Strategi A-Z: Mengoptimalkan Produktivitas Ayam Elba Kampung Petelur Super (AEKPS)
Ayam Elba Kampung Petelur Super: Kombinasi genetik unggul untuk efisiensi produksi telur.
I. Fondasi Baru Peternakan Unggas Indonesia
Sektor peternakan unggas, khususnya produksi telur, selalu menjadi pilar ketahanan pangan nasional. Seiring meningkatnya permintaan konsumen terhadap telur dengan label “kampung” atau “organik” yang memiliki citra nutrisi dan rasa yang superior, inovasi genetik menjadi kunci. Ayam Elba Kampung Petelur Super (AEKPS) muncul sebagai jawaban atas kebutuhan pasar ini.
AEKPS bukanlah ras murni, melainkan hasil persilangan strategis yang dirancang untuk menggabungkan dua karakteristik vital: ketahanan dan adaptasi superior dari ayam lokal (kampung), dengan efisiensi dan tingkat produksi tinggi dari strain Elba (biasanya turunan Leghorn atau ras petelur tipe ringan lainnya yang telah diadaptasi). Label ‘Super’ yang disandangnya menggarisbawahi keunggulan produktivitas yang jauh melampaui rata-rata ayam kampung biasa, namun tetap mempertahankan warna cangkang, tekstur, dan flavor yang disukai konsumen telur kampung.
Artikel komprehensif ini akan mengupas tuntas setiap aspek manajemen, mulai dari seleksi bibit, nutrisi presisi berbasis fase pertumbuhan, hingga strategi biosekuriti dan analisis ekonomi mendalam, memastikan peternak mampu mencapai Puncak Produksi Telur (PPT) yang optimal dan berkelanjutan.
II. Anatomi Genetik dan Karakteristik Fisiologis AEKPS
Memahami AEKPS dimulai dengan menganalisis komponen genetiknya. Kesuksesan beternak unggas persilangan terletak pada kemampuan peternak untuk mengeksploitasi fenomena heterosis atau *hybrid vigor*—peningkatan kinerja pada keturunan dibandingkan rata-rata kedua induknya.
III.1. Keunggulan Strain Elba
Strain Elba (seringkali berasal dari program pemuliaan Eropa) dikenal memiliki tingkat konversi pakan menjadi massa telur yang sangat efisien. Karakteristik utamanya meliputi:
- Maturitas Seksual Cepat: Mulai bertelur lebih awal (sekitar 18–20 minggu).
- Laju Bertelur (Lay Rate) Tinggi: Potensi produksi di atas 80% hingga 90% pada masa puncak.
- Berat Badan Ringan: Meminimalkan biaya pakan pemeliharaan (maintenance feed) per individu.
III.2. Kontribusi Gen Ayam Kampung
Ayam kampung Indonesia memberikan landasan ketahanan yang krusial, memungkinkan AEKPS bertahan dalam lingkungan tropis yang menantang. Kontribusi genetik ayam kampung meliputi:
- Adaptasi Termal: Toleransi yang lebih baik terhadap fluktuasi suhu dan kelembaban ekstrem.
- Ketahanan Penyakit Non-Spesifik: Sistem imun yang lebih robust terhadap patogen lapangan umum.
- Kualitas Daging dan Telur: Memberikan warna kuning telur yang pekat dan tekstur cangkang yang lebih kuat, sesuai preferensi pasar domestik.
III.3. Kinerja Teknis Target AEKPS
Peternak harus membidik parameter kinerja spesifik yang membedakan AEKPS dari ayam petelur komersial (ras) atau ayam kampung murni. Berikut target minimal yang harus dicapai:
Parameter Kinerja Kunci
- Puncak Produksi Telur (PPT): 80% - 85%.
- Durasi Fase Puncak: Minimum 12 minggu.
- Bobot Telur Rata-rata: 55–60 gram (Kelas Medium hingga Besar).
- Masa Produksi Ekonomis: Minimal 70 minggu (sekitar 12-14 bulan produksi aktif).
- FCR (Feed Conversion Ratio) Total: 2.3 – 2.5 kg pakan per 1 kg massa telur.
III. Manajemen Pemeliharaan Dasar dan Lingkungan Kandang
Lingkungan kandang adalah 60% dari keberhasilan produksi. Kandang yang optimal harus memenuhi kebutuhan fisiologis ayam, meminimalkan stres, dan memfasilitasi penerapan biosekuriti yang ketat.
