Surah Al-Kahfi

Teks Latin, Arab, Terjemahan, dan Penjelasannya

Ilustrasi gua sebagai simbol Surah Al-Kahfi Ilustrasi gua sebagai simbol Surah Al-Kahfi

Pengenalan Surah Al-Kahfi

Surah Al-Kahfi (سورة الكهف) adalah surah ke-18 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 110 ayat dan termasuk dalam golongan surah Makkiyah, yaitu surah yang diturunkan di kota Mekkah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Nama "Al-Kahfi" berarti "Gua," yang diambil dari kisah utama yang diceritakan dalam surah ini, yaitu kisah sekelompok pemuda yang mencari perlindungan di dalam sebuah gua untuk menyelamatkan iman mereka. Surah ini memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam tradisi Islam, terutama dianjurkan untuk dibaca pada hari Jumat.

Kandungan surah ini sangat kaya akan pelajaran dan hikmah. Secara garis besar, Surah Al-Kahfi memaparkan empat kisah utama yang masing-masing merepresentasikan sebuah ujian atau fitnah besar dalam kehidupan manusia: ujian keimanan (fitnah agama), ujian kekayaan (fitnah harta), ujian ilmu pengetahuan (fitnah ilmu), dan ujian kekuasaan (fitnah kekuasaan). Melalui kisah-kisah ini, Allah SWT memberikan panduan tentang bagaimana menghadapi berbagai cobaan tersebut dengan bersandar pada kekuatan iman, kerendahan hati, kesabaran, dan keadilan.

Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi

Banyak hadits yang menyoroti keutamaan membaca Surah Al-Kahfi, khususnya pada hari Jumat. Keutamaan-keutamaan ini menjadi motivasi bagi umat Muslim untuk rutin mengamalkannya.

Salah satu keutamaan yang paling masyhur adalah perlindungan dari fitnah Dajjal. Dajjal adalah sosok yang akan muncul di akhir zaman sebagai ujian terbesar bagi keimanan manusia. Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari Surah Al-Kahfi akan terlindungi dari Dajjal. Dalam riwayat lain, disebutkan sepuluh ayat terakhir. Ini menunjukkan betapa kuatnya kandungan ayat-ayat dalam surah ini sebagai benteng spiritual.

Keutamaan lainnya adalah akan diterangi oleh cahaya. Diriwayatkan bahwa barang siapa yang membaca Surah Al-Kahfi pada hari Jumat, maka ia akan disinari cahaya di antara dua Jumat. Cahaya ini dimaknai sebagai petunjuk, rahmat, dan ampunan dari Allah SWT yang menerangi jalan hidup seorang hamba selama sepekan. Cahaya ini bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga cahaya batin yang menuntun hati menuju kebenaran dan menjauhkannya dari kegelapan maksiat.

Selain itu, membaca surah ini juga mendatangkan ketenangan (sakinah). Terdapat sebuah kisah tentang seorang sahabat Nabi yang sedang membaca Surah Al-Kahfi, lalu ia melihat semacam awan atau kabut yang turun dan menyelimutinya. Ketika hal ini dilaporkan kepada Rasulullah SAW, beliau menjelaskan bahwa itu adalah sakinah yang turun karena bacaan Al-Qur'an. Ini menegaskan bahwa ayat-ayat Allah memiliki kekuatan untuk menenangkan jiwa dan mendatangkan kedamaian.

Empat Kisah Utama dalam Surah Al-Kahfi

Surah ini dibangun di atas empat pilar naratif yang masing-masing membawa pesan moral yang mendalam.

1. Kisah Ashabul Kahfi (Para Penghuni Gua): Ini adalah kisah tentang sekelompok pemuda beriman yang hidup di bawah pemerintahan seorang raja yang zalim dan memaksa rakyatnya untuk menyekutukan Allah. Untuk mempertahankan akidah tauhid mereka, para pemuda ini melarikan diri dan berlindung di sebuah gua. Atas kuasa Allah, mereka ditidurkan selama ratusan tahun dan dibangunkan kembali pada masa ketika masyarakat telah beriman. Kisah ini adalah representasi dari ujian keimanan (fitnah agama). Pelajaran utamanya adalah pentingnya keteguhan iman, keberanian dalam membela kebenaran, dan keyakinan penuh akan pertolongan Allah, bahkan dalam situasi yang paling mustahil sekalipun.

