Era Mesozoikum, sering dijuluki sebagai "Zaman Reptil", adalah babak geologis yang terbentang selama waktu yang sangat panjang dalam sejarah Bumi. Era ini dimulai setelah kepunahan massal Permian-Trias yang dahsyat dan berakhir dengan peristiwa kepunahan Kapur-Paleogen yang menyapu bersih dinosaurus non-unggas. Selama rentang waktu yang luar biasa ini, lanskap Bumi berubah secara fundamental, iklim mengalami fluktuasi dramatis, dan kehidupan mengalami ledakan evolusioner yang menghasilkan bentuk-bentuk paling ikonik dalam sejarah paleontologi. Mesozoikum adalah masa di mana reptil raksasa, khususnya dinosaurus, mendominasi setiap relung ekologis di darat, sementara di lautan, monster laut purba menguasai perairan, dan di udara, Pterosaurus mengambil peran sebagai penguasa langit.
Secara geologis, Mesozoikum dicirikan oleh fragmentasi benua raksasa tunggal yang dikenal sebagai Pangea. Proses perpecahan Pangea adalah kunci yang membentuk distribusi spesies, memicu perubahan iklim global, dan secara fundamental menciptakan konfigurasi benua seperti yang kita kenal saat ini. Era ini dibagi menjadi tiga periode utama: Trias, Jura, dan Kapur, masing-masing memiliki ciri khas, komunitas biota, dan peristiwa geologisnya sendiri yang membedakannya secara tajam.
Pada permulaan Mesozoikum, seluruh daratan Bumi masih menyatu dalam benua super Pangea. Benua ini membentang dari kutub ke kutub, menghasilkan iklim kontinental yang sangat ekstrem, ditandai dengan musim kemarau panjang dan suhu yang sangat panas di pedalaman. Keberadaan satu benua tunggal ini sangat membatasi garis pantai, yang pada gilirannya memengaruhi keragaman hayati laut dan mendorong adaptasi unik pada spesies darat.
Proses perpecahan Pangea, yang dikenal sebagai rifting, dimulai secara signifikan pada akhir periode Trias dan berlanjut sepanjang Jura. Proses ini bukanlah peristiwa tunggal yang tiba-tiba, melainkan serangkaian tahapan yang berlangsung jutaan tahun. Tahap awal melibatkan pembentukan retakan-retakan besar dan lembah-lembah celah (rift valleys) yang masif. Retakan ini kemudian terisi oleh air laut, menghasilkan cekungan-cekungan samudra baru.
Perpecahan pertama memisahkan Pangea menjadi dua superbenua besar: Laurasia di utara (yang mencakup Amerika Utara dan Eurasia modern) dan Gondwana di selatan (yang mencakup Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan Australia). Di antara kedua benua ini, Samudra Tethys mulai melebar, menciptakan jalur air yang hangat dan dangkal yang penting bagi kehidupan laut.
Pergerakan lempeng tektonik ini tidak hanya membagi daratan, tetapi juga memicu episode vulkanisme masif, terutama selama periode Trias Akhir. Aktivitas vulkanik hebat ini, yang membentuk Provinsi Batuan Beku Atlantik Tengah (Central Atlantic Magmatic Province atau CAMP), diyakini telah melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfer, menyebabkan pemanasan global yang cepat dan berkontribusi pada Kepunahan Trias-Jura.
Seiring berjalannya waktu, perpecahan ini membuka jalur sirkulasi laut yang baru. Pada periode Kapur, benua-benua semakin menjauh. Atlantik Selatan terbuka, dan India mulai bergerak cepat ke arah utara menuju Asia. Konfigurasi benua yang lebih terpisah-pisah menghasilkan peningkatan garis pantai dan laut pedalaman dangkal (seaways) yang meluas. Laut-laut dangkal ini bertindak sebagai penyimpan panas dan menghasilkan iklim global yang jauh lebih stabil dan lembap, terutama selama Jura dan Kapur, dibandingkan dengan kondisi gurun ekstrem pada Trias.
