Ayam broiler umumnya dipanen pada usia 4 hingga 7 minggu. Memelihara ayam broiler hingga usia 3 bulan (12 minggu) merupakan strategi yang sangat spesifik, membutuhkan manajemen ekstra ketat, formulasi pakan khusus, dan perhatian mendalam terhadap kesehatan rangka dan kardiovaskular. Artikel ini membahas tantangan dan protokol manajemen yang diperlukan untuk menjaga produktivitas dan kesehatan ayam yang telah mencapai bobot dan usia maksimal.
Ayam broiler yang dipelihara hingga 12 minggu seringkali diarahkan untuk pasar khusus yang membutuhkan ukuran karkas yang sangat besar, atau sebagai bagian dari program semi-tradisional/organik yang membatasi laju pertumbuhan cepat. Bobot yang dicapai pada usia ini dapat melebihi 4 kg, sebuah pencapaian yang menuntut adaptasi total dalam manajemen peternakan.
Keputusan untuk memelihara broiler melampaui masa panen standar (sekitar 42 hari) adalah keputusan ekonomi yang harus didukung oleh alasan pasar yang kuat. Pada dasarnya, setelah minggu ke-7, Laju Konversi Pakan (FCR) akan menurun drastis, artinya setiap kilogram pakan menghasilkan pertambahan bobot yang jauh lebih sedikit dibandingkan pada masa pertumbuhan awal. Namun, beberapa skenario membenarkan perpanjangan periode pemeliharaan ini:
Beberapa pasar tradisional atau restoran premium membutuhkan ayam dengan tekstur daging yang lebih padat dan serat otot yang lebih berkembang, yang hanya dicapai melalui pemeliharaan yang lebih lama. Ayam ini sering disebut 'ayam ras super' atau 'ayam kampung super' di beberapa wilayah, meskipun secara genetik tetap merupakan turunan broiler cepat tumbuh. Tekstur daging yang lebih kenyal dan rasa yang lebih kuat menjadi nilai jual utamanya.
Dalam program semi-organik atau kesejahteraan hewan yang tinggi, broiler mungkin diberi makan dengan pola yang membatasi laju pertumbuhan di awal kehidupan (restricted feeding). Tujuannya adalah mengurangi masalah kesehatan kaki dan sindrom kematian mendadak (SDS) yang terkait dengan pertumbuhan eksplosif. Akibatnya, untuk mencapai bobot panen komersial (misalnya 2.5 kg), periode pemeliharaan harus diperpanjang, seringkali hingga 10-12 minggu.
Meskipun bukan broiler murni yang ditujukan untuk konsumsi, kadang kala peternakan memperpanjang pemeliharaan galur broiler (tetapi dengan manajemen pakan yang sangat ketat) untuk dijadikan pengganti calon induk (pullet). Protokol ini sangat berbeda, namun membutuhkan pengalaman dalam menjaga kesehatan jangka panjang strain broiler.
Fisiologi broiler modern dirancang untuk siklus hidup yang pendek. Ketika dipelihara hingga 12 minggu, sistem tubuh mereka, terutama sistem rangka dan kardiovaskular, menghadapi tekanan ekstrem akibat bobot tubuh yang sangat besar.
Pada usia 3 bulan, broiler memiliki massa otot yang melebihi kemampuan sistem rangka untuk mendukungnya, terutama di area paha dan sendi panggul. Masalah yang umum terjadi meliputi:
Pertumbuhan otot yang cepat memerlukan pasokan oksigen yang sangat tinggi. Jantung dan paru-paru broiler seringkali gagal memenuhi permintaan ini, terutama dalam kondisi panas atau kepadatan tinggi.
Ascites adalah penumpukan cairan dalam rongga perut yang disebabkan oleh hipertensi paru. Jantung sisi kanan memompa lebih keras untuk mengalirkan darah melalui paru-paru yang terlalu kecil untuk ukuran tubuh, menyebabkan kegagalan jantung. Pada usia 12 minggu, risiko ascites melonjak karena massa tubuh yang jauh lebih besar.
Setelah minggu ke-8, ayam broiler tidak lagi membutuhkan pakan Finisher yang dirancang untuk pertumbuhan eksplosif. Sebaliknya, mereka memerlukan pakan Maintenance atau Grower Lanjutan yang bertujuan menopang bobot tubuh tanpa memaksakan pertumbuhan otot yang tidak berkelanjutan, sekaligus menjaga integritas tulang.
Kebutuhan energi metabolisme (ME) per kilogram pakan harus diturunkan secara bertahap. Pakan Finisher mungkin memiliki ME 3200 Kkal/kg, tetapi pakan untuk minggu 9-12 sebaiknya dipertahankan di rentang 2800 hingga 3000 Kkal/kg. Tujuannya adalah mengurangi deposit lemak visceral (lemak perut) yang memberatkan sistem kardiovaskular.
Kadar protein kasar (CP) juga harus diturunkan. Pakan standard mungkin 18-20% CP, namun pakan Maintenance bisa diturunkan menjadi 16-17%. Lebih penting dari CP total adalah keseimbangan asam amino esensial, terutama Lysine dan Methionine, yang kini digunakan lebih untuk pemeliharaan jaringan (maintenance) daripada hipertrofi (pembesaran otot).
Dalam pemeliharaan yang diperpanjang, menjaga rasio Lysine terhadap Methionine + Cystine adalah kunci. Rasio yang terlalu tinggi akan memicu pertumbuhan otot yang membebani, sedangkan rasio yang tepat dapat mengalihkan energi ke kesehatan tulang dan organ. Profil ideal pada fase Maintenance (minggu 9+) adalah:
Untuk mengendalikan laju pertumbuhan dan mengurangi tekanan metabolik, peternak sering menerapkan pola pemberian pakan terbatas (quantitative restriction) atau bahkan puasa intermiten (skip-a-day feeding).
