Memahami Makna Mendalam Bacaan Antara Dua Sujud
Shalat adalah tiang agama, sebuah jembatan komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya bukanlah sekadar ritual kosong, melainkan mengandung makna dan hikmah yang sangat mendalam. Di antara rukun-rukun shalat yang penuh khusyuk, terdapat satu momen jeda yang singkat namun sarat dengan permohonan paling komprehensif yang bisa dibayangkan. Momen itu adalah duduk di antara dua sujud.
Seringkali, karena singkatnya durasi duduk ini, kita mungkin melafalkannya dengan cepat tanpa sempat meresapi setiap kata yang terucap. Padahal, jika kita telaah lebih dalam, bacaan antara dua sujud ini merupakan sebuah rangkuman dari segala kebutuhan esensial manusia, baik untuk kehidupannya di dunia maupun di akhirat. Ia adalah doa agung yang diajarkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebuah paket permohonan lengkap yang mencakup ampunan, kasih sayang, kecukupan, kemuliaan, rezeki, petunjuk, kesehatan, dan pemaafan.
Lafaz Bacaan Utama dan Terjemahannya
Terdapat beberapa variasi bacaan yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun, bacaan yang paling populer dan dihafal oleh mayoritas kaum muslimin adalah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Abu Dawud. Bacaan ini begitu indah dan mencakup delapan permohonan fundamental.
رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَاعْفُ عَنِّي
Rabbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii, wa'fu 'annii.
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku, sayangilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."
Setiap kata dalam doa ini adalah sebuah lautan makna. Mari kita selami satu per satu permata hikmah yang terkandung di dalamnya.
Menggali Permata di Setiap Kata: Sebuah Perenungan Mendalam
Untuk mencapai kekhusyukan sejati, kita perlu memahami apa yang kita minta. Ketika kita memahami, hati akan ikut bergetar, dan lisan pun akan berucap dengan penuh kesadaran. Inilah penjelajahan makna dari delapan permintaan agung dalam bacaan antara dua sujud.
1. Rabbighfirlii (رَبِّ اغْفِرْ لِي) - Ya Tuhanku, Ampunilah Aku
Permintaan pertama dan utama adalah ampunan (maghfirah). Ini adalah sebuah pengakuan fundamental dari seorang hamba akan fitrahnya sebagai tempatnya salah dan lupa. Tidak ada manusia yang luput dari dosa, baik yang disengaja maupun tidak, yang kecil maupun besar, yang terlihat maupun tersembunyi. Memulai doa dengan permohonan ampun adalah adab tertinggi seorang hamba kepada Sang Pencipta.
Kata 'ghafara' dalam bahasa Arab memiliki akar makna 'menutupi'. Ketika kita memohon maghfirah, kita tidak hanya meminta agar dosa kita dihapus, tetapi kita juga memohon agar aib dan keburukan akibat dosa tersebut ditutupi oleh Allah di dunia dan di akhirat. Ini adalah permintaan agar Allah tidak membuka kesalahan kita di hadapan manusia lain dan, yang lebih penting, tidak memperhitungkannya di Hari Penghakiman kelak. Permohonan ini adalah fondasi dari segalanya. Tanpa ampunan, permintaan-permintaan selanjutnya akan terasa hampa. Bagaimana mungkin kita meminta kasih sayang, rezeki, dan kemuliaan jika kita masih bergelimang dosa tanpa ada penyesalan?
Dengan mengucapkan "Rabbighfirlii," kita sedang menundukkan ego kita, mengakui kelemahan diri, dan menyerahkan nasib kita sepenuhnya kepada belas kasihan Allah Yang Maha Pengampun. Ini adalah langkah pertama menuju pemurnian jiwa.
2. Warhamnii (وَارْحَمْنِي) - Dan Sayangilah Aku
Setelah memohon ampunan, kita memohon kasih sayang (rahmat). Rahmat Allah adalah sumber segala kebaikan. Seseorang bisa masuk surga bukan semata-mata karena amalannya, melainkan karena limpahan rahmat dari Allah. Amal adalah sebab, namun rahmat Allah-lah yang menjadi penentunya.
Meminta rahmat berarti kita memohon agar Allah mencurahkan kasih sayang-Nya dalam segala aspek kehidupan kita. Kita memohon agar diberi kemudahan dalam urusan, dilapangkan dari kesulitan, diberi ketenangan dalam hati, dan dijauhkan dari segala bentuk azab dan murka-Nya. Rahmat Allah adalah selimut yang melindungi kita dari panasnya ujian dunia dan dahsyatnya api neraka. Tanpa rahmat-Nya, kita akan binasa. Doa ini adalah pengakuan bahwa kita tidak akan pernah bisa selamat dan bahagia tanpa campur tangan kasih sayang Ilahi yang tak terbatas.