Periode Trias menandai awal Era Mesozoikum, sebuah periode pemulihan ekologis setelah kepunahan Permian-Trias yang dikenal sebagai "Kematian Besar." Pada saat ini, keragaman hayati sangat rendah, dan ekosistem harus dibangun kembali dari nol. Trias dibagi lagi menjadi Trias Awal, Tengah, dan Akhir, masing-masing dengan karakteristik unik dalam flora dan fauna.
Karena iklim Pangea yang kering dan ekstrem, flora didominasi oleh tanaman yang tahan kekeringan. Hutan-hutan terdiri dari kelompok tanaman purba seperti Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka), termasuk konifer, sikas (cycads), dan ginkgo. Pakis dan lumut yang membutuhkan kelembapan hanya bertahan di zona pesisir yang terbatas. Kurangnya vegetasi pelapis dan penutupan kanopi hutan yang luas menghasilkan lingkungan yang lebih terbuka dan gurun di sebagian besar daratan.
Pada Trias Awal, banyak relung ekologis diisi oleh reptil tipe mamalia purba (Synapsida) yang selamat dari kepunahan Permian, seperti Lystrosaurus. Namun, seiring berjalannya waktu, kelompok reptil yang lebih maju, yang dikenal sebagai Diapsida, mulai mengambil alih dominasi.
Transisi dari Trias ke Jura ditandai oleh peristiwa Kepunahan Massal Trias-Jura. Peristiwa ini sangat memengaruhi kehidupan laut dan menghancurkan banyak kelompok reptil darat besar non-dinosaurus (seperti Crurotarsi dan Therapsida). Peristiwa kepunahan ini secara efektif menghilangkan pesaing-pesaing terbesar dinosaurus, membuka jalan bagi dominasi total dinosaurus yang akan terjadi pada periode Jura berikutnya. Penyebab utama kepunahan ini diduga kuat terkait dengan pelepasan CO2 dan vulkanisme masif akibat pembentukan CAMP.
Periode Jura sering dianggap sebagai puncak dominasi dinosaurus. Selama Jura, Pangea terus terpisah, memicu iklim global yang lebih hangat, lembap, dan stabil dibandingkan dengan Trias yang ekstrem. Peningkatan curah hujan dan stabilitas iklim mendukung pertumbuhan hutan yang lebat dan ekosistem yang kompleks.
Jura adalah era di mana dinosaurus mencapai ukuran dan keragaman yang menakjubkan. Dua kelompok utama yang mendefinisikan Jura adalah Sauropoda dan Theropoda.
Sauropoda: Ini adalah kelompok dinosaurus herbivora berleher panjang, berekor panjang, dan berjalan dengan empat kaki yang paling ikonik. Selama Jura, mereka mencapai dimensi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Spesies seperti Brachiosaurus, Diplodocus, dan Apatosaurus menjelajahi hutan gymnospermae, memakan vegetasi tinggi. Ukuran mereka yang masif (beberapa mencapai panjang lebih dari 30 meter dan berat puluhan ton) berfungsi sebagai pertahanan utama mereka terhadap predator.
Theropoda Predator: Predator utama di Jura adalah Theropoda yang bipedal. Sementara Sauropoda memakan hutan, Theropoda besar memburu mereka. Allosaurus adalah predator puncak di Amerika Utara dan Eropa Jura, yang dikenal karena gigi bergerigi tajam dan tengkorak yang kuat. Selain predator raksasa, terdapat juga Theropoda yang lebih kecil dan lincah, yang membentuk garis keturunan yang kelak akan mengarah pada burung.
