Panduan Lengkap Bacaan Al Quran Juz 1 Sampai 30
Al Quran adalah kitab suci bagi umat Islam, wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Kitab ini tidak hanya menjadi sumber hukum dan pedoman hidup, tetapi juga sumber ketenangan dan kebijaksanaan. Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al Quran menjadi 30 bagian yang sama panjang, yang dikenal dengan sebutan juz. Setiap juz menjadi target bacaan harian bagi banyak Muslim, terutama selama bulan suci Ramadan, di mana mereka berusaha untuk mengkhatamkan seluruh Al Quran.
Pembagian ini bukanlah bagian dari wahyu asli, melainkan sebuah ijtihad (upaya intelektual) yang sangat membantu. Hal ini memungkinkan seseorang untuk mengatur ritme bacaannya agar konsisten. Mengenal isi kandungan dari setiap juz akan memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pesan-pesan ilahi yang terkandung di dalamnya. Mari kita telusuri ringkasan kandungan dari setiap juz, dari Juz 1 hingga Juz 30, untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kekayaan pesan Al Quran.
Juz 1: Alif Lam Mim
Juz pertama dimulai dari awal Surah Al-Fatihah (ayat 1) hingga Surah Al-Baqarah (ayat 141). Juz ini meletakkan fondasi dasar keimanan dalam Islam. Al-Fatihah, yang dikenal sebagai "Pembukaan Kitab", adalah doa inti yang mencakup pujian kepada Allah, pengakuan atas kekuasaan-Nya, dan permohonan petunjuk ke jalan yang lurus. Bagian awal Surah Al-Baqarah kemudian mengklasifikasikan manusia ke dalam tiga golongan berdasarkan respons mereka terhadap petunjuk: orang-orang bertakwa (muttaqin), orang-orang kafir, dan orang-orang munafik. Karakteristik masing-masing golongan dijelaskan secara rinci untuk menjadi cerminan bagi pembaca. Selanjutnya, juz ini menceritakan kisah penciptaan manusia pertama, Nabi Adam AS, dan pembangkangan Iblis. Kisah ini mengajarkan tentang asal-usul manusia, pentingnya ketaatan, dan konsekuensi dari kesombongan. Sebagian besar dari Juz 1 didedikasikan untuk menceritakan kisah Bani Israil secara ekstensif, mulai dari nikmat yang mereka terima, pembangkangan mereka terhadap para nabi seperti Musa AS, hingga pelanggaran-pelanggaran berat yang mereka lakukan. Kisah ini berfungsi sebagai pelajaran berharga bagi umat Islam agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Juz 2: Sayaqul
Juz kedua melanjutkan Surah Al-Baqarah, dimulai dari ayat 142 hingga ayat 252. Tema besar yang diangkat dalam juz ini adalah pembentukan identitas dan syariat komunitas Muslim yang baru di Madinah. Salah satu peristiwa penting yang dibahas adalah perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis di Yerusalem ke Ka'bah di Makkah. Peristiwa ini menjadi ujian keimanan dan ketaatan bagi para sahabat, sekaligus menegaskan identitas umat Islam sebagai umat yang mandiri. Juz ini kemudian memaparkan berbagai landasan hukum (syariat) yang mengatur kehidupan individu dan masyarakat. Topik-topik seperti hukum qisas (pembalasan setimpal), wasiat, puasa di bulan Ramadan, haji, dan jihad (perjuangan di jalan Allah) dijelaskan secara rinci. Selain itu, terdapat pula aturan mengenai makanan yang halal dan haram. Ayat-ayat tentang perang dan jihad diletakkan dalam konteks membela diri dan menegakkan keadilan, bukan agresi. Juz ini juga memuat kisah-kisah inspiratif, seperti kisah Talut dan Jalut (Goliath), yang menunjukkan bahwa kemenangan datang dari Allah kepada golongan yang kecil namun sabar dan beriman, bukan semata-mata karena kekuatan fisik atau jumlah.
Juz 3: Tilka ar-Rusul
Juz ketiga mencakup bagian akhir dari Surah Al-Baqarah (ayat 253 hingga 286) dan bagian awal dari Surah Ali 'Imran (ayat 1 hingga 92). Bagian akhir Al-Baqarah berisi salah satu ayat paling agung dalam Al Quran, yaitu Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255). Ayat ini dengan indah menjelaskan keesaan, kekuasaan, dan pengetahuan Allah yang meliputi langit dan bumi, memberikan rasa aman dan ketenangan bagi siapa pun yang merenungkannya. Juz ini juga menekankan prinsip "tidak ada paksaan dalam (menganut) agama". Selanjutnya, dibahas secara mendalam mengenai hukum muamalah, terutama tentang riba (bunga) yang diharamkan secara tegas, dan anjuran untuk bersedekah serta melakukan transaksi utang-piutang dengan cara yang adil dan tercatat. Dua ayat terakhir Surah Al-Baqarah adalah doa yang penuh kerendahan hati, memohon ampunan dan pertolongan Allah. Beralih ke Surah Ali 'Imran, juz ini memulai dengan menegaskan kembali keesaan Allah dan kebenaran kitab-kitab suci sebelumnya. Kemudian, diceritakan kisah kelahiran Maryam, pengasuhannya oleh Nabi Zakaria AS, dan kelahiran ajaib Nabi Isa AS tanpa seorang ayah. Kisah ini menyoroti kekuasaan Allah yang tak terbatas dan memuliakan posisi Maryam.
Juz 4: Lan Tanaalu
Juz keempat melanjutkan Surah Ali 'Imran (dari ayat 93) dan mencakup bagian awal Surah An-Nisa (hingga ayat 23). Tema utama dalam bagian Ali 'Imran di juz ini adalah interaksi dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) serta pelajaran dari Perang Uhud. Ayat-ayat ini mengajak Ahli Kitab untuk kembali kepada ajaran tauhid yang murni, sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS. Ka'bah ditegaskan sebagai rumah ibadah pertama yang dibangun untuk manusia. Kemudian, juz ini memberikan analisis mendalam tentang Perang Uhud. Kemenangan awal umat Islam yang berubah menjadi kekalahan karena ketidakdisiplinan sebagian pasukan menjadi pelajaran pahit tentang pentingnya ketaatan kepada pemimpin dan bahaya cinta dunia. Ayat-ayat ini menghibur kaum Muslimin yang berduka, menjelaskan bahwa kematian adalah takdir dan kesyahidan adalah kemuliaan. Di awal Surah An-Nisa, fokus beralih ke isu-isu sosial dan keluarga. Surah ini dimulai dengan seruan untuk bertakwa kepada Allah yang telah menciptakan manusia dari satu jiwa. Tema keadilan sosial sangat kental, terutama dalam hal perlindungan terhadap hak-hak anak yatim, pentingnya memberikan mahar kepada wanita, dan larangan menikahi wanita-wanita tertentu (mahram), yang bertujuan untuk menjaga kehormatan dan tatanan keluarga.
