Surah Yasin: Bacaan Lengkap, Keutamaan, dan Tafsirnya
Surah Yasin adalah surah ke-36 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 83 ayat. Surah ini diturunkan di Mekkah (Makkiyah) dan memiliki kedudukan istimewa di hati umat Islam. Sering disebut sebagai "Qalbul Qur'an" atau jantungnya Al-Qur'an, Surah Yasin mengandung intisari ajaran Islam yang fundamental, mulai dari penegasan kerasulan Nabi Muhammad SAW, tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, kisah umat terdahulu sebagai pelajaran, hingga gambaran dahsyatnya hari kebangkitan dan pembalasan. Membaca dan merenungi ayat-ayatnya memberikan ketenangan jiwa serta memperkuat keimanan kepada Allah SWT.
Artikel ini akan menyajikan bacaan lengkap Surah Yasin dalam tulisan Arab, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, serta terjemahan dalam bahasa Indonesia. Selain itu, kita akan mendalami keutamaan-keutamaan yang terkandung di dalamnya dan mengupas tafsir ringkas dari ayat-ayatnya yang penuh hikmah.
Keutamaan Membaca Surah Yasin
Banyak hadis yang menyoroti keistimewaan dan fadhilah (keutamaan) dari membaca Surah Yasin. Keutamaan ini menjadi motivasi bagi kaum muslimin untuk rutin mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keadaan suka maupun duka. Berikut adalah beberapa di antara keutamaan tersebut:
- Dianggap Jantungnya Al-Qur'an: Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, "Sesungguhnya segala sesuatu memiliki hati, dan hatinya Al-Qur'an adalah Surah Yasin." Julukan ini menunjukkan betapa pentingnya kandungan dalam surah ini yang merangkum pokok-pokok akidah Islam. Seperti jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh, Surah Yasin memompa esensi keimanan ke dalam jiwa seorang mukmin.
- Mendapatkan Ampunan Dosa: Membaca Surah Yasin dengan niat tulus karena Allah diyakini dapat menjadi wasilah (perantara) diampuninya dosa-dosa yang telah lalu. Ini memberikan harapan besar bagi setiap hamba yang ingin bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus. Membacanya di malam hari dengan penuh penghayatan dapat membersihkan catatan amal dari kesalahan-kesalahan kecil.
- Dimudahkan Segala Urusan: Banyak ulama dan orang-orang saleh merasakan bahwa dengan membaca Surah Yasin, urusan yang sulit menjadi lebih mudah. Baik itu urusan duniawi seperti pekerjaan dan rezeki, maupun urusan ukhrawi. Ayat-ayatnya yang berbicara tentang kekuasaan Allah yang tak terbatas memberikan keyakinan bahwa tidak ada yang sulit bagi-Nya.
- Memberikan Ketenangan Hati: Lantunan ayat-ayat Surah Yasin yang indah memiliki efek menenangkan bagi jiwa yang gelisah. Saat dibaca dan direnungkan maknanya, surah ini mengingatkan kita akan kebesaran Sang Pencipta, kefanaan dunia, dan kepastian kehidupan akhirat, sehingga hati menjadi lebih tentram dan pasrah kepada takdir-Nya.
- Meringankan Sakaratul Maut: Dianjurkan untuk membacakan Surah Yasin di sisi orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Diyakini bahwa bacaannya dapat membantu meringankan proses keluarnya ruh dari jasad, memberikan suasana yang lebih tenang dan spiritual bagi orang yang akan berpulang.
Bacaan Surah Yasin Lengkap (Ayat 1-83)
Berikut ini adalah bacaan lengkap Surah Yasin, ayat per ayat, yang disajikan dalam format tulisan Arab, transliterasi Latin, dan terjemahan bahasa Indonesia.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
يٰسۤ ۚ (١)
Yā Sīn.
Yasin.
وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِ ۙ (٢)
Wal-qur'ānil-ḥakīm.
Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,
اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَ ۙ (٣)
Innaka laminal-mursalīn.
sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,
عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ۗ (٤)
'Alā ṣirāṭim mustaqīm.
(yang berada) di atas jalan yang lurus,
تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِ ۙ (٥)
Tanzīlal-'azīzir-raḥīm.
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ (٦)
Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fahum gāfilūn.
agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ (٧)
Laqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fahum lā yu'minūn.
Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ (٨)
Innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn.
Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu (tangan mereka) diangkat ke dagu, karena itu mereka tertengadah.
وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ (٩)
Wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn.
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ (١٠)
Wa sawā'un 'alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn.
Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman juga.
اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِ ۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ (١١)
Innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaib, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm.
Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ (١٢)
Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn.
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang jelas (Lauh Mahfuzh).
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ (١٣)
Waḍrib lahum maṡalan aṣḥābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.
Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ (١٤)
Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabụhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalūn.
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ (١٥)
Qālụ mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai'in in antum illā takżibūn.
Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini tidak lain hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”
قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ (١٦)
Qālụ rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalūn.
Mereka (para utusan) berkata, “Tuhan kami mengetahui bahwa kami benar-benar diutus kepadamu.
وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ (١٧)
Wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.
Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”
قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ (١٨)
Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahụ lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”
قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ (١٩)
Qālụ ṭā'irukum ma'akum, a'in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn.
Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ (٢٠)
Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.
اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ (٢١)
Ittabi'ụ mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadūn.
Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ (٢٢)
Wa mā liya lā a'budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja'ūn.
Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ (٢٣)
A'attakhiżu min dụnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżụn.
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, niscaya pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.
اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ (٢٤)
Innī iżal lafī ḍalālim mubīn.
Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.
اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ (٢٥)
Innī āmantu birabbikum fasma'ụn.
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”
قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۗقَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ (٢٦)
Qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamūn.
Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,
بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ (٢٧)
Bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn.
apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampunan kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan.”
وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ (٢٨)
Wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn.
Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خٰمِدُوْنَ (٢٩)
In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum khāmidūn.
Hukuman mereka itu tidak lain hanyalah satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati.
يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ (٣٠)
Yā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya'tīhim mir rasūlin illā kānụ bihī yastahzi'ūn.
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.
اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ (٣١)
Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurūni annahum ilaihim lā yarji'ūn.
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, (setelah binasa) mereka tidak kembali kepada mereka.
وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ (٣٢)
Wa in kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarūn.
Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ ۖاَحْيَيْنٰهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ (٣٣)
Wa āyatul lahumul-arḍul-maitah, aḥyaināhā wa akhrajnā min-hā ḥabban fa min-hu ya'kulūn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ (٣٤)
Wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyūn.
Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ ۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ (٣٥)
Liya'kulụ min ṡamarihī wa mā 'amilat-hu aidīhim, afalā yasykurūn.
agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ (٣٦)
Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamūn.
Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ (٣٧)
Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu min-hun-nahāra fa'iżā hum muẓlimūn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ (٣٨)
Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīm.
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ (٣٩)
Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm.
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ (٤٠)
Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥūn.
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ (٤١)
Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masyḥūn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,
وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ (٤٢)
Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabūn.
dan Kami ciptakan untuk mereka dari jenis itu apa yang mereka kendarai.
وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُوْنَۙ (٤٣)
Wa in nasya' nugriq-hum fa lā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażūn.
Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka, maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,
اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ (٤٤)
Illā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīn.
tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ (٤٥)
Wa iżā qīla lahumuttaqụ mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum turḥamūn.
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (di akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”
وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ (٤٦)
Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānụ 'an-hā mu'riḍīn.
Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۙقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ (٤٧)
Wa iżā qīla lahum anfiqụ mimmā razaqakumullāhu qālal-lażīna kafarụ lil-lażīna āmanū anuṭ'imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīn.
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ (٤٨)
Wa yaqụlụna matā hāżal-wa'du in kuntum ṣādiqīn.
Dan mereka berkata, “Kapankah (datangnya) janji ini (hari kebangkitan) jika kamu orang yang benar?”
مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ (٤٩)
Mā yanẓurụna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimūn.
Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ (٥٠)
Fa lā yastaṭī'ụna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ūn.
Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya.
وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ (٥١)
Wa nufikha fiṣ-ṣụri fa'iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilụn.
Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup) menuju kepada Tuhannya.
قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ (٥٢)
Qālụ yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalūn.
Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ (٥٣)
In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarūn.
Teriakan itu hanyalah sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami.
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ (٥٤)
Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malūn.
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.
اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚ (٥٥)
Inna aṣḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihūn.
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).
هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ (٥٦)
Hum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā'iki muttaki'ūn.
Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.
لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ (٥٧)
Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ūn.
Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.
سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ (٥٨)
Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm.
(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ (٥٩)
Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimūn.
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!
اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ (٦٠)
Alam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn.
