Memaknai Ramadan Melalui Urutan Surat Tarawih

Ilustrasi Al-Quran dan Bulan Sabit Sebuah ilustrasi Al-Quran yang terbuka di bawah naungan bulan sabit dan bintang, melambangkan ibadah di bulan suci Ramadan.

Menyelami Al-Quran, satu malam demi satu malam.

Bulan Ramadan adalah bulan Al-Quran. Salah satu amalan yang paling identik dengan kemuliaan bulan ini adalah salat Tarawih. Salat sunnah muakkadah yang dilaksanakan pada malam-malam Ramadan ini menjadi kesempatan emas bagi umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah, salah satunya melalui lantunan ayat-ayat suci Al-Quran. Dalam pelaksanaannya, sering muncul pertanyaan: adakah urutan surat Tarawih yang baku dan harus diikuti? Bagaimana cara terbaik memilih bacaan agar salat menjadi lebih khusyuk dan bermakna?

Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai pendekatan mengenai urutan bacaan surat dalam salat Tarawih. Dari tradisi mengkhatamkan Al-Quran hingga pilihan surat-surat pendek yang mudah dihafal, setiap metode memiliki keutamaan dan pertimbangannya masing-masing. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif agar setiap individu, baik imam maupun makmum, dapat memilih jalan yang paling sesuai untuk memaksimalkan ibadah di bulan penuh berkah ini.


Memahami Kedudukan Urutan Surat dalam Tarawih

Sebelum melangkah lebih jauh, penting untuk memahami dasar hukumnya. Para ulama sepakat bahwa tidak ada satu pun dalil yang secara spesifik mewajibkan urutan surat tertentu dalam salat Tarawih. Rasulullah SAW dan para sahabat memberikan keleluasaan dalam hal ini. Inti dari bacaan salat adalah membaca surat Al-Fatihah, yang merupakan rukun salat, diikuti dengan bacaan ayat atau surat dari Al-Quran yang mudah bagi yang melaksanakannya.

Fleksibilitas ini merupakan rahmat dari Allah SWT. Hal ini memungkinkan salat Tarawih dapat dilaksanakan oleh semua kalangan, dari yang hafal Al-Quran 30 juz hingga yang baru hafal beberapa surat pendek. Oleh karena itu, urutan yang akan dibahas di bawah ini lebih bersifat sebagai ijtihad (upaya pemikiran para ulama) dan tradisi baik (sunnah hasanah) yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan mulia, seperti mengkhatamkan Al-Quran atau menjaga kekhusyukan jamaah.

Memilih urutan bacaan adalah seni menyeimbangkan antara target ibadah dan realitas kemampuan, baik bagi imam maupun makmum. Tujuannya satu: mencapai salat yang berkualitas dan diterima di sisi-Nya.

Dengan demikian, setiap metode yang akan dijelaskan memiliki landasan dan keutamaannya sendiri. Tidak ada satu metode yang lebih superior secara mutlak dibandingkan yang lain. Pilihan terbaik adalah yang paling mampu mendatangkan kekhusyukan, pemahaman, dan konsistensi dalam beribadah selama sebulan penuh.


Metode Pertama: Mengkhatamkan Al-Quran 30 Juz

Ini adalah metode yang paling populer di banyak masjid besar, terutama di Timur Tengah dan di kalangan para penghafal Al-Quran. Tujuannya sangat mulia, yaitu menyelesaikan bacaan 30 juz Al-Quran dalam salat Tarawih selama bulan Ramadan. Metode ini mengikuti jejak para salafus shalih yang menjadikan Ramadan sebagai momentum untuk berinteraksi secara intensif dengan Al-Quran.

Pelaksanaannya biasanya dengan membagi 30 juz Al-Quran ke dalam sekitar 27 atau 29 malam Ramadan. Rata-rata, setiap malam dibaca sekitar satu juz lebih sedikit atau lebih banyak, tergantung pada panjang juz dan jumlah rakaat Tarawih yang dilaksanakan (misalnya 20 rakaat plus 3 witir).

Contoh Pembagian Urutan Surat untuk Metode Khatam

Berikut adalah contoh pembagian bacaan yang bisa dijadikan panduan. Perlu diingat, ini hanyalah contoh dan bisa disesuaikan oleh imam berdasarkan kondisi jamaah dan durasi salat.

