ATURAN FUTSAL TERBARU: PANDUAN LENGKAP HUKUM PERMAINAN

Prinsip dan Semangat Hukum Permainan Futsal

Futsal, sebagai cabang sepak bola ruangan yang dinamis dan berkecepatan tinggi, diatur oleh seperangkat hukum yang terperinci. Hukum Permainan Futsal (Laws of the Game Futsal) disusun dan diperbarui secara berkala oleh badan internasional untuk memastikan keadilan, keselamatan pemain, dan mempertahankan kecepatan serta daya tarik olahraga ini. Memahami setiap detail aturan terbaru adalah kunci, tidak hanya bagi wasit dan pelatih, tetapi juga bagi setiap pemain yang ingin berkompetisi di tingkat tertinggi. Interpretasi yang tepat terhadap hukum ini seringkali menentukan hasil pertandingan.

Aturan futsal modern menekankan pada fluida permainan, akurasi keputusan wasit, dan penanganan disiplin yang ketat, terutama terkait dengan akumulasi pelanggaran yang menjadi ciri khas utama futsal. Dokumen ini menyajikan analisis mendalam dari Hukum 1 hingga Hukum 18, dengan fokus pada revisi dan klarifikasi terbaru yang mempengaruhi pelaksanaan pertandingan.

Hukum 1: Lapangan Permainan (The Pitch)

Kualitas dan dimensi lapangan sangat fundamental. Lapangan harus berbentuk persegi panjang. Untuk pertandingan internasional, dimensi lapangan harus memiliki panjang minimum 38 meter dan maksimum 42 meter, serta lebar minimum 20 meter dan maksimum 25 meter. Untuk pertandingan non-internasional, toleransi lebih luas, yaitu panjang 25–42 meter dan lebar 16–25 meter.

Garis dan Tanda Lapangan

Semua garis harus memiliki lebar yang sama, yaitu 8 sentimeter. Garis batas terpanjang disebut garis sentuh (touch line), dan garis terpendek disebut garis gawang (goal line). Yang terpenting, garis-garis ini merupakan bagian dari area yang mereka batasi. Titik tengah lapangan ditandai dengan lingkaran sentral berdiameter 3 meter.

Area Penalti dan Area Tendangan Bebas Kedua

Area penalti ditandai dengan busur seperempat lingkaran berjarak 6 meter dari setiap tiang gawang, meluas hingga ke garis gawang. Titik penalti pertama (6 meter) berada di tengah garis gawang, sedangkan Titik Penalti Kedua (TPA) diletakkan sejauh 10 meter dari garis gawang. TPA ini krusial untuk penalti akibat akumulasi pelanggaran kelima dan seterusnya.

Zona Substitusi
Ilustrasi Lapangan Futsal (Area Penalti 6m dan Titik Penalti Kedua 10m)

Hukum 2 & 3: Bola dan Pemain

Hukum 2: Bola (The Ball)

Bola futsal harus memiliki keliling antara 62-64 cm dan berat antara 400-440 gram saat awal pertandingan. Ciri paling khasnya adalah tekanan rendahnya (low bounce). Jika dijatuhkan dari ketinggian 2 meter, pantulan pertamanya tidak boleh melebihi 65 cm dan tidak boleh kurang dari 50 cm. Prosedur penggantian bola jika bola pecah atau kempes harus dilakukan dari tempat bola menjadi tidak layak, menggunakan bola pengganti yang memiliki spesifikasi yang identik. Jika bola rusak saat fase adu penalti, tendangan tersebut harus diulang dengan bola baru.

Hukum 3: Jumlah Pemain

Setiap tim terdiri dari maksimal 5 pemain, salah satunya adalah penjaga gawang. Jumlah maksimum pemain cadangan adalah 9 (total 14 pemain dalam daftar tim). Pergantian pemain sifatnya tak terbatas (flying substitution), tetapi harus dilakukan di zona substitusi timnya sendiri. Pelanggaran dalam prosedur substitusi (misalnya, pemain pengganti masuk sebelum pemain yang diganti keluar sepenuhnya) akan menghasilkan tendangan bebas tidak langsung (TBT) bagi tim lawan, dan pemain yang melanggar akan diberikan kartu kuning.

Prosedur Pengusiran Sementara (Sin Bin)

Jika seorang pemain dikeluarkan (kartu merah), tim tersebut harus bermain dengan 4 pemain selama 2 menit. Setelah 2 menit berlalu, tim tersebut dapat memasukkan pemain pengganti kelima. Namun, jika tim lawan mencetak gol selama periode kekurangan pemain tersebut, pemain pengganti dapat masuk segera, sebelum 2 menit berakhir. Aturan ini, yang memicu permainan yang lebih terbuka, harus dipahami secara mendalam oleh semua ofisial.

Peran Penjaga Gawang Terbang (Flying Goalkeeper)

Penjaga gawang dapat digantikan oleh pemain lapangan (Flying Goalkeeper). Pemain ini harus mengenakan seragam yang berbeda dari pemain lain dan wasit. Penggunaan kiper terbang adalah strategi penting, tetapi memunculkan risiko besar. Setiap kali kiper terbang diturunkan, ia tunduk pada semua aturan kiper, termasuk batasan 4 detik dan batasan sentuhan di area sendiri.

Hukum 4 hingga 7: Peralatan, Wasit, dan Waktu

Hukum 4: Perlengkapan Pemain

Peralatan wajib meliputi jersey, celana pendek, kaus kaki, pelindung tulang kering, dan alas kaki. Penggunaan alas kaki non-kanvas (sepatu futsal khusus) adalah wajib. Semua perhiasan, termasuk kalung, anting-anting, dan jam tangan, dilarang. Jika wasit menganggap peralatan pemain berbahaya atau tidak sesuai, pemain tersebut harus segera meninggalkan lapangan untuk memperbaikinya.

Hukum 5 & 6: Wasit dan Asisten Wasit

Wasit memiliki otoritas penuh untuk menegakkan Hukum Permainan. Keputusan wasit mengenai fakta-fakta yang berkaitan dengan permainan (seperti gol, waktu, hasil) bersifat final. Wasit harus:

Asisten Wasit (Wasit Kedua, Wasit Ketiga, dan Pencatat Waktu) memiliki peran spesifik. Wasit Kedua beroperasi di sisi lapangan yang berlawanan dan bertanggung jawab penuh atas zona substitusi dan pengawasan pergantian pemain. Pencatat Waktu bertanggung jawab atas durasi pertandingan dan, yang paling penting, pencatatan akumulasi pelanggaran.

Hukum 7: Durasi Pertandingan

Pertandingan dimainkan dalam dua babak yang masing-masing berdurasi 20 menit waktu efektif (stop-clock). Waktu akan dihentikan setiap kali bola keluar, gol dicetak, atau wasit memberikan peluit. Setiap tim berhak atas satu kali time-out berdurasi 1 menit per babak. Jika tim tidak memintanya, hak time-out tersebut tidak dapat diakumulasikan ke babak berikutnya.

Perpanjangan Waktu (Extra Time)

Jika diperlukan perpanjangan waktu untuk memecah kebuntuan, biasanya terdiri dari dua babak masing-masing 5 menit. Time-out tidak diizinkan selama perpanjangan waktu. Jika skor tetap imbang, penentuan pemenang dilakukan melalui adu tendangan penalti (Kicks from the Penalty Mark).

Hukum 8 hingga 10: Memulai Permainan dan Pencetakan Gol

Hukum 8: Memulai dan Melanjutkan Permainan

Kick-off: Digunakan untuk memulai babak dan setelah gol dicetak. Semua pemain harus berada di setengah lapangan mereka sendiri, dan lawan minimal 3 meter dari bola. Bola dianggap bergerak saat ditendang dan jelas bergerak.

Dropped Ball (Bola Jatuh): Perubahan terbaru hukum menekankan bahwa bola jatuh diberikan kepada satu pemain tim yang terakhir menyentuh bola, di tempat bola berada saat permainan dihentikan, kecuali jika penghentian terjadi di area penalti. Dalam hal tersebut, bola selalu diberikan kepada penjaga gawang tim bertahan.

