Bacaan Surat Yasin Latin Lengkap Ayat 1-83 Beserta Artinya
Surat Yasin adalah surat ke-36 dalam Al-Qur'an dan terdiri dari 83 ayat. Surat ini termasuk dalam golongan surat Makkiyah, yang berarti diturunkan di kota Mekkah sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW. Dikenal sebagai "Qalbul Qur'an" atau jantungnya Al-Qur'an, Surat Yasin memiliki kedudukan yang sangat istimewa di hati umat Muslim di seluruh dunia. Kandungannya yang padat merangkum pokok-pokok ajaran Islam, mulai dari penegasan tentang kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW, tanda-tanda kebesaran Allah SWT di alam semesta, hingga gambaran dahsyat tentang hari kebangkitan dan pembalasan. Membaca Surat Yasin dengan tulisan latin menjadi jembatan bagi banyak orang yang sedang dalam proses belajar membaca Al-Qur'an dalam aksara Arab aslinya. Teks latin ini membantu dalam melafalkan ayat demi ayat dengan lebih mudah, sambil tetap berusaha memahami makna mendalam yang terkandung di dalamnya. Artikel ini menyajikan bacaan lengkap ayat Surat Yasin dalam format latin, disertai terjemahan Bahasa Indonesia untuk setiap ayatnya, serta ulasan mendalam untuk membantu kita merenungi pesan-pesan agung yang disampaikannya.
Berikut adalah bacaan lengkap Surat Yasin dari ayat 1 sampai 83 dalam tulisan latin beserta terjemahannya.
Pembukaan dan Penegasan Risalah (Ayat 1-12)
Makna di Balik Permulaan yang Agung
Bagian awal Surat Yasin dibuka dengan huruf-huruf misterius "Yaa Siin" yang maknanya hanya diketahui oleh Allah SWT. Ini adalah salah satu dari huruf muqatta'at (huruf-huruf terpotong) yang menjadi ciri khas beberapa surat dalam Al-Qur'an, berfungsi sebagai pengingat akan keagungan dan kemukjizatan bahasa Al-Qur'an yang tak tertandingi. Allah kemudian bersumpah demi Al-Qur'an yang penuh hikmah ("Wal Qur'anil hakiim") untuk menegaskan status Nabi Muhammad SAW sebagai seorang rasul yang diutus. Sumpah ini memberikan bobot yang luar biasa pada pesan yang akan disampaikan, menggarisbawahi bahwa apa yang dibawa oleh Nabi bukanlah perkataan manusia biasa, melainkan wahyu ilahi yang sarat dengan kebijaksanaan.
Tugas utama Nabi Muhammad SAW dijelaskan sebagai pemberi peringatan ("litundziro qoumam") kepada kaum yang leluhurnya belum pernah menerima peringatan, sehingga mereka hidup dalam kelalaian. Ini menyoroti universalitas risalah Islam yang bertujuan untuk menyadarkan manusia dari kelalaian spiritual. Namun, Allah juga menjelaskan bahwa peringatan ini hanya akan bermanfaat bagi mereka yang mau mengikuti ajaran dan takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Bagi mereka yang hatinya telah tertutup oleh kesombongan dan penolakan, peringatan tersebut tidak akan mengubah keadaan mereka. Ayat-ayat ini menggunakan metafora kuat seperti "belenggu di leher" dan "dinding penghalang" untuk menggambarkan kondisi spiritual orang-orang kafir yang terkurung dalam kegelapan dan ketidaktahuan akibat pilihan mereka sendiri. Bagian ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah SWT mencatat segala amal perbuatan manusia, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dalam sebuah "kitab yang nyata" (Lauhul Mahfuz), yang menunjukkan keadilan dan pengawasan-Nya yang mutlak.
Yā Sīn.
Artinya: "Yaa Siin."
Wal Qur'ānil hakīm.
Artinya: "Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah."
Innaka laminal mursalīn.
Artinya: "Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul."
'Alā sirātim mustaqīm.
Artinya: "(yang berada) di atas jalan yang lurus."
Tanzīlal 'Azīzir Rahīm.
Artinya: "(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang."
Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fahum gāfilūn.
Artinya: "Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai."
Laqad haqqal qaulu 'alā akṡarihim fahum lā yu'minūn.
Artinya: "Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman."
Innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal ażqāni fahum muqmahūn.
Artinya: "Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah."
Wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubsirūn.
Artinya: "Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."
Wa sawā'un 'alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn.
Artinya: "Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga."
Innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar Rahmāna bil-gaīb, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm.
Artinya: "Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia."