Ketika kita memohon "Warhamnii," kita sedang berharap agar Allah memandang kita dengan tatapan cinta, bukan dengan tatapan keadilan semata. Karena jika Allah hanya menerapkan keadilan-Nya, niscaya tidak ada seorang pun yang selamat. Namun, dengan rahmat-Nya, pintu harapan selalu terbuka lebar.
3. Wajburnii (وَاجْبُرْنِي) - Dan Cukupkanlah Kekuranganku
Kata 'jabar' memiliki makna yang sangat kaya. Secara harfiah, ia bisa berarti 'memperbaiki sesuatu yang rusak atau patah' atau 'menambal kekurangan'. Dalam konteks doa ini, "Wajburnii" adalah permohonan kepada Allah, Sang Al-Jabbar (Yang Maha Memaksa/Memperbaiki), untuk menutupi segala kekurangan dan memperbaiki segala kerusakan dalam hidup kita.
Permintaan ini mencakup banyak hal:
- Kekurangan Materi: Memohon agar Allah mencukupi kebutuhan finansial, melunasi utang-piutang, dan memberikan apa yang kita perlukan untuk hidup layak.
- Kerusakan Hati: Memohon agar Allah memperbaiki hati yang patah karena kekecewaan, kesedihan, atau kehilangan. Memohon agar Allah menyembuhkan luka batin dan mengisinya dengan ketenangan.
- Kekurangan Ilmu dan Amal: Mengakui bahwa ibadah kita penuh dengan kekurangan, shalat kita jauh dari khusyuk, dan ilmu kita sangat terbatas. Kita memohon agar Allah menambal segala kekurangan tersebut sehingga amal kita diterima di sisi-Nya.
- Kelemahan Fisik: Memohon kekuatan bagi tubuh yang lemah dan kesembuhan bagi jiwa yang sakit.
Mengucapkan "Wajburnii" adalah bentuk penyerahan total. Kita mengakui bahwa diri kita ini 'retak' di banyak sisi, dan hanya Allah yang mampu memperbaikinya menjadi utuh kembali. Ini adalah doa orang yang merasa hancur, lemah, dan tidak berdaya, yang bersimpuh di hadapan kekuatan Yang Maha Perkasa.
4. Warfa'nii (وَارْفَعْنِي) - Dan Angkatlah Derajatku
Manusia memiliki keinginan fitrah untuk dihormati dan dihargai. Doa "Warfa'nii" adalah penyaluran keinginan tersebut ke jalan yang benar. Kita tidak meminta kemuliaan di mata manusia yang bersifat semu dan sementara, tetapi kita memohon agar Allah mengangkat derajat kita di sisi-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.
Pengangkatan derajat ini memiliki dimensi yang luas:
- Derajat Keimanan dan Ketakwaan: Memohon agar iman kita semakin kokoh, ibadah kita semakin berkualitas, dan kita semakin dekat dengan Allah.
- Derajat Ilmu Pengetahuan: Memohon agar diberi ilmu yang bermanfaat yang membuat kita lebih mengenal-Nya dan dapat memberi manfaat bagi sesama.
- Derajat di Masyarakat: Memohon agar diberi kedudukan yang terhormat, reputasi yang baik, dan kemampuan untuk menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana, bukan untuk kesombongan, melainkan untuk menegakkan kebenaran.
- Derajat di Akhirat: Ini adalah puncak permohonan, yaitu agar Allah menempatkan kita di surga-Nya yang paling tinggi, bersama para nabi, orang-orang shiddiq, syuhada, dan orang-orang saleh.
Dengan doa ini, kita mengakui bahwa segala bentuk kemuliaan sejati hanya berasal dari Allah. Manusia bisa saja merendahkan kita, tetapi jika Allah mengangkat derajat kita, maka tidak ada satu pun yang bisa menjatuhkannya.
5. Warzuqnii (وَارْزُقْنِي) - Dan Berilah Aku Rezeki
Permohonan rezeki seringkali disalahartikan sebatas materi atau uang. Padahal, konsep rezeki (rizq) dalam Islam sangatlah luas. "Warzuqnii" adalah permintaan akan segala hal yang membawa kebaikan bagi kita.