III.1. Tipe Kandang dan Desain Struktural
Untuk AEKPS, sistem kandang yang paling umum dan efisien adalah sistem semi-tertutup atau *open-sided house* dengan orientasi timur-barat untuk meminimalkan paparan sinar matahari langsung di siang hari.
A. Kandang Koloni (Litter)
Sistem ini lebih cocok untuk ayam kampung karena memungkinkan pergerakan dan perilaku alami, yang seringkali menjadi daya tarik marketing ‘kampung’. Namun, manajemen litter harus ketat.
- Kepadatan Ideal: Maksimum 7–8 ekor per meter persegi (untuk ayam dewasa). Kepadatan berlebihan memicu kanibalisme dan penyebaran penyakit.
- Manajemen Alas (Litter): Gunakan sekam padi atau serutan kayu kering setebal 5–10 cm. Harus dibalik setiap 3–5 hari dan diganti total jika kadar amonia (bau menyengat) mencapai batas toleransi.
B. Kandang Baterai Modifikasi
Meskipun kurang mencerminkan nuansa “kampung”, kandang baterai (individual atau koloni kecil 2-3 ekor per kotak) menawarkan efisiensi sanitasi superior, FCR yang lebih baik, dan mengurangi risiko telur pecah.
- Dimensi Kotak: 40 cm x 40 cm untuk 2 ekor. Pastikan lantai kandang memiliki kemiringan 8–10 derajat agar telur langsung menggelinding keluar.
- Ventilasi: Jarak minimal antara tumpukan kandang (tier) harus cukup untuk sirkulasi udara (minimum 50 cm).
III.2. Manajemen Suhu dan Kelembaban
AEKPS, meskipun tahan banting, memiliki Zona Termal Nyaman (Thermoneutral Zone) ideal antara 18°C hingga 24°C. Suhu di atas 28°C dapat menyebabkan *heat stress*, yang secara langsung menurunkan konsumsi pakan, absorpsi kalsium, dan akhirnya, produksi serta kualitas cangkang telur.
- Penyediaan Air Dingin: Pastikan air minum selalu segar dan sejuk. Gunakan sistem pendingin kabut (misting system) jika suhu melebihi 30°C.
- Ketinggian Atap: Minimum 3.5 meter untuk sirkulasi udara yang optimal dan pembuangan panas dari tubuh ayam.
IV. Program Pakan Presisi untuk Puncak Produktivitas Telur
Nutrisi adalah faktor tunggal terpenting yang menentukan apakah AEKPS mencapai status ‘Super’ atau hanya ‘biasa’. Program pakan harus dirancang berdasarkan fase pertumbuhan (Starter, Grower, Pre-layer, Layer) dengan penekanan pada kepadatan nutrisi (nutrient density), bukan hanya kuantitas.
IV.1. Fase Starter (Minggu 0–6)
Fokus pada perkembangan skeletal dan organ vital. Pakan harus sangat tinggi protein (minimum 20% CP) untuk memaksimalkan laju pertumbuhan. Energi Metabolisme (ME) target: 2800 Kcal/kg.
- Protein dan Asam Amino: Rasio Lisin dan Metionin yang tepat sangat penting. Lisin berperan dalam pertumbuhan otot, sementara Metionin penting untuk inisiasi pertumbuhan bulu dan metabolisme sulfur.
IV.2. Fase Grower (Minggu 7–18)
Ini adalah fase kritis pembangunan pondasi tubuh, tetapi harus menghindari kegemukan. Ayam yang terlalu gemuk akan mengalami penumpukan lemak di ovarium, yang menghambat produksi telur. Protein diturunkan (16–18% CP) dan energi dipertahankan. Manajemen berat badan yang ketat wajib dilakukan melalui penimbangan acak mingguan.
IV.3. Fase Pre-Layer (Minggu 18–20)
Fase peralihan ini sangat penting. Ayam mulai menyimpan kalsium meduler (kalsium yang disimpan di tulang untuk pembentukan cangkang). Pakan harus ditingkatkan kadar Kalsiumnya secara bertahap (mulai dari 1.5% menjadi 2.5% Kalsium). Hal ini mempersiapkan ayam untuk tuntutan produksi tinggi.
IV.4. Fase Layer (Minggu 20 hingga Afkir)
Kebutuhan nutrisi pada fase ini sangat dinamis, tergantung pada persentase produksi telur (PP%).