Salah satu peristiwa evolusioner paling penting di Jura adalah transisi dari dinosaurus berbulu ke burung purba. Penemuan Archaeopteryx di Jerman adalah bukti kunci transisi ini. Archaeopteryx memiliki kombinasi ciri-ciri reptil (gigi, ekor bertulang panjang, cakar pada sayap) dan ciri-ciri burung modern (bulu asimetris yang cocok untuk terbang). Kemunculan burung menandai diversifikasi kelompok Theropoda, yang sebagian kecilnya berhasil menguasai relung udara secara mandiri.
Di lautan, Plesiosaurus (reptil berleher panjang dan Plesiosaurus berleher pendek, Plisaurus) mendominasi, sementara Ichthyosaurus mencapai bentuk yang sangat terspesialisasi dan aerodinamis. Di udara, Pterosaurus terus berkembang biak. Mereka bukan dinosaurus, tetapi kerabat dekat Archosaurus. Pterosaurus Jura, seperti Rhamphorhynchus, sering kali memiliki ekor panjang sebagai penyeimbang, dan ukuran mereka bervariasi dari sekecil burung pipit hingga sebesar burung pemangsa modern.
Periode Kapur adalah periode terpanjang dari Mesozoikum dan merupakan masa keragaman hayati terbesar sebelum kepunahan K-Pg. Kapur ditandai oleh perpecahan Gondwana yang lebih lanjut, membuka samudra-samudra baru dan menciptakan lebih banyak isolasi benua, yang pada gilirannya mendorong spesiasi endemik.
Selama Kapur, permukaan laut global mencapai titik tertinggi. Kenaikan permukaan air laut ini sebagian disebabkan oleh peningkatan aktivitas gunung berapi di bawah laut dan perluasan punggungan samudra (mid-ocean ridges). Lautan dangkal yang luas membanjiri bagian tengah benua (terutama di Amerika Utara dan Eropa), menciptakan Jalur Air Pedalaman Barat (Western Interior Seaway) yang membagi Amerika Utara menjadi dua daratan terpisah, Laramidia dan Appalachia. Lautan dangkal ini adalah situs pengendapan sedimen kapur (chalk) yang memberi nama pada periode ini (Kapur berasal dari kata Latin 'creta' yang berarti kapur).
Peristiwa paling revolusioner dalam ekologi Kapur adalah evolusi dan diversifikasi Angiospermae (tumbuhan berbunga). Awalnya muncul pada Kapur Awal, Angiospermae menyebar dengan cepat karena keunggulan reproduksi mereka (penyerbukan oleh serangga dan buah untuk penyebaran biji) dibandingkan dengan Gymnospermae yang lambat. Diversifikasi Angiospermae menciptakan lanskap yang jauh lebih beragam dan menyediakan sumber makanan yang lebih bergizi bagi herbivora.
Perluasan Angiospermae memicu revolusi ko-evolusi, tidak hanya dengan dinosaurus herbivora yang harus mengadaptasi sistem pencernaan mereka, tetapi juga dengan serangga. Banyak kelompok serangga modern, termasuk lebah dan kupu-kupu, mengalami diversifikasi yang cepat seiring dengan munculnya bunga.
Dinosaurus Kapur menunjukkan spesialisasi yang luar biasa, beradaptasi dengan vegetasi berbunga baru. Kelompok-kelompok herbivora baru menjadi dominan, menggantikan Sauropoda di banyak wilayah.
Pada periode Kapur, lingkungan laut dikuasai oleh kelompok reptil baru. Ichthyosaurus mulai menurun dan digantikan oleh Mosasaurs, kadal laut raksasa dan agresif yang berevolusi dari kadal darat kecil. Mosasaur mencapai ukuran hingga 15 meter, mendominasi rantai makanan laut, memangsa Plesiosaurus, hiu, dan ikan besar.
Di udara, Pterosaurus mencapai bentuk terbesar mereka, seperti Quetzalcoatlus, yang memiliki lebar sayap setara dengan pesawat kecil. Pterosaurus raksasa ini menjadi pemburu dan pemakan bangkai yang dominan di udara Kapur. Di sisi lain, burung purba (Ave) terus berdiversifikasi, bersaing ketat dengan Pterosaurus dan mengembangkan kemampuan terbang yang semakin canggih.