Malam 1 - Malam 5: Fondasi Keimanan dan Hukum

Pada awal Ramadan, semangat ibadah biasanya sedang memuncak. Bagian awal Al-Quran sangat cocok dibaca pada periode ini. Dimulai dari surat Al-Baqarah hingga An-Nisa. Bagian ini mengandung dasar-dasar akidah, kisah para nabi terdahulu (seperti Nabi Adam, Ibrahim, Musa), serta peletakan hukum-hukum fundamental dalam Islam (syariat), seperti puasa, haji, waris, dan pernikahan. Membaca bagian ini di awal Ramadan seolah-olah membangun kembali fondasi keislaman kita untuk menghadapi sisa bulan suci. Imam akan membaca ayat-ayat tentang perintah puasa di surat Al-Baqarah, yang sangat relevan dengan suasana Ramadan, menciptakan koneksi langsung antara ayat yang dibaca dan amalan yang dijalani.

Malam 6 - Malam 10: Perjanjian, Perjuangan, dan Kisah Umat Terdahulu

Memasuki sepertiga pertama bulan, bacaan akan berlanjut dari surat Al-Ma'idah hingga akhir surat At-Taubah. Surat Al-Ma'idah sarat dengan pembahasan tentang perjanjian dan hukum makanan. Surat Al-An'am membahas tentang keesaan Allah dan bantahan terhadap kemusyrikan. Surat Al-A'raf menyajikan kisah-kisah panjang para nabi dengan umatnya, memberikan pelajaran berharga tentang akibat dari ketaatan dan pembangkangan. Puncaknya pada surat At-Taubah yang berbicara tentang jihad, pertaubatan, dan hubungan antara kaum mukmin dengan golongan lain. Periode ini mengajak jamaah merenungi sejarah, mengambil ibrah dari perjuangan umat terdahulu, dan memperkuat komitmen pada perjanjian dengan Allah.

Malam 11 - Malam 15: Kisah Para Nabi dan Rahmah Allah

Di pertengahan Ramadan, jamaah akan diajak menyelami samudera kisah para nabi yang menenangkan jiwa, mulai dari surat Yunus, Hud, Yusuf, hingga Al-Hijr. Surat Yusuf, dengan kisahnya yang sangat indah dan penuh hikmah, seringkali menjadi puncak emosional bagi banyak jamaah. Kisah-kisah ini bukan sekadar cerita, melainkan peneguh hati bagi orang-orang beriman. Di dalamnya terkandung pelajaran tentang kesabaran, tawakal, dan keyakinan bahwa pertolongan Allah pasti akan datang. Ini adalah fase di mana Al-Quran berfungsi sebagai pelipur lara dan sumber inspirasi, sangat cocok dibaca di tengah bulan di mana mungkin sebagian orang mulai merasakan kelelahan fisik.

Malam 16 - Malam 20: Tanda Kebesaran Allah di Alam Semesta

Bacaan pada fase ini biasanya mencakup surat-surat seperti An-Nahl, Al-Isra, Al-Kahfi, Maryam, dan Thaha. Surat An-Nahl (lebah) mengajak kita merenungi tanda-tanda kebesaran Allah yang terhampar di alam semesta. Al-Isra menceritakan perjalanan agung Nabi Muhammad SAW. Al-Kahfi, yang juga disunnahkan dibaca setiap Jumat, memberikan empat kisah besar sebagai pedoman hidup. Surat Maryam dan Thaha menyajikan kisah kelahiran Nabi Isa dan perjuangan Nabi Musa dengan cara yang sangat menyentuh hati. Fase ini adalah ajakan untuk melakukan tadabbur alam dan merenungi kekuasaan Allah melalui ayat-ayat kauniyah dan qur'aniyah.

Malam 21 - Malam 29/30: Puncak Spiritualitas di Sepuluh Malam Terakhir

Memasuki sepuluh malam terakhir, fase paling agung di bulan Ramadan, bacaan akan difokuskan pada juz-juz terakhir Al-Quran. Dimulai dari surat Al-Anbiya hingga An-Nas. Surat-surat pada bagian akhir Al-Quran (Juz 25 hingga 30) memiliki karakteristik yang khas: ayatnya seringkali lebih pendek, ritmenya lebih kuat, dan temanya lebih fokus pada hari kiamat, surga, neraka, serta penguatan tauhid. Ini sangat selaras dengan suasana sepuluh malam terakhir, di mana seorang hamba meningkatkan intensitas ibadahnya, berburu Lailatul Qadar, dan memohon ampunan serta perlindungan dari api neraka. Mengkhatamkan Al-Quran di salah satu malam ganjil pada periode ini menjadi sebuah pencapaian spiritual yang luar biasa.

