Meraih Ketenangan Senja dengan Dzikir Al Matsurat Petang
Saat sang surya perlahan kembali ke peraduannya dan langit berganti warna, ada sebuah amalan yang menjadi perisai dan penyejuk jiwa bagi seorang mukmin. Itulah Al Matsurat Petang, rangkaian dzikir dan doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, dihimpun dengan indah untuk menjadi teman kita di waktu senja.
Al Matsurat bukanlah sekadar kumpulan kata-kata. Ia adalah jalinan komunikasi suci antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Setiap kalimat yang terucap adalah pengakuan atas keagungan Allah, permohonan perlindungan, ungkapan rasa syukur, serta ikrar keimanan yang diperbarui setiap petang. Mengamalkannya secara rutin berarti membangun sebuah benteng spiritual yang kokoh, yang tidak hanya melindungi diri dari gangguan lahir dan batin, tetapi juga mengisi hati dengan cahaya dan ketenangan yang tak ternilai. Mari kita selami bersama setiap butir mutiara hikmah dalam rangkaian dzikir Al Matsurat Petang ini.
Pembuka: Memohon Perlindungan dan Memulai dengan Nama Allah
Setiap amalan baik selayaknya dimulai dengan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, dan mengawalinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini adalah adab fundamental yang mengajarkan kita untuk senantiasa menyandarkan segala urusan hanya kepada-Nya.
1. Membaca Ta'awudz
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
A'uudzu billaahi minasy-syaithaanir-rajiim.
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk."
Penjelasan dan Makna
Ta'awudz adalah ikrar kelemahan seorang hamba di hadapan kekuatan Allah. Kita mengakui bahwa tanpa pertolongan-Nya, kita sangat rentan terhadap bisikan dan tipu daya setan. Setan, musuh yang nyata bagi manusia, senantiasa berusaha menggelincirkan kita dari jalan kebenaran. Dengan mengucapkan kalimat ini, kita secara sadar meminta Allah untuk mendirikan perisai gaib yang melindungi hati, pikiran, dan perbuatan kita dari segala bentuk was-was dan kejahatan yang dihembuskannya. Ini adalah langkah pertama untuk memastikan dzikir kita bersih dari campur tangan musuh dan murni ditujukan hanya untuk Allah SWT.
2. Membaca Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255)
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
Allaahu laa ilaaha illaa huw, al-hayyul-qayyum, laa ta'khuzuhuu sinatuw wa laa naum, lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardh, man zallazii yasyfa'u 'indahuu illaa bi'iznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa laa yuhiituuna bisyai'im min 'ilmihii illaa bimaa syaa', wasi'a kursiyyuhus-samaawaati wal-ardh, wa laa ya'uuduhuu hifzuhumaa, wa huwal-'aliyyul-'aziim.
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."
Keutamaan dan Penjelasan Mendalam
Ayat Kursi disebut sebagai ayat yang paling agung di dalam Al-Qur'an. Kandungannya merupakan penjelasan paling komprehensif tentang tauhid dan kebesaran Allah SWT. Mari kita bedah keagungannya:
- ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ (Allah, tiada Tuhan selain Dia): Ini adalah inti dari tauhid uluhiyah, penegasan bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah.
- ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ (Yang Maha Hidup, Yang Terus Menerus Mengurus): Al-Hayyu berarti Dia memiliki kehidupan yang sempurna, tidak didahului oleh ketiadaan dan tidak akan diakhiri oleh kefanaan. Al-Qayyum berarti Dia berdiri sendiri dan segala sesuatu bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Dia yang mengatur, memelihara, dan mengurus seluruh alam semesta tanpa henti.
- لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ (Tidak mengantuk dan tidak tidur): Ini adalah penegasan kesempurnaan sifat Al-Qayyum. Allah tidak memiliki sifat kekurangan seperti makhluk-Nya. Mengantuk dan tidur adalah tanda kelemahan dan kebutuhan untuk istirahat, sifat yang mustahil bagi Allah.
- لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ (Milik-Nya apa yang di langit dan di bumi): Penegasan tauhid rububiyah. Seluruh kerajaan, kepemilikan, dan kekuasaan mutlak hanyalah milik Allah.
- وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ (Kursi-Nya meliputi langit dan bumi): Kursi di sini bukanlah kursi dalam pemahaman manusia. Para ulama menafsirkannya sebagai simbol kekuasaan, keagungan, dan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Luasnya tak terbayangkan oleh akal manusia.
- وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ (Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung): Al-'Aliyy menunjukkan ketinggian Dzat, kedudukan, dan kekuasaan-Nya di atas seluruh makhluk. Al-'Azhim menunjukkan keagungan-Nya yang tiada tandingannya.
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa yang membaca Ayat Kursi di waktu petang, maka ia akan dilindungi dari (gangguan) setan hingga pagi hari. Ini adalah jaminan perlindungan yang luar biasa, menjadikan ayat ini sebagai benteng utama dalam dzikir petang.
3. Dua Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah (QS. Al-Baqarah: 285-286)
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)
Aamanar-rasuulu bimaa unzila ilaihi mir-rabbihii wal-mu'minuun, kullun aamana billaahi wa malaa'ikatihii wa kutubihii wa rusulih, laa nufarriqu baina ahadim mir-rusulih, wa qaaluu sami'naa wa atha'naa ghufraanaka rabbanaa wa ilaikal-masiir. Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus'ahaa, lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maktasabat, rabbanaa laa tu'aakhiznaa in nasiinaa au akhtha'naa, rabbanaa wa laa tahmil 'alainaa israng kamaa hamaltahuu 'alallaziina min qablinia, rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bih, wa'fu 'annaa, waghfir lanaa, warhamnaa, anta maulaanaa fansurnaa 'alal-qaumil-kaafiriin.
"Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
Keutamaan dan Penjelasan Mendalam
Dua ayat ini memiliki keutamaan yang sangat besar. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada suatu malam, maka keduanya akan mencukupinya." (HR. Bukhari dan Muslim). 'Mencukupinya' di sini oleh para ulama ditafsirkan sebagai: mencukupinya dari segala keburukan dan gangguan pada malam itu, atau mencukupinya dari shalat malam (qiyamul lail) jika ia tidak sempat melakukannya.
Ayat 285 adalah ikrar keimanan yang total. Ia merangkum seluruh rukun iman dan diakhiri dengan sikap seorang mukmin sejati: "sami'na wa atha'na" (kami dengar dan kami taat). Ini adalah penyerahan diri total kepada syariat Allah, diikuti dengan permohonan ampunan (ghufranaka) karena menyadari betapa banyaknya kekurangan dalam ketaatan tersebut.
Ayat 286 adalah puncak dari doa dan permohonan seorang hamba. Isinya mengandung pelajaran penting:
- Prinsip Kemudahan dalam Islam: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Ini adalah prinsip dasar yang menenangkan jiwa, bahwa setiap perintah dan larangan Allah pasti mampu kita laksanakan.
- Tanggung Jawab Pribadi: "Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya." Menegaskan konsep keadilan Allah dan tanggung jawab individu atas perbuatannya.
- Rangkaian Doa yang Indah: Doa ini mencakup permohonan ampun atas kelalaian, permintaan untuk diringankan bebannya, permohonan agar tidak diuji di luar batas kemampuan, dan ditutup dengan permohonan maaf, ampunan, rahmat, serta pertolongan dari Allah, Sang Pelindung sejati. Ini adalah doa yang sangat komprehensif, mencakup kebutuhan dunia dan akhirat.
Trilogi Perlindungan: Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas
Tiga surat terakhir dalam Al-Qur'an ini dikenal sebagai Al-Mu'awwidzat (surat-surat perlindungan). Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan untuk membacanya setiap pagi dan petang, karena ketiganya merupakan benteng yang sangat kuat dari berbagai macam kejahatan.
4. Surat Al-Ikhlas (3 Kali)
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Qul huwallaahu ahad. Allaahus-samad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad.
"Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Dibaca 3 kaliKeutamaan dan Penjelasan Mendalam
Surat Al-Ikhlas adalah surat yang murni (ikhlas) membahas tentang keesaan Allah, tanpa ada pembahasan lain. Karena kemurnian tauhidnya ini, Rasulullah ﷺ bersabda bahwa membacanya setara dengan membaca sepertiga Al-Qur'an. Ini bukan berarti menggantikan kewajiban membaca Al-Qur'an, tetapi menunjukkan betapa besar pahala dan agungnya kandungan surat ini.
- Allahu Ahad: Penegasan tunggalnya Allah dalam Dzat, Sifat, dan perbuatan-Nya. Tidak ada yang menyerupai-Nya.