A. Kebutuhan Energi dan Protein Inti
Pada puncak produksi (PP > 85%), AEKPS memerlukan pakan dengan minimal 17% Protein Kasar (CP) dan Energi Metabolisme (ME) sekitar 2750–2850 Kcal/kg. Keseimbangan energi-protein ini menentukan seberapa besar massa telur yang bisa dihasilkan per hari.
B. Manajemen Kalsium dan Fosfor
Kalsium adalah komponen cangkang (95% cangkang terbuat dari Kalsium Karbonat). Kalsium harian harus 3.5% hingga 4.2% dari total pakan. Peternak Super harus menggunakan sumber kalsium ganda:
- Kalsium Halus: Cepat diserap di usus kecil. Penting untuk kebutuhan darah harian.
- Kalsium Kasar (Grits): Butiran besar (3–5 mm) dari batu kapur atau kulit kerang. Ini bertahan lebih lama di gizzard dan menyediakan kalsium pada malam hari ketika cangkang dibentuk (proses pembentukan cangkang terjadi 8-10 jam, sebagian besar di malam hari).
C. Mikronutrien Penting
Vitamin D3 (untuk absorpsi Kalsium), Biotin (untuk integritas kulit kaki dan kualitas telur), dan Kolin (untuk metabolisme lemak hati) harus dipastikan tercukupi dalam formula pakan.
V. Biosekuriti dan Program Kesehatan Terpadu
Karena AEKPS dioperasikan pada kepadatan tinggi untuk mencapai efisiensi, risiko penyakit meningkat. Biosekuriti yang ketat adalah non-negotiable untuk menjaga status ‘Super’.
V.1. Pilar Biosekuriti Tiga Zona
- Zona Merah (Luar): Area di luar perimeter kandang. Larangan masuk bagi kendaraan dan orang yang tidak berkepentingan. Wajib ada pos desinfeksi kendaraan dan alas kaki.
- Zona Kuning (Perimeter): Area antara gerbang desinfeksi dan pintu kandang. Hewan peliharaan atau unggas lain dilarang masuk. Ganti pakaian dan sepatu bot wajib di titik ini.
- Zona Hijau (Dalam Kandang): Hanya staf inti yang boleh masuk. Harus ada protokol “All In, All Out” (AIAO)—memasukkan semua ayam seumur, dan mengeluarkan semua ayam pada saat afkir, untuk memutus siklus patogen.
V.2. Program Vaksinasi Esensial
Jadwal vaksinasi harus disesuaikan dengan tantangan penyakit lokal, namun ada vaksin inti yang wajib diprioritaskan pada AEKPS:
A. Vaksinasi Wajib Primer (Masa Starter/Grower)
- ND (New Castle Disease): Sangat penting di Indonesia. Diberikan pada usia 4 hari (tetes mata/hidung) dan diulang pada 2–4 minggu (air minum) dan 6–8 minggu (injeksi).
- Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD): Melemahkan sistem imun. Diberikan pada usia 7–14 hari (tergantung Maternal Antibody).
- Cacar Ayam (Fowl Pox): Terutama jika sistem kandang terbuka. Diberikan melalui tusuk sayap.
B. Vaksinasi Tambahan (Masa Pra-Layer)
Sebelum masuk masa produksi, vaksin aktif dan inaktif diberikan untuk perlindungan jangka panjang dan mencegah penurunan produksi mendadak:
- IB (Infectious Bronchitis): Mencegah penurunan kualitas telur (cangkang tipis, telur berlendir).
- AI (Avian Influenza) H5N1: Jika endemik di wilayah tersebut. Vaksinasi inaktif (minyak) pada usia 16–18 minggu.
V.3. Pengendalian Parasit
Koksidiosis (disebabkan oleh *Eimeria* spp.) adalah ancaman utama di sistem litter. Pengendalian dilakukan melalui:
- Manajemen Kelembaban Litter: Jaga agar litter selalu kering (< 25% kelembaban).
- Koksidiostat: Penggunaan obat pencegah dalam pakan pada fase starter.
- Deworming (Obat Cacing): Wajib dilakukan setiap 8–12 minggu pada ayam dewasa untuk memelihara absorpsi nutrisi optimal.
VI. Manajemen Produksi Harian dan Kualitas Telur
Peralihan dari fase grower ke fase layer memerlukan intervensi manajemen yang agresif, terutama dalam hal pencahayaan dan pengawasan berat badan.