Innā nahnu nuhyil-mautā wa naktubu mā qaddamū wa āṡārahum, wa kulla syai'in ahsaināhu fī imāmim mubīn.
Artinya: "Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)."
Kisah Penduduk Negeri dan Para Utusan (Ayat 13-32)
Pelajaran dari Penolakan dan Keteguhan Iman
Bagian ini menyajikan sebuah perumpamaan yang kuat tentang "penduduk suatu negeri" (ashabal qaryah), yang menurut banyak ahli tafsir merujuk pada kota Anthakiyah (Antiokhia). Allah mengutus dua orang rasul kepada mereka, namun penduduk negeri itu mendustakan keduanya. Untuk memperkuat dakwah, Allah mengutus rasul ketiga. Namun, penduduk negeri tetap menolak dengan sombong, menuduh para utusan itu sebagai manusia biasa yang membawa kebohongan dan sial. Ini adalah cerminan klasik dari respons kaum-kaum terdahulu terhadap para nabi: penolakan berdasarkan kesombongan dan takhayul.
Di tengah penolakan massal, muncul seorang tokoh inspiratif: seorang laki-laki yang datang berlari dari ujung kota. Ia tidak memiliki jabatan atau kekuasaan, tetapi memiliki iman yang tulus. Dengan penuh semangat, ia menasihati kaumnya, "Wahai kaumku! Ikutilah para utusan itu!" Ia memberikan argumen logis dan spiritual yang sederhana namun mendalam: mengapa tidak menyembah Tuhan yang telah menciptakan kita dan kepada-Nya kita semua akan kembali? Ia menegaskan bahwa ia tidak meminta imbalan apa pun, menunjukkan ketulusan dakwahnya.
Tragisnya, seruannya yang tulus dibalas dengan kekerasan, dan ia pun wafat sebagai seorang syahid. Namun, kisahnya tidak berakhir di situ. Setelah kematiannya, ia langsung disambut dengan surga. Dari dalam kenikmatan abadi itu, terucaplah penyesalannya, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberiku ampunan dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan." Ini adalah pelajaran luar biasa tentang kebesaran jiwa seorang mukmin, yang bahkan setelah dizalimi, masih mengharapkan kebaikan bagi kaumnya. Kisah ini ditutup dengan kehancuran penduduk negeri itu oleh satu teriakan keras dari langit, sebuah azab yang datang tiba-tiba sebagai balasan atas penolakan mereka. Ini menjadi peringatan keras bahwa azab Allah bisa datang seketika kepada mereka yang terus-menerus mendustakan kebenaran.
Wadrib lahum maṡalan as-hābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.
Artinya: "Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka."
Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabūhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalūn.
Artinya: "(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, 'Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu'."
Qālū mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-Rahmānu min syai'in in antum illā takżibūn.
Artinya: "Mereka menjawab, 'Kamu ini tidak lain hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu ini tidak lain hanyalah pendusta belaka'."
Qālū rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalūn.
Artinya: "Mereka berkata, 'Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(-Nya) kepadamu'."
Wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.
Artinya: "Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas."
Qālū innā tatayyarna bikum, la'il lam tantahū lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.
Artinya: "Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami'."
Qālū tā'irukum ma'akum, a'in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn.
Artinya: "Mereka (utusan-utusan) itu berkata, 'Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas'."
Wa jā'a min aqsal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.
Artinya: "Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, 'Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu'."
Ittabi'ū mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadūn.
Artinya: "'Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk'."
Wa mā liya lā a'budul-lażī fataranī wa ilaihi turja'ūn.
Artinya: "Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan."
A'attakhiżu min dūnihī ālihatan iy yuridnir-Rahmānu bidurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżūn.
Artinya: "Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, niscaya pertolongan mereka tidak akan berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak akan dapat menyelamatkanku."
Innī iżal lafī dalālim mubīn.
Artinya: "Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata."
Innī āmantu birabbikum fasma'ūn.
Artinya: "Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku."
Qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamūn.
Artinya: "Dikatakan (kepadanya), 'Masuklah ke surga.' Dia berkata, 'Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui'."
Bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn.
Artinya: "Apa yang menyebabkan Tuhanku memberiku ampunan dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan."
Wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn.
Artinya: "Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya."
In kānat illā saihataw wāhidatan fa iżā hum khāmidūn.
Artinya: "Tidak ada siksaan terhadap mereka melainkan dengan satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati."
Yā hasratan 'alal-'ibād, mā ya'tīhim mir rasūlin illā kānū bihī yastahzi'ūn.
Artinya: "Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya."
Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurūni annahum ilaihim lā yarji'ūn.