Rezeki mencakup:
- Rezeki Materi yang Halal dan Berkah: Makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan harta yang didapat dari jalan yang diridhai Allah dan membawa kebaikan, bukan malapetaka.
- Rezeki Kesehatan: Tubuh yang sehat untuk beribadah dan beraktivitas adalah rezeki yang tak ternilai.
- Rezeki Keturunan yang Saleh: Anak-anak yang menjadi penyejuk mata dan mendoakan kita.
- Rezeki Ilmu yang Bermanfaat: Pemahaman agama dan pengetahuan dunia yang mendekatkan diri kepada Allah.
- Rezeki Waktu Luang: Kesempatan untuk bisa beribadah dan melakukan hal-hal positif.
- Rezeki Hati yang Tenang: Sakinah atau ketentraman batin adalah salah satu rezeki terbesar.
- Rezeki Kenikmatan Iman: Merasakan manisnya iman dan lezatnya beribadah.
Ketika kita memohon "Warzuqnii," kita menyerahkan seluruh aspek pemenuhan kebutuhan hidup kita kepada Allah, Sang Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki). Kita mengakui bahwa segala yang kita miliki adalah pemberian dari-Nya dan hanya kepada-Nya kita berharap.
6. Wahdinii (وَاهْدِنِي) - Dan Berilah Aku Petunjuk
Inilah permintaan yang paling krusial. Apa artinya memiliki segalanya—harta, kedudukan, kesehatan—jika kita tidak berada di atas jalan yang lurus? Petunjuk (hidayah) adalah cahaya yang membimbing kita melewati kegelapan hidup menuju keridhaan Allah.
Hidayah yang kita minta adalah:
- Hidayah Al-Irsyad: Petunjuk berupa ilmu, yaitu pemahaman yang benar tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kita memohon agar selalu ditunjukkan mana yang benar dan mana yang salah.
- Hidayah At-Taufiq: Ini adalah level hidayah yang lebih tinggi, yaitu kekuatan dan kemauan untuk mengamalkan petunjuk yang telah kita ketahui. Betapa banyak orang yang tahu kebenaran, tetapi tidak mampu mengikutinya. Kita memohon agar Allah menggerakkan hati kita untuk selalu taat.
Permintaan "Wahdinii" adalah pengakuan bahwa akal manusia terbatas. Kita butuh bimbingan ilahi dalam setiap keputusan kecil maupun besar. Kita memohon agar setiap langkah, ucapan, dan pikiran kita selalu berada dalam koridor petunjuk-Nya, hingga kita bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah.
7. Wa'aafinii (وَعَافِنِي) - Dan Sehatkanlah Aku
Kata 'aafiyah' sering diterjemahkan sebagai kesehatan, namun maknanya jauh lebih luas. 'Aafiyah' berarti keselamatan dan perlindungan total dari segala macam keburukan, baik yang menimpa agama, dunia, maupun akhirat. Ini adalah permintaan untuk diselamatkan dari penyakit fisik, penyakit hati (seperti iri, dengki, sombong), musibah, fitnah, dan azab neraka.
Meminta 'aafiyah' berarti memohon:
- Kesehatan Jasmani: Agar tubuh kita berfungsi dengan baik dan terhindar dari penyakit yang melemahkan.
- Kesehatan Rohani: Agar hati kita bersih dari penyakit-penyakit yang merusak iman dan akhlak.
- Keselamatan dari Bencana: Agar dilindungi dari kecelakaan, kezaliman orang lain, dan musibah yang tidak terduga.
- Keselamatan Agama: Agar iman kita terjaga dari keraguan, syubhat, dan godaan yang menyesatkan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri sering berdoa memohon 'aafiyah', menunjukkan betapa pentingnya permintaan ini. Dengan mengucapkan "Wa'aafinii," kita memohon payung perlindungan Allah yang sempurna atas seluruh aspek kehidupan kita.
8. Wa'fu 'annii (وَاعْفُ عَنِّي) - Dan Maafkanlah Aku
Jika di awal kita memohon maghfirah (ampunan yang berarti menutupi dosa), di akhir kita memohon 'afwun' (maaf). Apa bedanya? Para ulama menjelaskan bahwa 'afwun' memiliki makna yang lebih tinggi. Akar katanya berarti 'menghapus' atau 'melenyapkan'.
Ketika kita memohon "Wa'fu 'annii," kita meminta agar dosa-dosa kita dihapus total dari catatan amal, seolah-olah kita tidak pernah melakukannya. Tidak ada jejak yang tersisa, tidak ada konsekuensi, dan tidak ada hukuman sama sekali. Ini adalah tingkat pemaafan tertinggi, di mana Allah tidak hanya menutupi dosa kita (maghfirah), tetapi juga melenyapkannya sepenuhnya.
