Panduan Wirid Setelah Sholat Fardhu

Dzikrullah Ilustrasi tasbih sebagai simbol wirid dan dzikir setelah sholat
Mengingat Allah melalui wirid adalah penyempurna ibadah sholat.

Makna dan Keutamaan Wirid Setelah Sholat

Sholat adalah tiang agama, sebuah momen intim di mana seorang hamba berdialog langsung dengan Tuhannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Setelah salam diucapkan, hubungan itu tidak serta-merta terputus. Justru, inilah saat yang sangat dianjurkan untuk memperpanjang koneksi spiritual melalui amalan wirid setelah sholat fardhu. Wirid, yang secara bahasa berarti aliran atau bagian, dalam konteks ibadah merujuk pada rangkaian dzikir, doa, dan ayat Al-Qur'an yang dibaca secara rutin sebagai bagian dari penyempurnaan ibadah.

Mengamalkan wirid setelah sholat bukanlah sebuah tambahan tanpa dasar, melainkan sebuah praktik yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau tidak langsung beranjak pergi setelah sholat, melainkan duduk sejenak untuk berdzikir, memohon ampun, dan memuji kebesaran Allah. Ini adalah cerminan betapa pentingnya menjaga momentum spiritual yang telah terbangun selama sholat. Dzikir setelah sholat berfungsi sebagai penambal kekurangan yang mungkin terjadi dalam sholat kita, baik dari segi kekhusyuan, bacaan, maupun gerakan. Ia juga menjadi sarana untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat iman dan kesempatan untuk dapat beribadah.

Keutamaannya sangat besar. Dzikir adalah amalan yang paling dicintai Allah. Dengan berdzikir, hati menjadi tenang, jiwa menjadi tentram, dan iman semakin kokoh. Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Ar-Ra'd ayat 28:

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."

Wirid setelah sholat adalah wujud nyata dari ayat ini. Di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia, beberapa menit yang kita luangkan untuk berdzikir menjadi oase yang menyejukkan jiwa. Ia menjadi perisai yang melindungi kita dari godaan syaitan, pembuka pintu rezeki, dan pemberat timbangan amal di akhirat kelak. Maka, merutinkan wirid ini adalah investasi spiritual yang tak ternilai harganya.


Urutan Bacaan Wirid Sesuai Sunnah

Berikut adalah urutan bacaan wirid dan dzikir yang umum diamalkan setelah sholat fardhu, berdasarkan hadits-hadits shahih. Urutan ini merupakan panduan yang dapat diikuti untuk menyempurnakan ibadah kita.

1. Istighfar (Memohon Ampunan) - Dibaca 3 Kali

Langkah pertama yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ setelah salam adalah memohon ampunan. Ini mengandung makna filosofis yang sangat dalam. Meskipun kita baru saja menyelesaikan ibadah agung, kita diajarkan untuk tetap merasa rendah diri dan mengakui segala kekurangan. Sholat kita mungkin tidak sempurna, pikiran kita mungkin melayang, atau niat kita mungkin tercampuri hal-hal duniawi. Oleh karena itu, istighfar adalah bentuk pengakuan atas kelemahan kita sebagai hamba di hadapan kesempurnaan Allah.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

Astaghfirullahal 'adziim, alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih.

"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), dan aku bertaubat kepada-Nya."

Membaca istighfar sebanyak tiga kali adalah langkah awal untuk membersihkan diri dari sisa-sisa dosa dan kelalaian. Ia membuka pintu rahmat Allah dan mempersiapkan hati kita untuk menerima cahaya dari dzikir-dzikir berikutnya. Dengan beristighfar, kita seolah-olah mengatakan, "Ya Allah, terimalah sholatku yang penuh kekurangan ini, dan ampunilah segala kelalaian yang terjadi di dalamnya."

2. Doa Pujian dan Keselamatan

Setelah memohon ampun, kita melanjutkan dengan memuji Allah sebagai sumber segala kedamaian dan keberkahan. Doa ini menegaskan bahwa segala bentuk keselamatan, ketenangan, dan kesejahteraan hanya berasal dari-Nya.

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Allahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam.

"Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang Maha Pemberi Keselamatan), dan dari-Mu-lah keselamatan. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Maha Memiliki Keagungan dan Kemuliaan."

As-Salaam adalah salah satu Asmaul Husna, nama-nama Allah yang terindah. Dengan menyebut nama ini, kita mengakui bahwa Allah adalah Dzat yang suci dari segala aib dan kekurangan, dan merupakan sumber absolut dari perdamaian. Ketika kita meminta keselamatan dari-Nya (wa minkas salaam), kita sedang memohon perlindungan dari segala keburukan di dunia dan akhirat. Ungkapan "Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam" adalah puncak pujian yang mengakui keagungan dan kemurahan Allah yang tiada tara.

