Ilustrasi Kitab Barzanji yang terbuka Ilustrasi Kitab Barzanji yang terbuka

Mengenal Lebih Dekat Bacaan Barzanji dan Keutamaannya

Di relung-relung tradisi Islam, khususnya di Nusantara, gema puji-pujian kepada Baginda Nabi Muhammad SAW senantiasa berkumandang. Salah satu untaian kata terindah yang paling sering dilantunkan adalah bacaan Barzanji. Ia bukan sekadar nyanyian, melainkan sebuah karya sastra bernilai tinggi yang merangkum kisah hidup, silsilah, sifat-sifat mulia, serta mukjizat Rasulullah SAW. Membaca dan mendengarkannya adalah cara umat untuk menzahirkan rasa cinta, rindu, dan penghormatan kepada sang teladan utama.

Kitab ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai perayaan keagamaan, mulai dari peringatan Maulid Nabi, acara aqiqah, hingga majelis-majelis selawat rutin. Liriknya yang puitis dan nadanya yang syahdu mampu menyentuh kalbu, membangkitkan semangat spiritual, dan mengingatkan kembali akan agungnya perjuangan dan kepribadian Nabi Muhammad SAW. Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang bacaan Barzanji, mulai dari sosok pengarangnya, struktur isinya, hingga teks lengkap dan keutamaan membacanya.

Siapakah Pengarang Kitab Barzanji?

Karya agung ini disusun oleh seorang ulama besar, seorang waliyullah yang nasabnya bersambung langsung kepada Rasulullah SAW. Beliau adalah As-Sayyid Ja'far bin Hasan bin Abdul Karim al-Barzanji. Beliau lahir di kota Madinah Al-Munawwarah dan menghabiskan hidupnya untuk menuntut ilmu serta mengajar. Nama "Al-Barzanji" merujuk pada nama sebuah tempat di Kurdistan, asal muasal keluarganya.

Sayyid Ja'far al-Barzanji dikenal sebagai seorang mufti dari mazhab Syafi'i di Madinah. Beliau bukan hanya ahli dalam bidang fikih, tetapi juga seorang sastrawan dan penyair ulung. Kecintaannya yang mendalam kepada kakeknya, Nabi Muhammad SAW, ia tuangkan ke dalam sebuah karya yang memadukan keindahan bahasa (balaghah) dengan keakuratan riwayat sejarah (sirah). Karyanya ini, yang dikenal dengan nama 'Iqd al-Jawahir (Kalung Permata), lebih populer dengan sebutan Kitab Barzanji. Gaya bahasanya yang mengalir indah, baik dalam bentuk prosa (natsar) maupun puisi (nadham), menjadikannya mudah diterima dan dicintai oleh berbagai kalangan di seluruh dunia.

Struktur dan Isi Kitab Barzanji

Kitab Barzanji secara umum terbagi menjadi dua bagian utama: Natsar (prosa) dan Nadham (puisi). Keduanya menceritakan kisah yang sama, namun dengan gaya penyampaian yang berbeda. Bagian prosa mengalir seperti cerita naratif yang detail, sementara bagian puisi merangkumnya dalam bait-bait yang berirama dan mudah dihafal.

Isi kitab ini secara kronologis mengisahkan perjalanan hidup Rasulullah SAW, yang dapat dirangkum dalam beberapa babak atau rawi utama:

Bacaan Barzanji (Teks Natsar Pilihan)

Berikut adalah kutipan dari beberapa bagian penting dalam bacaan Barzanji Natsar, disertai dengan transliterasi Latin dan terjemahannya untuk mempermudah pemahaman dan penghayatan.

Rawi I: Permulaan Puji-pujian

Bagian ini merupakan pembuka yang agung, memuji Allah SWT dan memulai untaian kisah dengan menyebut nama-Nya yang Maha Tinggi.

أَبْتَدِئُ الْإِمْلَاءَ بِاسْمِ الذَّاتِ الْعَلِيَّةِ، مُسْتَدِرًّا فَيْضَ الْبَرَكَاتِ عَلَى مَا أَنَالَهُ وَأَوْلَاهُ
Abtadi-ul imlâ-a bismidz-dzâtil ‘aliyyah, mustadirran faidlal barakâti ‘alâ mâ anâlahu wa awlâh.

Aku memulai tulisan ini dengan nama Dzat Yang Maha Tinggi, seraya memohon limpahan keberkahan atas apa yang telah Dia anugerahkan dan berikan.