Meskipun dinosaurus mendominasi narasi Mesozoikum, evolusi kehidupan lain yang lebih kecil juga sangat penting. Mamalia, yang berasal dari garis keturunan Synapsida, tetap kecil dan seringkali nokturnal sepanjang Trias, Jura, dan Kapur. Mereka umumnya berukuran tikus atau musang, berperan sebagai pemakan serangga dan biji. Namun, periode Mesozoikum adalah masa di mana kelompok mamalia utama (Monotremata, Marsupialia, dan Eutheria/Plasenta) berpisah dan berevolusi secara terpisah. Dominasi dinosaurus memaksa mamalia untuk mengkhususkan diri pada ukuran tubuh kecil dan ceruk ekologis yang tersembunyi, sebuah adaptasi yang kelak akan menyelamatkan mereka.
Serangga juga mengalami evolusi besar. Selama Jura dan Kapur, seiring dengan munculnya Angiospermae, serangga penyerbuk seperti lebah purba dan semut mulai muncul. Ko-evolusi antara serangga dan tumbuhan berbunga adalah salah satu kekuatan pendorong terpenting dalam diversifikasi ekosistem Kapur Akhir. Serangga menyediakan layanan penyerbukan yang efisien, dan tumbuhan menyediakan makanan yang kaya. Jaringan ekologi Kapur jauh lebih rumit dan modern dalam strukturnya dibandingkan dengan jaring-jaring makanan yang lebih sederhana di Trias.
Era Mesozoikum berakhir secara dramatis dengan peristiwa Kepunahan Kapur-Paleogen (K-Pg), sekitar 66 juta tahun yang lalu. Peristiwa ini adalah salah satu dari lima kepunahan massal terbesar dalam sejarah Bumi dan secara efektif mengakhiri dominasi dinosaurus non-unggas, Pterosaurus, dan Mosasaurus.
Bukti yang paling kuat dan diterima secara luas untuk Kepunahan K-Pg adalah dampak sebuah asteroid besar (diperkirakan berdiameter sekitar 10 hingga 15 kilometer) yang menghantam wilayah Yucatán, Meksiko, membentuk Kawah Chicxulub. Bukti utama untuk hipotesis ini meliputi:
Dampak asteroid segera memicu serangkaian bencana global sekunder. Energi tumbukan yang dilepaskan setara dengan miliaran bom nuklir, memicu gelombang kejut, gempa bumi, dan tsunami raksasa yang menyebar ke seluruh Samudra Atlantik dan jalur air pedalaman. Material yang terlontar dari kawah (termasuk batuan dasar yang kaya belerang) melesat ke atmosfer, memanaskan udara hingga titik di mana kebakaran hutan global mungkin terjadi.
Yang lebih merusak adalah efek jangka panjang. Debu, jelaga, dan aerosol belerang yang terlempar ke atmosfer menghalangi sinar matahari selama berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, memicu 'Musim Dingin Dampak' (Impact Winter). Suhu global anjlok, dan fotosintesis terhenti. Basis rantai makanan – fitoplankton di lautan dan tumbuhan berbunga di darat – ambruk. Herbivora kelaparan, dan diikuti oleh predator mereka.