3. Tahlil Pengesaan Allah

Kalimat tahlil ini adalah inti dari akidah Islam, yaitu tauhid. Mengucapkannya setelah sholat berfungsi untuk memperbaharui dan meneguhkan kembali ikrar kita bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir. Allahumma laa maani'a limaa a'thaita, wa laa mu'thiya limaa mana'ta, wa laa yanfa'u dzal jaddi minkal jaddu.

"Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau halangi. Tidaklah bermanfaat kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (untuk menyelamatkan diri dari siksa-Mu)."

Bagian pertama dari dzikir ini adalah pengakuan mutlak atas kekuasaan Allah. "Lahul mulku" berarti seluruh kerajaan langit dan bumi adalah milik-Nya. "Wa lahul hamdu" berarti segala puji hanya pantas ditujukan kepada-Nya. Bagian kedua adalah pernyataan tawakal yang mendalam. Kita menyerahkan segala urusan kepada Allah, meyakini bahwa rezeki, nikmat, dan musibah semuanya berada dalam genggaman-Nya. Apapun yang Allah tetapkan untuk kita, tidak ada yang bisa menghalanginya. Sebaliknya, apa yang Allah tahan dari kita, tidak ada satu kekuatan pun yang bisa memberikannya. Ini menanamkan keyakinan yang kuat dan membebaskan hati dari ketergantungan kepada makhluk.


Rangkaian Tasbih, Tahmid, dan Takbir

Ini adalah bagian inti dari wirid yang sangat masyhur, dikenal sebagai "Dzikir Fatimah". Diriwayatkan bahwa Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah ﷺ, datang kepada ayahnya untuk meminta seorang pembantu karena lelah dengan pekerjaan rumah tangga. Rasulullah ﷺ kemudian mengajarkan amalan ini sebagai sesuatu yang lebih baik daripada seorang pembantu. Ini menunjukkan betapa besar kekuatan dan keberkahan yang terkandung dalam rangkaian dzikir ini.

1. Tasbih (سُبْحَانَ اللهِ) - Dibaca 33 Kali

Tasbih adalah ungkapan penyucian. Dengan mengucapkan "Subhanallah", kita sedang menyatakan bahwa Allah Maha Suci dari segala sifat kekurangan, kelemahan, atau keserupaan dengan makhluk-Nya.

سُبْحَانَ اللهِ

Subhanallah.

"Maha Suci Allah."

Ketika kita mengulanginya sebanyak 33 kali, kita sedang meresapi makna kesucian ini ke dalam jiwa. Kita membersihkan pikiran kita dari gambaran-gambaran yang tidak layak tentang Allah. Tasbih adalah pengakuan bahwa Allah berada jauh di atas segala yang bisa kita bayangkan. Dalam kehidupan sehari-hari, tasbih juga diucapkan ketika melihat sesuatu yang menakjubkan atau sesuatu yang tidak baik, sebagai bentuk pengembalian segala urusan kepada kesucian dan kehendak Allah. Merutinkan tasbih setelah sholat membantu membersihkan hati dari kotoran-kotoran duniawi yang mungkin melekat.

2. Tahmid (الْحَمْدُ لِلهِ) - Dibaca 33 Kali

Setelah menyucikan Allah, kita melanjutkan dengan memuji-Nya. Tahmid adalah ungkapan rasa syukur dan pujian atas segala nikmat yang telah Allah berikan, baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari.

الْحَمْدُ لِلهِ

Alhamdulillah.

"Segala puji bagi Allah."

Mengucapkan "Alhamdulillah" 33 kali adalah latihan untuk menumbuhkan mentalitas syukur. Kita diingatkan akan nikmat iman, nikmat sehat, nikmat bernapas, dan nikmat dapat melaksanakan sholat itu sendiri. Pujian ini bukan hanya untuk nikmat yang kita terima, tetapi juga pujian atas kesempurnaan sifat-sifat Allah. "Al" pada "Alhamdulillah" menunjukkan bahwa *seluruh* jenis pujian, dari siapa pun dan untuk apa pun, pada hakikatnya kembali kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan. Dengan membiasakan tahmid, hati akan menjadi lapang dan jauh dari keluh kesah.

3. Takbir (اللهُ أَكْبَرُ) - Dibaca 33 Kali

Rangkaian ini ditutup dengan takbir, sebuah proklamasi atas kebesaran Allah yang tiada tandingannya. Takbir mengingatkan kita bahwa Allah lebih besar dari segala masalah, kekhawatiran, dan urusan duniawi kita.

اللهُ أَكْبَرُ

Allahu Akbar.

"Allah Maha Besar."