2. Kisah Pemilik Dua Kebun: Kisah ini menceritakan tentang dua orang, yang satu diberi oleh Allah dua kebun yang subur dan kaya raya, sementara yang lainnya miskin namun taat. Si kaya menjadi sombong dan kufur nikmat, ia merasa bahwa hartanya adalah hasil usahanya semata dan akan kekal selamanya. Ia bahkan meragukan adanya hari kiamat. Akibat kesombongannya, Allah menghancurkan kebunnya dalam sekejap. Kisah ini melambangkan ujian kekayaan (fitnah harta). Pesannya adalah agar manusia tidak terpedaya oleh gemerlap dunia, senantiasa bersyukur, dan menyadari bahwa semua kekayaan adalah titipan dari Allah yang bisa diambil kapan saja.

3. Kisah Nabi Musa dan Khidir: Kisah ini mengisahkan perjalanan Nabi Musa AS untuk mencari seorang hamba Allah yang saleh bernama Khidir, yang memiliki ilmu laduni (ilmu langsung dari sisi Allah). Nabi Musa ingin belajar darinya, namun Khidir memberikan syarat agar Musa tidak bertanya tentang apa pun yang dilakukannya sampai ia sendiri yang menjelaskannya. Dalam perjalanan, Khidir melakukan tiga tindakan yang secara lahiriah tampak aneh dan salah: melubangi perahu, membunuh seorang anak laki-laki, dan menegakkan tembok yang hampir roboh di sebuah desa yang penduduknya pelit. Nabi Musa tidak sabar dan selalu bertanya. Akhirnya, Khidir menjelaskan hikmah di balik setiap tindakannya, yang ternyata penuh dengan kebaikan dan rahmat tersembunyi. Kisah ini merupakan cerminan dari ujian ilmu pengetahuan (fitnah ilmu). Pelajarannya adalah tentang pentingnya kesabaran dalam menuntut ilmu, kerendahan hati, dan keyakinan bahwa di balik setiap ketetapan Allah, pasti ada hikmah yang sering kali tidak terjangkau oleh akal manusia yang terbatas.

4. Kisah Dzulkarnain: Ini adalah kisah tentang seorang raja yang adil dan kuat bernama Dzulkarnain, yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk menjelajahi bumi dari barat hingga timur. Dalam perjalanannya, ia menegakkan keadilan, membantu kaum yang tertindas, dan puncaknya adalah membangun sebuah tembok besi yang kokoh untuk melindungi sebuah kaum dari teror bangsa Ya'juj dan Ma'juj. Meskipun memiliki kekuatan dan kekuasaan yang luar biasa, Dzulkarnain tetap rendah hati dan selalu menyandarkan segala pencapaiannya kepada Allah. Kisah ini adalah simbol dari ujian kekuasaan (fitnah kekuasaan). Pelajarannya adalah bahwa kekuasaan sejati harus digunakan untuk menyebarkan kebaikan, keadilan, dan melindungi yang lemah, serta selalu mengingat bahwa semua kekuatan berasal dari Allah SWT.


Bacaan Surah Al-Kahfi: Ayat 1-110

Berikut adalah bacaan lengkap Surah Al-Kahfi dalam teks Arab, transliterasi Latin, terjemahan bahasa Indonesia, beserta penjelasan singkat untuk setiap ayatnya.

Ayat 1

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ ٱلْكِتَٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُۥ عِوَجَا ۜ

Al-ḥamdu lillāhillażī anzala 'alā 'abdihil-kitāba wa lam yaj'al lahụ 'iwajā.

"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok."

Penjelasan: Surah ini dibuka dengan pujian kepada Allah atas anugerah terbesar-Nya, yaitu Al-Qur'an. Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang lurus, sempurna, tanpa ada sedikit pun pertentangan atau kekurangan di dalamnya, sebagai petunjuk yang jelas bagi manusia.

Ayat 2

قَيِّمًا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا

Qayyimal liyunżira ba`san syadīdam mil ladun-hu wa yubasysyiral-mu`minīnallażīna ya'malụnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā.

"Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik."

Penjelasan: Fungsi Al-Qur'an dijelaskan di sini. Ia berfungsi ganda: sebagai peringatan (inzar) bagi mereka yang ingkar akan adanya azab yang dahsyat, dan sebagai kabar gembira (tabsyir) bagi orang-orang beriman yang beramal saleh bahwa surga telah menanti mereka.