Juz 5: Wal-Muhsanat
Juz kelima sepenuhnya terdiri dari kelanjutan Surah An-Nisa, dari ayat 24 hingga ayat 147. Juz ini melanjutkan pembahasan tentang hukum keluarga dan sosial dengan lebih detail. Topik utamanya adalah tentang keadilan dalam rumah tangga, warisan, dan hubungan sosial. Ayat-ayat ini menjelaskan konsep kepemimpinan (qawwamah) laki-laki dalam keluarga, yang terikat dengan tanggung jawab memberikan nafkah dan perlindungan. Di sisi lain, hak-hak istri juga dijaga, dan penyelesaian sengketa rumah tangga dianjurkan melalui jalan damai (musyawarah dan mediasi). Salah satu porsi terbesar juz ini adalah pembahasan mengenai hukum waris (faraid). Rincian pembagian harta warisan untuk ahli waris seperti anak, orang tua, dan pasangan ditetapkan secara jelas. Tujuannya adalah untuk memastikan distribusi kekayaan yang adil dan mencegah konflik di antara anggota keluarga. Selain itu, juz ini membahas pentingnya keadilan dalam segala aspek, termasuk dalam memberikan kesaksian. Peringatan keras diberikan terhadap orang-orang munafik yang berusaha merusak komunitas Muslim dari dalam. Mereka digambarkan sebagai orang yang ragu-ragu dan selalu mencari keuntungan dari kedua belah pihak. Juz ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan secara terang-terangan, kecuali oleh orang yang dianiaya.
Juz 6: La Yuhibbullah
Juz keenam dimulai dari akhir Surah An-Nisa (ayat 148), berlanjut ke seluruh Surah Al-Ma'idah, dan diakhiri pada bagian awal Surah Al-An'am (ayat 110). Bagian akhir Surah An-Nisa menegaskan kembali kepercayaan umat Islam terhadap semua nabi tanpa membeda-bedakan, dan mengklarifikasi beberapa kesalahpahaman teologis Ahli Kitab, khususnya tentang penyaliban Nabi Isa AS. Surah Al-Ma'idah, yang mendominasi juz ini, banyak berisi tentang hukum-hukum (fiqh). Namanya diambil dari kisah perjamuan dari langit yang diminta oleh pengikut Nabi Isa AS. Surah ini membahas berbagai peraturan, seperti keharusan memenuhi janji dan akad, hukum makanan halal (termasuk sembelihan dan hewan buruan), serta tata cara wudhu, tayamum, dan mandi junub. Hukum hudud untuk pencurian dan perampokan juga dijelaskan. Selain itu, surah ini menyoroti hubungan dengan Ahli Kitab, mengizinkan Muslim untuk memakan sembelihan mereka dan menikahi wanita-wanita mereka yang suci. Namun, surah ini juga memperingatkan agar tidak menjadikan mereka sebagai pemimpin atau teman setia yang dapat merugikan iman. Kisah dua putra Adam (Habil dan Qabil) diceritakan sebagai pelajaran tentang bahaya iri hati dan dosa pembunuhan pertama dalam sejarah manusia.
Juz 7: Wa Iza Sami'u
Juz ketujuh mencakup sisa Surah Al-Ma'idah (dari ayat 83) dan sebagian besar Surah Al-An'am (hingga ayat 110). Bagian akhir Surah Al-Ma'idah melanjutkan tema hukum dan etika. Di dalamnya terdapat larangan mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan oleh Allah, serta aturan mengenai kafarat (denda) bagi pelanggaran sumpah. Larangan keras terhadap minuman keras (khamr), judi, berhala, dan mengundi nasib dengan panah juga ditegaskan. Juz ini diakhiri dengan dialog imajiner pada Hari Kiamat antara Allah dengan Nabi Isa AS, di mana Nabi Isa menegaskan bahwa ia tidak pernah menyuruh umatnya untuk menyembah dirinya dan ibunya, melainkan hanya menyuruh mereka menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Beralih ke Surah Al-An'am, tema utamanya adalah tentang tauhid dan perdebatan melawan kaum musyrikin. Surah ini secara kuat membantah politeisme dengan mengajak pembaca untuk merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta: pergantian siang dan malam, penciptaan langit dan bumi, serta bintang-bintang. Kisah Nabi Ibrahim AS yang mencari Tuhannya melalui pengamatan benda-benda langit hingga akhirnya menemukan tauhid murni menjadi argumen sentral. Surah ini penuh dengan dialog rasional yang menantang logika kaum penyembah berhala.
Juz 8: Walau Annana
Juz kedelapan melanjutkan Surah Al-An'am (dari ayat 111) dan berlanjut ke sebagian Surah Al-A'raf (hingga ayat 87). Sisa dari Surah Al-An'am terus meneguhkan argumentasi tauhid. Ayat-ayatnya mengkritik tradisi dan takhayul kaum musyrikin, seperti aturan-aturan makanan yang mereka buat-buat sendiri tanpa dasar dari Allah. Prinsip-prinsip dasar etika Islam diletakkan, yang sering disebut sebagai "Sepuluh Perintah" dalam Islam (Al-An'am: 151-153), yang mencakup larangan syirik, durhaka kepada orang tua, membunuh anak karena takut miskin, mendekati perbuatan keji, membunuh jiwa yang diharamkan, memakan harta anak yatim, berlaku curang dalam takaran, serta kewajiban untuk adil dan menepati janji. Surah ini menegaskan bahwa Al Quran adalah jalan yang lurus yang harus diikuti. Surah Al-A'raf, yang dimulai setelahnya, berfokus pada sejarah para nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan risalah tauhid kepada kaumnya. Surah ini dimulai dengan kisah penciptaan Adam, sujudnya para malaikat, dan pembangkangan Iblis yang bersumpah akan menyesatkan umat manusia. Kemudian, surah ini secara berurutan menceritakan kisah Nabi Nuh, Hud, Saleh, Luth, dan Syu'aib AS. Pola yang sama berulang dalam setiap kisah: seorang nabi diutus, ia mengajak kaumnya untuk menyembah Allah semata, mayoritas kaumnya menolak dan sombong, dan akhirnya mereka dibinasakan oleh azab Allah, sementara nabi dan para pengikutnya diselamatkan.