VI.1. Protokol Pencahayaan (Lighting Program)
Ayam betina merespons lama penyinaran (fotoperiode) untuk melepaskan hormon yang memicu ovulasi. AEKPS memerlukan program cahaya yang ketat untuk mencapai dan mempertahankan PPT.
- Fase Grower: Minimalkan paparan cahaya (8–10 jam per hari) untuk menunda kematangan seksual hingga berat badan optimal tercapai.
- Stimulasi Produksi: Pada usia 17–18 minggu, tingkatkan durasi pencahayaan secara bertahap (15–30 menit per minggu) hingga mencapai total 16 jam cahaya/gelap (termasuk cahaya matahari).
- Intensitas: Gunakan intensitas cahaya minimal 5–10 lux. Lampu harus tersebar merata untuk menghindari titik gelap.
VI.2. Manajemen Berat Badan (Body Weight Management)
Berat badan pada saat mulai bertelur (Point of Lay/POL) sangat berkorelasi positif dengan durasi Puncak Produksi Telur dan ukuran telur. Jika ayam mulai bertelur terlalu cepat (berat badan rendah), mereka akan menghasilkan telur kecil dan cepat mengalami kelelahan produksi.
- Target POL: Berat badan harus berada dalam 95% dari standar genetik yang direkomendasikan.
- Homogenitas: Usahakan variasi berat badan (koefisien variasi) tidak melebihi 10%. Kelompok yang tidak homogen akan membuat manajemen pakan layer menjadi tidak efektif.
VI.3. Penanganan dan Grading Telur
Telur harus dikumpulkan minimum 3 kali sehari untuk meminimalkan risiko pecah, kotor, dan penurunan kualitas internal akibat panas lingkungan. Telur AEKPS umumnya memiliki cangkang berwarna krem/cokelat muda yang menarik.
- Penyimpanan: Telur harus disimpan dalam ruangan sejuk (13°C – 18°C) dengan kelembaban tinggi (70%–80%) untuk mempertahankan kualitas putih telur (Haugh Unit).
- Pembersihan: Jangan mencuci telur kecuali benar-benar diperlukan, karena dapat menghilangkan lapisan kutikula alami yang melindungi pori-pori dari bakteri. Jika harus dibersihkan, gunakan larutan desinfektan dengan suhu lebih panas dari telur.
VII. Analisis Ekonomi Mendalam dan Strategi Pemasaran Telur Super
Peternakan AEKPS adalah investasi padat modal dan manajemen. Analisis ekonomi yang akurat diperlukan untuk memastikan profitabilitas jangka panjang.
VII.1. Perhitungan Biaya dan BEP (Break-Even Point)
Biaya utama peternakan AEKPS terbagi menjadi Biaya Investasi (Kandang, Peralatan) dan Biaya Operasional (Pakan, Bibit, Obat/Vaksin, Listrik, Tenaga Kerja).
A. Biaya Pakan (Komponen Terbesar)
Pakan mencakup 65% hingga 75% dari total biaya operasional. Efisiensi pakan (FCR) adalah kunci. Targetkan FCR (kg pakan/kg telur) di bawah 2.5.
Contoh Perhitungan BEP Telur:
Jika biaya pakan per kg adalah Rp 7.000, dan FCR adalah 2.4, maka biaya pakan untuk menghasilkan 1 kg telur (sekitar 17 butir @ 60g) adalah 2.4 kg * Rp 7.000 = Rp 16.800. Dengan menambahkan biaya variabel lainnya (tenaga kerja, obat, penyusutan), harga jual per butir harus jauh di atas rata-rata harga telur ras komersial.
B. Nilai Tambah Daging Afkir
Salah satu keunggulan AEKPS adalah nilai jual ayam afkirnya (end-of-lay). Karena citra “kampung” yang melekat, daging afkir AEKPS memiliki harga jual yang lebih tinggi per kg dibandingkan ayam petelur ras murni, menambah pemasukan signifikan di akhir siklus.
VII.2. Strategi Diferensiasi Pasar
Telur AEKPS harus diposisikan sebagai produk premium. Pemasaran tidak hanya berfokus pada kuantitas, tetapi pada narasi kualitas dan sistem pemeliharaan.
- Branding ‘Kampung Super’: Tonjolkan karakteristik nutrisi yang superior (tinggi Omega-3, warna kuning telur yang lebih dalam).
- Sertifikasi dan Traceability: Menyediakan bukti bahwa ayam dipelihara dengan manajemen yang baik (misalnya, tanpa antibiotik promotor pertumbuhan) akan meningkatkan kepercayaan konsumen kelas atas.