وَأُثَنِّي بِحَمْدٍ مَوَارِدُهُ سَائِغَةٌ هَنِيَّةٌ، مُمْتَطِيًا مِنَ الشُّكْرِ الْجَمِيلِ مَطَايَاهُ
Wa utsannî bihamdin mawâriduhu sâ-ighatun haniyyah, mumtathiyan minasy-syukril jamîli mathâyâh.

Dan aku memuji-Nya dengan pujian yang sumbernya mudah ditelan lagi menyehatkan, seraya mengendarai kendaraan syukur yang indah.

وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى النُّورِ الْمَوْصُوفِ بِالتَّقَدُّمِ وَالْأَوَّلِيَّةِ، الْمُنْتَقِلِ فِي الْغُرَرِ الْكَرِيمَةِ وَالْجِبَاهِ
Wa ushallî wa usallimu ‘alan-nûril mawshûfi bit-taqaddumi wal-awwaliyyah, al-muntaqili fil ghuraril karîmati wal jibâh.

Dan aku berselawat dan bersalam atas cahaya yang disifati dengan kedahuluan dan keawalan, yang berpindah-pindah pada dahi-dahi dan wajah-wajah yang mulia.

Rawi II: Silsilah Nasab Nabi yang Mulia

Pada bagian ini, Sayyid Ja'far al-Barzanji memaparkan dengan rinci silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW, menunjukkan betapa terpeliharanya garis nasab beliau.

وَبَعْدُ، فَأَقُولُ: هُوَ سَيِّدُنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَاسْمُهُ شَيْبَةُ الْحَمْدِ، حُمِدَتْ خِصَالُهُ السَّنِيَّةُ
Wa ba'du, fa aqûlu: Huwa sayyidunâ Muhammadubnu ‘Abdillâhibni ‘Abdil Muththalibi wasmuhu Syaibatul hamdi, humidat khishâluhus saniyyah.

Dan setelah itu, aku berkata: Beliau adalah junjungan kita, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib, yang namanya adalah Syaibatul Hamd (orang tua yang terpuji), yang sifat-sifat luhurnya selalu dipuji.

ابْنِ هَاشِمٍ وَاسْمُهُ عَمْرُو بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ وَاسْمُهُ الْمُغِيرَةُ الَّذِي يُنْتَمَى الْإِرْتِقَاءُ لِعُلْيَاهُ
Ibni Hâsyimin wasmuhu ‘Amrubni ‘Abdi Manâfin wasmuhul Mughîratul-ladzî yuntamal irtiqâ-u li’ulyâh.

Putra dari Hasyim yang namanya adalah 'Amr, putra dari Abdi Manaf yang namanya adalah Al-Mughirah, yang kepadanya puncak ketinggian dinisbatkan.

ابْنِ قُصَيٍّ وَاسْمُهُ زَيْدُ بْنِ كِلَابٍ وَاسْمُهُ حَكِيمُ بْنِ مُرَّةَ بْنِ كَعْبِ بْنِ لُؤَيِّ بْنِ غَالِبِ بْنِ فِهْرٍ وَاسْمُهُ قُرَيْشٌ وَإِلَيْهِ تُنْسَبُ الْبُطُونُ الْقُرَشِيَّةُ
Ibni Qushayyin wasmuhu Zaidubni Kilâbin wasmuhu Hakîmubni Murratabni Ka’bibni Lu-ay-yibni Ghâlibibni Fihrin wasmuhu Quraisyun wa ilaihi tunsabul buthûnul Qurasyiyyah.

Putra dari Qushay yang namanya adalah Zaid, putra dari Kilab yang namanya adalah Hakim, putra dari Murrah, putra dari Ka'ab, putra dari Lu'ay, putra dari Ghalib, putra dari Fihr yang namanya adalah Quraisy, dan kepadanyalah suku-suku Quraisy dinisbatkan.

Rawi IV: Kisah Kelahiran Penuh Cahaya

Ini adalah salah satu bagian yang paling menyentuh, menggambarkan suasana ajaib dan penuh berkah saat kelahiran Nabi Muhammad SAW.

وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ شَهْرَانِ عَلَى مَشْهُورِ الْأَقْوَالِ الْمَرْوِيَّةِ، تُوُفِّيَ بِالْمَدِينَةِ الْمُنَوَّرَةِ أَبُوهُ عَبْدُ اللهِ، وَكَانَ قَدِ اجْتَازَ بِأَخْوَالِهِ بَنِي عَدِيٍّ مِنَ الطَّائِفَةِ النَّجَّارِيَّةِ
Wa lammâ tamma min hamlihi syahrâni ‘alâ masyhûril aqwâlil marwiyyah, tuwuffiya bil Madînatil Munawwarati abûhu ‘Abdullâh, wa kâna qadijtâza bi-akhwâlihi banî ‘Adiyyin minath-thâ-ifatin Najjâriyyah.