- Allahu As-Shamad: As-Shamad berarti tempat bergantung segala sesuatu, sementara Dia tidak bergantung pada apapun. Seluruh makhluk membutuhkan-Nya, sedangkan Dia tidak membutuhkan siapapun.
- Lam Yalid wa Lam Yulad: Menolak segala bentuk penyekutuan terhadap Allah, baik dengan menganggap-Nya memiliki anak (seperti keyakinan sebagian kaum) maupun menganggap-Nya berasal dari sesuatu (diperanakkan). Ini adalah penolakan telak terhadap konsep trinitas dan antropomorfisme (menyerupakan Tuhan dengan makhluk).
- Wa Lam Yakun Lahu Kufuwan Ahad: Tidak ada satupun yang setara, sebanding, atau serupa dengan-Nya. Ini adalah penutup yang sempurna untuk konsep tauhid.
5. Surat Al-Falaq (3 Kali)
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)
Qul a'uudzu birabbil-falaq. Min syarri maa khalaq. Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab. Wa min syarrin-naffaatsaati fil-'uqad. Wa min syarri haasidin idzaa hasad.
"Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."
Dibaca 3 kaliKeutamaan dan Penjelasan Mendalam
Surat Al-Falaq adalah doa permohonan perlindungan dari kejahatan-kejahatan yang bersifat eksternal atau datang dari luar diri kita. Rinciannya sangat spesifik:
- Rabbil Falaq (Tuhan yang Menguasai Subuh): Mengapa subuh? Karena subuh adalah simbol harapan, terbitnya cahaya setelah kegelapan. Allah yang mampu membelah kegelapan malam dengan cahaya pagi, tentu mampu pula menyingkirkan segala kegelapan kejahatan dari diri kita.
- Min Syarri Maa Khalaq (Dari kejahatan makhluk-Nya): Ini adalah permohonan perlindungan yang sangat umum dan mencakup segala jenis kejahatan, baik dari manusia, jin, hewan buas, maupun bencana alam.
- Wa Min Syarri Ghaasiqin Idzaa Waqab (Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita): Malam seringkali menjadi waktu di mana kejahatan merajalela. Kegelapan memberikan kesempatan bagi pelaku kejahatan untuk beraksi, dan hewan-hewan berbahaya keluar dari sarangnya.
- Wa Min Syarrin-Naffaatsaati fil-'Uqad (Dari kejahatan penyihir yang menghembus pada buhul-buhul): Ini adalah permohonan perlindungan spesifik dari praktik sihir, santet, dan guna-guna yang menggunakan media buhul (ikatan tali) sebagai sarananya.
- Wa Min Syarri Haasidin Idzaa Hasad (Dari kejahatan pendengki bila ia dengki): Dengki atau hasad adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Orang yang hasad tidak suka melihat orang lain mendapatkan nikmat dan berharap nikmat itu hilang. Hasad dapat mendorong pelakunya untuk melakukan kejahatan, baik melalui lisan, perbuatan, bahkan melalui 'ain (pandangan mata yang berbahaya).
6. Surat An-Nas (3 Kali)
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَٰهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
Qul a'uudzu birabbin-naas. Malikin-naas. Ilaahin-naas. Min syarril-waswaasil-khannaas. Alladzii yuwaswisu fii suduurin-naas. Minal-jinnati wan-naas.
"Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."
Dibaca 3 kaliKeutamaan dan Penjelasan Mendalam
Jika Surat Al-Falaq fokus pada kejahatan eksternal, maka Surat An-Nas fokus pada kejahatan internal, yaitu bisikan (was-was) yang masuk ke dalam dada. Ini adalah musuh yang tak terlihat namun sangat berbahaya. Surat ini mengajarkan kita untuk berlindung kepada Allah dengan menyebut tiga sifat-Nya:
- Rabbin-naas (Tuhan Manusia): Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara manusia.
- Malikin-naas (Raja Manusia): Allah sebagai Penguasa mutlak atas manusia.
- Ilaahin-naas (Sembahan Manusia): Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah oleh manusia.