Juz 9: Qalal Mala'u
Juz kesembilan melanjutkan kisah para nabi dalam Surah Al-A'raf (dari ayat 88) dan berlanjut hingga bagian awal Surah Al-Anfal (hingga ayat 40). Bagian dari Surah Al-A'raf di juz ini menyajikan kisah yang sangat detail tentang Nabi Musa AS dan perjuangannya melawan Firaun dan kaumnya. Dimulai dari pengutusan Nabi Musa dengan mukjizat tongkat dan tangan yang bercahaya, konfrontasinya dengan para penyihir Firaun yang akhirnya beriman, hingga serangkaian azab yang menimpa bangsa Mesir (banjir, belalang, kutu, katak, dan darah). Puncak dari kisah ini adalah penyelamatan Bani Israil dengan terbelahnya Laut Merah dan tenggelamnya Firaun beserta tentaranya. Namun, setelah diselamatkan, Bani Israil kembali menunjukkan sifat pembangkang mereka, seperti menyembah patung anak sapi saat Nabi Musa menerima wahyu di Gunung Sinai. Juz ini juga menceritakan tentang Al-A'raf itu sendiri, yaitu sebuah tempat tinggi di antara surga dan neraka. Di akhir surah, terdapat perintah untuk berzikir, berdoa dengan rendah hati, dan bersujud kepada Allah. Surah Al-Anfal, yang dimulai selanjutnya, secara khusus membahas peristiwa Perang Badar. Surah ini menjelaskan tentang pembagian harta rampasan perang (ghanimah), pentingnya persatuan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta bagaimana pertolongan Allah (berupa turunnya malaikat dan hujan) menjadi faktor penentu kemenangan kaum Muslimin yang jumlahnya jauh lebih sedikit.
Juz 10: Wa'lamu
Juz kesepuluh melanjutkan pembahasan tentang Perang Badar dalam Surah Al-Anfal (dari ayat 41) dan dilanjutkan dengan sebagian besar Surah At-Taubah (hingga ayat 92). Sisa dari Surah Al-Anfal memberikan analisis lebih lanjut tentang strategi perang, pentingnya persiapan, dan bagaimana menjaga semangat juang. Ayat-ayat ini menekankan bahwa kekuatan sejati berasal dari iman dan tawakal kepada Allah. Perjanjian dengan pihak musuh harus dihormati, namun pengkhianatan harus diwaspadai. Surah At-Taubah, yang merupakan satu-satunya surah tanpa basmalah, memiliki nada yang tegas. Surah ini diturunkan pada periode akhir kenabian dan mengatur hubungan antara negara Islam Madinah dengan kaum musyrikin Arab dan Ahli Kitab. Bagian awal surah ini mengumumkan pemutusan perjanjian dengan kaum musyrikin yang telah berkhianat dan memberikan ultimatum kepada mereka. Surah ini juga membahas tentang orang-orang munafik secara mendalam, membongkar niat busuk, alasan-alasan palsu mereka untuk tidak ikut berperang, dan bahaya mereka bagi komunitas. Di sisi lain, surah ini membuka pintu taubat selebar-lebarnya bagi mereka yang ingin kembali ke jalan yang benar. Konsep zakat dan sedekah dijelaskan sebagai salah satu pilar penting dalam masyarakat, dan kriteria orang yang berhak menerima zakat (asnaf) disebutkan secara rinci.
Juz 11: Ya'tazirun
Juz kesebelas hampir seluruhnya didedikasikan untuk Surah At-Taubah (dari ayat 93) dan dilanjutkan dengan Surah Yunus (hingga ayat 5) serta sebagian kecil Surah Hud. Bagian akhir Surah At-Taubah terus mengupas tuntas perilaku kaum munafik, terutama seputar Perang Tabuk. Diceritakan tentang mereka yang mencari-cari alasan untuk tidak berangkat, dan mereka yang membangun "masjid dhirar" (masjid tandingan) dengan niat memecah belah umat Islam. Sebaliknya, surah ini memuji kaum Muhajirin dan Anshar yang setia, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, dan menjanjikan surga bagi mereka. Ayat 128-129 di akhir surah menggambarkan sifat welas asih Nabi Muhammad SAW terhadap umatnya. Setelah itu, kita beralih ke Surah Yunus. Surah ini, bersama dengan beberapa surah berikutnya, lebih berfokus pada peneguhan akidah dan menghibur Nabi Muhammad SAW dari penolakan kaumnya. Surah ini menekankan kebenaran wahyu, kekuasaan Allah dalam mengatur alam semesta, dan keniscayaan hari kebangkitan. Kisah Nabi Yunus AS, yang namanya diabadikan dalam surah ini, diceritakan secara singkat sebagai contoh bagaimana taubat yang tulus dari suatu kaum (kaum Ninawa) dapat mengangkat azab Allah. Kisah Nabi Nuh dan Firaun juga disinggung kembali untuk mengingatkan tentang akibat dari kesombongan. Surah Hud dimulai dengan penegasan bahwa Al Quran adalah kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi dan dijelaskan secara terperinci.
Juz 12: Wa Ma Min Dabbah
Juz kedua belas melanjutkan Surah Hud (dari ayat 6) dan berlanjut ke Surah Yusuf (hingga ayat 52). Bagian utama dari Surah Hud di juz ini menyajikan serangkaian kisah para nabi dengan narasi yang lebih detail dan fokus pada dialog antara nabi dan kaumnya. Kisah-kisah Nabi Nuh (dengan detail pembuatan bahtera dan dialognya dengan anaknya yang kafir), Nabi Hud (dengan kaum 'Ad), Nabi Saleh (dengan kaum Tsamud dan mukjizat unta betina), Nabi Ibrahim (dengan tamu malaikat yang membawa kabar gembira dan kabar azab untuk kaum Luth), Nabi Luth (dengan kaumnya yang melakukan perbuatan keji), dan Nabi Syu'aib (dengan kaum Madyan yang curang dalam berdagang) diceritakan secara berurutan. Semua kisah ini menggarisbawahi pola yang sama: dakwah tauhid, penolakan, dan azab yang menimpa kaum yang durhaka. Surah ini diakhiri dengan perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk tetap istiqamah. Setelah itu, juz ini menyajikan bagian pertama dari Surah Yusuf. Surah ini unik karena menceritakan satu kisah secara utuh dan kronologis dari awal hingga akhir. Dimulai dari mimpi Nabi Yusuf tentang sebelas bintang, bulan, dan matahari yang bersujud kepadanya. Kisah ini kemudian berlanjut dengan kecemburuan saudara-saudaranya, yang merencanakan untuk membuangnya ke dalam sumur. Nabi Yusuf kemudian ditemukan oleh kafilah dagang dan dijual sebagai budak di Mesir, di mana ia dibeli oleh seorang pembesar. Juz ini berakhir dengan episode godaan istri Al-Aziz dan keteguhan iman Nabi Yusuf yang lebih memilih penjara daripada berbuat maksiat.
