Memaknai Tahlil dalam Tradisi Nahdlatul Ulama (NU)
Pengantar: Apa Itu Tahlil?
Tahlil, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tahlilan, merupakan sebuah tradisi ritual keagamaan yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Muslim di Indonesia, khususnya di kalangan warga Nahdliyin (pengikut Nahdlatul Ulama). Secara harfiah, kata "tahlil" berasal dari bahasa Arab, yaitu dari akar kata hallala-yuhallilu-tahlilan, yang berarti mengucapkan kalimat tauhid "Lā ilāha illallāh" (Tiada Tuhan selain Allah). Kalimat agung ini adalah esensi dari seluruh ajaran Islam, sebuah penegasan tentang keesaan Allah SWT.
Namun, dalam konteks budaya Indonesia, Tahlilan telah berkembang menjadi sebuah rangkaian acara yang lebih kompleks. Ia tidak hanya berisi pengucapan kalimat tahlil, tetapi juga mencakup pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an (seperti Surat Yasin, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, dan ayat-ayat pilihan lainnya), zikir, tasbih, tahmid, takbir, istighfar, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, dan diakhiri dengan doa bersama. Doa ini secara khusus ditujukan untuk memohon ampunan dan rahmat bagi arwah orang yang telah meninggal dunia, serta untuk keselamatan dan keberkahan bagi keluarga yang ditinggalkan dan seluruh kaum Muslimin.
Bagi kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Tahlilan bukan sekadar ritual, melainkan manifestasi dari ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) an-Nahdliyah yang memadukan antara syariat, tradisi ('urf), dan kemaslahatan sosial. Praktik ini biasanya diselenggarakan oleh keluarga yang sedang berduka, dimulai dari malam pertama setelah seseorang meninggal dunia, dan berlanjut pada hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, haul (peringatan tahunan), hingga hari ke-1000. Pelaksanaan ini menjadi sarana penting untuk memperkuat ikatan sosial, saling menghibur, dan mendoakan sesama Muslim.
Akar Sejarah dan Dimensi Budaya Tahlilan
Untuk memahami Tahlilan secara utuh, kita tidak bisa melepaskannya dari konteks sejarah dan budaya Nusantara. Jauh sebelum Islam datang, masyarakat di kepulauan ini telah memiliki tradisi dan ritual tersendiri untuk menghormati arwah leluhur. Tradisi seperti upacara selamatan pada hari-hari tertentu setelah kematian merupakan bagian dari kearifan lokal yang sudah ada.
Ketika para Walisongo menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa, mereka menggunakan pendekatan dakwah yang sangat bijaksana, yang dikenal dengan strategi akulturasi budaya. Alih-alih memberangus tradisi lokal yang sudah mengakar, mereka justru mengisinya dengan nilai-nilai dan ajaran Islam. Tradisi berkumpul dan mendoakan orang yang telah wafat tidak dihilangkan, tetapi substansinya diganti. Mantra-mantra digantikan dengan bacaan Al-Qur'an, zikir, dan doa. Sesajen digantikan dengan sedekah makanan (dikenal sebagai berkat atau slametan) yang diniatkan untuk mendapatkan pahala dari Allah.
Metode inilah yang membuat Islam dapat diterima dengan damai oleh masyarakat luas. Tahlilan menjadi wujud nyata dari "Islamisasi tradisi", di mana sebuah kebiasaan lama dipertahankan kerangka sosialnya, namun diisi penuh dengan spirit tauhid dan syariat. Ini sejalan dengan kaidah fiqih yang dipegang oleh ulama NU: Al-'aadatu muhakkamah (adat kebiasaan bisa menjadi hukum) selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar syariat Islam. Tahlilan, dalam pandangan ini, adalah adat yang baik ('urf hasan) karena isinya adalah amalan-amalan yang dianjurkan dalam agama.
Landasan Dalil (Argumentasi) Tahlilan Menurut NU
Meskipun Tahlilan dalam format spesifik seperti yang ada sekarang tidak ditemukan pada masa Nabi Muhammad SAW, para ulama NU berpendapat bahwa setiap komponen yang membentuk Tahlilan memiliki landasan dalil yang kuat dari Al-Qur'an dan Hadits. Esensinya bukanlah pada bentuk atau formatnya, melainkan pada substansi amalannya. Berikut adalah beberapa dalil yang sering dijadikan rujukan:
1. Dalil dari Al-Qur'an
-
Anjuran Berzikir: Allah SWT secara umum memerintahkan hamba-Nya untuk banyak berzikir (mengingat-Nya). Tahlilan adalah majelis zikir.
الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَئِنُّ الۡقُلُوۡبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28) - Manfaat Bacaan Al-Qur'an: Al-Qur'an adalah rahmat dan penyembuh. Membacanya mendatangkan pahala bagi yang membaca, dan ulama Aswaja meyakini pahala tersebut bisa dihadiahkan kepada orang lain, termasuk yang sudah wafat.
-
Doa untuk Orang yang Telah Wafat: Al-Qur'an secara eksplisit mengajarkan kita untuk mendoakan orang-orang beriman yang telah mendahului kita.
وَالَّذِيۡنَ جَآءُوۡ مِنۡۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا اغۡفِرۡ لَنَا وَلِاِخۡوَانِنَا الَّذِيۡنَ سَبَقُوۡنَا بِالۡاِيۡمَانِ
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, 'Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami...'" (QS. Al-Hasyr: 10)
2. Dalil dari Hadits Nabi Muhammad SAW
-
Hadiah Pahala Bacaan untuk Mayit: Terdapat beberapa riwayat yang mengindikasikan sampainya pahala amalan orang hidup kepada yang telah wafat. Salah satunya adalah anjuran membaca Surat Yasin.
اقْرَءُوا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ
"Bacakanlah Surat Yasin untuk orang-orang yang mati di antara kalian." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah). Meskipun status hadits ini diperdebatkan, banyak ulama yang mengamalkannya atas dasar fadhailul a'mal (keutamaan amal). -
Pahala Sedekah untuk Mayit: Hadits tentang sampainya pahala sedekah sangatlah kuat dan menjadi salah satu pilar utama argumentasi Tahlilan.
Seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW: "Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan beliau tidak berwasiat. Apakah bermanfaat baginya jika aku bersedekah atas namanya?" Nabi SAW menjawab: "Ya, bermanfaat." (HR. Bukhari dan Muslim).
Penyajian makanan (berkat) dalam Tahlilan diqiyaskan (dianalogikan) dengan sedekah ini. -
Doa Anak Saleh: Doa dari orang yang masih hidup sangat bermanfaat bagi mayit.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim). Tahlilan adalah wujud nyata dari pengamalan hadits ini, di mana keluarga dan kerabat berkumpul untuk menjadi "anak saleh" yang mendoakan.
Berdasarkan dalil-dalil tersebut, ulama NU menyimpulkan bahwa Tahlilan adalah sebuah amalan yang baik (bid'ah hasanah). Disebut "bid'ah" karena formatnya tidak dicontohkan secara persis oleh Nabi, namun disebut "hasanah" (baik) karena substansinya berisi amalan-amalan yang sangat dianjurkan oleh syariat.
Tata Cara dan Rangkaian Bacaan Tahlil Lengkap
Susunan bacaan Tahlil dapat bervariasi di beberapa daerah, namun secara umum memiliki struktur yang seragam. Berikut adalah urutan bacaan Tahlil yang lazim diamalkan oleh warga Nahdliyin, lengkap dengan bacaan Arab, transliterasi, dan terjemahannya.
1. Pengantar Al-Fatihah (Ila Hadhratin Nabiyyil Musthafa...)
Majelis dibuka dengan mengirimkan bacaan Al-Fatihah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, para nabi, ulama, guru, orang tua, dan kaum Muslimin secara umum, serta secara khusus kepada arwah yang dituju.
إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ، شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Ilaa hadratin-nabiyyil mushthafaa Muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama wa aalihii wa ash-haabihii wa azwaajihii wa dzurriyyatihii ajma'iin, syai-un lillaahi lahumul-faatihah.
"Kepada hadirat Nabi terpilih, Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga, sahabat, istri, dan keturunannya. Sesuatu karena Allah bagi mereka, Al-Fatihah."
(Membaca Surat Al-Fatihah 1x)
2. Membaca Surat-Surat Pendek
Setelah Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek, biasanya Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اَللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Qul huwallaahu ahad. Allaahush-shamad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad. (Dibaca 3x)
"Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.'"
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِى الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Qul a'uudzu birabbil-falaq. Min syarri maa khalaq. Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab. Wa min syarrin-naffaatsaati fil-'uqad. Wa min syarri haasidin idzaa hasad. (Dibaca 1x)
"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.'"
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلَهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Qul a'uudzu birabbin-naas. Malikin-naas. Ilaahin-naas. Min syarril-waswaasil-khannaas. Alladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas. Minal-jinnati wan-naas. (Dibaca 1x)
"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.'"