Hukum 9 & 10: Bola di Dalam/Luar Lapangan dan Pencetakan Gol

Bola Keluar: Bola dianggap keluar lapangan hanya jika telah melewati garis batas sepenuhnya, baik di udara maupun di darat. Jika bola mengenai atap atau langit-langit (jika ada batasan tinggi), permainan dihentikan dan dilanjutkan dengan kick-in, sesuai dengan tempat vertikal bola menyentuh atap.

Gol Sah: Gol dianggap sah jika seluruh bagian bola melewati garis gawang, di antara tiang gawang dan di bawah mistar gawang. Penjaga gawang tidak diizinkan melempar bola langsung ke gawang lawan; jika terjadi, itu adalah tendangan gawang.

Hukum 12: Pelanggaran dan Kelakuan Tidak Etis (Fouls and Misconduct)

Hukum 12 adalah jantung dari kedisiplinan dalam futsal dan sumber utama dari akumulasi pelanggaran. Pelanggaran dibagi menjadi dua kategori besar: yang menghasilkan Tendangan Bebas Langsung (TBL) dan yang menghasilkan Tendangan Bebas Tidak Langsung (TBT).

Tendangan Bebas Langsung (TBL)

TBL diberikan jika seorang pemain melakukan salah satu dari tujuh jenis pelanggaran ini (dianggap ceroboh, sembrono, atau menggunakan tenaga berlebihan):

  1. Menendang atau mencoba menendang lawan.
  2. Menjegal (tripping) lawan.
  3. Melompat ke arah lawan.
  4. Menyerang lawan dengan bahu.
  5. Memukul atau mencoba memukul lawan.
  6. Mendorong lawan.
  7. Melakukan tekel (tackle) dengan ceroboh, sembrono, atau berlebihan.

Selain tujuh pelanggaran kontak di atas, TBL juga diberikan jika seorang pemain melakukan pelanggaran tangan (handball) secara sengaja (kecuali penjaga gawang di area penaltinya sendiri).

Definisi Penting: Ceroboh vs. Sembrono vs. Tenaga Berlebihan

Ceroboh (Careless): Tindakan yang dilakukan tanpa perhatian. Ini adalah TBL, tetapi biasanya tanpa kartu disiplin.

Sembrono (Reckless): Tindakan yang dilakukan tanpa memperhatikan bahaya bagi lawan. Ini adalah TBL dan selalu disertai Kartu Kuning (Peringatan).

Tenaga Berlebihan (Excessive Force): Menggunakan tenaga yang jauh melebihi batas yang wajar, membahayakan lawan. Ini adalah TBL dan selalu disertai Kartu Merah (Pengusiran).

Tendangan Bebas Tidak Langsung (TBT)

TBT diberikan untuk pelanggaran yang bersifat teknis atau non-kontak, termasuk:

Sanksi Disiplin: Kartu Kuning dan Kartu Merah

Sanksi disiplin harus diterapkan dengan tegas. Wasit dapat mengeluarkan kartu kuning atau kartu merah kepada pemain yang berada di lapangan, pemain pengganti, atau ofisial tim.

Pelanggaran yang Pasti Kartu Merah (RC)

  1. Mencegah gol atau peluang mencetak gol yang jelas melalui pelanggaran tangan (kecuali kiper di area penalti).
  2. Mencegah gol atau peluang mencetak gol yang jelas dengan pelanggaran yang dapat dihukum TBL.
  3. Melakukan serangan kotor (Serious Foul Play).
  4. Meludah atau melakukan tindakan fisik yang kasar terhadap siapapun.
  5. Menggunakan bahasa yang menyinggung, menghina, atau kasar.

Peluang Mencetak Gol yang Jelas (DOGSO): Kriteria DOGSO meliputi jarak ke gawang, arah pergerakan bola, probabilitas mengontrol bola, dan posisi serta jumlah pemain bertahan. Jika pelanggaran DOGSO terjadi di area penalti dan upaya pemain adalah untuk memainkan bola, sanksi yang diberikan kini seringkali hanya Kartu Kuning, bukan Kartu Merah (Triple Punishment Rule telah dilonggarkan dalam konteks ini, meskipun penekanan Futsal tetap ketat).

