Membuka Cahaya Wajah dengan Surah Yusuf
Kecantikan sejati adalah pantulan dari ketenangan jiwa dan kemuliaan akhlak.
Dalam khazanah spiritual Islam, Al-Quran bukan sekadar kitab suci yang berisi pedoman hidup, tetapi juga sumber ketenangan, penyembuhan, dan cahaya bagi jiwa. Setiap surah dan ayatnya memiliki keistimewaan tersendiri. Salah satu surah yang paling sering dikaitkan dengan karisma, pesona, dan kecantikan adalah Surah Yusuf. Surah ke-12 dalam Al-Quran ini mengisahkan perjalanan hidup Nabi Yusuf AS, seorang nabi yang dianugerahi oleh Allah SWT paras yang luar biasa tampan serta akhlak yang mulia.
Namun, mengaitkan Surah Yusuf dengan kecantikan bukanlah perkara sihir atau jimat. Esensinya jauh lebih dalam daripada sekadar mengamalkan beberapa ayat untuk mendapatkan wajah yang rupawan secara instan. Ini adalah tentang meneladani kesabaran, ketakwaan, dan kemuliaan akhlak Nabi Yusuf AS. Kecantikan yang terpancar dari amalan ini adalah 'nur' atau cahaya ilahi, sebuah refleksi dari kebersihan hati dan kedekatan diri kepada Sang Pencipta. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana Surah Yusuf, melalui kisah dan ayat-ayatnya, dapat menjadi wasilah atau perantara untuk membuka aura positif dan kecantikan batin yang terpancar pada penampilan lahiriah seseorang.
Kisah Nabi Yusuf: Cerminan Keindahan Akhlak dan Fisik
Untuk memahami mengapa Surah Yusuf begitu istimewa, kita harus menyelami kisahnya. Surah ini disebut sebagai Ahsanul Qasas atau kisah yang terbaik, karena di dalamnya terkandung pelajaran hidup yang lengkap: tentang impian, kedengkian, perpisahan, godaan, kesabaran, fitnah, penjara, kebijaksanaan, kekuasaan, dan akhirnya, pengampunan dan pertemuan kembali. Setiap fase kehidupan Nabi Yusuf AS adalah cermin dari bagaimana keimanan yang kokoh mampu membentuk karakter yang indah, dan karakter yang indah inilah yang menjadi sumber pesona sejati.
Anugerah Paras dan Ujian Pertama
Allah SWT menganugerahi Nabi Yusuf AS paras yang begitu tampan, yang bahkan diakui dalam hadits Nabi Muhammad SAW sebagai pemilik separuh dari seluruh ketampanan yang ada di dunia. Namun, anugerah ini jugalah yang menjadi ujian pertamanya. Rasa iri dan dengki dari saudara-saudaranya membuatnya dibuang ke dalam sumur. Di sini pelajaran pertama dimulai: anugerah fisik seringkali datang bersama ujian. Kesabaran dan tawakal Yusuf kecil kepada Allah adalah bentuk pertama dari keindahan batinnya. Ia tidak mengutuk takdir, melainkan berserah diri, sebuah sikap yang memancarkan ketenangan jiwa.
Godaan di Istana dan Kekuatan Iman
Ujian terberat bagi Yusuf AS datang ketika ia berada di rumah seorang pembesar Mesir. Zulaikha, istri pembesar tersebut, terpikat oleh ketampanannya dan mencoba untuk menggodanya. Inilah puncak dari ujian syahwat dan duniawi. Namun, Yusuf AS dengan tegas menolak seraya berkata, "Aku berlindung kepada Allah." Kemampuannya menjaga diri dari perbuatan dosa di saat segala kesempatan terbuka adalah manifestasi dari ketakwaan yang luar biasa. Ketakwaan inilah yang memancarkan cahaya kewibawaan pada dirinya. Ia lebih memilih penjara daripada menuruti hawa nafsu. Pilihan ini menunjukkan bahwa baginya, keindahan sejati adalah kebersihan diri di hadapan Allah, bukan kenikmatan sesaat.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa kecantikan yang sesungguhnya dijaga oleh benteng iman. Ketika seseorang mampu menjaga pandangan, kehormatan, dan hatinya dari hal-hal yang dilarang Allah, secara otomatis Allah akan melimpahkan kepadanya sebuah pesona dan kharisma yang tidak dimiliki oleh mereka yang larut dalam kemaksiatan. Wajah para penjaga kesucian akan tampak lebih berseri dan menenangkan.