Penyebutan tiga sifat ini menunjukkan bahwa hanya Allah, dengan segala kekuasaan-Nya (sebagai Rabb, Malik, dan Ilah), yang mampu melindungi kita dari musuh yang tersembunyi ini. Musuh itu disebut sebagai 'Al-Waswasil-Khannas'. Al-Waswas adalah pembisik kejahatan. Al-Khannas artinya yang bersembunyi atau mundur. Sifat setan adalah ketika kita lalai, ia akan datang membisikkan keburukan. Namun, ketika kita berdzikir dan mengingat Allah, ia akan mundur dan bersembunyi. Sumber bisikan ini bisa berasal dari golongan jin (setan) dan juga dari manusia yang memiliki sifat seperti setan.
Dzikir-Dzikir Agung di Waktu Petang
Setelah berlindung dengan ayat-ayat Al-Qur'an, rangkaian Al Matsurat petang dilanjutkan dengan dzikir-dzikir yang mengandung pujian, pengagungan, dan permohonan mendalam kepada Allah SWT.
7. Dzikir Memasuki Waktu Petang
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ.
Amsaynaa wa amsal mulku lillaah, walhamdulillaah, laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai'in qadiir. Rabbi as'aluka khaira maa fii haadzihil-lailati wa khaira maa ba'dahaa, wa a'uudzu bika min syarri maa fii haadzihil-lailati wa syarri maa ba'dahaa, rabbi a'uudzu bika minal kasali wa suu'il kibar, rabbi a'uudzu bika min 'adzaabin fin naari wa 'adzaabin fil qabri.
"Kami telah memasuki waktu petang dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wahai Tuhanku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka dan siksa kubur."
Penjelasan dan Makna
Ini adalah doa pembuka petang yang sangat lengkap. Dimulai dengan pengakuan bahwa kita dan seluruh kerajaan alam semesta memasuki waktu petang di bawah kekuasaan Allah. Dilanjutkan dengan kalimat-kalimat tauhid dan pujian. Bagian terpenting adalah permohonan yang spesifik untuk waktu yang akan datang, yaitu malam ini dan malam-malam selanjutnya. Kita memohon segala kebaikan dan berlindung dari segala keburukan yang mungkin terjadi. Doa ini juga mencakup perlindungan dari sifat-sifat buruk seperti malas, dan dari kondisi buruk di masa tua, serta diakhiri dengan permohonan perlindungan dari azab yang paling menakutkan: azab kubur dan azab neraka.
8. Sayyidul Istighfar (Raja Permohonan Ampun)
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.
Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa ana 'abduk, wa ana 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'uudzu bika min syarri maa shana'tu, abuu'u laka bini'matika 'alayy, wa abuu'u laka bidzanbii faghfir lii fa'innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.
"Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas perjanjian-Mu dan janji-Mu dengan segenap kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau."
Keutamaan dan Penjelasan Mendalam
Rasulullah ﷺ menjuluki doa ini sebagai 'Sayyidul Istighfar' atau rajanya istighfar. Keutamaannya sangat luar biasa. Beliau bersabda, "Barangsiapa mengucapkannya di waktu petang dengan penuh keyakinan lalu ia meninggal pada malam itu, maka ia akan masuk surga." (HR. Bukhari). Doa ini disebut sebagai raja istighfar karena kandungan maknanya yang sangat dalam:
- Pengakuan Tauhid: Dimulai dengan ikrar ketuhanan (Engkau Tuhanku) dan keesaan Allah.
- Pengakuan Status Hamba: "Engkau menciptakanku dan aku hamba-Mu," adalah puncak pengakuan kehinaan diri di hadapan Sang Pencipta.
- Komitmen pada Perjanjian: "Aku berada di atas perjanjian-Mu dan janji-Mu," yaitu perjanjian untuk beriman dan taat kepada Allah. Diiringi dengan pengakuan keterbatasan: "dengan segenap kemampuanku".
- Permohonan Perlindungan: Berlindung dari dampak buruk perbuatan dosa yang telah dilakukan.
- Pengakuan Ganda: Ini adalah inti dari doa ini. Pertama, "aku mengakui nikmat-Mu" (abuu'u laka bini'matika). Kedua, "dan aku mengakui dosaku" (wa abuu'u bidzanbii). Seorang hamba menempatkan dirinya di antara dua hal: lautan nikmat Allah dan tumpukan dosanya sendiri. Pengakuan ini melahirkan rasa malu dan ketundukan yang total.
- Permohonan Ampunan Total: Diakhiri dengan permohonan ampun dan pengakuan bahwa hanya Allah yang bisa mengampuni dosa.
9. Dzikir Keridhaan (3 Kali)
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا.