Juz 13: Wa Ma Ubarri'u
Juz ketiga belas melanjutkan kisah menakjubkan dalam Surah Yusuf (dari ayat 53), dan dilanjutkan dengan Surah Ar-Ra'd dan Surah Ibrahim secara keseluruhan. Bagian kedua dari Surah Yusuf menceritakan kehidupannya di dalam penjara, di mana ia menunjukkan kemampuannya menafsirkan mimpi dua narapidana. Bertahun-tahun kemudian, kemampuannya ini membuatnya dipanggil oleh Raja Mesir untuk menafsirkan mimpi raja tentang tujuh sapi gemuk dan tujuh sapi kurus. Tafsiran briliannya menyelamatkan Mesir dari bencana kelaparan dan mengangkat derajatnya menjadi bendahara negara. Kisah kemudian beralih ke pertemuan kembali Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya yang datang ke Mesir untuk mencari makanan. Dengan kebijaksanaannya, ia merancang sebuah skenario untuk membawa adiknya, Bunyamin, dan akhirnya mengungkapkan jati dirinya, yang berujung pada momen rekonsiliasi yang mengharukan dengan seluruh keluarganya. Surah Ar-Ra'd (Guruh) membawa kita kembali ke tema kebesaran Allah di alam. Guruh yang bertasbih, kilat yang membawa harapan (hujan) dan ketakutan (sambaran petir), serta fenomena alam lainnya dijadikan bukti kekuasaan-Nya. Surah ini membandingkan antara kebenaran (yang kokoh seperti air yang bermanfaat) dan kebatilan (yang lenyap seperti buih). Surah Ibrahim berpusat pada doa Nabi Ibrahim AS yang indah setelah ia menempatkan istri dan anaknya, Ismail, di lembah Makkah yang tandus. Surah ini juga berisi perumpamaan tentang "kalimat yang baik" (seperti pohon yang baik) dan "kalimat yang buruk" (seperti pohon yang buruk).
Juz 14: Rubama
Juz keempat belas terdiri dari dua surah Makkiyah yang penuh dengan peringatan, yaitu Surah Al-Hijr dan Surah An-Nahl. Surah Al-Hijr dinamai dari penduduk Al-Hijr (kaum Tsamud, kaumnya Nabi Saleh) yang memahat gunung untuk dijadikan tempat tinggal namun tetap mendustakan rasul mereka dan akhirnya dibinasakan. Surah ini dimulai dengan penegasan bahwa Al Quran dijaga oleh Allah dari segala perubahan. Kisah penciptaan Adam dan kesombongan Iblis yang menolak sujud kembali diceritakan, dengan penekanan pada sumpah Iblis untuk menyesatkan manusia, kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas. Kisah Nabi Ibrahim yang didatangi malaikat dan kisah azab yang menimpa kaum Luth juga diulang. Salah satu ayat yang menonjol adalah jaminan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, "Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan." Surah An-Nahl (Lebah) mendapatkan namanya dari ayat yang menjelaskan tentang lebah, makhluk kecil yang dengan ilham dari Allah menghasilkan madu yang menjadi obat bagi manusia. Surah ini kaya dengan pemaparan nikmat-nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari hewan ternak, hujan, tanaman, laut, hingga pergantian siang dan malam. Tujuannya adalah untuk membangkitkan rasa syukur dan mengarahkan manusia kepada penyembahan Tuhan Yang Maha Pemberi Nikmat. Surah ini juga menetapkan prinsip-prinsip dakwah, yaitu mengajak ke jalan Tuhan dengan hikmah, pelajaran yang baik, dan bantahan dengan cara yang terbaik.
Juz 15: Subhanallazi
Juz kelima belas dimulai dengan Surah Al-Isra dan diakhiri dengan bagian pertama dari Surah Al-Kahf (hingga ayat 74). Surah Al-Isra dibuka dengan menceritakan peristiwa Isra Mi'raj, perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian naik ke Sidratul Muntaha. Peristiwa luar biasa ini menunjukkan kedudukan tinggi Nabi Muhammad SAW. Surah ini kemudian menguraikan serangkaian perintah dan larangan moral yang fundamental, mirip dengan yang ada di Surah Al-An'am, seperti perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua (terutama ketika mereka sudah lanjut usia), larangan boros, larangan membunuh anak, larangan mendekati zina, dan perintah untuk berlaku adil. Surah ini juga mengisahkan tentang Bani Israil yang diramalkan akan membuat kerusakan di muka bumi sebanyak dua kali dan akan menerima hukumannya. Surah Al-Kahf (Gua) adalah surah yang sangat dianjurkan untuk dibaca pada hari Jumat. Juz ini mencakup dua dari empat kisah utama dalam surah tersebut. Kisah pertama adalah tentang Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda beriman yang melarikan diri dari penguasa zalim dan berlindung di sebuah gua, lalu ditidurkan oleh Allah selama ratusan tahun. Kisah ini adalah pelajaran tentang keteguhan iman dan kekuasaan Allah. Kisah kedua adalah tentang pemilik dua kebun, seorang yang kaya raya namun sombong dan kufur nikmat, dan temannya yang miskin namun beriman. Kisah ini mengajarkan tentang kesementaraan dunia dan pentingnya bersyukur.
Juz 16: Qala Alam
Juz keenam belas melanjutkan Surah Al-Kahf (dari ayat 75), kemudian mencakup seluruh Surah Maryam dan Surah Taha. Bagian akhir Surah Al-Kahf menyajikan dua kisah besar lainnya. Kisah ketiga adalah pertemuan Nabi Musa AS dengan Khidir AS, seorang hamba saleh yang diberi pengetahuan khusus oleh Allah. Perjalanan mereka penuh dengan peristiwa misterius (melubangi perahu, membunuh seorang anak, dan menegakkan dinding yang hampir roboh) yang hikmahnya baru terungkap di akhir, mengajarkan bahwa pengetahuan manusia sangat terbatas dan ada kebijaksanaan ilahi di balik setiap peristiwa. Kisah keempat adalah tentang Zulkarnain, seorang raja yang adil dan kuat yang berkelana ke ujung barat dan timur bumi. Ia membangun dinding besi untuk melindungi suatu kaum dari teror Ya'juj dan Ma'juj (Gog dan Magog). Surah Maryam adalah surah yang sangat menyentuh, dinamai dari ibunda Nabi Isa AS. Surah ini dimulai dengan kisah mengharukan tentang doa Nabi Zakaria AS di usia senja yang memohon keturunan, yang kemudian dikabulkan dengan kelahiran Nabi Yahya AS. Selanjutnya, diceritakan secara detail kisah kehamilan ajaib Maryam, pengasingan dirinya, dan kelahirannya Nabi Isa yang mampu berbicara saat masih bayi untuk membela kesucian ibunya. Surah Taha sebagian besar berfokus pada kisah Nabi Musa AS dengan sangat rinci, mulai dari panggilannya di Lembah Tuwa, perintah untuk menghadapi Firaun, hingga perjuangannya memimpin Bani Israil. Surah ini memiliki nada yang lebih lembut dan menghibur, dimulai dengan sapaan "Taha, Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah."
Juz 17: Iqtaraba linnas
Juz ketujuh belas terdiri dari dua surah, yaitu Surah Al-Anbiya dan Surah Al-Hajj. Surah Al-Anbiya (Para Nabi) memiliki tema sentral tentang kenabian dan perjuangan para utusan Allah. Surah ini dimulai dengan peringatan bahwa hari perhitungan semakin dekat, sementara manusia masih lalai. Untuk membantah tuduhan kaum kafir bahwa para nabi adalah manusia biasa, surah ini menyebutkan secara singkat kisah sejumlah besar nabi, antara lain Musa, Harun, Ibrahim, Luth, Ishak, Yakub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayub, Ismail, Idris, Zulkifli, Yunus, Zakaria, dan Yahya. Setiap kisah menyoroti aspek kesabaran, keteguhan, dan doa mereka kepada Allah. Kisah Nabi Ibrahim yang menghancurkan berhala dan Nabi Yunus yang berdoa di dalam perut ikan menjadi sorotan utama. Surah ini menegaskan bahwa semua nabi membawa pesan yang sama, yaitu tauhid. Surah Al-Hajj (Haji) memiliki struktur yang unik, dengan ayat-ayat yang seolah diturunkan di Makkah dan Madinah. Surah ini dibuka dengan gambaran dahsyatnya guncangan Hari Kiamat. Kemudian, surah ini membahas tentang proses penciptaan manusia dari tanah liat sebagai bukti akan adanya hari kebangkitan. Sesuai dengan namanya, surah ini menguraikan beberapa aspek ibadah haji, merujuk pada seruan Nabi Ibrahim untuk melaksanakan haji ke Baitullah (Ka'bah). Ayat-ayat tentang izin berperang bagi kaum Muslimin yang dizalimi juga terdapat di sini, yang dianggap sebagai salah satu ayat pertama yang mengizinkan jihad defensif.
Juz 18: Qad Aflaha
Juz kedelapan belas dimulai dengan Surah Al-Mu'minun, dilanjutkan dengan Surah An-Nur, dan diakhiri dengan bagian awal Surah Al-Furqan. Surah Al-Mu'minun (Orang-orang yang Beriman) dibuka dengan menyatakan keberuntungan bagi orang-orang beriman dan kemudian merinci sifat-sifat mereka: khusyuk dalam salat, menjauhi perbuatan sia-sia, menunaikan zakat, menjaga kemaluan, serta memelihara amanah dan janji. Surah ini kemudian mengajak merenungkan penciptaan manusia, tujuh lapis langit, dan nikmat Allah lainnya sebagai bukti kekuasaan-Nya. Kisah Nabi Nuh dan beberapa nabi lain disinggung kembali untuk menguatkan pesan tauhid. Surah An-Nur (Cahaya) adalah surah yang berfokus pada etika sosial, moralitas, dan hukum-hukum untuk menjaga kehormatan masyarakat. Di dalamnya terdapat hukum hudud bagi pezina, hukum qazaf (menuduh wanita baik-baik berzina tanpa saksi), dan aturan li'an (sumpah suami-istri jika terjadi tuduhan zina). Salah satu bagian terpenting adalah kisah Haditsul Ifki (berita bohong) yang menimpa istri Nabi, Aisyah RA, di mana Allah membersihkan namanya melalui wahyu. Surah ini juga memuat adab-adab sosial seperti meminta izin sebelum masuk rumah orang lain, menundukkan pandangan (ghadul bashar), dan kewajiban wanita untuk menutup aurat (hijab). Puncak surah ini adalah "Ayat Cahaya" (An-Nur: 35), sebuah perumpamaan indah tentang Allah sebagai cahaya langit dan bumi. Surah Al-Furqan (Pembeda) dimulai dengan menegaskan Al Quran sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil.
Juz 19: Wa Qala-llazina
Juz kesembilan belas melanjutkan Surah Al-Furqan, kemudian mencakup seluruh Surah Asy-Syu'ara, dan bagian awal Surah An-Naml. Sisa dari Surah Al-Furqan menyoroti keberatan-keberatan kaum musyrikin terhadap Nabi Muhammad SAW (misalnya, mengapa ia makan dan berjalan di pasar) dan jawaban Al Quran terhadapnya. Bagian akhir surah ini sangat terkenal karena menggambarkan sifat-sifat 'Ibadurrahman (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih). Sifat-sifat mulia ini antara lain: berjalan dengan rendah hati, menjawab orang jahil dengan ucapan selamat, rajin salat malam, berdoa agar dijauhkan dari azab neraka, tidak boros dan tidak kikir, tidak syirik, tidak membunuh, tidak berzina, dan tidak memberikan kesaksian palsu. Surah Asy-Syu'ara (Para Penyair) adalah surah yang panjang, didominasi oleh kisah para nabi untuk menghibur Nabi Muhammad SAW. Setelah pengantar singkat, surah ini menyajikan kisah Nabi Musa dengan sangat detail, diikuti oleh kisah Nabi Ibrahim, Nuh, Hud, Saleh, Luth, dan Syu'aib. Setiap kisah diakhiri dengan refrein yang sama, "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda (kekuasaan Allah), dan mayoritas mereka tidaklah beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang." Bagian penutup surah mengklarifikasi bahwa Nabi Muhammad SAW bukanlah seorang penyair. Surah An-Naml (Semut) dimulai dengan kisah singkat Nabi Musa dan kemudian beralih ke kisah unik Nabi Sulaiman AS.