Mengingat risiko TD dan masalah kaki, suplemen tambahan diperlukan:
Manajemen lingkungan untuk ayam 12 minggu haruslah presisi, terutama karena ayam yang lebih besar menghasilkan panas tubuh yang jauh lebih banyak dan menghasilkan lebih banyak kotoran (amonia).
Ini adalah faktor kritis yang sering diabaikan. Jika bobot panen normal adalah 2.5 kg, maka 12-14 ekor/m² mungkin ideal. Namun, jika bobot mencapai 4.0 kg atau lebih, kepadatan harus diturunkan drastis untuk mencegah masalah kaki dan stres panas.
Volume kotoran yang dihasilkan oleh ayam 4 kg jauh lebih besar. Amonia (NH₃) harus dijaga di bawah 10 ppm. Kadar amonia di atas 20 ppm menyebabkan iritasi mata, kerusakan silia pernapasan, dan meningkatkan risiko Chronic Respiratory Disease (CRD).
Protokol Litter:
Untuk peternakan 12 minggu, sistem kandang tertutup (closed house) menjadi hampir wajib. Ventilasi harus dirancang untuk menghilangkan panas yang sangat besar (sekitar 15-20 Watt per kg berat hidup pada 20°C).
Masa pemeliharaan yang panjang meningkatkan peluang paparan patogen. Program kesehatan harus berfokus pada pencegahan infeksi sekunder dan dukungan organ vital.
Metabolisme protein dan lemak yang berkelanjutan, meskipun dengan pakan yang diturunkan, tetap membebani hati dan ginjal. Detoksifikasi dan fungsi ekskresi harus didukung.
Air minum yang bersih adalah garis pertahanan pertama, terutama ketika bakteri usus dapat menyebabkan Necrotic Enteritis (NE) atau Coccidiosis yang diperparah oleh stres.
Indikator ekonomi utama dalam pemeliharaan yang diperpanjang adalah FCR (Feed Conversion Ratio). FCR adalah rasio antara jumlah pakan yang dihabiskan dibagi dengan bobot tubuh yang diperoleh.
Secara umum, FCR memburuk seiring bertambahnya usia karena sebagian besar energi pakan dialihkan untuk fungsi pemeliharaan (maintenance) dan bukan lagi pertumbuhan murni.
Kenaikan FCR yang ekstrem ini menunjukkan bahwa pemeliharaan hingga 12 minggu hanya akan menguntungkan jika harga jual per kilogram ayam 4 kg (Niche Market Premium) jauh melampaui harga ayam standar, untuk menutup biaya pakan yang sangat tinggi dan risiko kesehatan yang meningkat.
Peternak harus menghitung BEP dengan sangat teliti. Jika biaya pakan per kg pada minggu 12 adalah Rp 7.500 dan FCR-nya adalah 3.0, maka biaya pakan untuk menghasilkan 1 kg daging adalah Rp 22.500, belum termasuk DOC, obat-obatan, dan biaya operasional lainnya (listrik, tenaga kerja, depresiasi).
Harga jual yang dibutuhkan untuk ayam umur 3 bulan harus mencerminkan biaya operasional tinggi dan persentase kematian yang lebih tinggi (mortalitas kumulatif bisa mencapai 10-15% atau lebih karena SDS dan Ascites). Oleh karena itu, strategi ini hanya layak jika pasar bersedia membayar premi harga minimal 50% hingga 100% lebih tinggi per kilogram dibandingkan ayam broiler biasa.
Pada usia muda, cahaya diperlukan untuk stimulasi makan. Namun, pada usia 3 bulan, cahaya terang atau periode terang yang panjang justru meningkatkan aktivitas metabolik dan stres, memperburuk kondisi jantung dan paru-paru.
Ayam besar memiliki kebutuhan ruang yang lebih besar. Pastikan akses ke pakan dan air tidak terhambat.
Memelihara ayam dengan pertumbuhan cepat hingga usia 12 minggu membawa isu etika terkait kesejahteraan hewan. Peternak yang memilih strategi ini harus mengadopsi standar kesejahteraan tertinggi.
Ayam broiler 3 bulan mengalami stres kronis akibat bobot tubuh dan keterbatasan mobilitas. Stres ini menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresi).
Pada fase akhir pemeliharaan, jumlah ayam yang tidak bisa berdiri (non-ambulatory birds) karena masalah kaki akan meningkat.
Manajemen ayam broiler hingga umur 3 bulan adalah sebuah seni dan sains yang menuntut komitmen sumber daya dan pengetahuan teknis yang jauh lebih tinggi daripada siklus standar 6 minggu. Kesuksesan sangat bergantung pada pengendalian laju pertumbuhan pada fase maintenance, dukungan terhadap integritas tulang, dan manajemen lingkungan yang sempurna untuk mengatasi beban panas dan risiko kardiovaskular.
Fokus utama harus bergeser dari "pertumbuhan maksimal" (fase 1-6 minggu) menjadi "pemeliharaan kesehatan dan kualitas" (fase 7-12 minggu). Tanpa penyesuaian radikal pada nutrisi (pengurangan ME dan protein, fortifikasi mineral), pengendalian kepadatan (maksimal 2.75 ekor/m²), dan sistem ventilasi yang kuat (menjaga suhu 18-21°C dan amonia < 10 ppm), kerugian akibat mortalitas dan FCR yang buruk hampir pasti terjadi. Strategi ini, meskipun berisiko tinggi, memberikan peluang untuk meraih margin keuntungan yang lebih tinggi melalui pasar premium yang menghargai kualitas dan ukuran karkas yang superior.