Radhiitu billaahi rabbaa, wa bil-islaami diinaa, wa bi-muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama nabiyyaa.
"Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai Nabiku."
Dibaca 3 kaliKeutamaan dan Penjelasan Mendalam
Dzikir ini adalah ikrar keridhaan, sebuah deklarasi kepuasan dan penerimaan total seorang hamba terhadap pilar-pilar agamanya. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa mengucapkan (dzikir ini) sebanyak tiga kali di waktu pagi dan tiga kali di waktu petang, maka hak Allah untuk meridhainya pada hari kiamat." (HR. Ahmad, Tirmidzi - hadits hasan). Meraih ridha Allah adalah puncak pencapaian seorang hamba.
- Ridha Allah sebagai Rabb: Berarti kita puas dan menerima segala takdir, hukum, dan aturan yang Allah tetapkan. Kita tidak protes terhadap qadha dan qadar-Nya, dan kita meyakini bahwa syariat-Nya adalah yang terbaik.
- Ridha Islam sebagai Dien: Berarti kita yakin seyakin-yakinnya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan jalan hidup yang sempurna. Kita tidak mencari-cari pedoman hidup lain di luar Islam.
- Ridha Muhammad ﷺ sebagai Nabi: Berarti kita menerima beliau sebagai utusan terakhir, meneladani sunnahnya, mencintainya, dan menjadikan ajarannya sebagai panduan utama dalam hidup.
10. Dzikir Permohonan 'Afiyah (Kesejahteraan) (3 Kali)
اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ.
Allaahumma 'aafinii fii badanii, allaahumma 'aafinii fii sam'ii, allaahumma 'aafinii fii basharii, laa ilaaha illaa anta. Allaahumma innii a'uudzu bika minal kufri wal faqri, wa a'uudzu bika min 'adzaabil qabri, laa ilaaha illaa anta.
"Ya Allah, berikanlah aku 'afiyah (kesehatan dan keselamatan) pada badanku. Ya Allah, berikanlah aku 'afiyah pada pendengaranku. Ya Allah, berikanlah aku 'afiyah pada penglihatanku. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau."
Dibaca 3 kaliPenjelasan dan Makna
'Afiyah adalah sebuah kata dalam bahasa Arab yang maknanya sangat luas, mencakup keselamatan, kesehatan, kesejahteraan, dan perlindungan dari segala macam penyakit, bala, dan musibah, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam doa ini, kita secara spesifik meminta 'afiyah untuk tiga komponen penting: badan, pendengaran, dan penglihatan. Ketiganya adalah nikmat utama yang memungkinkan kita untuk beribadah dan menjalani hidup. Jika ketiganya sehat dan berfungsi dalam ketaatan, maka itu adalah anugerah yang luar biasa. Doa ini dilanjutkan dengan memohon perlindungan dari dua hal yang sangat berbahaya bagi agama dan dunia seseorang: kekufuran (hilangnya iman) dan kefakiran (kemiskinan yang bisa mendekatkan pada kekufuran). Terakhir, ditutup dengan permohonan perlindungan dari azab kubur, sebagai gerbang pertama kehidupan akhirat.
11. Dzikir Pengakuan Nikmat
اَللَّهُمَّ مَا أَمْسَى بِيْ مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ.
Allaahumma maa amsaa bii min ni'matin au bi ahadin min khalqika fa minka wahdaka laa syariika lak, falakal hamdu wa lakasy syukr.
"Ya Allah, nikmat apapun yang ada padaku di waktu petang ini atau yang ada pada salah seorang makhluk-Mu, semuanya berasal dari-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu. Maka bagi-Mulah segala puji dan bagi-Mulah segala syukur."
Keutamaan dan Penjelasan Mendalam
Dzikir ini adalah puncak dari adab bersyukur. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa barangsiapa yang membacanya di waktu petang, maka ia telah menunaikan syukurnya untuk malam itu. Mengapa? Karena dalam kalimat ini terkandung pengakuan total bahwa SETIAP nikmat, sekecil apapun itu, yang kita rasakan maupun yang dirasakan oleh makhluk lain, semuanya murni berasal dari Allah SWT. Tidak ada campur tangan kekuatan lain, tidak juga karena usaha kita semata. Ini adalah tauhid dalam hal nikmat. Ketika seorang hamba sampai pada level kesadaran ini, maka pujian (Al-Hamd) dan syukurnya (Asy-Syukr) akan menjadi tulus dan benar-benar tertuju hanya kepada Allah, Sang Pemberi Nikmat.