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,
وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ (٦١)
Wa ani'budụnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.
dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”
وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ (٦٢)
Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā, afalam takụnụ ta'qilūn.
Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?
هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ (٦٣)
Hāżihī jahannamul-latī kuntum tụ'adūn.
Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.
اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ (٦٤)
Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurūn.
Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ (٦٥)
Al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānụ yaksibūn.
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ (٦٦)
Wa lau nasyā'u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirūn.
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ (٦٧)
Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastaṭā'ụ muḍiyyaw wa lā yarji'ūn.
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.
وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ (٦٨)
Wa man nu'ammir-hu nunakkis-hu fil-khalq, afalā ya'qilūn.
Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗ ۗاِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ ۙ (٦٩)
Wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn.
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan,
لِّيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ (٧٠)
Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn.
agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُوْنَ (٧١)
Awalam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fahum lahā mālikūn.
Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?
وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ (٧٢)
Wa żallalnāhā lahum fa min-hā rakụbuhum wa min-hā ya'kulūn.
Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagian (lagi) mereka makan.
وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ (٧٣)
Wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, afalā yasykurūn.
Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ ۗ (٧٤)
Wattakhażụ min dụnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarūn.
Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah, agar mereka mendapat pertolongan.
لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ (٧٥)
Lā yastaṭī'ụna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarūn.
(Sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu.
فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘاِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ (٧٦)
Falā yaḥzunka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linūn.
Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.
اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ (٧٧)
Awalam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa'iżā huwa khaṣīmum mubīn.
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ (٧٨)
Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīm.
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa akan kejadiannya; ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?”
قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ (٧٩)
Qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm.
Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.
ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًا فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ (٨٠)
Allażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa'iżā antum min-hu tụqidūn.
Yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”
اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ (٨١)
Awa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm.
Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar. Dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.
اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ (٨٢)
Innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn.
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ (٨٣)
Fa subḥānal-lażī biyadihī malakụtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ūn.
Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Tafsir Ringkas dan Kandungan Surah Yasin
Surah Yasin tidak hanya indah untuk dilantunkan, tetapi juga sarat dengan makna dan pelajaran. Untuk memahaminya lebih dalam, kita bisa membagi kandungan surah ini ke dalam beberapa tema besar.
Tema 1: Penegasan Kerasulan dan Kebenaran Al-Qur'an (Ayat 1-12)
Surah ini dibuka dengan huruf muqatta'ah "Yaa Siin" dan sumpah Allah demi Al-Qur'an yang penuh hikmah. Ini adalah penegasan yang kuat akan kebenaran wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Allah menegaskan status Nabi sebagai seorang rasul yang berada di jalan yang lurus. Tujuan utama risalah ini adalah untuk memberikan peringatan kepada kaum yang telah lama lalai, yang nenek moyangnya tidak mendapatkan petunjuk. Namun, Allah juga menjelaskan bahwa bagi sebagian besar dari mereka, peringatan itu tidak akan berguna karena hati mereka telah tertutup dari kebenaran. Ayat-ayat ini menggunakan metafora kuat seperti belenggu di leher dan dinding di depan dan belakang mereka, yang menggambarkan betapa tertutupnya mereka dari hidayah. Sebaliknya, peringatan hanya akan bermanfaat bagi mereka yang mau mengikuti Al-Qur'an dan memiliki rasa takut (khasyah) kepada Allah, meskipun tidak melihat-Nya. Bagian ini diakhiri dengan penegasan kekuasaan Allah untuk menghidupkan yang mati dan mencatat semua amal perbuatan manusia dalam sebuah "kitab induk yang nyata" (Imam Mubin).
Tema 2: Kisah Penduduk Negeri dan Pelajaran dari Penolakan (Ayat 13-32)
Bagian ini menyajikan sebuah perumpamaan (matsal) tentang penduduk sebuah negeri (yang menurut banyak ahli tafsir adalah Anthakiyah) yang menolak para utusan Allah. Awalnya, dua utusan dikirim, tetapi mereka didustakan. Lalu, Allah menguatkan mereka dengan utusan ketiga. Penduduk negeri itu menolak dengan argumen klasik: para utusan itu hanyalah manusia biasa seperti mereka dan mereka menganggap para utusan membawa sial. Para utusan menegaskan bahwa kewajiban mereka hanya menyampaikan risalah dengan jelas, dan kesialan penduduk itu berasal dari perbuatan mereka sendiri. Kemudian, muncul seorang laki-laki dari ujung kota yang telah beriman. Dengan logika yang jernih, ia mengajak kaumnya untuk mengikuti para utusan yang tidak meminta imbalan dan membawa petunjuk. Ia mempertanyakan alasan untuk tidak menyembah Tuhan yang telah menciptakannya dan kepada-Nya semua akan kembali. Bahkan setelah ia dibunuh oleh kaumnya dan dimasukkan ke dalam surga, cintanya kepada kaumnya masih tersisa. Ia berandai-andai kaumnya mengetahui nikmat yang ia terima agar mereka sadar. Kisah ini berakhir dengan azab yang menimpa negeri itu berupa satu teriakan dahsyat yang membinasakan mereka semua. Bagian ini ditutup dengan penyesalan atas sikap manusia yang selalu memperolok rasul dan tidak belajar dari kehancuran umat-umat sebelumnya.