3. Bacaan Tahlil dan Zikir Inti
Ini adalah bagian inti dari majelis Tahlilan, yaitu melantunkan kalimat tauhid dan zikir-zikir lainnya.
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar.
"Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar."
(Dilanjutkan dengan membaca awal Surat Al-Baqarah, Ayat Kursi, dan akhir Surat Al-Baqarah)
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
Astaghfirullaahal-'adziim. (Dibaca 3x)
"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
Laa ilaaha illallaah. (Dibaca 33x atau 100x)
"Tiada Tuhan selain Allah."
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Laa ilaaha illallaahu Muhammadur rasuulullaahi shallallaahu 'alaihi wa sallam.
"Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah, semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan kepadanya."
4. Shalawat dan Doa Penutup
Rangkaian zikir ditutup dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian diakhiri dengan doa tahlil atau doa arwah yang panjang dan komprehensif.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad, allaahumma shalli 'alaihi wa sallim. (Dibaca beberapa kali)
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepadanya."
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
Subhaanallaahi wa bihamdih, subhaanallaahil-'adziim. (Dibaca beberapa kali)
"Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung."
Setelah rangkaian zikir ini selesai, pemimpin doa akan memimpin pembacaan doa tahlil. Doa ini berisi permohonan ampunan, rahmat, dan pembebasan dari siksa kubur dan neraka bagi si mayit. Juga berisi doa agar pahala dari bacaan yang telah dilantunkan disampaikan kepada arwah yang dituju.
Doa Tahlil Lengkap
Berikut adalah contoh doa tahlil yang umum dibaca. Doa ini merangkum semua permohonan yang menjadi tujuan utama dari pelaksanaan Tahlilan.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ، حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.
A'uudzu billaahi minasy-syaithaanir-rajiim. Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Alhamdulillaahi rabbil-'aalamiin. Hamdasy-syaakiriin, hamdan-naa'imiin, hamdan yuwaafii ni'amahu wa yukaafi-u maziidah. Yaa rabbanaa lakal-hamdu kamaa yanbaghii li jalaali wajhikal-kariimi wa 'adziimi sulthaanik.
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Pujian orang-orang yang bersyukur, pujian orang-orang yang diberi nikmat, pujian yang sepadan dengan nikmat-Nya dan mencakup tambahan-Nya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji sebagaimana layaknya bagi keagungan wajah-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu."
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
Allaahumma shalli wa sallim 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad.
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ وَأَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَمَا هَلَّلْنَا وَمَا سَبَّحْنَا وَمَا اسْتَغْفَرْنَا وَمَا صَلَّيْنَا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَرَحْمَةً نَازِلَةً وَبَرَكَةً شَامِلَةً إِلَى حَضْرَةِ حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِلَى جَمِيْعِ إِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Allaahumma taqabbal wa awshil tsawaaba maa qara'naahu minal-qur'aanil-'adziim, wa maa hallalnaa wa maa sabbahnaa wa mas-taghfarnaa wa maa shallainaa 'alaa sayyidinaa muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallam, hadiyyatan waashilatan wa rahmatan naazilatan wa barakatan syaamilatan ilaa hadhrati habiibinaa wa syafii'inaa wa qurrati a'yuninaa sayyidinaa wa mawlaanaa muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallam, wa ilaa jamii'i ikhwaanihii minal-anbiyaa-i wal-mursaliin wal-awliyaa-i wasy-syuhadaa-i wash-shaalihiin wash-shahaabati wat-taabi'iin wal-'ulamaa-il-'aamiliin wal-mushannifiinal-mukhlashiin wa jamii'il-mujaahidiina fii sabiilillaahi rabbil-'aalamiin.
"Ya Allah, terimalah dan sampaikanlah pahala Al-Qur'an agung yang telah kami baca, tahlil, tasbih, istighfar, dan shalawat kami kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, sebagai hadiah yang sampai, rahmat yang turun, dan berkah yang menyeluruh, kepada hadirat kekasih kami, penolong kami, dan penyejuk mata kami, junjungan dan tuan kami, Muhammad SAW, serta kepada seluruh saudaranya dari para nabi, rasul, wali, syuhada, orang-orang saleh, para sahabat, tabi'in, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para penulis yang ikhlas, dan seluruh mujahid di jalan Allah, Tuhan semesta alam."
ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَأَعْمَامِنَا وَعَمَّاتِنَا وَأَخْوَالِنَا وَخَالَاتِنَا وَجَمِيْعِ أَقْرِبَائِنَا. خُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ (...)