Detail Akumulasi Pelanggaran (The Fifth Foul)

Semua pelanggaran yang menghasilkan Tendangan Bebas Langsung (TBL) dihitung sebagai "Pelanggaran Akumulasi." Setelah sebuah tim mencapai pelanggaran kelima (5th Accumulated Foul) dalam satu babak, setiap TBL berikutnya (mulai dari pelanggaran ke-6) akan dihukum dengan Tendangan Bebas Langsung dari Titik Penalti Kedua (10 meter), atau dari tempat pelanggaran terjadi jika lebih dekat ke gawang daripada TPA, tanpa membentuk pagar betis (dinding pemain). Hitungan pelanggaran direset saat babak kedua dimulai, tetapi tidak direset jika pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu.

Hukum 13 hingga 15: Tendangan Bebas, Penalti, dan Eksekusi

Hukum 13: Prosedur Tendangan Bebas

Ketika Tendangan Bebas (langsung atau tidak langsung) diberikan, lawan harus berada minimal 5 meter dari bola sampai bola dimainkan. Jika pelanggaran terjadi di area penalti, TBL akan menjadi Tendangan Penalti 6 meter. Tendangan bebas harus dieksekusi dalam waktu 4 detik, dihitung oleh wasit menggunakan isyarat visual dan lisan.

Hukum 14: Tendangan Bebas dari Titik Penalti Kedua (10 Meter)

Ketika tendangan ini diberikan (akumulasi pelanggaran ke-6 dan seterusnya), pemain yang menendang harus diidentifikasi. Semua pemain, kecuali penendang dan penjaga gawang lawan, harus berada di belakang garis imajiner yang sejajar dengan bola. Kiper harus tetap berada di area penalti dan minimal 5 meter dari bola. Setelah bola ditendang, tidak ada pemain yang dapat menyentuh bola kedua kalinya kecuali bola telah dipantulkan oleh tiang/mistar atau disentuh oleh lawan atau kiper.

Hukum 15: Tendangan Penalti (6 Meter)

Diberikan ketika pelanggaran TBL dilakukan oleh tim bertahan di dalam area penalti mereka sendiri. Bola harus diletakkan di Titik Penalti Pertama (6 meter). Kiper harus tetap di garis gawang, menghadapi penendang, tanpa menyentuh tiang, mistar, atau jaring, dan setidaknya salah satu kaki kiper harus menyentuh atau sejajar dengan garis gawang sampai bola ditendang.

Skenario Pelanggaran Penalti Pelanggaran Dilakukan Oleh Keputusan Wasit
Penendang melakukan pelanggaran setelah wasit memberi isyarat (misalnya, menendang bola kedua kali). Penendang TBT (untuk lawan) di tempat pelanggaran. Tidak ada gol.
Kiper melanggar aturan garis, dan gol tidak tercipta. Kiper Ulang tendangan. Kiper diberi peringatan (YC) untuk pelanggaran pertama.
Pemain tim penendang masuk area penalti sebelum ditendang, dan gol tercipta. Rekan Penendang Ulang tendangan. Jika terjadi berulang, berikan YC.
Pemain bertahan masuk area penalti sebelum ditendang, dan gol tidak tercipta. Pemain Bertahan Ulang tendangan. Pemain bertahan diberi peringatan (YC).

Hukum 16, 17, dan 18: Kick-in, Goal Clearance, dan Tendangan Sudut

Hukum 16: Kick-in (Tendangan ke Dalam)

Kick-in menggantikan lemparan ke dalam pada sepak bola lapangan besar. Ketika bola melewati garis sentuh, tim lawan akan melakukan kick-in. Bola harus diletakkan di atas garis sentuh, dan kaki pemain yang menendang tidak boleh menginjak lapangan sepenuhnya saat menendang. Lawan harus berada minimal 5 meter dari bola. Waktu 4 detik wajib dihitung. Jika kick-in tidak dieksekusi dalam 4 detik, hak kick-in akan berpindah ke tim lawan.