Mengulang "Allahu Akbar" 33 kali menanamkan rasa rendah diri dan menghancurkan kesombongan dalam hati. Kita mengakui bahwa betapapun besar pencapaian atau kekuatan kita, semua itu tidak ada artinya di hadapan kebesaran Allah. Takbir memberikan kekuatan dan keberanian, karena kita menyandarkan diri pada Dzat Yang Maha Besar. Setelah sholat, di saat kita akan kembali menghadapi tantangan hidup, takbir menjadi bekal spiritual yang menguatkan, mengingatkan kita bahwa pertolongan Allah selalu lebih besar dari masalah apapun yang kita hadapi.

4. Penyempurna Seratus Dzikir

Untuk menggenapkan jumlah dzikir menjadi seratus, Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk membaca kalimat tahlil berikut ini. Keutamaannya sangat luar biasa, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, "Barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini, maka kesalahannya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan."

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir.

"Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."


Bacaan Ayat-Ayat Al-Qur'an Pilihan

Selain dzikir, wirid setelah sholat fardhu juga disempurnakan dengan membaca beberapa ayat atau surat pilihan dari Al-Qur'an yang memiliki fadhilah (keutamaan) khusus.

1. Ayat Kursi (Surat Al-Baqarah: 255)

Ayat Kursi adalah ayat yang paling agung dalam Al-Qur'an. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai sholat fardhu, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian." (HR. An-Nasa'i). Ini menunjukkan betapa dahsyatnya keutamaan membaca ayat ini secara rutin.

اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta'khudzuhuu sinatuw wa laa nauum, lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardh, man dzalladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi idznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai im min 'ilmihii illaa bimaa syaa', wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardh, wa laa ya uuduhuu hifdzuhumaa, wa huwal 'aliyyul 'adziim.

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Kandungan Ayat Kursi merangkum pilar-pilar utama tauhid: keesaan Allah, sifat-sifat-Nya yang sempurna (Maha Hidup, Maha Mengurus), kepemilikan-Nya yang absolut atas alam semesta, ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu, serta kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Merenungi makna ayat ini dapat memperkuat iman dan menumbuhkan rasa takwa yang mendalam.

2. Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas

Tiga surat terakhir dalam Al-Qur'an ini dikenal sebagai Al-Mu'awwidzat (surat-surat perlindungan). Membacanya setelah sholat, terutama setelah sholat Subuh dan Maghrib (dibaca masing-masing tiga kali), adalah sunnah yang sangat dianjurkan untuk memohon perlindungan Allah dari segala jenis kejahatan.

  • Surat Al-Ikhlas: Menegaskan kemurnian tauhid dan keesaan Allah. Nilainya setara dengan sepertiga Al-Qur'an.
  • Surat Al-Falaq: Memohon perlindungan dari kejahatan makhluk, kejahatan malam, kejahatan sihir, dan kejahatan orang yang hasad.
  • Surat An-Nas: Memohon perlindungan dari bisikan dan godaan syaitan, baik dari golongan jin maupun manusia.

Dengan membaca ketiganya, seorang hamba menyerahkan dirinya secara total ke dalam penjagaan Allah, Dzat yang merupakan sebaik-baik Pelindung.


Penutup dengan Doa

Setelah menyelesaikan serangkaian wirid dan dzikir, inilah waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa. Angkatlah kedua tangan dengan penuh kerendahan hati dan sampaikanlah segala hajat, permohonan, dan harapan kepada Allah. Tidak ada batasan dalam berdoa, kita bisa meminta kebaikan dunia dan akhirat, memohon ampunan untuk diri sendiri, orang tua, keluarga, dan seluruh kaum muslimin.

Mulailah doa dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ, lalu sampaikanlah isi hati. Berikut adalah contoh doa penutup yang bisa diamalkan:

اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيمِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِكَ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

"Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmat-Nya dan menjamin tambahan-Nya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji sebagaimana layaknya bagi keagungan wajah-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad.

Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.

Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah menyayangiku di waktu kecil.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam."

Kesimpulan: Menjadikan Wirid Sebagai Kebiasaan

Mengamalkan wirid setelah sholat fardhu adalah lebih dari sekadar rutinitas. Ia adalah sebuah disiplin spiritual yang menghubungkan kembali hati kita kepada Allah setelah selesai menunaikan kewajiban. Ia adalah waktu berkualitas untuk muhasabah, bersyukur, dan memohon. Dengan menjadikannya kebiasaan yang tak terpisahkan dari sholat kita, kita sedang membangun benteng spiritual yang kokoh, menenangkan jiwa yang gelisah, dan terus menerus memupuk pohon keimanan di dalam dada. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kita kekuatan dan keistiqamahan untuk senantiasa menghidupkan sunnah yang mulia ini dalam kehidupan kita sehari-hari.

🏠 Kembali ke Homepage