12. Dzikir Perlindungan dari Segala Bahaya (3 Kali)
بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
Bismillaahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syai'un fil ardhi wa laa fis samaa'i wa huwas samii'ul 'aliim.
"Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Dibaca 3 kaliKeutamaan dan Penjelasan Mendalam
Ini adalah salah satu dzikir perlindungan yang paling kuat. Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidaklah seorang hamba membaca (dzikir ini) pada waktu pagi setiap hari dan pada waktu petang setiap malam sebanyak tiga kali, lalu ia akan celaka karena sesuatu." (HR. Tirmidzi, Abu Daud - hadits shahih). Jaminan perlindungannya bersifat mutlak. Dengan menyebut nama Allah (Bismillah), kita memohon perlindungan-Nya. Keyakinannya adalah bahwa jika Allah melindungi, maka tidak ada satupun makhluk di bumi (seperti hewan berbisa, orang jahat, penyakit) maupun di langit (seperti petir atau musibah dari atas) yang dapat membahayakan kita. Ditutup dengan dua nama Allah, As-Sami' (Maha Mendengar doa kita) dan Al-'Alim (Maha Mengetahui kondisi dan kebutuhan kita akan perlindungan).
Penutup: Shalawat dan Tasbih
Rangkaian Al Matsurat ditutup dengan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ dan berdzikir dengan kalimat-kalimat thayyibah.
13. Memperbanyak Shalawat (10 Kali)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ.
Allaahumma shalli wa sallim 'alaa nabiyyinaa Muhammad.
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad."
Dibaca 10 kaliKeutamaan dan Penjelasan Mendalam
Membaca shalawat adalah perintah langsung dari Allah dalam Al-Qur'an (QS. Al-Ahzab: 56). Keutamaannya sangat banyak. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim). Shalawat dari Allah berarti limpahan rahmat, ampunan, dan pujian di hadapan para malaikat. Membaca shalawat sepuluh kali di pagi dan petang memiliki keutamaan khusus, yaitu mendapatkan syafaat (pertolongan) dari Rasulullah ﷺ di hari kiamat. Ini adalah bentuk cinta dan penghormatan kita kepada beliau, yang menjadi sebab kita mengenal Islam dan iman.
14. Tasbih, Tahmid, dan Tahlil
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ.
Subhaanallaahi wa bihamdih, 'adada khalqih, wa ridhaa nafsih, wa zinata 'arsyih, wa midaada kalimaatih.
"Maha Suci Allah, aku memuji-Nya sebanyak jumlah makhluk-Nya, sejauh keridhaan-Nya, seberat timbangan 'Arsy-Nya, dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya."
Dibaca 3 kaliKeutamaan dan Penjelasan Mendalam
Dzikir ini diajarkan oleh Rasulullah ﷺ kepada istri beliau, Juwairiyah, yang berdzikir sangat lama. Rasulullah mengatakan bahwa empat kalimat ini jika ditimbang, pahalanya akan menyamai atau bahkan melebihi dzikir yang beliau lakukan dari pagi hingga dhuha. Ini adalah dzikir yang ringkas namun pahalanya sangat berat, karena kita menyandarkan pujian kita pada empat hal yang tak terhingga dan hanya Allah yang tahu ukurannya: jumlah makhluk-Nya, keridhaan-Nya, berat 'Arsy-Nya, dan tinta kalimat-Nya. Ini mengajarkan kita tentang kualitas dzikir, bukan hanya kuantitas.
Penutup: Istiqamah dalam Berdzikir
Mengamalkan Al Matsurat petang secara rutin adalah investasi spiritual yang tak ternilai. Ia bukan sekadar ritual, melainkan sebuah proses membangun hubungan yang intim dengan Allah SWT. Dengan merutinkannya, hati akan menjadi lebih tenang, jiwa akan lebih kokoh, dan hari-hari akan dilalui di bawah naungan perlindungan dan keberkahan dari-Nya.
Jadikanlah Al Matsurat petang sebagai penutup hari yang menenangkan, sebagai perisai yang menjaga tidur kita, dan sebagai bekal untuk menyambut hari esok dengan semangat keimanan yang baru. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan dan keistiqamahan untuk mengamalkannya.