Kelebihan dan Tantangan Metode Khatam


Metode Kedua: Pilihan Surat-Surat Pendek (Fokus pada Juz Amma)

Ini adalah pendekatan yang paling umum, praktis, dan banyak diterapkan di masjid-masjid lingkungan, musala, maupun bagi mereka yang salat Tarawih di rumah. Metode ini berfokus pada pembacaan surat-surat dari Juz 30 (Juz 'Amma) atau surat-surat pendek lainnya yang sudah familiar dan banyak dihafal oleh masyarakat umum.

Pendekatan ini sangat dianjurkan karena sejalan dengan prinsip Islam yang mengutamakan kemudahan dan tidak memberatkan. Tujuannya adalah memastikan bahwa salat Tarawih dapat dijalankan dengan khusyuk, lancar, dan konsisten oleh sebanyak mungkin orang tanpa merasa terbebani dengan panjangnya bacaan.

Contoh Urutan Surat Pendek untuk 8 Rakaat Tarawih

Berikut adalah contoh kombinasi urutan surat yang bisa dirotasi setiap malamnya untuk salat Tarawih 8 rakaat (ditambah 3 rakaat witir).

  1. Rakaat 1 & 2: At-Takatsur & Al-'Asr
  2. Rakaat 3 & 4: Al-Humazah & Al-Fil
  3. Rakaat 5 & 6: Quraisy & Al-Ma'un
  4. Rakaat 7 & 8: Al-Kautsar & Al-Kafirun

Pada malam berikutnya, imam bisa melanjutkan dengan urutan surat berikutnya di Juz Amma:

  1. Rakaat 1 & 2: An-Nasr & Al-Lahab
  2. Rakaat 3 & 4: Al-Ikhlas & Al-Falaq
  3. Rakaat 5 & 6: An-Nas & (kembali ke At-Takatsur atau surat lain)
  4. Rakaat 7 & 8: Al-Qadr & Al-'Alaq

Contoh Urutan Surat Pendek untuk 20 Rakaat Tarawih

Bagi yang melaksanakan 20 rakaat, polanya bisa dimulai dari surat Ad-Dhuha atau At-Tin, lalu bergerak mundur hingga surat An-Nas. Setelah itu, bisa diulang kembali dari awal Juz Amma. Ada juga tradisi populer yang mengulang-ulang surat tertentu.

Salah satu tradisi yang sangat dikenal di banyak tempat di Indonesia adalah membaca surat-surat dari At-Takatsur hingga Al-Lahab pada 10 rakaat pertama (masing-masing surat untuk satu rakaat, setelah Al-Fatihah). Kemudian, pada 10 rakaat kedua, imam akan membaca surat Al-Ikhlas dua kali pada setiap rakaatnya. Tradisi lain adalah membaca Al-Ikhlas di rakaat kedua dari setiap salam. Misalnya:

Kelebihan dan Pertimbangan Metode Surat Pendek


Metode Ketiga: Tematik atau Pilihan Imam

Metode ini memberikan kebebasan penuh kepada imam untuk memilih ayat atau surat yang akan dibaca berdasarkan tema tertentu atau berdasarkan hafalan terbaik yang dimilikinya. Pendekatan ini sangat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan konteks atau pesan yang ingin disampaikan kepada jamaah pada malam itu.

Pendekatan Berbasis Tema

Seorang imam bisa merancang "kurikulum" Tarawih selama sebulan. Misalnya:

Pendekatan Berbasis Hafalan dan Kekhusyukan Imam

Seorang imam mungkin tidak hafal seluruh Al-Quran, tetapi memiliki hafalan yang sangat baik dan mendalam pada beberapa surat atau juz tertentu. Dalam kondisi ini, adalah lebih utama baginya untuk membaca surat-surat yang paling ia kuasai. Mengapa?

Bacaan yang lancar, tartil, dan dihayati oleh imam akan lebih menyentuh hati para makmum dibandingkan bacaan yang terbata-bata karena imam memaksakan diri membaca surat yang tidak ia kuasai dengan baik. Kekhusyukan imam menular kepada jamaah.

