Sholawat Dustur: Permata Spritual dari Hadramaut
Di antara samudra luas sholawat yang dilantunkan oleh umat Islam di seluruh dunia, terdapat satu mutiara yang berkilau dengan cahaya keagungan dan kedalaman makna yang luar biasa. Itulah Sholawat Dustur, sebuah gubahan agung yang diwariskan oleh seorang wali qutub, Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad. Sholawat ini bukan sekadar rangkaian kata pujian, melainkan sebuah proklamasi tauhid, pengakuan atas sifat-sifat kesempurnaan Allah, dan permohonan komprehensif yang merangkum segala kebaikan dunia dan akhirat.
Nama "Dustur" sendiri berasal dari bahasa Persia yang berarti 'undang-undang', 'konstitusi', atau 'pedoman utama'. Pemberian nama ini bukanlah tanpa alasan. Sholawat Dustur berfungsi laksana sebuah konstitusi spiritual bagi seorang hamba. Isinya memuat pilar-pilar pengagungan kepada Sang Pencipta, sanjungan kepada Rasulullah SAW, serta doa yang mencakup perlindungan, cinta, dan keridhaan-Nya. Mengamalkannya secara istiqamah seolah-olah menjadikan nilai-nilai luhur di dalamnya sebagai pedoman hidup yang kokoh.
Teks Lengkap Sholawat Dustur: Arab, Latin, dan Terjemahan
Untuk dapat meresapi keindahannya, marilah kita simak lafadz lengkap dari Sholawat Dustur. Disajikan dalam tulisan Arab, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, serta terjemahan dalam Bahasa Indonesia untuk memahami maknanya.
اَللّٰهُمَّ يَا مَنْ هُوَ فِي عُلُوِّهِ كَائِنٌ، وَفِي عِلْمِهِ مُحِيطٌ، وَفِي عِزِّهِ قَاهِرٌ، وَفِي قُدْرَتِهِ قَادِرٌ، وَفِي عَظَمَتِهِ عَظِيمٌ، وَفِي جَلَالِهِ جَلِيلٌ، وَفِي حُكْمِهِ عَادِلٌ، وَفِي كِبْرِيَائِهِ كَبِيرٌ، وَفِي قِدَمِهِ قَدِيمٌ، وَفِي جَبَرُوتِهِ مَجِيدٌ، وَفِي رَحْمَتِهِ رَحِيمٌ، وَفِي صُنْعِهِ حَكِيمٌ، وَفِي حِكْمَتِهِ لَطِيفٌ، وَفِي لُطْفِهِ قَدِيمٌ.
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، صَلَاةً تَجْعَلُنَا بِهَا مِنْ أَهْلِ وِلَايَتِكَ وَمَحَبَّتِكَ، وَتَدْخُلُنَا بِهَا فِي حِصْنِ حِفْظِكَ وَحِرَاسَتِكَ، وَتَرْزُقُنَا بِهَا حُسْنَ الظَّنِّ بِكَ، وَدَوَامَ الطُّمَأْنِينَةِ إِلَيْكَ، وَحُسْنَ الْأَدَبِ مَعَكَ، وَكَامِلَ الِانْقِيَادِ لِأَمْرِكَ وَنَهْيِكَ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
Allâhumma yâ man huwa fî 'uluwwihi kâ-inun, wa fî 'ilmihi muhîthun, wa fî 'izzihi qâhirun, wa fî qudratihi qâdirun, wa fî 'adhamatihi 'adhîmun, wa fî jalâlihi jalîlun, wa fî hukmihi 'âdilun, wa fî kibriyâ-ihi kabîrun, wa fî qidamihi qadîmun, wa fî jabarûtihi majîdun, wa fî rahmatihi rahîmun, wa fî shun'ihi hakîmun, wa fî hikmatihi lathîfun, wa fî luthfihi qadîmun.