Juz 20: Amman Khalaqa
Juz kedua puluh melanjutkan Surah An-Naml dan mencakup seluruh Surah Al-Qasas dan sebagian Surah Al-Ankabut. Bagian utama dari Surah An-Naml di juz ini berfokus pada kisah Nabi Sulaiman AS. Diceritakan tentang pasukannya yang terdiri dari jin, manusia, dan burung. Kisah terkenalnya adalah dialognya dengan seekor semut (yang menginspirasi nama surah ini) dan interaksinya dengan burung hud-hud yang membawa berita tentang Ratu Balqis dari negeri Saba'. Kisah diplomasi antara Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis, yang berakhir dengan keislaman sang ratu, menunjukkan perpaduan antara kekuasaan, kebijaksanaan, dan dakwah. Setelah itu, kisah Nabi Saleh dan Luth disajikan kembali. Surah Al-Qasas (Kisah-kisah) menceritakan kembali kisah Nabi Musa AS dari sudut pandang yang berbeda, dengan fokus pada masa kecilnya. Kisah dimulai dari ilham yang diberikan kepada ibu Musa untuk menghanyutkannya di sungai Nil, bagaimana ia ditemukan dan diadopsi oleh istri Firaun, hingga ia dewasa dan tanpa sengaja membunuh seorang pria, yang membuatnya melarikan diri ke negeri Madyan. Di sana ia bertemu Nabi Syu'aib dan menikahi putrinya. Setelah beberapa tahun, dalam perjalanan kembali ke Mesir, ia menerima wahyu pertama. Bagian akhir surah ini menceritakan tentang Qarun, seorang dari kaum Musa yang sangat kaya namun sombong, yang akhirnya dibenamkan ke dalam bumi bersama hartanya. Surah Al-Ankabut (Laba-laba) dimulai dengan pertanyaan retoris tentang ujian keimanan.
Juz 21: Utlu Ma Uhiya
Juz kedua puluh satu melanjutkan Surah Al-Ankabut, lalu mencakup seluruh Surah Ar-Rum, Luqman, As-Sajdah, dan sebagian Surah Al-Ahzab. Sisa dari Surah Al-Ankabut menggunakan perumpamaan sarang laba-laba sebagai simbol kerapuhan perlindungan selain Allah. Surah ini menekankan pentingnya berdebat dengan Ahli Kitab dengan cara yang baik. Surah Ar-Rum (Bangsa Romawi) dimulai dengan nubuat tentang kemenangan Bangsa Romawi (Bizantium) atas Persia setelah sebelumnya mereka mengalami kekalahan. Nubuat yang terbukti benar ini menjadi salah satu mukjizat Al Quran. Surah ini kemudian mengajak untuk merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah dalam penciptaan pasangan hidup, perbedaan bahasa dan warna kulit, tidur di malam hari, serta hujan yang menghidupkan bumi. Surah Luqman berisi nasihat-nasihat bijak dari Luqman al-Hakim kepada anaknya. Nasihat ini mencakup larangan syirik, perintah berbakti kepada orang tua, kesadaran akan pengawasan Allah yang Maha Teliti, perintah mendirikan salat, beramar ma'ruf nahi munkar, bersabar, serta larangan bersikap sombong. Surah As-Sajdah (Sujud) menekankan kebenaran Al Quran dan proses penciptaan manusia. Surah ini dinamai dari ayat yang menggambarkan orang-orang beriman yang langsung bersujud ketika mendengar ayat-ayat Allah. Surah Al-Ahzab (Golongan-golongan yang Bersekutu) adalah surah Madaniyah yang membahas peristiwa Perang Khandaq (parit), di mana Madinah dikepung oleh pasukan sekutu kaum kafir.
Juz 22: Wa Man Yaqnut
Juz kedua puluh dua melanjutkan pembahasan dalam Surah Al-Ahzab, lalu mencakup seluruh Surah Saba', Surah Fatir, dan sebagian Surah Yasin. Sisa dari Surah Al-Ahzab berfokus pada hukum-hukum yang berkaitan dengan keluarga Nabi Muhammad SAW dan komunitas Muslim. Ayat-ayat ini mengatur posisi istri-istri Nabi sebagai "Ibu kaum mukminin" dan memberikan panduan etika khusus bagi mereka. Perintah hijab (menutup aurat) untuk seluruh wanita Muslimah juga diturunkan di sini untuk menjaga kehormatan mereka. Surah ini juga membahas hukum adopsi dalam Islam dan menegaskan bahwa hubungan nasab hanya melalui pertalian darah. Salah satu ayat penting adalah penegasan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi (Khatam an-Nabiyyin). Surah Saba' dinamai dari kaum Saba' yang diberi nikmat berupa negeri yang subur, namun mereka kufur dan akhirnya negeri mereka dihancurkan oleh banjir bandang. Surah ini juga menceritakan kisah Nabi Daud AS yang diberi kemampuan melunakkan besi dan Nabi Sulaiman AS yang menundukkan angin dan jin. Surah Fatir (Pencipta) menekankan kebesaran Allah sebagai Pencipta langit dan bumi. Surah ini menggambarkan para malaikat yang memiliki sayap-sayap dan perbedaan derajat di antara manusia dalam mewarisi kitab suci. Surah Yasin, yang sering disebut "jantung Al Quran", dimulai dengan sumpah demi Al Quran yang penuh hikmah, menegaskan kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Juz 23: Wa Mali
Juz kedua puluh tiga dimulai dengan kelanjutan Surah Yasin, kemudian mencakup seluruh Surah As-Saffat, Surah Sad, dan sebagian Surah Az-Zumar. Bagian utama dari Surah Yasin di juz ini berisi salah satu argumen terkuat tentang hari kebangkitan. Diceritakan kisah penduduk suatu kota yang didatangi tiga rasul, namun mereka mendustakannya. Seorang pria dari ujung kota datang untuk membela para rasul dan akhirnya mati syahid. Surah ini kemudian memaparkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam, seperti bumi yang mati lalu dihidupkan, pergantian malam dan siang, serta orbit matahari dan bulan. Peniupan sangkakala dan peristiwa hari kiamat digambarkan dengan jelas. Surah As-Saffat (Yang Bersaf-saf) dibuka dengan sumpah demi para malaikat yang berbaris rapi. Surah ini berisi bantahan keras terhadap kepercayaan kaum musyrikin bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah. Sebagian besar surah ini didedikasikan untuk menceritakan kisah para nabi, seperti Nuh, Ibrahim (dengan kisah penyembelihan Ismail yang penuh ujian), Musa, Harun, Ilyas, Luth, dan Yunus. Surah Sad dimulai dengan huruf "Sad" dan tantangan terhadap kaum kafir yang sombong. Surah ini mengisahkan tentang Nabi Daud sebagai raja yang bijaksana dan Nabi Sulaiman dengan ujiannya. Kisah Nabi Ayub AS dan kesabarannya yang luar biasa dalam menghadapi penyakit dan kehilangan juga diceritakan. Surah Az-Zumar (Rombongan-rombongan) dimulai dengan penegasan tentang keikhlasan dalam beragama.