Imam bisa memilih surat-surat favoritnya yang memiliki makna mendalam, seperti surat Luqman (tentang pendidikan anak), surat Al-Mukminun (tentang sifat orang beriman), atau surat Ar-Rum (tentang tanda kebesaran Allah). Dengan mengulang-ulang surat ini selama Ramadan, jamaah pun bisa menjadi lebih familiar dan ikut meresapi maknanya.

Kelebihan dan Pertimbangan Metode Pilihan


Tips Praktis untuk Imam dan Makmum

Apapun metode yang dipilih, tujuan utamanya adalah salat Tarawih yang berkualitas. Berikut beberapa tips yang bisa membantu, baik bagi yang memimpin salat maupun yang mengikutinya.

Bagi Imam:

  1. Kenali Jamaah Anda: Perhatikan profil jamaah di masjid atau musala Anda. Apakah mayoritas adalah orang tua, anak muda, atau campuran? Sesuaikan kecepatan dan panjang bacaan dengan kondisi mereka. Komunikasikan metode yang akan Anda gunakan di awal Ramadan agar jamaah bisa mempersiapkan diri.
  2. Prioritaskan Kualitas di atas Kuantitas: Membaca satu halaman dengan tartil, tajwid yang benar, dan penuh penghayatan jauh lebih baik daripada membaca satu juz dengan terburu-buru hingga maknanya hilang dan napas jamaah tersengal-sengal.
  3. Lakukan Persiapan: Sebelum salat, ulang kembali (muraja'ah) ayat-ayat yang akan dibaca. Ini akan meminimalisir kesalahan dan meningkatkan kelancaran serta kepercayaan diri Anda.
  4. Variasi itu Penting: Sekalipun menggunakan metode surat pendek, usahakan untuk memvariasikan bacaan setiap malamnya agar ibadah tidak terasa monoton dan membosankan.

Bagi Makmum:

  1. Luruskan Niat: Niatkan salat Tarawih semata-mata untuk beribadah kepada Allah, bukan karena ikut-ikutan atau sekadar tradisi.
  2. Dengarkan dan Hayati: Fokuskan pikiran dan hati Anda untuk mendengarkan bacaan imam. Jika Anda mengerti artinya, cobalah untuk merenunginya. Jika tidak, nikmatilah lantunan ayat Al-Quran sebagai firman Allah yang agung. Ini adalah bagian dari tadabbur.
  3. Sabar dan Ikhlas: Jika imam membaca surat yang panjang, bersabarlah. Anggap ini sebagai latihan fisik dan spiritual. Jika imam membaca surat pendek, bersyukurlah atas kemudahannya. Jangan membanding-bandingkan imam satu dengan yang lain.
  4. Salat di Rumah: Jika kondisi tidak memungkinkan untuk ke masjid, jangan tinggalkan salat Tarawih. Laksanakan di rumah, sendiri atau bersama keluarga. Ini adalah kesempatan emas untuk menjadi imam bagi keluarga Anda, meskipun hanya dengan membaca surat-surat pendek yang Anda hafal.

Kesimpulan: Menemukan Jalan Terbaik Menuju Khusyuk

Tidak ada satu jawaban tunggal yang benar untuk pertanyaan "bagaimana urutan surat Tarawih yang ideal?". Islam memberikan kita kelapangan dalam masalah ini. Metode mengkhatamkan Al-Quran adalah sebuah cita-cita yang mulia dan penuh keutamaan. Metode membaca surat-surat pendek adalah cerminan dari kemudahan dan rahmat dalam syariat. Sementara itu, metode tematik atau pilihan imam membuka ruang untuk kreativitas dan relevansi dalam beribadah.

Pilihan terbaik pada akhirnya kembali kepada masing-masing individu dan komunitas. Yang terpenting bukanlah metode mana yang diikuti, melainkan sejauh mana metode tersebut mampu mengantarkan kita pada tujuan utama salat: merasakan kehadiran Allah, merenungi firman-Nya, dan keluar dari Ramadan sebagai pribadi yang lebih bertakwa.

Semoga di bulan Ramadan ini, salat Tarawih kita tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi menjadi sebuah perjalanan spiritual yang memperdalam cinta kita kepada Al-Quran dan kepada Sang Pemilik Kalam, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pilihlah urutan yang paling membantumu khusyuk, karena itulah esensi dari ibadah.

🏠 Kembali ke Homepage