Ayat 3

مَّٰكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا

Mākiṡīna fīhi abadā.

"Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya."

Penjelasan: Ayat ini menekankan sifat keabadian dari balasan baik yang dijanjikan kepada orang-orang beriman. Kenikmatan surga tidak akan pernah berakhir, sebagai imbalan atas ketaatan mereka yang sementara di dunia.

Ayat 4

وَيُنذِرَ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدًا

Wa yunżirallażīna qāluttakhażallāhu waladā.

"Dan untuk memperingatkan orang-orang yang berkata, 'Allah mengambil seorang anak'."

Penjelasan: Al-Qur'an secara khusus memberikan peringatan keras kepada mereka yang menyematkan sifat yang tidak layak bagi Allah, seperti keyakinan bahwa Allah memiliki anak. Ini adalah salah satu bentuk kesyirikan terbesar.

Ayat 5

مَّا لَهُم بِهِۦ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِءَابَآئِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ ۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا

Mā lahum bihī min 'ilmiw wa lā li`ābā`ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqụlụna illā każibā.

"Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka."

Penjelasan: Ayat ini membantah klaim mereka dengan tegas. Tuduhan bahwa Allah memiliki anak adalah ucapan yang tidak didasari oleh ilmu atau bukti apa pun, melainkan hanya kebohongan besar yang diwariskan secara membabi buta dari generasi ke generasi.

Ayat 6

فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٌ نَّفْسَكَ عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِمْ إِن لَّمْ يُؤْمِنُوا۟ بِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَسَفًا

Fa la'allaka bākhi'un nafsaka 'alā āṡārihim il lam yu`minụ bihāżal-ḥadīṡi asafā.

"Maka (apakah) barangkali engkau (Muhammad) akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an)."

Penjelasan: Allah menghibur Nabi Muhammad SAW yang sangat bersedih karena penolakan kaumnya. Ayat ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Nabi kepada umatnya, namun sekaligus mengingatkan bahwa tugasnya hanyalah menyampaikan, bukan memaksa mereka untuk beriman.

Ayat 7

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Innā ja'alnā mā 'alal-arḍi zīnatal lahā linabluwahum ayyuhum aḥsanu 'amalā.

"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya."

Penjelasan: Dunia dan segala isinya (harta, takhta, keindahan) diciptakan sebagai ujian. Tujuannya adalah untuk melihat siapa yang mampu menggunakan nikmat tersebut untuk berbuat kebaikan dan siapa yang terlena olehnya hingga melupakan Allah.

Ayat 8

وَإِنَّا لَجَٰعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا

Wa innā lajā'ilụna mā 'alaihā ṣa'īdan juruzā.

"Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering."

Penjelasan: Ayat ini mengingatkan tentang kefanaan dunia. Segala keindahan dan kemegahan di bumi pada akhirnya akan hancur dan kembali menjadi tanah yang tandus. Ini adalah penegasan bahwa hanya akhirat yang kekal.

Ayat 9

أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَٰبَ ٱلْكَهْفِ وَٱلرَّقِيمِ كَانُوا۟ مِنْ ءَايَٰتِنَا عَجَبًا

Am ḥasibta anna aṣ-ḥābal-kahfi war-raqīmi kānụ min āyātinā 'ajabā.

"Apakah engkau mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?"

Penjelasan: Allah memulai kisah Ashabul Kahfi dengan sebuah pertanyaan retoris. Seolah-olah Allah berkata bahwa kisah ini, meskipun luar biasa, hanyalah salah satu dari sekian banyak tanda kekuasaan-Nya yang jauh lebih besar dan menakjubkan.

Ayat 10

إِذْ أَوَى ٱلْفِتْيَةُ إِلَى ٱلْكَهْفِ فَقَالُوا۟ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

Iż awal-fityatu ilal-kahfi fa qālụ rabbanā ātinā mil ladunka raḥmataw wa hayyi` lanā min amrinā rasyadā.

"(Ingatlah) ketika para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: 'Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami'."

Penjelasan: Ayat ini menyoroti inti dari tindakan para pemuda tersebut. Setelah melakukan ikhtiar (mencari perlindungan di gua), mereka langsung bertawakal dan memanjatkan doa yang indah, memohon dua hal utama: rahmat khusus dari Allah dan petunjuk dalam urusan mereka.