Hikmah di Penjara dan Kemuliaan Sifat
Di dalam penjara, Yusuf AS tidak meratapi nasib. Sebaliknya, ia menjadi sumber pencerahan bagi para penghuni penjara lainnya. Ia menggunakan kemampuannya menafsirkan mimpi untuk berdakwah dan mengajak mereka kepada tauhid. Sifatnya yang bijaksana, sabar, dan penuh empati membuatnya dihormati. Ini adalah bukti bahwa pesona seseorang tidak terletak pada pakaian atau kedudukannya, tetapi pada ilmu, hikmah, dan kemampuannya memberi manfaat bagi orang lain. Inilah yang disebut kecantikan intelektual dan sosial, sebuah daya tarik yang lahir dari kedalaman ilmu dan keluhuran budi pekerti.
Kekuasaan dan Sifat Pemaaf
Ketika akhirnya Yusuf AS dibebaskan dan diangkat menjadi bendaharawan negara, ia tidak menjadi sombong. Puncak keindahan karakternya terlihat saat ia bertemu kembali dengan saudara-saudaranya yang dulu telah mencelakakannya. Alih-alih membalas dendam, ia justru memaafkan mereka dengan tulus seraya berkata, "Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." Sifat pemaaf yang agung ini adalah mahkota dari segala keindahan. Hati yang lapang dan bebas dari dendam akan membuat wajah seseorang terlihat damai, tenang, dan penuh kasih. Stres dan kebencian hanya akan meninggalkan gurat-gurat kekeruhan pada wajah.
Makna Kecantikan dalam Perspektif Islam
Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam amalan spesifik dari Surah Yusuf, penting untuk menyelaraskan pemahaman kita tentang konsep kecantikan menurut Islam. Islam tidak menafikan pentingnya keindahan fisik. Allah itu Indah dan menyukai keindahan (Innallaha jamilun yuhibbul jamal). Menjaga kebersihan, berpenampilan rapi, dan merawat tubuh adalah bagian dari ajaran Islam. Namun, Islam menempatkan kecantikan batin (jamal batin) pada kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada sekadar kecantikan lahiriah (jamal zahir).
Kecantikan batin adalah kecantikan yang bersumber dari hati yang bersih, jiwa yang tenang, dan akhlak yang mulia. Ia terwujud dalam bentuk sifat-sifat seperti sabar, syukur, jujur, amanah, pemaaf, dan rendah hati. Inilah kecantikan yang abadi, yang tidak akan lekang oleh waktu dan tidak akan pudar seiring bertambahnya usia. Bahkan, semakin matang keimanan seseorang, semakin terpancar pula keindahan batinnya.
Kecantikan inilah yang menjadi esensi dari amalan Surah Yusuf. Tujuannya bukan sekadar membuat kulit lebih cerah atau wajah lebih simetris. Tujuannya adalah untuk membentuk karakter yang mulia seperti Nabi Yusuf AS, sehingga Allah SWT berkenan melimpahkan 'nur' atau cahaya-Nya pada wajah kita. Cahaya inilah yang membuat wajah seseorang enak dipandang, menenangkan, dan disegani, meskipun mungkin secara fisik tidak memenuhi standar kecantikan duniawi.
Amalan dan Doa Spesifik dari Surah Yusuf
Setelah memahami landasan filosofis dan spiritualnya, barulah kita bisa membahas amalan spesifik yang sering dihubungkan dengan Surah Yusuf untuk memohon anugerah wajah yang bercahaya dan disukai banyak orang dalam konteks yang baik. Penting untuk ditekankan, amalan ini harus didasari niat yang lurus: untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meneladani akhlak para nabi, bukan untuk kesombongan, memikat lawan jenis secara tidak halal, atau tujuan duniawi semata.
Ayat 4: Doa untuk Wajah Berseri dan Dicintai
Ayat yang paling populer diamalkan adalah ayat ke-4, yang mengisahkan mimpi Nabi Yusuf AS di masa kecilnya.
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ
Idz qaala Yuusufu li abiihi yaa abati innii ra'aitu ahada 'asyara kaukabanw wasy-syamsa wal-qamara ra'aituhum lii saajidiin.
"(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, 'Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku'."
Ayat ini dipercaya memiliki energi positif yang dapat membuat wajah seseorang terlihat lebih berseri, manis, dan menawan. Bintang, matahari, dan bulan adalah simbol dari cahaya dan keindahan alam semesta. Dengan membaca ayat ini dan merenungi kebesaran Allah yang terkandung di dalamnya, kita memohon agar Allah melimpahkan sebagian dari cahaya tersebut ke wajah kita.
Ayat 31: Pesona yang Memukau
Ayat lain yang juga sering diamalkan adalah penggalan dari ayat ke-31, yang menggambarkan reaksi para wanita bangsawan Mesir ketika pertama kali melihat ketampanan Nabi Yusuf AS.
فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ
Falamma ra'ainahuu akbarnahuu wa qath-tha'na aidiyahunna wa qulna haasya lillaahi maa haadzaa basyaran in haadzaa illaa malakun kariim.