Shalli wa sallim wa bârik 'alâ sayyidinâ muhammadin wa 'alâ âlihi wa shahbihi ajma'în. Shalâtan taj'alunâ bihâ min ahli wilâyatika wa mahabbatika, wa tudkhilunâ bihâ fî hishni hifzhika wa hirâsatika, wa tarzuqunâ bihâ husnadh-dhanni bika, wa dawâmath-thuma'nînati ilaika, wa husnal adabi ma'aka, wa kâmilal inqiyâdi li-amrika wa nahyika, wa lâ hawla wa lâ quwwata illâ bika, yâ arhamar-râhimîn.
Ya Allah, Wahai Dzat yang Keberadaan-Nya ada dalam Ketinggian-Nya, dan dalam Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, dan dalam Keperkasaan-Nya Maha Mengalahkan, dan dalam Kekuasaan-Nya Maha Kuasa, dan dalam Keagungan-Nya Maha Agung, dan dalam Keluhuran-Nya Maha Luhur, dan dalam Hukum-Nya Maha Adil, dan dalam Kebesaran-Nya Maha Besar, dan dalam Ke-Qadiman-Nya (keberadaan tanpa awal) Maha Terdahulu, dan dalam Kekuatan-Nya Maha Mulia, dan dalam Rahmat-Nya Maha Penyayang, dan dalam Ciptaan-Nya Maha Bijaksana, dan dalam Kebijaksanaan-Nya Maha Lembut, dan dalam Kelembutan-Nya Maha Terdahulu.
Limpahkanlah rahmat, keselamatan, dan keberkahan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Rahmat yang dengannya Engkau menjadikan kami termasuk orang-orang yang berada dalam perlindungan dan cinta-Mu, dan dengannya Engkau memasukkan kami ke dalam benteng penjagaan dan pengawasan-Mu, dan dengannya Engkau menganugerahi kami prasangka yang baik kepada-Mu, dan ketenangan yang terus-menerus kepada-Mu, dan adab yang baik bersama-Mu, serta ketundukan yang sempurna terhadap perintah dan larangan-Mu. Dan tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu, wahai Dzat Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.
Sejarah dan Sosok di Balik Sholawat Dustur
Untuk memahami kedalaman sebuah karya, kita perlu mengenal penciptanya. Sholawat Dustur adalah buah dari lautan ilmu dan ma'rifat seorang ulama besar dari Hadramaut, Yaman, yaitu Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad. Beliau adalah seorang pembaharu (mujaddid) pada masanya, yang nasabnya bersambung langsung kepada Rasulullah SAW.
Imam al-Haddad lahir di Subair, dekat kota Tarim, Hadramaut. Sejak kecil, beliau telah menunjukkan kecerdasan dan semangat yang luar biasa dalam menuntut ilmu, meskipun Allah mengujinya dengan kehilangan penglihatan pada usia dini. Keterbatasan fisik tidak pernah menghalangi laju spiritual dan intelektualnya. Beliau berguru kepada para ulama terbesar di zamannya dan dengan cepat menguasai berbagai cabang ilmu agama, mulai dari fiqih, hadits, tafsir, hingga tasawuf.
Karya-karya beliau, seperti Ratib al-Haddad, Wirdul Lathif, dan kitab-kitab monumental seperti An-Nasha'ih Ad-Diniyyah, menjadi rujukan umat Islam di seluruh dunia hingga hari ini. Gaya bahasanya sederhana namun padat makna, mudah dipahami oleh orang awam namun sarat dengan kedalaman bagi para ahli. Sholawat Dustur adalah cerminan sempurna dari gaya beliau. Ia menggabungkan pengagungan sifat-sifat Allah (tauhid) dengan permohonan yang esensial bagi seorang hamba yang meniti jalan menuju-Nya.
Dinamakan "Dustur" karena sholawat ini dianggap sebagai pedoman fundamental. Ia mengajarkan kita untuk memulai doa dengan pengakuan yang tulus akan keagungan Allah. Sebelum meminta, kita memuji. Sebelum memohon, kita mengagungkan. Inilah adab tertinggi dalam berdoa, sebuah etika yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan diwujudkan dengan indah oleh Imam al-Haddad dalam gubahan ini.
