. Keduanya saling melengkapi untuk membentuk seorang hamba yang lebih dekat dengan Tuhannya. Semoga kita semua dimampukan untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah terbaik dan doa-doa yang tulus, sehingga kita keluar dari bulan suci ini sebagai pribadi yang diampuni dosanya dan ditinggikan derajatnya. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage