Mari Selami Budaya Makan Korea: Dari "Meokja" hingga Etiket Meja
Budaya kuliner Korea Selatan telah melampaui batas-batas geografisnya, menjadi fenomena global yang dipicu oleh gelombang Hallyu. Namun, menikmati makanan Korea bukan hanya tentang rasa pedas dari gochujang atau gurihnya bulgogi; ini adalah tentang pengalaman sosial, rasa hormat, dan bahasa yang mengelilingi meja makan. Inti dari pengalaman ini terangkum dalam ajakan sederhana: "Ayo Makan."
Dalam artikel mendalam ini, kita akan membongkar setiap aspek dari frasa populer tersebut—mulai dari kosakata praktis, etiket yang harus dihormati, hingga ensiklopedia hidangan yang membentuk jati diri kuliner Korea. Memahami bagaimana orang Korea makan adalah kunci untuk memahami masyarakat mereka, yang sangat menghargai komunitas, senioritas, dan rasa syukur.
Bagian I: Kosakata Inti dari "Ayo Makan" (먹자)
Frasa paling langsung untuk mengajak seseorang makan adalah "Meokja" (먹자). Namun, penggunaannya sangat bergantung pada tingkat formalitas dan hubungan antar individu. Dalam budaya Korea, penggunaan bahasa yang tepat (Jondaemal untuk formal, Banmal untuk informal) adalah fundamental, terutama saat berinteraksi dengan makanan.
1. Ajakan Sederhana dan Formalitas
Frasa Korea
Romanisasi
Arti Literal
Situasi Penggunaan
먹자
Meokja
Ayo makan (ajakan)
Informal, antara teman sebaya atau yang lebih muda.
먹어요
Meogeoyo
Makanlah (bentuk sopan)
Standar sopan, ditujukan kepada teman atau orang yang dikenal.
식사 합시다
Siksa Hapsida
Mari kita makan / Mari kita bersantap
Sangat sopan, sering digunakan dalam lingkungan kerja atau grup formal.
잡수세요
Japsuseyo
Silakan makan (bentuk hormat)
Paling hormat, ditujukan kepada orang yang jauh lebih tua atau senior.
2. Dua Pilar Ungkapan Syukur di Meja Makan
Dua frasa ini adalah keharusan mutlak sebelum dan sesudah makan. Mengucapkannya menunjukkan rasa syukur kepada orang yang memasak atau orang yang mentraktir (membayar) makanan tersebut.
잘 먹겠습니다 (Jal Meokgesseumnida)
잘 먹겠습니다
Arti: "Saya akan makan dengan baik." (Literally: I will receive/eat this well.)
Frasa ini diucapkan sebelum suapan pertama. Ini adalah janji untuk menghargai makanan yang disajikan dan upaya orang yang menyediakannya. Bahkan jika Anda makan sendiri di restoran, mengucapkan frasa ini dengan pelan dapat menunjukkan rasa hormat kepada staf dan tradisi.
잘 먹었습니다 (Jal Meogeosseumnida)
잘 먹었습니다
Arti: "Saya sudah makan dengan baik." (Literally: I have eaten this well.)
Frasa ini diucapkan setelah selesai makan, biasanya sambil sedikit membungkuk (jika ada senior atau tuan rumah). Ini berfungsi sebagai ucapan terima kasih yang tulus atas hidangan yang telah dinikmati. Kegagalan mengucapkan kedua frasa ini, terutama di rumah orang Korea, dianggap kurang sopan.
Sendok dan sumpit logam, alat makan khas Korea.
Bagian II: Etiket Meja Makan Korea (Sang-charim)
Etiket makan Korea adalah cerminan dari filosofi Konfusianisme, menekankan hierarki, rasa hormat kepada senioritas, dan kebersamaan. Menguasai etiket ini sama pentingnya dengan menguasai frasa bahasa. Kesalahan etiket bisa lebih memalukan daripada kesalahan tata bahasa.
1. Senioritas dan Tempat Duduk
Urutan Duduk: Orang yang paling tua atau paling senior harus selalu duduk di posisi terbaik, biasanya yang paling jauh dari pintu dan menghadap ke ruangan. Orang yang paling junior duduk paling dekat dengan pintu, sering kali bertanggung jawab atas panggilan kepada staf restoran atau urusan kecil lainnya.
Mulai Makan: Makan tidak boleh dimulai sampai orang yang paling senior mengangkat sumpit atau sendok mereka. Semua orang harus menunggu sinyal dari senioritas.
2. Penggunaan Alat Makan
Di Korea, digunakan dua alat utama: Sutgarak (sendok) dan Jeotgarak (sumpit). Uniknya, sumpit Korea sering terbuat dari logam, yang awalnya digunakan oleh bangsawan untuk mendeteksi racun.
Aturan Sendok: Sendok (sutgarak) digunakan HANYA untuk sup (guk) dan nasi (bap).
Aturan Sumpit: Sumpit (jeotgarak) digunakan HANYA untuk lauk pauk (banchan).
Larangan Mencampur: Jangan pernah memegang sendok dan sumpit di tangan yang sama secara bersamaan.
Larangan Mengangkat Mangkok: Tidak seperti di budaya Asia Timur lainnya (seperti Jepang atau Tiongkok), mengangkat mangkuk nasi atau sup Anda dari meja dianggap tidak sopan. Semua makanan harus dimakan dengan mangkuk tetap di meja.
Tidak Menancapkan: Jangan pernah menancapkan sumpit secara vertikal ke dalam mangkuk nasi. Ini menyerupai persembahan dupa yang disajikan untuk orang mati.
3. Aturan Minum dan Menuang
Ritual Minuman Keras (Soju/Makgeolli)
Budaya minum Korea, terutama Hoe Sik (pertemuan perusahaan), memiliki aturan yang ketat:
Menuang untuk Orang Lain: Anda tidak boleh menuangkan minuman untuk diri sendiri (ini disebut "menuang gelas kematian"). Anda harus menuangkan untuk orang lain, dan orang lain akan menuangkan untuk Anda.
Dua Tangan: Selalu gunakan kedua tangan saat menuang dan saat menerima minuman dari orang yang lebih tua.
Menghadap Jauh: Saat minum di hadapan senior, Anda harus memalingkan wajah sedikit ke samping atau menutupi mulut dengan tangan sebelum meneguk minuman. Ini adalah tanda hormat.
4. Aturan Berbagi Lauk Pauk (Banchan)
Makanan Korea selalu disajikan komunal, dengan semua banchan diletakkan di tengah meja untuk dinikmati bersama. Anda tidak diperbolehkan mengambil lauk yang sudah digigit dan mengembalikannya ke piring komunal. Ambil porsi kecil dan pastikan porsi yang Anda ambil bisa dihabiskan dalam sekali suap.
Mengambil banchan harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Jangan mengaduk-aduk piring untuk mencari potongan terbaik. Jika Anda ingin meminta tambahan banchan (yang hampir selalu gratis), ucapkan dengan sopan kepada pelayan: "Banchan jom deo juseyo" (Tolong beri kami lebih banyak lauk pauk).
Bagian III: Memahami Struktur Makanan Korea (Hansik)
Setiap makanan Korea (Hansik) adalah susunan yang seimbang antara karbohidrat, protein, dan sayuran. Pemahaman dasar tentang komponen ini penting untuk menghargai kekayaan kuliner Korea.
1. Komponen Inti Hansik
Bap (밥): Nasi. Ini adalah dasar dari setiap makanan. Nasi sering kali dicampur dengan biji-bijian lain, seperti beras hitam atau kacang-kacangan.
Guk (국) / Jjigae (찌개): Sup atau Rebusan. Sup encer disebut guk (misalnya, miyeok guk/sup rumput laut). Rebusan kental dan kaya rasa disebut jjigae (misalnya, kimchi jjigae atau doenjang jjigae).
Jjim (찜) / Gui (구이) / Jeon (전): Hidangan Utama. Ini bisa berupa daging panggang (gui seperti galbi), hidangan yang direbus hingga empuk (jjim), atau panekuk gurih (jeon).
Banchan (반찬): Lauk Pauk Sampingan. Ini adalah ciri khas kuliner Korea, berbagai hidangan kecil yang disajikan gratis dan dapat diisi ulang.
2. Ensiklopedia Banchan (Lauk Pauk)
Sebuah meja Korea dianggap ‘kosong’ tanpa setidaknya tiga hingga lima jenis banchan. Berikut adalah daftar panjang beberapa jenis banchan yang paling sering ditemui:
Nama Banchan
Deskripsi Singkat
Kategori Rasa
Kimchi (김치)
Kubis fermentasi pedas, inti dari Hansik.
Asam, pedas, umami
Kkakdugi (깍두기)
Kimchi lobak berbentuk kubus.
Pedas, renyah
Oi Muchim (오이무침)
Acar timun pedas.
Segar, pedas
Eomuk Bokkeum (어묵볶음)
Ikan kue (fish cake) yang ditumis dengan saus manis-pedas.
Manis, kenyal
Sigeumchi Namul (시금치나물)
Bayam yang dibumbui dengan minyak wijen dan bawang putih.
Gurih, aroma wijen
Kongnamul Muchim (콩나물무침)
Tauge kedelai yang dibumbui.
Ringan, renyah
Jangjorim (장조림)
Daging sapi yang direbus dalam kecap manis.
Manis, asin (sangat gurih)
Myeolchi Bokkeum (멸치볶음)
Ikan teri kecil kering yang ditumis dengan sirup jagung dan kacang.
Manis, renyah
Jeon (전)
Berbagai jenis panekuk (seperti panekuk kentang atau panekuk daun bawang).
Gurih, berminyak
Dubu Jorim (두부조림)
Tahu yang direbus atau digoreng dan dimasak dalam saus kedelai pedas.
Pedas, lembut
Gyeran-jjim (계란찜)
Puding telur kukus yang bertekstur ringan dan empuk.
Lembut, gurih
Musaengchae (무생채)
Salad lobak parut yang dibumbui cuka dan sedikit cabai.
Asam, segar
Gamja Jorim (감자조림)
Kentang kecil direbus dalam kecap manis dan bawang putih.
Manis, asin
Chwi Namul (취나물)
Sayuran gunung yang dibumbui.
Herbal, unik
Beoseot Bokkeum (버섯볶음)
Tumis jamur (sering menggunakan jamur shiitake atau enoki).
Umami, lembut
Yulmu Kimchi (열무김치)
Kimchi lobak muda air, sangat segar.
Segar, sedikit asam
Gaji Namul (가지나물)
Terong kukus yang dibumbui kecap asin.
Lembut, umami
Penting untuk dicatat bahwa semua banchan ini berfungsi sebagai penyeimbang rasa pedas dan gurih dari hidangan utama, menciptakan harmoni yang sempurna di setiap suapan.
Mangkuk Bibimbap yang menampilkan harmoni lima warna khas kuliner Korea.
Bagian IV: Ensiklopedia Makanan Korea Ikonik
Untuk benar-benar mengatakan "Ayo Makan" dalam konteks Korea, kita harus menyelami hidangan-hidangan utama yang mendefinisikan negara ini. Setiap hidangan memiliki sejarah, variasi regional, dan cara penyajiannya sendiri.
1. Kimchi (김치) - Sang Jantung Budaya
Kimchi bukan sekadar lauk; ia adalah identitas nasional dan salah satu makanan fermentasi paling penting di dunia. Kimchi modern yang kita kenal hari ini, dengan bumbu cabai pedas (gochugaru), baru muncul setelah cabai diimpor ke Korea pada abad ke-17. Sebelumnya, kimchi hanyalah kubis yang diasinkan dan difermentasi.
Proses dan Variasi Kimchi
Proses pembuatan kimchi besar-besaran (Gimjang) adalah acara komunal tahunan yang diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan. Ada lebih dari 200 jenis kimchi, bergantung pada bahan utama dan musim:
Baechu Kimchi (배추김치): Kimchi kubis napa standar, yang paling umum.
Kkakdugi (깍두기): Kimchi lobak yang difermentasi. Biasanya lebih renyah.
Nabak Kimchi (나박김치): Kimchi air yang berkuah, sangat ringan, dan sering disajikan dingin di musim panas.
Dongchimi (동치미): Jenis kimchi air lain, menggunakan lobak bulat dan sering ditambahkan buah pir Korea untuk rasa manis alami. Ini berfungsi sebagai penyegar setelah makanan berat atau berminyak.
O-i Sobagi (오이소박이): Kimchi mentimun yang diisi bumbu, populer di musim semi dan musim panas karena sifatnya yang menyegarkan.
2. Bulgogi (불고기) - Daging Bakar Api
Secara harfiah berarti "daging api," Bulgogi adalah irisan tipis daging sapi yang direndam dalam campuran kecap asin, gula, bawang putih, minyak wijen, dan kadang-kadang buah pir Korea untuk melunakkan daging.
Penyajian:Bulgogi secara tradisional dimasak di atas panggangan berlubang di tengah meja (seperti gaya gogigui). Setelah matang, daging sering dimakan dengan dibungkus daun selada (ssam) bersama bawang putih mentah, ssamjang (saus kedelai kental), dan sedikit nasi.
Sejarah: Akar Bulgogi dapat ditelusuri kembali ke periode Goguryeo sebagai hidangan yang disebut Maekjeok, daging tusuk yang dibumbui. Di era Joseon, ia berevolusi menjadi Neobiani (daging irisan datar) yang disajikan di istana kerajaan.
3. Bibimbap (비빔밥) - Nasi Campur Sempurna
Bibimbap berarti "nasi campur." Ini adalah hidangan visual yang menarik, melambangkan konsep lima warna (hitam/gelap, merah, kuning, putih, hijau) yang mewakili keseimbangan alam dan kesehatan menurut filsafat Korea.
Komponen klasik meliputi nasi (putih), tauge, bayam, wortel, zucchini, jamur, daging sapi (merah/hitam), dan di atasnya diberi telur goreng atau mentah (kuning). Semuanya dicampur dengan gochujang (pasta cabai) sebelum dimakan. Variasi regionalnya sangat dihargai:
Jeonju Bibimbap: Varian paling terkenal, menggunakan kaldu tulang sapi untuk memasak nasi, dan biasanya disajikan dengan yukhoe (daging sapi mentah) dan delapan hingga sepuluh jenis sayuran yang berbeda.
Dolsot Bibimbap: Disajikan dalam mangkuk batu panas (dolsot). Panasnya mangkuk menghasilkan kerak nasi renyah di bagian bawah (nurungji) yang sangat dicari.
4. Jjigae (찌개) - Rebusan Penuh Kekuatan
Jika guk adalah sup harian, jjigae adalah rebusan komunal yang kental dan kuat, sering disajikan mendidih langsung dari tungku. Jjigae adalah pusat meja makan, disendok ke mangkuk kecil masing-masing.
Doenjang Jjigae (된장찌개): Rebusan pasta kedelai fermentasi (doenjang). Ini adalah versi Korea dari sup miso, tetapi lebih bertekstur, kuat, dan sering mengandung tahu, zucchini, dan kerang. Ini adalah sup "rumah" sehari-hari.
Kimchi Jjigae (김치찌개): Rebusan pedas menggunakan kimchi yang sudah sangat asam (semakin asam, semakin baik), ditambah dengan tahu dan daging babi atau tuna.
Sundubu Jjigae (순두부찌개): Rebusan tahu sutra lembut. Biasanya sangat pedas, berwarna merah cerah, dan sering ditambahkan makanan laut atau daging dan dipecahkan sebutir telur mentah di atasnya saat disajikan.
Budae Jjigae (부대찌개): Secara harfiah berarti "Rebusan Pangkalan Militer." Hidangan unik yang berasal dari akhir Perang Korea, menggabungkan bahan-bahan Amerika yang tersedia (sosis, ham, keju) dengan kaldu pedas Korea dan kimchi. Ini melambangkan adaptasi kuliner pasca-perang.
5. Guksu dan Naengmyeon (국수/냉면) - Dunia Mie
Mie Korea adalah kategori yang sangat luas, mulai dari hidangan musim panas yang menyegarkan hingga hidangan perayaan yang hangat.
Japchae (잡채): Mie kaca (dari pati ubi jalar) yang ditumis dengan sayuran (wortel, bayam, jamur) dan daging sapi. Rasanya manis dan gurih, dan wajib ada di perayaan besar seperti Seollal (Tahun Baru Imlek) atau ulang tahun.
Naengmyeon (냉면): Mie soba dingin. Ada dua jenis utama:
Mul Naengmyeon (물냉면): Mie disajikan dalam kaldu dingin yang tajam (sering menggunakan kaldu sapi yang didinginkan dan es) dengan irisan pir Korea dan lobak. Sangat populer di musim panas.
Bibim Naengmyeon (비빔냉면): Mie disajikan tanpa kaldu, tetapi dicampur dengan saus pedas gochujang.
Kalguksu (칼국수): Mie potong pisau. Biasanya disajikan panas dalam kaldu ikan teri yang kaya rasa, sering disajikan saat hujan.
6. Bunsik (분식) - Makanan Ringan dan Jalanan
Bunsik adalah istilah untuk hidangan berbasis tepung yang populer, yang menjadi makanan pokok jajanan kaki lima (pojangmacha).
Tteokbokki (떡볶이): Kue beras silinder kenyal yang dimasak dalam saus pedas kental gochujang. Ini adalah raja makanan jalanan.
Odeng / Eomuk (오뎅/어묵): Kue ikan yang ditusuk dan dimasak dalam kaldu ikan teri yang hangat. Kaldu ini sering disajikan sebagai minuman pendamping.
Gimbap (김밥): Gulungan nasi rumput laut (mirip sushi, tetapi menggunakan nasi yang dibumbui minyak wijen, bukan cuka) dengan isian sayuran, telur, dan daging. Sempurna untuk piknik atau makan siang ringan.
Sundae (순대): Sosis darah Korea, biasanya dikukus dan disajikan dengan hati atau paru-paru. Makanan wajib di pasar tradisional.
Bagian V: Kosakata Praktis di Meja Makan
Menguasai frasa di bawah ini akan membuat pengalaman bersantap Anda di Korea menjadi jauh lebih lancar, baik saat memesan, meminta bantuan, maupun memberikan pujian.
1. Saat Memesan (주문)
Situasi
Frasa Korea
Arti
Memanggil Pelayan
저기요 / 요기요 (Jeogiyo / Yogiyo)
Permisi / Di sini! (Untuk memanggil staf)
Meminta Menu
메뉴판 주세요 (Menyupan juseyo)
Tolong berikan menunya.
Pesan X porsi
X 인분 주세요 (X inbun juseyo)
Tolong beri kami X porsi.
Meminta Rekomendasi
뭐가 맛있어요? (Mwoga masisseoyo?)
Apa yang enak?
Memesan Air Tambahan
물 좀 더 주세요 (Mul jom deo juseyo)
Tolong berikan air lagi.
2. Meminta Tambahan dan Pembayaran
Situasi
Frasa Korea
Arti
Meminta Isi Ulang Banchan
반찬 더 주시겠어요? (Banchan deo jusigesseoyo?)
Bisakah Anda mengisi ulang lauknya?
Meminta Nasi Tambahan
밥 하나 추가요 (Bap hana chugayo)
Tambahan satu nasi.
Meminta Keju (jika perlu)
치즈 추가요 (Chijeu chugayo)
Tambahan keju.
Meminta Tagihan
계산서 주세요 (Gyesanseo juseyo)
Tolong berikan tagihannya.
Membayar Secara Terpisah
따로 계산해주세요 (Ttaro gyesanhaejuseyo)
Tolong bayar secara terpisah (split bill).
3. Memuji Makanan dan Perasaan Kenyang
Memberikan pujian yang tulus sangat dihargai oleh koki dan tuan rumah.
너무 맛있어요! (Neomu Masisseoyo!): Ini sangat enak!
최고예요! (Choegoyeyo!): Ini yang terbaik!
입맛에 맞아요 (Immas-e majayo): Ini sesuai dengan selera saya.
배불러요 (Baebulleoyo): Saya kenyang. (Diucapkan di akhir makan).
Jika Anda tidak dapat menghabiskan makanan, daripada mengatakan itu tidak enak, lebih baik katakan "배불러서 더 이상 못 먹겠어요" (Baebulleoseo deo isang mot meokgesseoyo) - Saya sudah kenyang sehingga tidak bisa makan lagi. Ini menunjukkan bahwa kualitas makanan itu baik, hanya porsi Anda sudah maksimal.
Ilustrasi dua orang di meja makan, menunjukkan ritual berbagi makanan dan minuman.
Bagian VI: Filosofi dan Konsep di Balik Makanan Korea
Makanan Korea dipandu oleh prinsip-prinsip kesehatan dan filosofi yang mendalam, terutama konsep Yak Sik Dong Won (약식동원) yang berarti "obat dan makanan berasal dari sumber yang sama." Makanan dilihat sebagai cara untuk menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah penyakit.
1. Konsep Eumyangohaeng (Yin dan Yang Serta Lima Elemen)
Konsep Lima Warna (Osaek) dalam Bibimbap adalah perwujudan paling jelas dari filosofi Ohaeng (Lima Elemen):
Merah/Api: Cabai, daging (melambangkan hati dan emosi).
Putih/Logam: Nasi, lobak, bawang putih (melambangkan paru-paru dan nafas).
Hitam/Air: Jamur, rumput laut, kecap asin (melambangkan ginjal dan vitalitas).
Hijau/Kayu: Bayam, zucchini, sayuran hijau (melambangkan empedu dan pertumbuhan).
Kuning/Tanah: Labu, telur, kedelai (melambangkan perut dan pencernaan, inti dari keseimbangan).
Tujuan dari setiap hidangan adalah menyatukan kelima warna dan rasa (manis, asam, asin, pahit, pedas) untuk mencapai harmoni fisik dan spiritual.
2. Fermentasi dan Jangkauan Rasa
Tiga bumbu inti Korea, yang disebut Jang, adalah hasil dari fermentasi yang panjang dan kompleks, memberikan kedalaman rasa umami yang unik pada hidangan Korea:
Ganjang (간장): Kecap asin Korea. Lebih gelap dan kurang asin dibandingkan versi Jepang atau Tiongkok.
Doenjang (된장): Pasta kedelai fermentasi. Basis untuk doenjang jjigae dan banyak saus marinasi. Baunya kuat, tetapi rasanya sangat kaya.
Gochujang (고추장): Pasta cabai fermentasi. Ini adalah bumbu khas Korea yang memberikan rasa pedas manis yang unik. Kualitas rasa manis ini berasal dari fermentasi malt dan bubuk beras ketan, bukan hanya gula.
Proses fermentasi ini secara tradisional dilakukan dalam pot gerabah besar yang disebut Onggi (옹기), yang memungkinkan udara masuk tetapi menjaga kelembaban. Onggi sering ditempatkan di teras atau taman rumah untuk fermentasi yang sempurna di bawah matahari.
3. Hidangan Perayaan dan Musiman
Makanan juga sangat terkait dengan siklus musim dan perayaan keluarga:
Dol Janchi (Ulang Tahun Pertama): Makanan utama adalah Miyeok Guk (Sup Rumput Laut) dan berbagai jenis Tteok (kue beras) yang melambangkan umur panjang dan kesehatan. Sup rumput laut harus dimakan oleh ibu pada hari ulang tahun anak sebagai tanda syukur atas kelahirannya.
Seollal (Tahun Baru Imlek): Hidangan wajib adalah Tteokguk (Sup Kue Beras). Memakan sup ini melambangkan penambahan usia satu tahun.
Chuseok (Festival Panen): Makanan utama adalah Songpyeon, kue beras berbentuk bulan sabit yang diisi dengan kacang-kacangan atau wijen, yang dimakan untuk merayakan panen yang melimpah.
Bagian VII: Mengenal Variasi Regional dalam Hansik
Meskipun hidangan dasar seperti Kimchi ada di seluruh Korea, setiap provinsi menawarkan sentuhan rasa yang unik, dipengaruhi oleh iklim, hasil bumi lokal, dan sejarahnya. Mengenal variasi ini memungkinkan kita menghargai kedalaman kuliner Korea.
1. Provinsi Jeolla (Barat Daya)
Dikenal sebagai 'lumbung padi' Korea, wilayah Jeolla (termasuk Gwangju dan Jeonju) terkenal dengan makanannya yang sangat mewah dan berlimpah (Han-jeongsik). Mereka menggunakan bumbu yang lebih kaya dan fermentasi yang lebih dalam.
Ciri Khas: Porsi banchan yang luar biasa banyaknya (hingga 30 jenis), hidangan laut yang segar, dan penggunaan biji-bijian premium.
Hidangan Kunci:Jeonju Bibimbap dan hidangan fermentasi ikan asin (Jeotgal) yang lebih kuat.
2. Provinsi Gyeongsang (Tenggara)
Wilayah Gyeongsang (termasuk Busan dan Daegu) adalah rumah bagi kuliner pesisir. Makanan di sini dikenal lebih pedas dan lebih asin karena pengaruh hidangan laut yang harus diawetkan.
Ciri Khas: Rasa yang tegas, banyak menggunakan cabai dan garam. Fokus pada ikan segar dan hidangan mentah (Hoe).
Hidangan Kunci:Mulgogi (sejenis hidangan rebusan ikan laut segar), dan Dwaeji Gukbap (sup nasi babi) di Busan, hidangan sederhana namun mengenyangkan.
3. Provinsi Chungcheong (Tengah)
Terletak di pusat semenanjung, Chungcheong (Daejeon) dikenal karena makanannya yang ringan dan sederhana, sering kali tanpa bumbu yang terlalu kuat, menekankan rasa alami bahan-bahan.
Ciri Khas: Bersih, tidak terlalu pedas atau asin. Banyak menggunakan sayuran liar dan jamur.
Hidangan Kunci: Berbagai jenis sup kacang kedelai (Kongguksu) dan mie yang sederhana.
4. Provinsi Gangwon (Timur)
Wilayah pegunungan dan pesisir ini terkenal dengan kentang, soba, dan makanan laut yang dikeringkan. Rasa makanannya cenderung sederhana dan memanfaatkan hasil bumi pegunungan.
Ciri Khas: Hidangan berbasis kentang (Gamja Ongsimi - sup pangsit kentang) dan mie soba (Memil Guksu).
Hidangan Kunci:Gamja Jeon (panekuk kentang) yang renyah dan gurih.
5. Seoul (Ibukota)
Sebagai pusat kerajaan Joseon, Seoul memiliki tradisi kuliner istana (Gungjung Eumsik). Makanan Seoul cenderung seimbang, elegan, dan kurang pedas dibandingkan provinsi lain.
Ciri Khas: Keseimbangan rasa, porsi yang lebih terukur, dan fokus pada hidangan premium seperti Galbijjim (iga rebus) dan Tteokgalbi (patty daging iga).
Penutup: Seni Bersantap Komunal
Frasa "Ayo Makan" (먹자) di Korea adalah undangan yang melampaui kebutuhan fisik; ini adalah panggilan untuk berbagi, menghormati, dan membangun komunitas. Entah Anda menikmati samgyeopsal yang baru dipanggang di restoran, menyeruput jjigae hangat di rumah, atau berbagi tteokbokki di jalanan, setiap elemen dari proses bersantap terjalin erat dengan filosofi Konfusianisme dan rasa syukur.
Dengan mempraktikkan etiket yang tepat—menghormati senior, menggunakan sendok dan sumpit dengan benar, dan yang paling penting, mengucapkan "Jal Meokgesseumnida" sebelum dan "Jal Meogeosseumnida" setelah makan—Anda tidak hanya makan makanan Korea, tetapi Anda juga berpartisipasi dalam budaya Korea itu sendiri, menjadikannya pengalaman yang jauh lebih berharga dan menyenangkan.