Panduan Lengkap Surat Pendek untuk Sholat 5 Waktu
Sholat adalah tiang agama dan merupakan kewajiban utama bagi setiap Muslim. Di dalam sholat, kita berkomunikasi langsung dengan Allah SWT. Salah satu rukun sholat adalah membaca surat dari Al-Quran setelah membaca Surat Al-Fatihah pada rakaat pertama dan kedua. Meskipun seorang Muslim diperbolehkan membaca ayat atau surat mana pun yang telah dihafalnya, terdapat sejumlah surat pendek yang populer dan mudah dihafal, sehingga sangat cocok untuk dibaca dalam sholat sehari-hari.
Memahami dan menghafal surat-surat pendek ini tidak hanya menyempurnakan ibadah sholat, tetapi juga menambah kekhusyukan. Saat kita mengerti makna dari apa yang kita ucapkan, hubungan kita dengan Sang Pencipta terasa lebih dekat dan mendalam. Artikel ini akan membahas beberapa surat pendek pilihan, lengkap dengan bacaan Arab, transliterasi Latin, terjemahan bahasa Indonesia, serta sedikit penjelasan mengenai kandungan maknanya untuk memperkaya pemahaman kita.
1. Surat Al-Fatihah (Pembukaan)
Meskipun bukan surat pilihan setelah Al-Fatihah, surat ini adalah rukun qauli (ucapan) yang wajib dibaca di setiap rakaat sholat. Tanpa Al-Fatihah, sholat dianggap tidak sah. Oleh karena itu, memahaminya adalah sebuah keharusan.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ. مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Al-ḥamdu lillāhi rabbil-'ālamīn. Ar-raḥmānir-raḥīm. Māliki yaumid-dīn. Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn. Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm. Ṣirāṭallażīna an'amta 'alaihim gairil-magḍūbi 'alaihim wa laḍ-ḍāllīn.
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."
Kandungan Makna: Surat Al-Fatihah sering disebut sebagai Ummul Kitab atau induk dari Al-Quran karena merangkum seluruh isi ajaran pokok Al-Quran. Ayat-ayat awalnya menegaskan pujian dan pengagungan hanya kepada Allah sebagai Tuhan semesta alam, yang memiliki sifat kasih sayang tak terbatas. Kemudian, surat ini mengukuhkan keyakinan akan adanya Hari Pembalasan, yang memotivasi manusia untuk berbuat baik. Puncaknya adalah ikrar penghambaan dan permohonan pertolongan yang eksklusif hanya kepada Allah. Ini adalah inti dari tauhid. Doa utama dalam surat ini adalah permohonan untuk ditunjukkan jalan yang lurus—jalan para nabi dan orang-orang saleh—serta dijauhkan dari jalan mereka yang dimurkai karena mengetahui kebenaran tetapi menolaknya, dan jalan mereka yang sesat karena beribadah tanpa ilmu.
2. Surat Al-Ikhlas (Keesaan)
Surat ini adalah salah satu surat yang paling sering dibaca karena sangat singkat, mudah dihafal, dan mengandung inti dari akidah Islam, yaitu Tauhid.
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ. اَللّٰهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
Qul huwallāhu aḥad. Allāhuṣ-ṣamad. Lam yalid wa lam yūlad. Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad.
"Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.'"
Kandungan Makna: Surat Al-Ikhlas adalah deklarasi murni tentang keesaan Allah SWT. Surat ini turun sebagai jawaban atas pertanyaan kaum musyrikin Mekah yang bertanya tentang "silsilah" atau "sifat" Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad SAW. Ayat pertama, "Qul huwallāhu aḥad", menegaskan bahwa Allah itu Esa, tunggal, tidak terbagi, dan tidak ada duanya. Ini adalah penolakan mutlak terhadap segala bentuk syirik atau penyekutuan Tuhan. Ayat kedua, "Allāhuṣ-ṣamad", menjelaskan bahwa Allah adalah tempat bergantung segala makhluk. Semua membutuhkan-Nya, sementara Dia tidak membutuhkan siapa pun. Ayat ketiga, "Lam yalid wa lam yūlad", menolak konsep ketuhanan yang antropomorfik (menyerupai manusia), seperti keyakinan bahwa Tuhan memiliki anak atau merupakan anak dari sesuatu. Ini membersihkan konsep ketuhanan dari sifat-sifat makhluk. Ayat terakhir, "Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad", menyempurnakan konsep tauhid dengan menyatakan bahwa tidak ada satu pun yang sebanding, setara, atau serupa dengan-Nya, baik dalam zat, sifat, maupun perbuatan-Nya. Karena kandungannya yang agung, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa membaca surat ini setara dengan membaca sepertiga Al-Quran.