Hukum 17: Goal Clearance (Tendangan Gawang/Jarak Jauh)

Jika bola melewati garis gawang setelah disentuh terakhir oleh pemain lawan, permainan dilanjutkan dengan goal clearance yang dilakukan oleh penjaga gawang. Ini adalah salah satu perbedaan terbesar futsal dan sepak bola. Goal clearance HARUS dilakukan dengan TANGAN (lemparan atau guliran) dan hanya dianggap sah jika bola telah meninggalkan area penalti.

Aturan yang ditegaskan kembali adalah bahwa kiper dapat mencetak gol langsung dari lemparan goal clearance, selama bola dilempar dan bukan ditendang (jika bola diletakkan di tanah, itu dianggap tendangan gawang, bukan goal clearance).

START 4 DETIK 4s Limit (Peluit/Pergantian Kepemilikan)
Visualisasi Hitungan 4 Detik oleh Wasit dalam Futsal

Hukum 18: Tendangan Sudut (Corner Kick)

Diberikan ketika bola melewati garis gawang setelah disentuh terakhir oleh pemain bertahan. Bola harus diletakkan di dalam seperempat lingkaran sudut. Aturan 4 detik berlaku ketat di sini juga. Lawan harus berada minimal 5 meter dari seperempat lingkaran sudut.

Interpretasi Hukum dan Klarifikasi Kasus Kritis

Hukum futsal secara terus-menerus disempurnakan untuk menghadapi situasi yang ambigu di lapangan. Bagian ini membahas area yang sering menjadi perdebatan dan membutuhkan klarifikasi mendalam.

Penanganan Wasit Terhadap Ofisial Tim

Berdasarkan revisi hukum permainan, wasit kini memiliki kewenangan untuk mengeluarkan kartu kuning dan kartu merah kepada ofisial tim (pelatih, manajer, fisioterapis). Jika ofisial melakukan pelanggaran disiplin yang serius atau terus-menerus memprotes, wasit harus memberikan kartu merah. Jika pelanggarannya tidak dapat diidentifikasi (misalnya, protes masal dari bench), kartu kuning akan diberikan kepada Kepala Pelatih yang terdaftar.

Pelanggaran Tangan yang Tidak Disengaja

Dalam aturan terbaru, pelanggaran tangan yang tidak disengaja oleh pemain lapangan yang mengarah ke gol dianggap sebagai gol yang tidak sah. Kriterianya adalah: jika bola menyentuh tangan/lengan pemain penyerang (termasuk rekan setim) dan langsung berujung pada gol, atau menciptakan peluang mencetak gol. Namun, jika bola menyentuh tangan dan terjadi beberapa fase passing setelahnya, gol tersebut mungkin dianggap sah. Interpretasi ini menuntut konsistensi tinggi dari wasit.

Detail Taktis 'Flying Goalkeeper' dan Batasan Sentuhan

Ketika kiper terbang berada di lapangan, ia tetap terikat oleh aturan backpass kiper. Ia hanya boleh menerima bola di area pertahanan (setengah lapangan sendiri) satu kali dari rekan setimnya (kecuali bola telah disentuh lawan atau melewati garis tengah). Pelanggaran terhadap batasan ini (sentuhan kedua di area sendiri) dihukum TBT. Batasan 4 detik juga berlaku ketat saat kiper berada di area penalti, baik memegang bola atau hanya menahan bola dengan kakinya untuk kontrol taktis.

Analisis Ekstensif Akumulasi Pelanggaran: Skenario & Konsekuensi

Sistem akumulasi pelanggaran (Foul Accumulation System) adalah pembeda utama futsal dari sepak bola dan dirancang untuk mendorong permainan yang bersih dan cepat. Memahami bagaimana penghitungan ini bekerja, terutama saat terjadi perpanjangan waktu, sangat penting.

Proses Penghitungan dan Pemberian Sanksi (Law 12 Extended)

Pelanggaran yang terakumulasi adalah pelanggaran yang berpotensi mencederai lawan dan menghasilkan TBL. Pelanggaran teknis (seperti 4 detik, backpass kiper, kick-in yang salah) tidak masuk hitungan akumulasi, tetapi tetap dihukum TBT.