Artinya: "Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, (mereka) tidak kembali kepada mereka (di dunia)."
Wa in kullul lammā jamī'ul ladainā muhdarūn.
Artinya: "Dan setiap (umat) itu, semuanya akan dihadapkan kepada Kami."
Tanda-tanda Kekuasaan Allah di Alam Semesta (Ayat 33-44)
Bukti Kebangkitan dalam Ciptaan-Nya
Setelah menyajikan pelajaran dari sejarah, Al-Qur'an mengalihkan perhatian kita ke "kitab alam semesta" yang terbentang luas. Bagian ini memaparkan serangkaian tanda (ayat) kebesaran Allah yang dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, yang semuanya mengarah pada satu kesimpulan: adanya kekuatan Pencipta yang Maha Kuasa dan keniscayaan hari kebangkitan. Tanda pertama adalah bumi yang mati ("al-ardul maitah"). Allah menghidupkannya kembali dengan air hujan, menumbuhkan biji-bijian dan tanaman yang menjadi sumber makanan bagi manusia. Fenomena ini adalah analogi yang sangat jelas untuk kebangkitan manusia setelah mati. Sebagaimana Allah mampu menghidupkan tanah yang kering kerontang, Dia juga Maha Mampu membangkitkan jasad yang telah hancur.
Selanjutnya, Allah menyoroti penciptaan segala sesuatu secara berpasang-pasangan, baik dari tumbuhan, diri manusia, maupun dari makhluk-makhluk yang tidak kita ketahui. Konsep pasangan (zawjain) ini adalah prinsip fundamental dalam alam semesta yang menunjukkan keseimbangan dan keteraturan ilahi. Ayat-ayat berikutnya mengajak kita merenungkan fenomena astronomi yang menakjubkan: malam yang menyelimuti siang, serta matahari dan bulan yang masing-masing beredar pada garis edarnya ("kullun fī falakiy yasbahūn"). Pergerakan benda-benda langit yang presisi ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan bukti adanya hukum alam yang diciptakan dan diatur oleh Sang Maha Sutradara. Matahari yang bergerak menuju tempat peristirahatannya adalah tanda kekuasaan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Ini semua adalah bukti nyata yang seharusnya membuka mata hati manusia akan keagungan-Nya. Terakhir, Allah mengingatkan manusia akan nikmat-Nya melalui kisah bahtera Nabi Nuh, di mana nenek moyang manusia diselamatkan di dalam "kapal yang penuh muatan". Ini adalah simbol penyelamatan dan rahmat Allah, yang menunjukkan bahwa Dia-lah satu-satunya tempat berlindung.
Wa āyatul lahumul-ardul-maitah, ahyaināhā wa akhrajnā minhā habban fa minhu ya'kulūn.
Artinya: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan."
Wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyūn.
Artinya: "Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air."
Liya'kulū min ṡamarihī wa mā 'amilathu aidīhim, afalā yasykurūn.
Artinya: "Agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?"
Subhānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-ardu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamūn.
Artinya: "Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui."
Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu minhun-nahāra fa iżā hum muzlimūn.
Artinya: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka berada dalam kegelapan."
Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'Azīzil-'Alīm.
Artinya: "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui."
Wal-qamara qaddarnāhu manāzila hattā 'āda kal-'urjūnil-qadīm.
Artinya: "Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua."
Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbahūn.
Artinya: "Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya."
Wa āyatul lahum annā hamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masy-hūn.
Artinya: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan."
Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabūn.
Artinya: "Dan Kami ciptakan untuk mereka dari jenis itu apa yang mereka kendarai."
Wa in nasya' nugriq-hum falā sarīkha lahum wa lā hum yunqażūn.
Artinya: "Dan jika Kami menghendaki, niscaya Kami tenggelamkan mereka; maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan."
Illā rahmatam minnā wa matā'an ilā hīn.
Artinya: "Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu."
Hari Kebangkitan dan Pengadilan (Ayat 45-68)
Gambaran Hari Kiamat dan Nasib Manusia
Tema surat ini kemudian beralih ke eskatologi, yaitu gambaran tentang akhir zaman dan hari pembalasan. Ayat-ayat ini melukiskan respons orang-orang kafir ketika diperingatkan tentang azab di dunia dan akhirat. Mereka berpaling dan mengejek, menantang kapan janji hari kiamat itu akan tiba. Allah menjawab bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba, melalui "satu teriakan" yang membinasakan mereka saat mereka sedang sibuk dalam perselisihan duniawi. Kedahsyatan peristiwa ini membuat mereka tidak sempat berwasiat atau kembali kepada keluarga.