Kepunahan K-Pg sangat selektif. Hampir semua hewan yang memiliki berat lebih dari 25 kilogram mati. Seluruh kelompok dinosaurus non-unggas musnah, begitu pula semua Pterosaurus dan Mosasaurus. Di sisi lain, beberapa kelompok berhasil selamat:
Mesozoikum, meskipun diakhiri oleh bencana, memberikan warisan yang tak terhapuskan pada sejarah Bumi. Mesozoikum adalah fondasi bagi keanekaragaman hayati modern. Perpecahan benua yang terjadi pada periode ini mengatur panggung bagi geografi global, yang memengaruhi pola iklim dan evolusi spesies hingga hari ini. Evolusi Angiospermae merevolusi ekologi tumbuhan, dan ko-evolusi dengan serangga menciptakan basis untuk hampir semua ekosistem darat yang ada saat ini. Meskipun dinosaurus raksasa telah lama hilang, keturunan mereka, burung, adalah pengingat hidup akan dominasi spektakuler Mesozoikum. Dari munculnya Archosaurus di Trias, puncak keagungan Sauropoda di Jura, hingga diversifikasi Ceratopsian di Kapur, Mesozoikum adalah era geologis yang menunjukkan kekuatan evolusi, adaptasi, dan kekejaman peristiwa kepunahan dalam membentuk kehidupan di planet kita.
Studi tentang Mesozoikum terus memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana kehidupan merespons perubahan lingkungan ekstrem. Pembelajaran dari Mesozoikum, terutama mengenai dampak asteroid K-Pg dan pemulihan ekosistem pasca-kepunahan, tetap relevan dalam konteks kekhawatiran ekologi dan iklim masa kini.
Evolusi kehidupan laut selama Mesozoikum sama dramatisnya dengan yang terjadi di darat. Setelah kehancuran besar pada akhir Permian, lautan Trias sangat miskin keragaman. Namun, Trias dengan cepat menyaksikan kemunculan reptil laut pertama yang benar-benar akuatik. Ichthyosaurus berevolusi menjadi bentuk yang sangat mirip ikan (fusiform) dengan adaptasi kecepatan tinggi. Nothosaurus dan Placodonts, dengan gigi datar yang besar, mengambil peran sebagai pemakan kerang dan invertebrata di perairan dangkal Samudra Tethys yang semakin menghangat.
Ketika memasuki Jura, Samudra Tethys semakin meluas, dan lautan menjadi lebih dalam dan beragam. Plesiosaurus (termasuk Plesiosaurus leher panjang klasik dan Plisaurus leher pendek yang sangat cepat) mengambil alih peran predator puncak. Plesiosaurus menggunakan dayung mereka untuk "terbang" di bawah air, sementara Plisaurus (seperti Liopleurodon) adalah predator penyergap yang sangat besar. Keberadaan garis pantai baru yang terus bertambah akibat perpecahan Pangea menyediakan relung-relung baru bagi berbagai kehidupan laut dangkal.
Puncak evolusi predator laut dicapai pada periode Kapur Akhir. Di lautan yang semakin terbuka dan dalam, muncul Mosasaur. Mereka adalah squamate (kerabat kadal dan ular) yang berkembang pesat. Dengan rahang yang kuat dan kemampuan berenang yang luar biasa, Mosasaur (seperti Tylosaurus dan Mosasaurus) menjadi predator puncak global, melampaui ukuran Plisaurus dan Ichthyosaurus. Keberadaan laut pedalaman yang luas di benua-benua, seperti Western Interior Seaway, menjadi rumah bagi fauna laut yang sangat kaya, termasuk hiu modern, ikan bertulang besar, dan Amonit (moluska bercangkang spiral) yang merupakan mangsa utama bagi banyak reptil laut.
Amonit, yang selamat dari Kepunahan Permian, menjadi sangat beragam selama Mesozoikum dan merupakan fosil penentu waktu (index fossil) yang sangat penting bagi ahli geologi. Mereka memainkan peran ekologis yang serupa dengan cumi-cumi modern, membentuk bagian penting dari jaring makanan. Kepunahan K-Pg menghantam keras ekosistem laut, menghapus semua Amonit, semua Mosasaur, dan sebagian besar garis keturunan Plesiosaurus, menunjukkan betapa rentannya ekosistem laut yang sangat terspesialisasi terhadap perubahan iklim mendadak.