Menutup doa dengan permintaan ini menunjukkan puncak kerendahan hati dan harapan kita kepada Allah, Sang Al-'Afuww (Maha Pemaaf). Setelah meminta segala kebaikan dunia dan akhirat, kita kembali kepada titik awal: kesadaran akan dosa dan harapan akan pemaafan total dari-Nya.
Pentingnya Thuma'ninah dalam Duduk di Antara Dua Sujud
Semua perenungan makna yang mendalam ini tidak akan bisa kita resapi jika gerakan shalat kita terburu-buru. Di sinilah letak pentingnya thuma'ninah, yaitu berhenti sejenak dalam setiap rukun shalat hingga seluruh anggota badan kembali tenang pada posisinya.
Duduk di antara dua sujud adalah salah satu rukun yang wajib disertai thuma'ninah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menegur seseorang yang shalatnya terlalu cepat, menggambarkannya sebagai "pencuri yang paling buruk, yaitu yang mencuri dari shalatnya sendiri". Beliau memerintahkannya untuk mengulang shalatnya dan mengajarkan pentingnya thuma'ninah dalam rukuk, i'tidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud.
Dengan melakukan thuma'ninah, kita memberikan ruang bagi hati dan pikiran untuk terkoneksi dengan lisan. Kita memberikan jeda yang cukup untuk melafalkan doa ini dengan tartil (perlahan dan jelas), serta meresapi setiap permintaan yang kita panjatkan. Tanpa thuma'ninah, momen berharga ini akan lewat begitu saja, dan doa yang begitu agung hanya akan menjadi rentetan kata tanpa ruh.
Variasi Bacaan Lainnya
Selain bacaan populer di atas, terdapat riwayat shahih lain yang menunjukkan adanya variasi dalam doa yang dibaca oleh Nabi. Ini menunjukkan fleksibilitas dalam syariat dan memberikan pilihan bagi umatnya. Di antaranya:
1. Mengulang Permintaan Ampunan
Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam duduk di antara dua sujud membaca:
رَبِّ اغْفِرْ لِي، رَبِّ اغْفِرْ لِي
Rabbighfirlii, Rabbighfirlii.
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku. Ya Tuhanku, ampunilah aku." (HR. Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al-Albani)
Bacaan ini, meskipun singkat, menekankan pada urgensi dan pentingnya memohon ampunan. Mengulanginya menunjukkan kesungguhan dan kebutuhan mendesak seorang hamba akan ampunan Tuhannya. Ini mengajarkan bahwa inti dari penghambaan adalah pengakuan dosa dan harapan akan maghfirah.
Mengamalkan variasi-variasi sunnah ini dapat membantu menyegarkan kembali kekhusyukan dalam shalat dan menghindarkan kita dari rutinitas mekanis. Kita bisa mengganti-ganti bacaan ini di waktu yang berbeda untuk merasakan nuansa permohonan yang beragam.
Kesimpulan: Sebuah Momen Emas dalam Shalat
Duduk di antara dua sujud adalah sebuah rukun shalat yang seringkali terlewatkan keagungannya. Ia adalah momen transisi dari posisi paling rendah seorang hamba (sujud) ke posisi rendah lainnya. Di antara dua kerendahan itu, kita diberi kesempatan emas untuk memanjatkan doa yang paling lengkap dan komprehensif.
Bacaan antara dua sujud bukan sekadar rangkaian kata. Ia adalah cerminan dari seluruh kebutuhan dan harapan seorang manusia. Dimulai dengan pengakuan dosa dan permohonan ampun, dilanjutkan dengan harapan akan kasih sayang, perbaikan diri, kemuliaan, kecukupan rezeki, bimbingan, perlindungan, dan diakhiri dengan puncak harapan akan pemaafan total. Doa ini merangkum hubungan vertikal kita dengan Allah dan dampak horizontalnya bagi kehidupan kita di dunia.
Marilah kita berusaha untuk menghidupkan kembali momen berharga ini. Caranya adalah dengan memahami maknanya, melafalkannya dengan thuma'ninah, dan membiarkan hati kita benar-benar memohon kepada Allah dengan penuh harap dan kerendahan. Dengan demikian, shalat kita tidak lagi menjadi sekadar kewajiban yang ditunaikan, tetapi menjadi sebuah perjalanan ruhani yang menenangkan, menguatkan, dan mendekatkan kita kepada Sang Pencipta.