- Channel Distribusi: Fokus pada pasar modern, restoran/kafe organik, dan penjualan langsung ke konsumen melalui media sosial, yang memungkinkan penetapan harga premium.
VIII. Teknik Manajemen Lanjutan dan Optimalisasi Kinerja Kawanan
VIII.1. Molting Paksa (Forced Molting)
Molting paksa adalah teknik yang digunakan untuk meremajakan kawanan petelur yang telah melewati puncak produksi (biasanya setelah 60–70 minggu) dan persentase produksinya menurun tajam (< 65%).
- Tujuan: Mengistirahatkan sistem reproduksi ayam, meregenerasi saluran oviduk, dan memperbaiki kualitas cangkang di siklus produksi kedua.
- Protokol: Biasanya melibatkan pengurangan durasi pencahayaan dan pembatasan pakan selama 7–10 hari, menyebabkan ayam kehilangan berat badan cepat dan rontok bulu. Setelah molting, pakan dan cahaya dikembalikan normal, dan produksi bisa kembali mencapai 70%–80% dari puncak pertama, dengan kualitas cangkang yang jauh lebih baik.
VIII.2. Manajemen Catatan (Record Keeping)
Peternakan Super tidak bisa dijalankan berdasarkan perkiraan. Data harian adalah peta jalan menuju profitabilitas.
Data Kritis yang Wajib Dicatat Harian:
- Produksi Telur Harian (dalam butir dan kg).
- Konsumsi Pakan Harian (kg).
- Mortalitas/Culling Harian.
- Kualitas Telur (pecah, kotor, tipis).
- Suhu dan Kelembaban Kandang (pagi, siang, sore).
Dari data ini, hitung Indeks Produksi Harian (PP%), FCR, dan persistensi produksi. Jika PP% turun drastis tanpa perubahan FCR, segera identifikasi masalah kesehatan atau stres lingkungan.
VIII.3. Culling Selektif (Penyortiran)
Ayam yang tidak produktif harus disingkirkan dari kawanan karena mereka hanya menjadi beban FCR. Ayam yang menunjukkan karakteristik seperti sisir pucat, jarak tulang pubis rapat, atau tidak pernah bertelur selama 10 hari berturut-turut harus segera dijual afkir.
IX. Tantangan Iklim Tropis dan Solusi Inovatif
Meskipun AEKPS tahan banting, iklim Indonesia menghadirkan tantangan spesifik yang harus diatasi dengan manajemen adaptif.
IX.1. Heat Stress (Stres Panas)
Stres panas kronis (suhu > 30°C) menyebabkan ayam terengah-engah (panting), yang mengeluarkan CO2 berlebihan. Ini menyebabkan alkalosis respiratorik, mengganggu keseimbangan pH darah, dan secara langsung menghambat deposisi Kalsium pada cangkang.
- Solusi Nutrisi: Tambahkan sumber Elektrolit (Sodium Bicarbonate, Potassium Chloride) dalam air minum pada jam-jam terpanas (11:00 – 15:00) untuk menstabilkan keseimbangan elektrolit dan pH.
- Solusi Lingkungan: Peningkatan aliran udara dan penggunaan atap insulasi panas (misalnya, atap genteng atau atap metal yang dicat putih dan diberi lapisan foil).
IX.2. Manajemen Musim Hujan
Musim hujan meningkatkan kelembaban, yang memperparah masalah litter, amonia, dan penyakit pernapasan. Kelembaban tinggi juga menurunkan efisiensi pakan karena ayam tidak perlu makan banyak untuk menghasilkan panas tubuh.
- Ventilasi Bawah: Pastikan udara segar masuk di bagian bawah kandang untuk membantu mengeringkan litter.
- Penggunaan Probiotik: Menambahkan probiotik ke dalam pakan atau air minum dapat membantu menstabilkan flora usus, yang sangat penting saat ayam menghadapi tantangan lingkungan.
X. Spesifikasi Pakan Lanjutan: Memaksimalkan Massa Telur
Untuk mencapai gelar ‘Super’, kita tidak hanya melihat produksi butir, tetapi total massa telur yang dihasilkan. Massa telur ditentukan oleh ukuran telur dan bobot cangkang.
X.1. Peran Keseimbangan Asam Amino
Kebutuhan utama untuk massa telur adalah Metionin dan Sistein (asam amino sulfur) serta Lisin. Ketika rasio Metionin terhadap Lisin optimal, pemanfaatan protein untuk sintesis telur maksimal, bukan diubah menjadi energi.