3. Surat Al-Falaq (Waktu Subuh)
Surat ini, bersama dengan Surat An-Nas, dikenal sebagai Al-Mu'awwidzatain, yaitu dua surat permohonan perlindungan.
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ
Qul a'ụżu birabbil-falaq. Min syarri mā khalaq. Wa min syarri gāsiqin iżā waqab. Wa min syarrin-naffāṡāti fil-'uqad. Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad.
"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.'"
Kandungan Makna: Surat Al-Falaq adalah doa yang diajarkan Allah kepada hamba-Nya untuk memohon perlindungan dari berbagai macam kejahatan yang bersifat eksternal atau datang dari luar diri. Permohonan ini ditujukan kepada "Rabbil-falaq" (Tuhan yang menguasai subuh), sebuah metafora yang indah. Sebagaimana fajar membelah kegelapan malam dan membawa cahaya serta harapan, Allah pun Maha Kuasa untuk menyingkirkan segala bentuk kejahatan dan kesulitan. Permohonan perlindungan ini mencakup empat hal spesifik:
1. "Dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan": Ini adalah permohonan perlindungan yang bersifat umum, mencakup segala keburukan yang bisa datang dari manusia, jin, hewan, atau unsur alam lainnya.
2. "Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita": Malam seringkali menjadi waktu di mana kejahatan, baik fisik maupun spiritual, lebih mudah terjadi dan menyebar. Kegelapan memberikan selubung bagi pelaku kejahatan dan membangkitkan rasa takut.
3. "Dari kejahatan penyihir yang meniup pada buhul-buhul": Ini adalah permohonan perlindungan dari kejahatan sihir, santet, dan segala praktik ilmu hitam yang bertujuan mencelakai orang lain secara gaib.
4. "Dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki": Dengki atau hasad adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, di mana seseorang tidak suka melihat orang lain mendapatkan nikmat dan berharap nikmat itu hilang. Rasa dengki ini bisa mendorong pelakunya untuk berbuat jahat, baik melalui ucapan, perbuatan, maupun 'ain (pandangan mata yang jahat). Surat ini mengajarkan kita untuk selalu waspada dan bersandar hanya pada perlindungan Allah.
4. Surat An-Nas (Manusia)
Ini adalah surat terakhir dalam mushaf Al-Quran dan merupakan pasangan dari Surat Al-Falaq dalam memohon perlindungan kepada Allah SWT.
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. اِلٰهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِ. الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Qul a'ụżu birabbin-nās. Malikin-nās. Ilāhin-nās. Min syarril-waswāsil-khannās. Allażī yuwaswisu fī ṣudūrin-nās. Minal-jinnati wan-nās.
"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.'"
Kandungan Makna: Jika Surat Al-Falaq fokus pada perlindungan dari kejahatan eksternal, maka Surat An-Nas lebih spesifik memohon perlindungan dari kejahatan internal, yaitu bisikan setan yang merupakan musuh terbesar manusia. Untuk menghadapi musuh yang tak terlihat ini, Allah mengajarkan kita untuk berlindung kepada-Nya dengan menyebutkan tiga sifat-Nya yang agung:
1. "Rabbinnās" (Tuhan Manusia): Allah adalah Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur urusan seluruh manusia.
2. "Malikinnās" (Raja Manusia): Allah adalah Pemilik mutlak dan Penguasa yang memiliki otoritas penuh atas manusia.
3. "Ilāhinnās" (Sembahan Manusia): Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah oleh manusia.
Penyebutan tiga sifat ini menegaskan bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa yang mampu melindungi manusia dari musuh gaib ini.