Kemudian, tiupan sangkakala kedua membangkitkan semua manusia dari kubur mereka ("minal ajdaasi ilaa rabbihim yansiluun"). Dalam keadaan terkejut dan kebingungan, mereka menyadari bahwa janji Allah adalah benar. Pada hari itu, tidak ada satu jiwa pun yang dirugikan, dan setiap orang akan diberi balasan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Surat Yasin lalu menggambarkan kontras yang tajam antara nasib penghuni surga dan penghuni neraka. Para penghuni surga digambarkan bersenang-senang dalam kesibukan yang menggembirakan, duduk di atas dipan-dipan bersama pasangan mereka, menikmati buah-buahan dan segala yang mereka inginkan. Puncak kenikmatan mereka adalah ucapan "Salaam" (salam sejahtera) dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
Sebaliknya, para pendosa diperintahkan untuk "berpisah" dari orang-orang beriman dan dihadapkan pada neraka Jahanam yang telah diperingatkan kepada mereka. Sebuah adegan pengadilan yang dramatis digambarkan: mulut mereka dikunci, dan yang berbicara adalah tangan dan kaki mereka, menjadi saksi atas perbuatan mereka di dunia. Ini menunjukkan keadilan absolut Allah di mana tidak ada lagi ruang untuk kebohongan. Bagian ini ditutup dengan pengingat tentang siklus kehidupan manusia—dari lemah, menjadi kuat, lalu kembali lemah di usia tua—sebagai bukti kekuasaan Allah untuk menciptakan dan mengubah, sekaligus sebagai perenungan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara.
Wa iżā qīla lahumuttaqū mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum turhamūn.
Artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang agar kamu mendapat rahmat'."
Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānū 'anhā mu'ridīn.
Artinya: "Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya."
Wa iżā qīla lahum anfiqū mimmā razaqakumullāhu qālal-lażīna kafarū lil-lażīna āmanū anut'imu mal lau yasyā'ullāhu at'amahū in antum illā fī dalālim mubīn.
Artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,' orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, 'Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata'."
Wa yaqūlūna matā hāżal-wa'du in kuntum sādiqīn.
Artinya: "Dan mereka berkata, 'Kapankah janji (hari berbangkit) itu (terjadi) jika kamu orang yang benar?'"
Mā yanzurūna illā saihataw wāhidatan ta'khużuhum wa hum yakhissimūn.
Artinya: "Mereka hanya menunggu satu teriakan saja, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar."
Falā yastatī'ūna tausiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ūn.
Artinya: "Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya."
Wa nufikha fis-sūri fa iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilūn.
Artinya: "Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup) menuju kepada Tuhannya."
Qālū yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa'adar-Rahmānu wa sadaqal-mursalūn.
Artinya: "Mereka berkata, 'Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?' Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya)."
In kānat illā saihataw wāhidatan fa iżā hum jamī'ul ladainā muhdarūn.
Artinya: "Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami."
Fal-yauma lā tuzlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malūn.
Artinya: "Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan."
Inna as-hābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihūn.
Artinya: "Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)."
Hum wa azwājuhum fī zilālin 'alal-arā'iki muttaki'ūn.
Artinya: "Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan."
Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ūn.
Artinya: "Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan."
Salāmun qaulam mir rabbir rahīm.
Artinya: "(Kepada mereka dikatakan), 'Salam,' sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang."
Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimūn.
Artinya: "Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), 'Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!'"
Alam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaitān, innahū lakum 'aduwwum mubīn.
Artinya: "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu."
Wa ani'budūnī, hāżā sirātum mustaqīm.
Artinya: "Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus."
Wa laqad adalla minkum jibillan kaṡīrā, afalam takūnū ta'qilūn.
Artinya: "Dan sungguh, ia (setan) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?"
Hāżihī jahannamul-latī kuntum tū'adūn.
Artinya: "Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu."
Islaushal-yauma bimā kuntum takfurūn.
Artinya: "Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya."
Al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānū yaksibūn.
Artinya: "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
Wa lau nasyā'u latamasnā 'alā a'yunihim fastabaqus-sirāta fa annā yubsirūn.
Artinya: "Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?"
Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastatā'ū mudiyyaw wa lā yarji'ūn.
Artinya: "Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali."
Wa man nu'ammirhu nunakkishu fil-khalq, afalā ya'qilūn.
Artinya: "Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?"
