Tafsir Mendalam Surah Al-Baqarah Ayat 29: Bukti Kekuasaan Penciptaan Alam Semesta

Ilustrasi Kosmos dan Penciptaan Bumi menurut Tafsir Al-Baqarah 29 Diagram yang menggambarkan Bumi sebagai pusat sumber daya dan lapisan-lapisan langit (Sab'a Samāwātin) yang teratur, menunjukkan kekuasaan Allah. BUMI فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ (Lalu dijadikan-Nya tujuh langit)

Ilustrasi Kosmos dan Penciptaan Bumi menurut Tafsir Al-Baqarah 29.

Surah Al-Baqarah, surah kedua dalam Al-Qur'an, memuat fondasi-fondasi akidah, syariat, dan kisah-kisah penting. Di tengah rangkaian ayat yang menjelaskan keesaan Allah dan perintah-perintah-Nya, Ayat 29 berdiri sebagai salah satu bukti kosmik terbesar mengenai kekuasaan Rububiyah (Ketuhanan) Allah SWT. Ayat ini secara spesifik menjelaskan urutan penciptaan, yaitu dimulai dari bumi, kemudian penyempurnaan langit.

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu semuanya, kemudian Dia menuju (beristiwa') ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 29)

I. Analisis Lafazh dan Makna Kunci Ayat

Memahami kedalaman makna ayat ini memerlukan analisis lafazh (kata per kata) yang mendalam. Setiap kata dalam ayat 29 Al-Baqarah membawa beban teologis dan kosmologis yang sangat signifikan dalam kerangka akidah Islam.

1. Lafazh: هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم (Dialah yang menciptakan untukmu)

Ayat dimulai dengan penegasan identitas Sang Pencipta. Kata هُوَ (Dia) merujuk kepada Allah SWT. Frasa ini menegaskan Tauhid Rububiyah—keyakinan bahwa hanya Allah yang memiliki otoritas mutlak dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta. Penciptaan di sini tidak terjadi secara kebetulan, melainkan melalui kehendak yang spesifik dan terarah.

2. Lafazh: مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا (Segala apa yang ada di bumi semuanya)

Kata kunci di sini adalah جَمِيعًا (semuanya). Ini menunjukkan kelengkapan dan universalitas penciptaan. Seluruh elemen di bumi—sumber daya alam, flora, fauna, mineral, hingga hukum fisika yang berlaku—diciptakan. Yang paling penting, frasa لَكُم (untukmu) memberikan makna teleologis (tujuan) yang jelas: semua ciptaan ini ditundukkan dan disediakan demi kemaslahatan, kebutuhan, dan keberlangsungan hidup manusia sebagai khalifah di muka bumi. Ini menjadi dasar hukum Islam terkait pemanfaatan sumber daya alam, di mana segala sesuatu pada dasarnya mubah (boleh) kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

3. Lafazh: ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ (Kemudian Dia menuju ke langit)

Kata ثُمَّ (kemudian) dalam konteks ini tidak selalu berarti urutan waktu yang lama, tetapi bisa juga berarti urutan tingkatan atau perpindahan fokus dari penciptaan bumi ke penciptaan langit. Namun, mayoritas ulama tafsir memahaminya sebagai urutan kejadian: bumi disiapkan terlebih dahulu, baru kemudian langit disempurnakan. Bagian terpenting dari frasa ini adalah اسْتَوَىٰ (Istawa').

A. Perdebatan Makna Istiwa'

Istiwa' adalah salah satu istilah teologis yang paling banyak diperdebatkan. Secara bahasa, Istiwa' bisa berarti: menaiki, menyeimbangkan, berkuasa, atau menguasai. Dalam konteks ayat ini (اسْتَوَىٰ إِلَى), para ulama memiliki beberapa pandangan:

🏠 Kembali ke Homepage