Ayat 11

فَضَرَبْنَا عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمْ فِى ٱلْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا

Fa ḍarabnā 'alā āżānihim fil-kahfi sinīna 'adadā.

"Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu selama beberapa tahun."

Penjelasan: Allah mengabulkan doa mereka dengan cara yang luar biasa. "Menutup telinga" adalah kiasan untuk membuat mereka tertidur sangat lelap, sehingga mereka tidak mendengar suara apa pun dan bisa beristirahat dengan tenang selama ratusan tahun.

Ayat 12

ثُمَّ بَعَثْنَٰهُمْ لِنَعْلَمَ أَىُّ ٱلْحِزْبَيْنِ أَحْصَىٰ لِمَا لَبِثُوٓا۟ أَمَدًا

Ṡumma ba'aṡnāhum lina'lama ayyul-ḥizbaini aḥṣā limā labiṡū amadā.

"Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu)."

Penjelasan: Mereka dibangunkan kembali untuk sebuah tujuan: untuk menampakkan kekuasaan Allah dan sebagai bukti nyata akan adanya hari kebangkitan. Perdebatan tentang lamanya mereka tinggal menjadi sarana untuk menunjukkan kebesaran Allah.

Ayat 13

نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِٱلْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا۟ بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَٰهُمْ هُدًى

Naḥnu naquṣṣu 'alaika naba`ahum bil-ḥaqq, innahum fityatun āmanụ birabbihim wa zidnāhum hudā.

"Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka."

Penjelasan: Allah menegaskan bahwa kisah ini adalah kebenaran mutlak. Karakter utama mereka disorot: mereka adalah "fityah" (para pemuda) yang memiliki iman yang kokoh, dan sebagai imbalannya, Allah menambahkan hidayah dan keteguhan dalam hati mereka.

Ayat 14-26 (Kisah Ashabul Kahfi)

Bagian ini merinci dialog para pemuda, keteguhan mereka di hadapan penguasa zalim, dan bagaimana Allah menjaga mereka di dalam gua. Allah mengatur posisi matahari agar tidak menyakiti mereka, anjing mereka yang setia menjaga di pintu gua, dan bagaimana mereka dibangkitkan. Kisah ini berakhir dengan pelajaran tentang tidak memperdebatkan hal-hal gaib yang hanya Allah ketahui, seperti jumlah pasti pemuda tersebut.

Ayat 27-31 (Perintah dan Janji Allah)

Ayat-ayat ini berisi perintah kepada Nabi Muhammad untuk tetap teguh pada wahyu, bersabar bersama orang-orang beriman yang miskin, dan tidak tergiur oleh kemewahan duniawi orang-orang kafir. Allah kemudian menegaskan kebenaran dari-Nya dan menjanjikan balasan yang setimpal: neraka bagi orang zalim dan surga Adn yang penuh kenikmatan bagi orang yang beriman dan beramal saleh.

Ayat 32-44 (Kisah Pemilik Dua Kebun)

Allah memberikan perumpamaan tentang seorang pria kaya yang memiliki dua kebun anggur yang subur. Kesombongannya atas harta membuatnya lupa kepada Allah dan meragukan hari akhir. Sahabatnya yang miskin namun beriman menasihatinya untuk bersyukur. Namun, ia tetap angkuh hingga akhirnya Allah menghancurkan kebunnya, dan ia pun menyesal. Kisah ini mengajarkan tentang bahaya kesombongan dan pentingnya kesadaran bahwa segala kuasa ada di tangan Allah.

Ayat 45-49 (Perumpamaan Kehidupan Dunia)

Kehidupan dunia diumpamakan seperti air hujan yang menyuburkan tanaman, yang kemudian menjadi kering dan diterbangkan angin. Harta dan anak-anak adalah perhiasan, tetapi amal saleh adalah yang kekal. Ayat-ayat ini juga menggambarkan kengerian hari kiamat, di mana gunung-gunung dihancurkan, manusia dikumpulkan, dan setiap amal perbuatan dicatat dalam sebuah kitab tanpa ada yang terlewat.