Tsumma ilaa arwaahi aabaa-inaa wa ummahaatinaa wa ajdaadinaa wa jaddaatinaa wa a'maaminaa wa 'ammaatinaa wa akhwaalinaa wa khaalaatinaa wa jamii'i aqribaa-inaa. Khushuushon ilaa ruuhi (...nama almarhum/almarhumah...)
"Kemudian (pahala ini) kepada arwah bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, kakek-kakek kami, nenek-nenek kami, paman-paman kami, bibi-bibi kami, dan seluruh kerabat kami. Khususnya kepada arwah (...sebutkan nama almarhum/almarhumah...)."
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ. اللَّهُمَّ أَنْزِلِ الرَّحْمَةَ وَالْمَغْفِرَةَ عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنْ أَهْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ.
Allaahummaghfir lahum warhamhum wa 'aafihim wa'fu 'anhum. Allaahumma anzilir-rahmata wal-maghfirata 'alaa ahlil-qubuuri min ahli laa ilaaha illallaahu muhammadur rasuulullaah.
"Ya Allah, ampunilah mereka, rahmatilah mereka, selamatkanlah mereka, dan maafkanlah mereka. Ya Allah, turunkanlah rahmat dan ampunan kepada ahli kubur dari golongan orang-orang yang mengucapkan 'Lā ilāha illallāh, Muhammadur Rasūlullāh'."
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلْفَاتِحَةْ...
Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanatan wa fil-aakhirati hasanatan wa qinaa 'adzaaban-naar. Subhaana rabbika rabbil-'izzati 'ammaa yashifuun. Wa salaamun 'alal-mursaliin. Wal-hamdulillaahi rabbil-'aalamiin. Al-Faatihah...
"Wahai Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Perkasa, dari sifat-sifat yang mereka gambarkan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Al-Fatihah..."
Dimensi Sosial dan Ukhuwah dalam Tahlilan
Lebih dari sekadar ritual doa, Tahlilan memiliki fungsi sosial yang sangat penting dalam masyarakat. Ketika sebuah keluarga ditimpa musibah kematian, mereka berada dalam kondisi psikologis yang rapuh. Kehadiran tetangga, kerabat, dan teman-teman dalam majelis Tahlilan menjadi bentuk ta'ziyah (belasungkawa) yang nyata. Ini adalah cara komunitas untuk mengatakan, "Kalian tidak sendirian dalam duka ini."
Majelis Tahlilan menjadi ruang untuk saling menguatkan dan menghibur. Lantunan zikir dan doa yang menggema bersama-sama menciptakan suasana spiritual yang menenangkan hati, baik bagi keluarga yang ditinggalkan maupun bagi para hadirin. Ini adalah terapi sosial dan spiritual yang efektif untuk melewati masa-masa sulit.
Tradisi berkat atau hidangan yang disajikan setelah Tahlilan juga memiliki makna yang dalam. Ia bukan sekadar jamuan makan, melainkan simbol sedekah atas nama almarhum. Keluarga yang berduka, meskipun dalam kesedihan, masih menyempatkan diri untuk berbagi. Para tamu yang hadir kemudian membawa pulang berkat tersebut untuk keluarga di rumah. Terjadi siklus saling mendoakan dan berbagi yang mempererat tali persaudaraan (ukhuwah Islamiyah) dan ikatan sosial kemasyarakatan. Inilah wujud nyata dari Islam sebagai agama yang tidak hanya mengatur hubungan vertikal (manusia dengan Tuhan) tetapi juga hubungan horizontal (manusia dengan manusia).
Kesimpulan: Tahlil sebagai Jantung Tradisi NU
Tahlilan dalam perspektif Nahdlatul Ulama adalah sebuah praktik keagamaan yang kaya akan makna. Ia merupakan sintesis yang indah antara ajaran syariat yang murni dengan kearifan budaya lokal. Berlandaskan dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadits tentang keutamaan zikir, membaca Al-Qur'an, berdoa untuk mayit, dan bersedekah, Tahlilan menjadi sebuah paket amalan komprehensif yang diyakini manfaatnya sampai kepada mereka yang telah berpulang.
Sebagai sebuah majelis zikir, ia berfungsi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebagai wadah doa, ia menjadi jembatan spiritual antara yang hidup dan yang telah tiada. Dan sebagai acara sosial, ia menjadi perekat ukhuwah, sarana untuk menghibur yang berduka, dan manifestasi dari semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Oleh karena itu, bagi warga Nahdliyin, Tahlilan akan terus dilestarikan sebagai salah satu pilar penting dalam menjaga tradisi keagamaan Ahlussunnah wal Jama'ah an-Nahdliyah di bumi Nusantara.