Dan ketika genap usia kandungannya dua bulan menurut pendapat yang masyhur diriwayatkan, wafatlah di Madinah Al-Munawwarah ayahandanya, Abdullah. Beliau sebelumnya singgah di tempat paman-pamannya dari Bani 'Adiy dari suku An-Najjar.

وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ عَلَى الرَّاجِحِ تِسْعَةُ أَشْهُرٍ قَمَرِيَّةٍ، وَآنَ لِلزَّمَانِ أَنْ يَنْجَلِيَ عَنْهُ صَدَاهُ، حَضَرَ أُمَّهُ لَيْلَةَ مَوْلِدِهِ الشَّرِيفِ آسِيَةُ وَمَرْيَمُ فِي نِسْوَةٍ مِنَ الْحَظِيرَةِ الْقُدْسِيَّةِ
Wa lammâ tamma min hamlihî ‘alar-râjihi tis'atu asyhurin qamariyyah, wa âna liz-zamâni an yanjaliya ‘anhu shadâh, hadlara ummahu lailata mawlidihisy-syarîfi Âsiyatu wa Maryamu fî niswatin minal hadhîratil qudsiyyah.

Dan ketika telah sempurna kandungannya menurut pendapat yang kuat selama sembilan bulan qamariyah, dan telah tiba saatnya bagi zaman untuk menyingkapkan kegelapannya, maka pada malam kelahiran yang mulia itu, ibundanya didatangi oleh (Sayyidah) Asiyah dan (Sayyidah) Maryam beserta para wanita suci dari surga.

وَأَخَذَهَا الْمَخَاضُ فَوَلَدَتْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُورًا يَتَلَأْلَأُ سَنَاهُ
Wa akhadzahal makhâdlu fawaldat-hu shallallâhu ‘alaihi wa sallama nûran yatalakla-u sanâh.

Lalu rasa sakit akan melahirkan pun menimpanya, maka ia pun melahirkan beliau SAW dalam keadaan bercahaya yang sinarnya kemilau.

Puncak Penghormatan: Mahalul Qiyam

Mahalul Qiyam secara harfiah berarti "tempat berdiri". Ini adalah momen paling khusyuk dalam pembacaan Barzanji, di mana seluruh hadirin berdiri untuk menyambut kehadiran ruhaniah Rasulullah SAW. Momen ini diiringi dengan lantunan selawat yang sangat populer dan merdu, sebagai ekspresi kegembiraan dan penghormatan atas kelahiran beliau.

Berdiri saat Mahalul Qiyam bukanlah sekadar tradisi, melainkan sebuah adab yang berlandaskan pada rasa cinta dan pengagungan. Para ulama menjelaskan bahwa ini adalah cara kita menyambut "tamu" agung, meskipun tak terlihat oleh mata. Inilah saat di mana hati kita terhubung langsung dengan Rasulullah SAW, mengungkapkan kerinduan dan harapan akan syafaatnya.

Teks Mahalul Qiyam

يَا نَبِي سَلَامٌ عَلَيْكَ ۞ يَا رَسُول سَلَامٌ عَلَيْكَ
يَا حَبِيبُ سَلَامٌ عَلَيْكَ ۞ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْكَ
Yâ Nabî salâm ‘alaika, Yâ Rasûl salâm ‘alaika
Yâ Habîb salâm ‘alaika, shalawâtullâh ‘alaika

Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu, Wahai Rasul, salam sejahtera untukmu.

Wahai Kekasih, salam sejahtera untukmu, semoga selawat Allah tercurah atasmu.

أَشْرَقَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا ۞ فَاخْتَفَتْ مِنْهُ الْبُدُورُ
مِثْلَ حُسْنِكَ مَا رَأَيْنَا ۞ قَطُّ يَا وَجْهَ السُّرُورِ
Asyraqal badru ‘alainâ, fakhtafat minhul budûru
Mitsla husnika mâ ra-ainâ, qaththu yâ wajhas-surûri

Bulan purnama telah terbit menyinari kami, maka sirnalah semua purnama lain karenanya.

Belum pernah kami melihat keindahan sepertimu, wahai wajah yang penuh kegembiraan.