Tema 3: Tanda-Tanda Kebesaran Allah di Alam Semesta (Ayat 33-44)
Setelah memberikan pelajaran melalui sejarah, Allah mengajak manusia untuk merenungkan tanda-tanda (ayat) kekuasaan-Nya yang terhampar di alam. Dimulai dari bumi yang mati (gersang) lalu dihidupkan dengan air hujan, menumbuhkan biji-bijian, kebun kurma, dan anggur. Ini adalah bukti nyata kemampuan Allah untuk membangkitkan yang mati. Kemudian, disebutkan penciptaan segala sesuatu secara berpasang-pasangan, sebuah konsep yang baru dipahami ilmu pengetahuan modern. Pergantian siang dan malam, peredaran matahari pada orbitnya yang presisi, dan fase-fase bulan yang teratur, semuanya menunjukkan keteraturan ciptaan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Ayat-ayat ini menegaskan bahwa tidak ada benda langit yang saling bertabrakan; semuanya beredar pada garis edarnya masing-masing. Terakhir, Allah mengingatkan nikmat-Nya dalam bentuk kapal (bahtera) yang dapat membawa manusia mengarungi lautan, sebuah teknologi yang diilhamkan oleh-Nya, serta penciptaan alat transportasi lainnya. Ini semua adalah bukti rahmat Allah yang, jika Dia berkehendak, bisa saja menenggelamkan mereka semua.
Tema 4: Hari Kebangkitan dan Pemandangan di Akhirat (Ayat 45-83)
Bagian akhir surah ini berfokus pada tema sentral, yaitu hari kebangkitan dan pembalasan. Dimulai dengan kritik terhadap sikap orang kafir yang selalu berpaling dari ayat-ayat Allah dan enggan berinfak. Mereka dengan angkuh menantang kapan datangnya hari kiamat. Allah menjawab bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba melalui satu teriakan yang mematikan saat mereka sedang sibuk dengan urusan dunia. Kemudian, tiupan sangkakala kedua akan membangkitkan semua manusia dari kubur mereka. Mereka akan terkejut dan menyadari bahwa janji Allah adalah benar. Pada hari itu, tidak ada satu jiwa pun yang akan dizalimi. Setiap orang akan menerima balasan setimpal dengan perbuatannya. Surah ini kemudian melukiskan kebahagiaan penghuni surga yang bersenang-senang dengan pasangan mereka, menikmati buah-buahan dan segala yang mereka inginkan, serta menerima ucapan "Salam" dari Allah. Sebaliknya, para pendosa akan dipisahkan dan dicela karena telah mengikuti setan, musuh mereka yang nyata. Mulut mereka akan dikunci, dan anggota tubuh mereka—tangan dan kaki—akan bersaksi atas perbuatan mereka di dunia. Surah ini ditutup dengan argumen pamungkas yang membantah keraguan tentang kebangkitan. Allah yang mampu menciptakan manusia dari setetes mani, tentu lebih mampu untuk menghidupkan kembali tulang-belulang yang telah hancur. Kekuasaan-Nya adalah absolut. Jika Dia menghendaki sesuatu, Dia cukup berfirman "Kun" (Jadilah!), maka terjadilah. Surah Yasin diakhiri dengan tasbih, menyucikan Allah yang di tangan-Nya memegang kekuasaan atas segala sesuatu, dan kepada-Nyalah semua makhluk akan kembali.