Kejahatan yang dimaksud adalah "al-waswāsil-khannās", yaitu bisikan setan yang terus-menerus dan licik. Kata "al-khannās" berarti "yang bersembunyi" atau "yang mundur". Sifat setan adalah ia akan membisikkan keburukan saat kita lalai, namun akan mundur dan bersembunyi ketika kita mengingat Allah (berdzikir). Bisikan ini ditujukan ke dalam dada (hati) manusia, sumber dari niat dan keinginan. Surat ini diakhiri dengan penjelasan bahwa pembisik kejahatan ini bisa berasal dari golongan jin (setan yang tidak terlihat) dan juga dari golongan manusia (orang-orang yang berperilaku seperti setan, mengajak kepada kesesatan).
5. Surat Al-Kautsar (Nikmat yang Banyak)
Ini adalah surat terpendek dalam Al-Quran, hanya terdiri dari tiga ayat, namun memiliki makna yang sangat dalam.
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Innā a'ṭainākal-kauṡar. Faṣalli lirabbika wan-ḥar. Inna syāni'aka huwal-abtar.
"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."
Kandungan Makna: Surat Al-Kautsar turun sebagai hiburan bagi Nabi Muhammad SAW ketika beliau dihina oleh kaum kafir Quraisy sebagai "al-abtar" (yang terputus keturunannya) karena putra-putra beliau wafat di usia muda. Allah membalikkan hinaan tersebut dengan firman-Nya.
Ayat pertama, "Innā a'ṭainākal-kauṡar", adalah penegasan dari Allah bahwa Dia telah menganugerahkan "Al-Kautsar" kepada Nabi. Para ulama menafsirkan Al-Kautsar sebagai nikmat yang sangat banyak dan berlimpah, baik di dunia maupun di akhirat. Salah satu tafsir yang paling terkenal adalah bahwa Al-Kautsar adalah sebuah telaga di surga yang airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu, yang akan diberikan kepada Nabi dan umatnya.
Ayat kedua, "Faṣalli lirabbika wan-ḥar", adalah perintah sebagai wujud syukur atas nikmat yang melimpah tersebut. Allah memerintahkan dua ibadah utama: sholat dan berkurban. Sholat adalah bentuk ibadah vertikal (hablun minallah), sementara berkurban (menyembelih hewan dan membagikan dagingnya) memiliki dimensi sosial yang kuat (hablun minannas). Perintah ini mengajarkan bahwa rasa syukur harus diwujudkan dalam bentuk ibadah yang ikhlas hanya untuk Allah.
Ayat ketiga, "Inna syāni'aka huwal-abtar", adalah penegasan balasan bagi para pencela. Allah menyatakan bahwa sesungguhnya orang yang membenci dan mencela Nabi Muhammad SAW, merekalah yang sebenarnya "terputus". Mereka terputus dari rahmat Allah, terputus dari kebaikan, dan nama mereka akan hilang ditelan zaman. Sebaliknya, nama Nabi Muhammad SAW terus disebut, dipuji, dan dikenang dengan kebaikan hingga akhir zaman.
6. Surat An-Nasr (Pertolongan)
Surat ini merupakan salah satu surat terakhir yang turun kepada Nabi Muhammad SAW dan mengandung isyarat akan dekatnya akhir tugas kerasulan beliau.
اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُ. وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا
Iżā jā'a naṣrullāhi wal-fat-ḥ. Wa ra'aitan-nāsa yadkhulūna fī dīnillāhi afwājā. Fa sabbiḥ biḥamdi rabbika wastagfir-h, innahụ kāna tawwābā.
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat."
Kandungan Makna: Surat An-Nasr berbicara tentang kemenangan besar yang Allah berikan kepada kaum Muslimin, yaitu Fathu Makkah (Pembebasan Kota Mekah). Peristiwa ini menjadi puncak dari perjuangan dakwah Nabi selama lebih dari dua dekade.
Ayat pertama dan kedua, "Iżā jā'a naṣrullāhi wal-fat-ḥ, Wa ra'aitan-nāsa yadkhulūna fī dīnillāhi afwājā", menggambarkan dua tanda besar: datangnya pertolongan Allah yang berujung pada kemenangan (al-fat-h), dan akibat dari kemenangan itu adalah manusia dari berbagai suku dan kabilah berbondong-bondong memeluk Islam tanpa paksaan. Ini adalah bukti nyata kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Ayat ketiga, "Fa sabbiḥ biḥamdi rabbika wastagfir-h", berisi perintah penting yang harus dilakukan ketika meraih kesuksesan atau kemenangan. Alih-alih menjadi sombong atau angkuh, seorang Muslim diperintahkan untuk melakukan tiga hal:
1. Tasbih (Fasabbih): Mensucikan Allah dari segala kekurangan. Kemenangan ini bukanlah karena kekuatan manusia, melainkan murni karena kekuasaan dan kehendak Allah.