Pada pelanggaran ke-6, wasit harus memastikan eksekusi penalti 10 meter (atau 6 meter jika pelanggaran terjadi antara 6m dan 10m). Tim bertahan tidak diizinkan membuat pagar betis. Hal ini secara dramatis meningkatkan risiko bagi tim yang melanggar dan menghasilkan peluang gol yang sangat tinggi. Tekanan untuk menghindari pelanggaran ke-5 adalah motif taktis yang mendominasi futsal modern.

Babak Pertandingan Pelanggaran ke-1 sampai ke-5 Pelanggaran ke-6 dan seterusnya Status Penghitungan
Babak Pertama TBL di tempat kejadian (dengan pagar betis) TBL dari Titik Penalti Kedua (10m) Direset menjadi nol saat Paruh Waktu
Babak Kedua TBL di tempat kejadian (dengan pagar betis) TBL dari Titik Penalti Kedua (10m) Dibawa ke Perpanjangan Waktu (jika ada)
Perpanjangan Waktu TBL di tempat kejadian (dengan pagar betis) TBL dari Titik Penalti Kedua (10m) Tidak direset. Dihitung sebagai kelanjutan dari Babak Kedua.

Skenario Pelanggaran Khas yang Memicu TPA

Skenario yang paling sering memicu TPA (Tendangan Penalti Kedua) meliputi:

Tingkat kedisiplinan yang diperlukan oleh tim sangat tinggi. Pelatih modern seringkali memiliki strategi khusus untuk "menghemat" pelanggaran di babak kedua, mengetahui bahwa satu TPA dapat mengubah seluruh dinamika pertandingan.

Kesimpulan dan Konsistensi Penerapan Aturan

Hukum Permainan Futsal dirancang untuk mempromosikan kecepatan, keterampilan teknis, dan interaksi yang intens antara pemain. Penerapan aturan terbaru menuntut wasit untuk menjadi pencatat waktu, penegak disiplin, dan pengambil keputusan yang sangat akurat, terutama dalam batasan 4 detik yang berulang-ulang dan penghitungan akumulasi pelanggaran yang tidak boleh luput.

Pemain harus beradaptasi dengan hukum yang ketat mengenai kontak fisik dan kontrol penjaga gawang. Keberhasilan dalam futsal tidak hanya bergantung pada kemampuan teknis, tetapi juga pada pemahaman mendalam tentang batasan hukum yang berlaku, mulai dari zona substitusi yang presisi hingga konsekuensi langsung dari pelanggaran ke-6. Konsistensi dalam pelatihan dan pertandingan akan memastikan bahwa semangat permainan futsal yang adil dan menghibur terus terjaga.

Setiap ofisial dan peserta harus terus memantau pembaruan dan sirkular dari badan pengatur futsal dunia untuk memastikan bahwa interpretasi yang diterapkan di lapangan selaras dengan standar internasional tertinggi. Penguasaan hukum ini adalah fondasi bagi integritas kompetisi futsal di seluruh dunia.

Salah satu area yang sering diabaikan dalam pemahaman aturan adalah prosedur penalty shootout (adu tendangan penalti). Dalam futsal, biasanya ada lima penendang bergantian. Jika masih imbang, dilanjutkan ke penendang tunggal hingga ada pemenang. Semua pemain, termasuk pemain pengganti, berhak menendang. Urutan penendang tidak harus sama di setiap putaran penendang tunggal. Kiper yang dikeluarkan harus diganti oleh pemain yang memenuhi syarat untuk menjadi kiper (pemain yang terdaftar atau pemain cadangan).

Demikian pula, mengenai perlengkapan pemain (Hukum 4), wasit memiliki kewenangan untuk mengizinkan penggunaan penutup kepala (headscarves) yang terbuat dari bahan lembut, asalkan tidak membahayakan pemain lain. Namun, kacamata olahraga keras harus dievaluasi dengan ketat. Keputusan final wasit mengenai keselamatan perlengkapan adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat, menekankan kembali peran penting wasit sebagai penanggung jawab utama keselamatan di lapangan.

🏠 Kembali ke Homepage