أَنْتَ شَمْسٌ أَنْتَ بَدْرٌ ۞ أَنْتَ نُورٌ فَوْقَ نُورِ
أَنْتَ إِكْسِيرٌ وَغَالِي ۞ أَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُورِ
Anta syamsun anta badrun, anta nûrun fauqa nûri
Anta iksîrun wa ghâlî, anta mishbâhush-shudûri

Engkau adalah matahari, engkau adalah bulan purnama, engkau adalah cahaya di atas cahaya.

Engkau adalah obat yang sangat mahal, engkau adalah pelita yang menerangi dada.

Peran Bacaan Barzanji dalam Tradisi Masyarakat

Di banyak negara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Brunei, bacaan Barzanji telah menyatu dengan kebudayaan dan menjadi bagian penting dari siklus kehidupan seorang Muslim. Kitab ini tidak hanya dibaca pada peringatan Maulid Nabi SAW.

Popularitasnya tidak lepas dari kemampuannya untuk menyampaikan kisah agung dengan cara yang mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat. Baik yang memahami bahasa Arab secara mendalam maupun yang hanya menikmati irama dan terjemahannya, semua dapat merasakan getaran spiritual yang sama.

Keutamaan dan Manfaat Membaca Barzanji

Membaca Barzanji pada hakikatnya adalah salah satu bentuk ibadah, karena isinya penuh dengan selawat, pujian kepada Allah, dan pengenalan terhadap sosok manusia paling mulia. Para ulama menyebutkan banyak sekali keutamaan bagi mereka yang tulus melantunkannya.

1. Meningkatkan Rasa Cinta (Mahabbah) kepada Rasulullah SAW

Pepatah mengatakan, "tak kenal maka tak sayang". Dengan membaca riwayat hidup Nabi, mulai dari kelahirannya yang penuh mukjizat, masa kecilnya yang terjaga, hingga akhlaknya yang sempurna, secara alami akan tumbuh rasa cinta dan kekaguman dalam hati. Rasa cinta inilah yang menjadi fondasi utama keimanan seorang Muslim.

2. Meraih Syafaat di Hari Kiamat

Inti dari bacaan Barzanji adalah selawat. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang paling banyak berselawat kepadanya adalah orang yang paling berhak mendapatkan syafaatnya di hari kiamat. Setiap bait dalam Barzanji adalah untaian selawat dan salam, menjadikannya amalan yang sangat potensial untuk mendekatkan diri pada pertolongan beliau.

3. Meneladani Akhlak Mulia Nabi

Kitab ini adalah rangkuman dari kemuliaan akhlak Nabi. Saat kita membaca tentang kesabaran, kedermawanan, kejujuran, dan kasih sayang beliau, kita termotivasi untuk mencontoh sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ia menjadi panduan praktis untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

4. Mendatangkan Keberkahan dalam Hidup

Majelis di mana nama Allah disebut dan selawat kepada Nabi-Nya dilantunkan adalah majelis yang diberkahi. Para malaikat akan turun menaungi majelis tersebut, melimpahkan rahmat dan ketenangan (sakinah). Keberkahan ini tidak hanya dirasakan secara spiritual, tetapi juga diharapkan membawa kebaikan dalam urusan duniawi.

5. Menguatkan Iman dan Tauhid

Meskipun fokus pada pujian kepada Nabi, bacaan Barzanji selalu dimulai dan diakhiri dengan pengagungan kepada Allah SWT. Kisah-kisah mukjizat Nabi yang luar biasa justru semakin menguatkan keyakinan kita akan kekuasaan Allah yang tak terbatas. Ia mengingatkan bahwa semua keagungan Nabi Muhammad SAW adalah anugerah dari Allah semata.

Penutup

Bacaan Barzanji lebih dari sekadar rangkaian kata. Ia adalah jembatan hati yang menghubungkan umat dengan Nabinya. Melalui untaian prosa dan puisinya, kita diajak untuk kembali menyelami samudra keteladanan Rasulullah SAW, merasakan kembali getaran cinta yang tulus, dan membasahi lisan dengan selawat yang penuh harapan. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, meluangkan waktu untuk duduk dalam majelis Barzanji adalah cara untuk menenangkan jiwa, mengisi kembali energi spiritual, dan meneguhkan kembali komitmen kita untuk mengikuti jejak langkah sang kekasih Allah, Sayyidina Muhammad SAW. Semoga kita semua digolongkan sebagai umat yang mencintai dan dicintai oleh beliau, serta mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir.

🏠 Kembali ke Homepage