2. Tahmid (Bihamdi rabbika): Memuji Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya. Ini adalah bentuk syukur.
3. Istighfar (Wastagfir-h): Memohon ampunan. Ini mengajarkan kerendahan hati, bahwa dalam setiap perjuangan pasti ada kekurangan dan kesalahan yang mungkin tidak disadari. Dengan memohon ampun, seorang hamba mengakui kelemahannya di hadapan keagungan Allah.
Para sahabat, seperti Ibnu Abbas, memahami surat ini sebagai isyarat bahwa tugas Nabi Muhammad SAW di dunia telah selesai dan ajal beliau sudah dekat. Surat ini mengajarkan pelajaran abadi: puncak dari kesuksesan adalah kembali kepada Allah dengan tasbih, tahmid, dan istighfar.
7. Surat Al-'Asr (Waktu)
Meskipun sangat singkat, Imam Syafi'i pernah berkata bahwa seandainya Allah hanya menurunkan surat ini, maka itu sudah cukup sebagai hujjah bagi manusia.
وَالْعَصْرِۙ. اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Wal-'aṣr. Innal-insāna lafī khusr. Illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr.
"Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
Kandungan Makna: Surat Al-'Asr adalah rangkuman formula keselamatan dunia dan akhirat. Allah SWT bersumpah dengan "Al-'Asr" (waktu/masa), menunjukkan betapa penting dan berharganya waktu dalam kehidupan manusia. Waktu adalah modal utama yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik, akan membawa kerugian.
Ayat kedua, "Innal-insāna lafī khusr", memberikan diagnosis universal: pada dasarnya, semua manusia berada dalam kondisi merugi. Kerugian ini terjadi karena manusia seringkali lalai, menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat, dan terbuai oleh dunia.
Ayat ketiga adalah pengecualian. Ayat ini memberikan empat pilar keselamatan yang dapat menyelamatkan manusia dari kerugian:
1. Beriman (alladzīna āmanū): Pilar pertama dan yang paling fundamental adalah iman yang benar kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta qada dan qadar. Iman adalah landasan dari segala amal.
2. Beramal Saleh ('amiluṣ-ṣāliḥāt): Iman harus dibuktikan dengan perbuatan nyata. Amal saleh adalah segala perbuatan baik yang dilakukan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat. Iman tanpa amal adalah kosong, dan amal tanpa iman adalah sia-sia.
3. Saling Menasihati dalam Kebenaran (tawāṣau bil-ḥaqq): Kesalehan tidak boleh bersifat individual. Seorang mukmin memiliki tanggung jawab sosial untuk mengajak orang lain kepada kebenaran (al-haqq), yaitu Islam. Ini adalah esensi dari dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar.
4. Saling Menasihati dalam Kesabaran (tawāṣau biṣ-ṣabr): Jalan kebenaran dan dakwah penuh dengan ujian dan rintangan. Oleh karena itu, pilar keempat adalah kesabaran. Saling menasihati untuk sabar dalam tiga hal: sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi takdir dan musibah.
Keempat pilar ini harus ada secara bersamaan. Seseorang tidak bisa selamat hanya dengan beriman tanpa beramal, atau hanya saleh secara pribadi tanpa peduli pada masyarakatnya.
Penutup: Menghidupkan Sholat dengan Al-Quran
Mempelajari, menghafal, dan merenungkan makna surat-surat pendek ini adalah langkah awal yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas sholat kita. Variasikan bacaan surat dalam sholat sehari-hari agar tidak monoton dan agar kita dapat meresapi lebih banyak pesan dari Kalamullah. Ketika lisan mengucapkan ayat, biarkan hati dan pikiran ikut memahami maknanya. Dengan demikian, sholat tidak lagi menjadi sekadar rutinitas atau gerakan fisik tanpa jiwa, melainkan menjadi momen mi'raj seorang hamba, sebuah dialog yang khusyuk dan penuh makna dengan Rabbul 'Alamin.