- Target Rasio: Metionin + Sistein harus sekitar 72% - 75% dari kebutuhan Lisin pada pakan layer. Defisiensi menyebabkan ukuran telur kecil dan kualitas bulu buruk.
X.2. Pemanfaatan Sumber Pakan Alternatif Lokal
Guna menekan biaya pakan yang tinggi, peternak Super dapat mengintegrasikan bahan baku lokal, asalkan analisis nutrisi dilakukan secara akurat:
- Fermentasi Tepung Maggot BSF: Sumber protein tinggi (40%–50% CP) yang dapat menggantikan sebagian bungkil kedelai. Fermentasi juga meningkatkan daya cerna.
- Tepung Daun Singkong (Cassava Leaf Meal): Sumber karotenoid alami yang memperkuat warna kuning telur, tetapi harus diproses untuk menghilangkan sianida.
- Ampas Kelapa Sawit (Palm Kernel Meal/PKM): Sumber serat dan energi, namun penggunaannya terbatas (maksimal 10%–15% pakan layer) karena daya cerna yang bervariasi.
X.3. Manajemen Pemberian Pakan (Feeding Management)
Pemberian pakan harus dipecah menjadi dua kali sehari (pagi dan sore). Pakan sore hari sangat vital. Sekitar 60% kebutuhan Kalsium harian harus diberikan pada sore hari (pukul 14:00 – 17:00), karena ini akan tersedia saat ayam membentuk cangkang di malam hari.
- Memeriksa Palatabilitas: Pakan harus habis dalam waktu 30–45 menit setelah diberikan, menandakan palatabilitas yang baik dan konsumsi yang seragam.
XI. Peningkatan Kualitas Genetik dan Breeding Internal
Meskipun sebagian besar peternak AEKPS membeli DOC (Day-Old Chick), peternak skala besar dapat mempertimbangkan program pemuliaan internal untuk mempertahankan dan meningkatkan keunggulan genetik.
XI.1. Strategi Persilangan Ulang
AEKPS adalah F1 atau F2 dari persilangan dua strain murni. Jika persilangan F1 (generasi pertama) disilangkan lagi dengan sesama F1, akan terjadi segregasi genetik yang menyebabkan penurunan performa (inbreeding depression). Untuk mempertahankan status ‘Super’, peternak harus:
- Backcrossing (Persilangan Balik): Menyediakan pejantan murni Elba dan betina kampung berkualitas, atau terus membeli bibit F1 yang sudah teruji.
- Seleksi Fenotipik Ketat: Memilih calon induk berdasarkan performa terbaik (ukuran telur konsisten, konversi pakan rendah, ketahanan penyakit teruji).
XI.2. Penilaian Heritabilitas Karakteristik Kunci
Dalam program pemuliaan, fokus harus pada karakteristik dengan heritabilitas tinggi:
- Heritabilitas Tinggi: Bobot telur, warna cangkang. (Mudah diperbaiki melalui seleksi).
- Heritabilitas Rendah: Jumlah telur, FCR, kelangsungan hidup. (Lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan manajemen).
Dengan fokus pada bobot telur yang merupakan ciri khas Elba dan daya tahan kampung, kualitas genetik AEKPS dapat dipertahankan di lingkungan tropis.
XII. Kesimpulan: Menuju Peternakan Telur Kampung Kelas Dunia
Ayam Elba Kampung Petelur Super menawarkan jembatan ideal antara efisiensi produksi unggas ras komersial dan permintaan pasar untuk produk 'telur kampung' premium. Status ‘Super’ hanya dapat dicapai melalui penerapan manajemen presisi di setiap fase kehidupan ayam.
Dari manajemen pencahayaan 16 jam yang ketat, pakan berbasis keseimbangan asam amino dan kalsium partikel ganda, hingga penerapan biosekuriti tiga zona, setiap detail adalah penentu profitabilitas. Dengan dedikasi pada data, investasi pada lingkungan yang nyaman, dan strategi pemasaran yang menekankan kualitas produk, peternak AEKPS tidak hanya bertahan, tetapi memimpin pasar telur premium Indonesia, memastikan produktivitas yang tinggi dan berkelanjutan.
Investasi dalam pengetahuan dan manajemen terperinci adalah investasi yang paling menghasilkan dalam peternakan AEKPS.