Selama beberapa dekade, dinosaurus secara tradisional digambarkan sebagai reptil berdarah dingin yang lamban. Namun, penelitian paleontologis modern, terutama yang didasarkan pada temuan fosil dari Mesozoikum, telah merevisi pandangan ini secara drastis. Bukti menunjukkan bahwa dinosaurus, khususnya Theropoda dan Sauropoda besar, memiliki sistem termoregulasi yang kompleks.
Bagi Sauropoda raksasa di Jura, ukuran tubuh mereka yang masif (gigantotermi) mungkin memungkinkan mereka mempertahankan suhu tubuh yang stabil tanpa perlu laju metabolisme yang sangat tinggi seperti mamalia modern. Namun, kecepatan pertumbuhan yang cepat yang ditunjukkan oleh penelitian histologis pada tulang dinosaurus menunjukkan laju metabolisme yang lebih dekat dengan hewan berdarah panas (endotermik) daripada reptil berdarah dingin (ektotermik).
Dinosaurus Kapur, terutama yang berbulu (seperti Dromaeosauridae), memiliki bulu tidak hanya untuk terbang, tetapi juga untuk insulasi termal, sebuah ciri khas hewan endotermik. Perdebatan modern cenderung mengarah pada konsep mesotermi, di mana dinosaurus berada di antara kedua ekstrem tersebut, mungkin mempertahankan suhu tubuh yang lebih tinggi daripada reptil modern tetapi dengan biaya metabolisme yang lebih rendah daripada mamalia modern. Keunggulan termoregulasi ini memungkinkan dinosaurus Jura dan Kapur untuk aktif dan mendominasi sepanjang berbagai zona iklim di benua yang mulai terpisah.
Selain metabolisme, fosil Mesozoikum juga mengungkapkan perilaku sosial yang canggih. Jejak kaki dan situs bersarang dari Hadrosaur dan Sauropod Kapur menunjukkan bahwa banyak spesies hidup dan bermigrasi dalam kawanan besar, menyediakan pertahanan kolektif terhadap predator seperti Tyrannosaurus rex. Penemuan tempat penetasan telur menunjukkan bahwa beberapa dinosaurus Kapur merawat anak-anak mereka setelah menetas (perilaku induk), terutama di kalangan Hadrosaur.
Perilaku bertarung juga terbukti pada Ceratopsian dan Pachycephalosaurid, di mana struktur tanduk dan tengkorak tebal mereka menunjukkan penggunaan dalam pertarungan intra-spesies untuk mendapatkan pasangan atau status sosial. Mesozoikum bukan hanya tentang ukuran, tetapi tentang interaksi sosial dan evolusi perilaku yang kompleks di antara para penguasa Bumi.
Dinamika lempeng tektonik selama Mesozoikum adalah faktor penentu utama iklim global. Periode Trias, dengan Pangea yang utuh, mengalami iklim yang sangat kering. Karena tidak ada lautan yang memoderasi suhu di pedalaman, gurun raksasa menutupi sebagian besar Pangea. Sirkulasi laut dan atmosfer yang terbatas pada Trias menyulitkan distribusi kelembaban dan panas secara merata.
Transisi ke Jura dan Kapur, yang ditandai dengan rifting aktif, mengubah segalanya. Pemisahan benua membuka jalur sirkulasi air laut global, yang membawa panas dari tropis ke kutub (meskipun kutub pada Mesozoikum jauh lebih hangat daripada hari ini, tanpa lapisan es permanen). Jalur-jalur air ini, seperti Samudra Atlantik yang baru terbentuk, membantu memoderasi suhu dan meningkatkan kelembapan global.