Juz 24: Faman Azlamu
Juz kedua puluh empat melanjutkan Surah Az-Zumar, lalu mencakup seluruh Surah Ghafir (atau Al-Mu'min), dan Surah Fussilat. Sisa dari Surah Az-Zumar dengan indah menggambarkan pemandangan Hari Kiamat. Digambarkan bagaimana orang-orang kafir digiring ke neraka dalam rombongan-rombongan, dan sebaliknya, orang-orang bertakwa digiring ke surga juga dalam rombongan-rombongan. Salah satu ayat yang paling memberikan harapan dalam Al Quran terdapat di surah ini, yaitu seruan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang melampaui batas agar tidak putus asa dari rahmat-Nya, karena Allah mengampuni semua dosa. Surah Ghafir (Yang Maha Pengampun) juga dikenal sebagai Surah Al-Mu'min. Nama ini diambil dari kisah seorang "lelaki beriman dari keluarga Firaun" yang menyembunyikan imannya dan dengan berani membela Nabi Musa di hadapan Firaun dan para pembesarnya. Argumen logisnya menjadi contoh dakwah yang cerdas di tengah lingkungan yang memusuhi. Surah ini dibuka dengan menyebut beberapa sifat Allah: Pengampun Dosa, Penerima Taubat, dan Keras Hukuman-Nya. Doa para malaikat pemikul 'Arsy untuk orang-orang beriman juga dikutip, menunjukkan kasih sayang Allah yang luas. Surah Fussilat (Yang Dijelaskan) dimulai dengan penegasan bahwa Al Quran adalah kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan secara rinci. Surah ini berisi dialog imajiner antara anggota tubuh manusia (kulit, mata, telinga) yang menjadi saksi atas perbuatan pemiliknya di Hari Kiamat.
Juz 25: Ilaihi Yuraddu
Juz kedua puluh lima terdiri dari lima surah: sisa Surah Fussilat, kemudian Surah Asy-Syura, Surah Az-Zukhruf, Surah Ad-Dukhan, dan Surah Al-Jathiyah. Bagian akhir Surah Fussilat memerintahkan untuk membalas keburukan dengan kebaikan, yang dapat mengubah musuh menjadi teman akrab. Surah Asy-Syura (Musyawarah) menekankan kesatuan risalah para nabi dan memerintahkan umat Islam untuk menyelesaikan urusan mereka melalui musyawarah. Sifat-sifat orang beriman yang dipuji di sini antara lain bertawakal kepada Allah, menjauhi dosa besar, memaafkan ketika marah, dan bermusyawarah. Surah Az-Zukhruf (Perhiasan) adalah surah yang kuat dalam mengkritik materialisme dan kepercayaan buta terhadap tradisi nenek moyang. Surah ini menyatakan bahwa jika bukan karena kekhawatiran semua manusia akan menjadi kafir, Allah bisa saja memberikan atap perak dan perabotan emas kepada orang-orang kafir, untuk menunjukkan betapa hinanya dunia ini di sisi-Nya. Surah Ad-Dukhan (Kabut) dimulai dengan peringatan tentang azab berupa "kabut" yang akan menimpa orang-orang kafir. Surah ini menggambarkan kengerian hari pembalasan dan kenikmatan surga yang kontras. Surah Al-Jathiyah (Yang Berlutut) dinamai dari gambaran setiap umat yang dipanggil pada Hari Kiamat dalam keadaan berlutut untuk menerima catatan amalnya. Surah ini kembali menekankan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta sebagai bukti bagi orang-orang yang mau berpikir.
Juz 26: Ha Mim
Juz kedua puluh enam adalah kumpulan surah-surah yang kuat dan berbobot, dimulai dengan Surah Al-Ahqaf, kemudian Surah Muhammad, Surah Al-Fath, Surah Al-Hujurat, dan sebagian Surah Qaf. Surah Al-Ahqaf (Bukit-bukit Pasir) dinamai dari tempat tinggal kaum 'Ad. Surah ini berisi kisah sekelompok jin yang mendengarkan bacaan Al Quran Nabi Muhammad SAW, lalu mereka beriman dan kembali ke kaumnya untuk berdakwah. Surah Muhammad memiliki nada yang tegas dan sering juga disebut Surah Al-Qital (Peperangan). Surah ini membandingkan secara tajam antara nasib orang-orang beriman dan orang-orang kafir. Perintah untuk tegar di medan perang melawan musuh yang memerangi Islam sangat jelas, dengan janji kemenangan dan surga. Surah Al-Fath (Kemenangan) diturunkan setelah Perjanjian Hudaibiyah. Meskipun perjanjian itu tampak merugikan kaum Muslimin pada awalnya, Allah menyebutnya sebagai "kemenangan yang nyata". Surah ini memuji kesetiaan para sahabat yang melakukan Bai'at ar-Ridwan di bawah pohon. Surah Al-Hujurat (Kamar-kamar) adalah panduan lengkap tentang etika dan adab dalam masyarakat Islam. Di dalamnya terdapat larangan meninggikan suara di hadapan Nabi, perintah untuk memeriksa berita (tabayyun), larangan mengolok-olok, mencela, memanggil dengan julukan buruk, berburuk sangka (su'uzhan), mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus), dan menggunjing (ghibah). Surah ini ditutup dengan menegaskan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah diukur dari ketakwaannya, bukan suku atau bangsanya. Surah Qaf dimulai dengan huruf "Qaf" dan berfokus pada tema kematian, kebangkitan, dan hari perhitungan.
Juz 27: Qala Fama Khatbukum
Juz kedua puluh tujuh berisi kumpulan surah-surah yang sebagian besar berfokus pada keimanan dan akhirat. Dimulai dengan sisa Surah Qaf, kemudian Surah Az-Zariyat, Surah At-Tur, Surah An-Najm, Surah Al-Qamar, Surah Ar-Rahman, Surah Al-Waqi'ah, dan sebagian Surah Al-Hadid. Surah Az-Zariyat (Angin yang Menerbangkan) dibuka dengan sumpah demi fenomena alam dan menegaskan keniscayaan hari pembalasan. Surah At-Tur (Bukit) juga dibuka dengan sumpah dan menggambarkan azab neraka serta nikmat surga secara berdampingan. Surah An-Najm (Bintang) berisi penegasan kuat tentang kebenaran wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW. Surah ini juga mengklarifikasi peristiwa Isra Mi'raj dan membantah kepercayaan kaum musyrikin terhadap berhala-berhala mereka (Lata, 'Uzza, dan Manat). Surah Al-Qamar (Bulan) merujuk pada mukjizat terbelahnya bulan. Surah ini memiliki refrein yang diulang-ulang, "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" Surah Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) adalah surah yang sangat indah dan puitis. Ciri khasnya adalah pengulangan ayat "Fabiayyi ala'i Rabbikuma tukazziban?" (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) sebanyak 31 kali. Surah ini memaparkan nikmat Allah di dunia dan keindahan surga dengan sangat detail. Surah Al-Waqi'ah (Hari Kiamat) menggambarkan peristiwa kiamat yang pasti terjadi dan membagi manusia menjadi tiga golongan: golongan kanan, golongan kiri, dan orang-orang yang terdahulu beriman. Nasib setiap golongan di akhirat dijelaskan secara rinci. Surah Al-Hadid (Besi) menyerukan untuk beriman dan berinfak di jalan Allah.