Ayat 50-59 (Kisah Adam dan Iblis serta Peringatan)

Allah mengingatkan kembali kisah pembangkangan Iblis yang menolak sujud kepada Adam. Manusia diperingatkan agar tidak menjadikan Iblis dan keturunannya sebagai pemimpin selain Allah. Allah menegaskan bahwa Al-Qur'an telah penuh dengan berbagai perumpamaan, namun manusia tetap menjadi makhluk yang paling banyak membantah. Peringatan tentang azab yang menimpa umat-umat terdahulu juga disampaikan sebagai pelajaran.

Ayat 60-82 (Kisah Nabi Musa dan Khidir)

Ini adalah bagian terpanjang yang menceritakan perjalanan Nabi Musa mencari ilmu kepada Khidir. Tiga peristiwa utama terjadi: melubangi perahu, membunuh seorang anak, dan memperbaiki dinding. Setiap tindakan Khidir yang awalnya tampak tidak dapat diterima oleh logika Musa, ternyata memiliki hikmah mendalam yang tersembunyi, yang semuanya didasarkan pada rahmat dan ilmu dari Allah. Kisah ini adalah pelajaran agung tentang kesabaran, kerendahan hati dalam belajar, dan batas pengetahuan manusia.

Ayat 83-101 (Kisah Dzulkarnain)

Kisah ini menceritakan tentang perjalanan seorang raja saleh, Dzulkarnain. Ia melakukan ekspedisi ke ujung barat tempat matahari terbenam, lalu ke ujung timur tempat matahari terbit, dan di setiap tempat ia menegakkan keadilan. Puncaknya adalah ketika ia sampai pada suatu kaum yang meminta perlindungan dari bangsa perusak, Ya'juj dan Ma'juj. Dengan bantuan kaum tersebut, Dzulkarnain membangun dinding penghalang dari besi dan tembaga. Ia menutup kisahnya dengan menyatakan bahwa semua ini adalah rahmat Tuhannya dan dinding itu akan hancur atas izin Allah menjelang kiamat.

Ayat 102-106 (Orang-Orang yang Paling Rugi)

Allah bertanya, siapakah orang yang paling merugi perbuatannya? Mereka adalah orang-orang yang sia-sia usahanya di dunia, namun mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. Ini merujuk kepada orang-orang kafir yang amalannya tidak memiliki dasar keimanan. Balasan bagi mereka adalah neraka Jahannam karena kekafiran dan karena menjadikan ayat-ayat Allah dan rasul-Nya sebagai bahan ejekan.

Ayat 107-108 (Balasan Bagi Orang Beriman)

Sebagai kontras, Allah menjanjikan surga Firdaus sebagai tempat tinggal bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Mereka akan kekal di dalamnya dan tidak pernah ingin berpindah dari sana. Ini adalah puncak kenikmatan dan keridhaan dari Allah.

Ayat 109

قُل لَّوْ كَانَ ٱلْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ ٱلْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا

Qul lau kānal-baḥru midādal likalimāti rabbī lanafidal-baḥru qabla an tanfada kalimātu rabbī walau ji`nā bimiṡlihī madadā.

"Katakanlah (Muhammad), 'Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)'."

Penjelasan: Ayat ini adalah penegasan yang luar biasa tentang keluasan ilmu Allah. Seluruh lautan di dunia, bahkan jika ditambah lagi sebanyak itu, tidak akan cukup untuk menuliskan ilmu, hikmah, dan kebesaran Allah. Ini menunjukkan betapa terbatasnya pengetahuan manusia dibandingkan dengan Sang Pencipta.

Ayat 110

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

Qul innamā ana basyarum miṡlukum yụḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid, fa man kāna yarjụ liqā`a rabbihī falya'mal 'amalan ṣāliḥaw wa lā yusyrik bi'ibādati rabbihī aḥadā.

"Katakanlah (Muhammad), 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu: 'Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa'. Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya'."

Penjelasan: Surah ini ditutup dengan penegasan dua pilar utama ajaran Islam. Pertama, Nabi Muhammad adalah manusia biasa yang diberi wahyu, bukan tuhan. Kedua, inti dari ajaran tersebut adalah tauhid. Ayat penutup ini memberikan resep bagi siapa pun yang merindukan perjumpaan dengan Allah: luruskan niat (beramal saleh) dan murnikan ibadah hanya untuk-Nya (tidak syirik). Inilah kesimpulan dan kunci keselamatan yang ditawarkan oleh seluruh isi surah.

🏠 Kembali ke Homepage