Aktivitas vulkanisme yang intens selama pembentukan provinsi batuan beku besar (Large Igneous Provinces atau LIPs) pada Trias Akhir dan Kapur Tengah memiliki dampak besar pada atmosfer. Pelepasan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya dari LIPs secara periodik menyebabkan episode pemanasan global yang ekstrem (seperti Oceanic Anoxic Events, OAEs, di Kapur). OAEs adalah periode di mana lautan mengalami kekurangan oksigen yang parah, menyebabkan kepunahan kehidupan laut dan pengendapan bahan organik yang kaya. Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan ikatan erat antara geologi internal Bumi dan atmosfer serta ekosistem permukaannya selama Mesozoikum.
Pterosaurus, seringkali disalahpahami sebagai dinosaurus terbang, adalah kelompok reptil yang luar biasa dan merupakan vertebrata pertama yang berevolusi menjadi penerbang bertenaga. Mereka muncul di Trias Akhir dan mencapai keragaman dan ukuran yang spektakuler selama Jura dan Kapur.
Anatomi Pterosaurus sangat unik, dengan sayap yang didukung oleh jari keempat yang memanjang secara dramatis. Permukaan sayap terbuat dari membran kulit dan serat otot yang membentang dari jari tersebut hingga tubuh atau kaki. Selama Jura, banyak Pterosaurus adalah pemakan ikan kecil dengan ekor panjang (seperti Rhamphorhynchus). Namun, pada Kapur, Pterosaurus berevolusi menjadi bentuk yang sangat canggih dan raksasa. Kelompok Azhdarchidae, yang diwakili oleh Quetzalcoatlus dan Hatzegopteryx, adalah penerbang terbesar yang pernah ada, dengan lebar sayap hingga 10-12 meter.
Quetzalcoatlus, meskipun sering digambarkan sebagai pemakan bangkai, kemungkinan besar adalah pemangsa di darat. Dengan leher yang sangat panjang dan paruh yang kuat, mereka menjelajahi dataran Kapur, memangsa hewan-hewan kecil. Evolusi Pterosaurus menunjukkan kemampuan luar biasa reptil Mesozoikum untuk beradaptasi ke relung udara yang ekstrem, mendominasi langit hingga kemunculan burung modern yang lebih canggih pada Kapur Akhir dan akhirnya punah bersama dinosaurus non-unggas pada K-Pg.
Meskipun Kepunahan K-Pg menandai akhir resmi Mesozoikum, proses pemulihan ekosistem dan transisi ke Era Kenozoikum (Zaman Mamalia) adalah kelanjutan langsung dari peristiwa Kapur. Dalam beberapa juta tahun pertama pasca-dampak, Bumi memasuki Paleogen, sebuah masa yang dicirikan oleh iklim yang tidak menentu dan pemulihan perlahan.
Kelompok-kelompok penyintas, khususnya mamalia, mulai mengisi relung ekologis yang kosong. Ketiadaan dinosaurus herbivora raksasa memungkinkan mamalia untuk meningkatkan ukuran tubuh mereka. Mamalia yang pada Mesozoikum hanya seukuran tikus, kini berevolusi menjadi herbivora dan predator berukuran babi atau badak dalam waktu yang relatif singkat. Burung, sebagai keturunan dinosaurus, juga mengalami diversifikasi, mengisi relung predator darat sementara (seperti burung teror raksasa yang muncul kemudian). Proses spesiasi yang cepat ini, yang sering disebut radiasi adaptif, adalah respons langsung terhadap kondisi ekologis yang dibuka oleh akhir dramatis Era Mesozoikum.
Oleh karena itu, Mesozoikum tidak hanya merupakan era dominasi reptil, tetapi juga masa persiapan evolusioner. Adaptasi yang dikembangkan oleh kelompok penyintas—ukuran kecil mamalia, kemampuan terbang burung, dan ketahanan reptil ektotermik—adalah pelajaran keras yang diberikan oleh gejolak Mesozoikum. Era ini mewakili masa lalu Bumi yang megah, di mana kehidupan didorong ke batas-batas evolusioner, menghasilkan dunia yang sangat berbeda dari yang kita huni saat ini, namun dunia yang secara fundamental membentuk geografi dan biologi modern.