"Maka ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepadanya, dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri. Dan mereka berkata, 'Maha Sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah seorang malaikat yang mulia'."
Ayat ini menunjukkan betapa luar biasanya pesona yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Yusuf AS, sebuah pesona yang bukan hanya tentang fisik, tetapi juga membawa aura kemuliaan dan kesucian laksana malaikat. Mengamalkan ayat ini adalah bentuk doa agar Allah menganugerahkan kita pesona yang didasari oleh kemuliaan dan ketakwaan, sehingga orang lain memandang kita dengan rasa hormat dan segan.
Tata Cara Mengamalkan dengan Benar
Mengamalkan ayat-ayat Al-Quran bukanlah ritual mekanis. Ia harus dilakukan dengan adab, kekhusyukan, dan niat yang benar. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk mengamalkan ayat-ayat dari Surah Yusuf:
- Niat yang Tulus: Mulailah segala sesuatu dengan niat. Niatkan dalam hati bahwa Anda membaca ayat-ayat ini semata-mata untuk beribadah kepada Allah, untuk memahami kisah para nabi, untuk meneladani akhlak mulia Nabi Yusuf AS, dan memohon ridha Allah agar Dia memperindah akhlak dan rupa Anda sebagai bentuk rasa syukur. Hindari niat untuk pamer, sombong, atau tujuan yang tidak baik.
- Bersuci (Wudhu): Sebelum menyentuh dan membaca Al-Quran, pastikan Anda dalam keadaan suci dengan berwudhu. Wudhu sendiri adalah sebuah proses pembersihan dan penyucian yang secara langsung memberikan efek kesegaran dan cahaya pada wajah. Rasulullah SAW bersabda bahwa pada hari kiamat, umatnya akan dikenali dari bekas wudhu yang bercahaya.
- Membaca Surah Yusuf Secara Keseluruhan: Sangat dianjurkan untuk tidak hanya fokus pada satu atau dua ayat saja. Bacalah Surah Yusuf dari awal hingga akhir secara rutin. Dengan membaca keseluruhan kisah, Anda akan meresapi setiap pelajaran, hikmah, dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Ini akan membantu membentuk karakter Anda, yang merupakan sumber kecantikan sejati.
- Fokus dan Tadabbur pada Ayat Kunci: Setelah membaca keseluruhan surah atau pada waktu-waktu tertentu, Anda bisa memfokuskan bacaan pada Ayat 4 dan Ayat 31. Bacalah dengan tartil (perlahan dan jelas), pahami artinya, dan resapi maknanya dalam hati. Rasakan keagungan Allah saat Anda membacanya.
- Berdoa dengan Sungguh-sungguh: Setelah selesai membaca, angkatlah kedua tangan Anda dan berdoalah kepada Allah. Doa adalah inti dari ibadah. Gunakan bahasa yang Anda pahami dan sampaikan permohonan Anda dengan kerendahan hati. Berikut contoh doa yang bisa dipanjatkan:
"Allahumma ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupa dan akhlak Nabi-Mu Yusuf 'alaihissalam, maka perindahlah pula wajahku, tubuhku, dan akhlakku. Limpahkanlah cahaya Ilahi-Mu pada wajahku sehingga aku terlihat menawan di mata hamba-hamba-Mu yang shalih. Jadikanlah aku dicintai karena ketaatanku kepada-Mu, bukan karena nafsu duniawi. Ya Allah, karuniakanlah kepadaku pesona yang lahir dari ketakwaan, kewibawaan yang lahir dari ilmu, dan keindahan yang lahir dari kesabaran. Jauhkanlah aku dari fitnah dan jadikanlah anugerah ini sebagai jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Mu. Aamiin ya Rabbal 'alamin." - Mengusap Wajah: Sebagian ulama mengajarkan untuk meniupkan napas lembut ke kedua telapak tangan setelah membaca ayat dan berdoa, kemudian mengusapkannya ke wajah. Ini adalah tindakan simbolis untuk "mengambil" berkah dari bacaan tersebut dan mengaplikasikannya pada diri.
- Istiqomah (Konsisten): Kunci dari setiap amalan adalah konsistensi. Lakukan amalan ini secara rutin, misalnya setiap selesai shalat fardhu atau setiap selesai shalat Tahajjud di sepertiga malam terakhir. Jangan berharap hasil instan. Proses perbaikan spiritual dan pancaran cahayanya membutuhkan waktu, kesabaran, dan keistiqomahan.
Membangun Kecantikan Abadi: Meneladani Sifat-sifat Nabi Yusuf AS
Amalan membaca ayat dan berdoa adalah satu sisi. Sisi lainnya, yang jauh lebih fundamental, adalah usaha aktif untuk meneladani karakter Nabi Yusuf AS dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang akan menciptakan transformasi sejati dari dalam ke luar. Tanpa usaha ini, amalan doa hanya akan menjadi ritual kosong tanpa ruh.