Doa Setelah Membaca Surah Yasin
Setelah selesai membaca Surah Yasin, dianjurkan untuk membaca doa. Berikut adalah salah satu doa yang populer dibaca oleh umat Islam:
اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْتَحْفِظُكَ وَنَسْتَوْدِعُكَ اَدْيَانَنَا وَاَنْفُسَنَا وَاَهْلَنَا وَاَوْلَادَنَا وَاَمْوَالَنَا وَكُلَّ شَيْءٍ اَعْطَيْتَنَا. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ فِى كَنَفِكَ وَاَمَانِكَ وَجِوَارِكَ وَعِيَاذِكَ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ وَجَبَّارٍ عَنِيْدٍ وَذِى عَيْنٍ وَذِى بَغْيٍ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ ذِى شَرٍّ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللّٰهُمَّ جَمِّلْنَا بِالْعَافِيَةِ وَالسَّلَامَةِ وَحَقِّقْنَا بِالتَّقْوٰى وَالْاِسْتِقَامَةِ وَاَعِذْنَا مِنْ مُوْجِبَاتِ النَّدَامَةِ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِاَوْلَادِنَا وَمَشَايِخِنَا وَلِاِخْوَانِنَا فِى الدِّيْنِ وَلِاَصْحَابِنَا وَاَحْبَابِنَا وَلِمَنْ اَحَبَّنَا فِيْكَ وَلِمَنْ اَحْسَنَ اِلَيْنَا وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلِّ عَلٰى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.
Allaahumma innaa nastahfizhuka wa nastaudi'uka adyaananaa wa anfusanaa wa ahlanaa wa aulaadanaa wa amwaalanaa wa kulla syai'in a'thaitanaa. Allaahummaj'alnaa wa iyyaahum fii kanafika wa amaanika wa jiwaarika wa 'iyaadzika min kulli syaithaanim mariid wa jabbaarin 'aniid wa dzii 'ainin wa dzii baghyin wa min syarri kulli dzii syarrin innaka 'alaa kulli syai'in qadiir. Allaahumma jammilnaa bil'aafiyati wassalaamati wa haqqiqnaa bit taqwaa wal istiqaamati wa a'idznaa min muujibaatin nadaamati innaka samii'ud du'aa'. Allaahummaghfir lanaa wa li waalidiinaa wa li aulaadinaa wa masyaa-yikhinaa wa li ikhwaaninaa fiddiini wa li ashhaabinaa wa ahbaabinaa wa liman ahabbaanaa fiika wa liman ahsana ilainaa wal mu'miniina wal mu'minaati wal muslimiina wal muslimaati yaa rabbal 'aalamiin. Wa shalli 'alaa 'abdika wa rasuulika sayyidinaa wa maulaanaa muhammadin wa 'alaa aalihii wa shahbihii wa sallim.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon pemeliharaan-Mu dan kami menyerahkan kepada-Mu agama kami, diri kami, keluarga kami, anak-anak kami, harta kami dan segala sesuatu yang telah Engkau berikan kepada kami. Ya Allah, jadikanlah kami dan mereka dalam pemeliharaan-Mu, keamanan-Mu, perlindungan-Mu dari setiap setan yang durhaka, orang yang kejam, dan dari kejahatan setiap orang yang jahat. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, indahkanlah kami dengan kesehatan dan keselamatan, wujudkanlah kami dengan takwa dan istiqamah, dan lindungilah kami dari hal-hal yang menyebabkan penyesalan. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. Ya Allah, ampunilah kami, kedua orang tua kami, anak-anak kami, guru-guru kami, saudara-saudara kami seagama, sahabat-sahabat kami, orang-orang yang mencintai kami karena-Mu, orang-orang yang berbuat baik kepada kami, serta kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, wahai Tuhan semesta alam. Limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada hamba-Mu dan utusan-Mu, junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Kesimpulan
Surah Yasin adalah sebuah samudra hikmah yang tak pernah kering. Dari awal hingga akhir, surah ini mengajak kita untuk merenungi hakikat penciptaan, tujuan hidup, dan kepastian hari akhir. Dengan membaca dan memahami kandungannya, iman seorang muslim akan semakin kokoh, hatinya akan merasa lebih tenang, dan semangatnya untuk berbuat kebaikan akan terus menyala. Menjadikan bacaan Surah Yasin sebagai bagian dari rutinitas harian bukan hanya tentang mengejar keutamaan-keutamaan yang dijanjikan, tetapi lebih dari itu, ini adalah upaya untuk terus terhubung dengan "jantung" Al-Qur'an, sumber petunjuk dan cahaya bagi seluruh umat manusia.