Penutup: Kekuasaan Mutlak Allah dan Argumen Kebangkitan (Ayat 69-83)
Jawaban Telak atas Keraguan dan Penegasan Kekuasaan Allah
Di bagian penutup surat ini, Allah SWT kembali menegaskan hakikat Al-Qur'an dan membantah tuduhan kaum kafir Quraisy yang menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai seorang penyair. Allah menyatakan, "Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya." Al-Qur'an ditegaskan bukan sebagai karya sastra manusia, melainkan sebagai "pelajaran dan kitab yang jelas" ("in huwa illaa dzikrun wa qur-aanun mubiin"). Tujuannya adalah untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup hatinya dan untuk menetapkan hukuman bagi orang-orang kafir.
Ayat-ayat selanjutnya kembali mengingatkan manusia akan bukti kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya, seperti penciptaan hewan ternak yang memberikan banyak manfaat bagi manusia. Namun, ironisnya, manusia justru mengambil tuhan-tuhan selain Allah dengan harapan mendapat pertolongan, padahal berhala-berhala itu sama sekali tidak berdaya. Puncak argumen dalam surat ini terdapat pada ayat 77 hingga 82. Allah menyoroti kesombongan manusia yang lupa akan asal-usulnya dari setetes mani, namun berani menjadi penantang yang nyata. Mereka membawa perumpamaan tulang-belulang yang hancur dan bertanya, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?"
Allah memberikan jawaban yang logis dan telak: "Katakanlah, 'Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali'." Argumen ini sangat kuat, karena secara logika, menciptakan dari ketiadaan jauh lebih sulit daripada mengembalikan sesuatu yang sudah pernah ada. Allah kemudian memberikan contoh lain dari kekuasaan-Nya yang luar biasa: kemampuan-Nya menciptakan api dari kayu yang hijau, sebuah proses yang secara simbolis menunjukkan kemampuan-Nya memunculkan kehidupan (api) dari sesuatu yang tampak berlawanan (kayu basah). Surat ini diakhiri dengan sebuah deklarasi agung tentang kekuasaan mutlak Allah SWT. Dia-lah Pencipta langit dan bumi, dan perintah-Nya hanyalah dengan satu kata: "Kun" (Jadilah!), maka terjadilah ("fayakun"). Ayat terakhir, "Fasubhaanal ladzii biyadihii malakuutu kulli syai-in wa ilaihi turja'uun," menjadi kesimpulan yang sempurna. Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah kekuasaan atas segala sesuatu, dan hanya kepada-Nya lah kita semua akan dikembalikan. Ini adalah penegasan final yang merangkum seluruh pesan tauhid, kebangkitan, dan kekuasaan ilahi yang menjadi inti dari Surat Yasin.
Wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa Qur'ānum mubīn.
Artinya: "Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan."
Liyunżira man kāna hayyaw wa yahiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn.
Artinya: "Agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir."
Awalam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fa hum lahā mālikūn.
Artinya: "Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?"
Wa żallalnāhā lahum fa minhā rakūbuhum wa minhā ya'kulūn.
Artinya: "Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka makan."
Wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, afalā yasykurūn.
Artinya: "Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?"
Wattakhażū min dūnillāhi ālihatal la'allahum yunsarūn.
Artinya: "Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan."
Lā yastatī'ūna nasrahum wa hum lahum jundum muhdarūn.
Artinya: "Mereka (sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu."
Falā yahzunka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrūna wa mā yu'linūn.
Artinya: "Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan."
Awalam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nutfatin fa iżā huwa khasīmum mubīn.
Artinya: "Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata."
Wa daraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuhyil-'izāma wa hiya ramīm.
Artinya: "Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa akan kejadiannya; ia berkata, 'Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?'"
Qul yuhyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm.
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk'."
Al-lażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhdari nāran fa iżā antum minhu tūqidūn.
Artinya: "Yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu."
Awalaisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arda biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm.
Artinya: "Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang telah hancur)? Benar. Dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui."
Innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqūla lahū kun fa yakūn.
Artinya: "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu."
Fa subhānal-lażī biyadihī malakūtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ūn.
Artinya: "Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan."
Demikianlah bacaan Surat Yasin lengkap dari ayat 1 sampai 83 dalam tulisan latin beserta terjemahannya. Surat ini merupakan sebuah samudra hikmah yang tak pernah kering. Dari awal hingga akhir, ia membawa kita dalam sebuah perjalanan spiritual yang meneguhkan iman, membuka wawasan tentang kebesaran Allah, mengingatkan akan kepastian hari akhir, dan memberikan pelajaran berharga dari kisah-kisah umat terdahulu. Merenungi setiap ayatnya, baik melalui bacaan Arab maupun latin, adalah sebuah upaya untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Semoga dengan memahami dan mengamalkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya, kita dapat memperoleh rahmat, ampunan, dan petunjuk untuk meniti jalan yang lurus.