1. Menjaga Pandangan dan Kesucian Diri
Nabi Yusuf AS menolak godaan Zulaikha dengan berlindung kepada Allah. Meneladaninya berarti kita harus berusaha keras menjaga pandangan (ghadhul bashar) dari hal-hal yang haram. Menundukkan pandangan bukan hanya menjaga kita dari dosa, tetapi juga mendatangkan nur (cahaya) dan firashah (firasat yang benar) dari Allah. Orang yang pandangannya bersih, hatinya akan bersih, dan wajahnya pun akan memancarkan kebersihan itu.
2. Sabar Menghadapi Ujian dan Fitnah
Hidup Nabi Yusuf penuh dengan ujian: dibuang saudara, difitnah, dipenjara. Namun, ia selalu sabar dan berserah diri kepada Allah. Kesabaran adalah kunci ketenangan jiwa. Orang yang sabar tidak mudah stres, panik, atau marah. Wajahnya akan terlihat lebih tenang, damai, dan awet muda. Sebaliknya, orang yang pemarah dan sering mengeluh, wajahnya akan cepat terlihat kusam dan lebih tua dari usianya.
3. Jujur, Amanah, dan Profesional
Ketika diberi kepercayaan, baik di rumah Al-Aziz maupun sebagai bendaharawan negara, Nabi Yusuf selalu menunjukkan sifat jujur, amanah, dan profesional. Sifat-sifat ini membangun kredibilitas dan kewibawaan. Orang yang dapat dipercaya akan dihormati dan disegani. Kewibawaan ini adalah salah satu bentuk pesona yang paling kuat dan tahan lama.
4. Suka Memaafkan dan Berhati Lapang
Memaafkan kesalahan saudara-saudaranya adalah puncak kemuliaan akhlak Nabi Yusuf. Menyimpan dendam dan kebencian adalah racun bagi jiwa. Ia akan membuat hati menjadi gelap dan wajah menjadi keruh. Sebaliknya, memaafkan akan melepaskan beban di hati, mendatangkan kedamaian, dan membuat wajah tampak lebih ceria dan bersinar.
5. Mengandalkan Shalat Malam (Tahajjud)
Para ulama salaf sering berkata, "Barangsiapa yang banyak shalatnya di waktu malam, maka wajahnya akan terlihat indah di waktu siang." Shalat Tahajjud adalah waktu paling intim antara seorang hamba dengan Tuhannya. Di saat inilah rahmat dan cahaya Allah turun dengan derasnya. Menghidupkan malam dengan ibadah adalah cara terbaik untuk 'mengisi ulang' energi spiritual yang akan terpancar sepanjang hari.
6. Senyum Adalah Sedekah
Kecantikan sejati tidak akan lengkap tanpa senyuman yang tulus. Senyum adalah ekspresi dari hati yang damai dan penuh kasih. Ia adalah sedekah yang paling mudah dan dapat langsung mencerahkan wajah serta menyenangkan hati orang yang melihatnya. Jadikan senyum sebagai bagian dari akhlak sehari-hari.
Kesimpulan: Cahaya Iman, Pesona Akhlak
Pada akhirnya, Surah Yusuf mengajarkan kita sebuah pelajaran fundamental tentang hakikat kecantikan. Kecantikan yang diperebutkan oleh dunia seringkali dangkal, sementara dan menipu. Sedangkan kecantikan yang diajarkan Al-Quran melalui kisah Nabi Yusuf AS adalah kecantikan yang utuh, lahir dan batin, bersumber dari kedalaman iman dan keluhuran akhlak.
Mengamalkan ayat-ayat dari Surah Yusuf adalah sebuah ikhtiar spiritual yang indah, sebuah cara untuk memohon kepada Sang Maha Indah agar kita dianugerahi percikan keindahan-Nya. Namun, ikhtiar ini harus diiringi dengan usaha nyata untuk membersihkan hati, memperbaiki karakter, dan meneladani sifat-sifat mulia Nabi Yusuf AS. Ketika kesabaran, ketakwaan, kejujuran, dan sifat pemaaf telah menghiasi jiwa, maka tanpa diminta pun, cahaya itu akan terpancar dengan sendirinya melalui wajah, tutur kata, dan gerak-gerik kita.
Inilah rahasia kecantikan yang sesungguhnya: bukan pada kosmetik atau perawatan mahal, melainkan pada jiwa yang senantiasa terhubung dengan Allah SWT. Inilah pesona yang tidak akan pernah pudar, pesona yang akan membawa kebaikan tidak hanya di dunia, tetapi juga menjadi cahaya yang menerangi jalan kita di akhirat kelak.