Juz 28: Qad Sami'allah
Juz kedua puluh delapan, yang dikenal sebagai Juz "Qad Sami'allah", berisi surah-surah Madaniyah yang banyak membahas hukum dan interaksi sosial. Juz ini terdiri dari Surah Al-Mujadilah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, As-Saff, Al-Jumu'ah, Al-Munafiqun, At-Taghabun, At-Talaq, dan At-Tahrim. Surah Al-Mujadilah (Wanita yang Mengajukan Gugatan) membahas hukum zihar (ketika suami menyamakan istrinya dengan ibunya). Surah Al-Hasyr (Pengusiran) menceritakan pengusiran suku Yahudi Bani Nadhir dari Madinah karena pengkhianatan mereka. Bagian akhir surah ini berisi nama-nama indah Allah (Asma'ul Husna). Surah Al-Mumtahanah (Wanita yang Diuji) memberikan panduan tentang bagaimana berinteraksi dengan orang-orang kafir, membedakan antara mereka yang memerangi Islam dan yang tidak. Surah As-Saff (Barisan) mengkritik orang yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan dan memuji mereka yang berjuang di jalan Allah dalam barisan yang teratur. Surah Al-Jumu'ah (Hari Jumat) memerintahkan kaum beriman untuk segera memenuhi panggilan salat Jumat dan meninggalkan jual beli. Surah Al-Munafiqun (Orang-orang Munafik) membongkar sifat dan perkataan kaum munafik di Madinah. Surah At-Taghabun (Hari Ditampakkannya Kesalahan) membahas tentang hari kiamat dan konsep bahwa harta dan anak-anak bisa menjadi ujian. Surah At-Talaq (Talak) dan Surah At-Tahrim (Pengharaman) berisi hukum-hukum spesifik mengenai perceraian, iddah, dan urusan rumah tangga Nabi Muhammad SAW.
Juz 29: Tabarakallazi
Juz kedua puluh sembilan, yang dikenal sebagai Juz "Tabarak", terdiri dari 11 surah Makkiyah yang pendek namun sangat kuat pesannya. Surah-surah ini adalah Al-Mulk, Al-Qalam, Al-Haqqah, Al-Ma'arij, Nuh, Al-Jinn, Al-Muzzammil, Al-Muddassir, Al-Qiyamah, Al-Insan, dan Al-Mursalat. Fokus utama juz ini adalah peneguhan iman pada kekuasaan Allah, hari kiamat, dan akhirat. Surah Al-Mulk (Kerajaan) menegaskan kekuasaan mutlak Allah atas alam semesta. Surah Al-Qalam (Pena) membela Nabi Muhammad SAW dari tuduhan gila. Surah Al-Haqqah (Hari Kiamat) dan Al-Ma'arij (Tempat-tempat Naik) menggambarkan kedahsyatan hari kiamat. Surah Nuh menceritakan dakwah Nabi Nuh yang tak kenal lelah kepada kaumnya selama 950 tahun. Surah Al-Jinn mengisahkan kesaksian sekelompok jin tentang kebenaran Al Quran. Surah Al-Muzzammil (Orang yang Berselimut) dan Al-Muddassir (Orang yang Berkemul) berisi perintah-perintah awal kepada Nabi untuk salat malam dan mulai berdakwah secara terang-terangan. Surah Al-Qiyamah (Hari Kiamat) dibuka dengan sumpah demi hari kiamat dan jiwa yang selalu menyesali (dirinya). Surah Al-Insan (Manusia) menjelaskan penciptaan manusia dan menggambarkan nikmat surga bagi orang-orang yang berbuat baik. Surah Al-Mursalat (Malaikat-malaikat yang Diutus) diakhiri dengan pengulangan ayat "Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan," yang menekankan kepastian hari pembalasan.
Juz 30: 'Amma Yatasa'alun
Juz ketiga puluh, yang lebih dikenal sebagai "Juz 'Amma", adalah juz terakhir dari Al Quran. Juz ini terdiri dari 37 surah pendek, yang sebagian besar diturunkan pada periode awal di Makkah. Ciri khas surah-surah ini adalah bahasanya yang sangat puitis, ritmis, dan pesannya yang langsung menusuk ke dalam hati. Tema utamanya adalah tentang keesaan Allah (tauhid), kebenaran hari kebangkitan (al-ba'ts), dan gambaran kontras antara surga dan neraka. Juz ini dimulai dengan Surah An-Naba' (Berita Besar) yang mempertanyakan keraguan manusia tentang hari kiamat. Diikuti oleh Surah An-Nazi'at dan 'Abasa. Banyak surah yang menggambarkan peristiwa-peristiwa kosmik dahsyat yang akan terjadi pada hari kiamat, seperti At-Takwir (tergulungnya matahari), Al-Infitar (terbelahnya langit), dan Al-Inshiqaq (terbelahnya langit). Surah-surah lain seperti Al-Mutaffifin mengancam orang-orang yang curang dalam takaran. Ada pula surah-surah yang memberikan ketenangan dan motivasi, seperti Ad-Duha dan Al-Insyirah yang menghibur Nabi Muhammad SAW. Puncak dari juz dan seluruh Al Quran adalah tiga surah terakhir yang dikenal sebagai Al-Mu'awwidzat (surah-surah perlindungan): Al-Ikhlas, yang merupakan pernyataan paling murni tentang keesaan Allah; Al-Falaq, yang memohon perlindungan dari kejahatan makhluk di waktu gelap; dan An-Nas, yang memohon perlindungan dari bisikan jahat setan, baik dari golongan jin maupun manusia. Juz ini menjadi penutup yang sempurna, mengingatkan kembali pada pilar-pilar dasar akidah Islam dengan cara yang paling efektif.