Menggali Makna Mendalam Setiap Kalimat Sholawat Dustur
Sholawat Dustur terbagi menjadi dua bagian utama. Bagian pertama adalah sebuah untaian zikir yang memuji dan mengagungkan Allah SWT melalui Asma'ul Husna dan sifat-sifat-Nya yang sempurna. Bagian kedua adalah permohonan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya terkandung doa-doa yang sangat fundamental bagi kehidupan spiritual seorang mukmin.
Bagian Pertama: Proklamasi Tauhid dan Pengagungan
Bagian awal ini adalah sebuah perjalanan untuk mengenal Allah melalui sifat-sifat-Nya. Setiap frasa adalah sebuah pintu gerbang menuju ma'rifatullah (mengenal Allah).
يَا مَنْ هُوَ فِي عُلُوِّهِ كَائِنٌ (Wahai Dzat yang Keberadaan-Nya ada dalam Ketinggian-Nya)
Frasa ini menegaskan sifat 'Uluw (ketinggian) Allah. Ketinggian ini bukan ketinggian fisik atau tempat, melainkan ketinggian Dzat, sifat, dan kedudukan yang mutlak di atas segala makhluk. Ia Maha Tinggi, terlepas dari segala kekurangan dan keserupaan dengan ciptaan-Nya. Pengakuan ini membersihkan hati dari segala bentuk penyekutuan dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan tertinggi.
وَفِي عِلْمِهِ مُحِيطٌ (dan dalam Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu)
Ini adalah pengakuan akan sifat 'Ilm Allah yang Maha Meliputi. Tidak ada satu pun daun yang gugur, semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di kegelapan malam, atau bisikan hati yang terlintas, kecuali semuanya berada dalam liputan ilmu Allah. Menghayati makna ini akan menumbuhkan rasa muraqabah (merasa selalu diawasi Allah) dan mencegah kita dari perbuatan maksiat.
وَفِي عِزِّهِ قَاهِرٌ (dan dalam Keperkasaan-Nya Maha Mengalahkan)
Sifat 'Izzah (keperkasaan) dan Qahhar (Maha Mengalahkan) menunjukkan bahwa tidak ada kekuatan apa pun di alam semesta yang dapat menandingi atau mengalahkan kehendak-Nya. Raja-raja yang zalim, kekuatan adidaya, semua tunduk di bawah kekuasaan-Nya. Keyakinan ini memberikan ketenangan dan keberanian kepada seorang mukmin, karena ia hanya bersandar kepada Dzat Yang Maha Perkasa.
وَفِي قُدْرَتِهِ قَادِرٌ (dan dalam Kekuasaan-Nya Maha Kuasa)
Ini menegaskan sifat Qudrah (kekuasaan) Allah yang sempurna. Apa pun yang Dia kehendaki pasti terjadi (Kun Fayakun). Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Memahami hal ini akan memupuk harapan dan optimisme, karena kita memohon kepada Dzat yang kekuasaan-Nya tidak terbatas.
وَفِي عَظَمَتِهِ عَظِيمٌ (dan dalam Keagungan-Nya Maha Agung)
Sifat 'Adhamah (keagungan) Allah meliputi segala aspek. Dzat-Nya Maha Agung, nama-nama-Nya Maha Agung, firman-Nya Maha Agung. Mengakui keagungan-Nya akan membuat hati kita merasa kerdil dan hina di hadapan-Nya, menumbuhkan rasa tawadhu' (rendah hati) yang sejati.
Untaian pujian ini terus berlanjut, menyebutkan sifat-sifat lain seperti Jalal (Keluhuran), 'Adl (Keadilan), Kibriya' (Kebesaran), Qidam (Keberadaan tanpa Awal), Jabarut (Kekuatan), Rahmah (Kasih Sayang), Hikmah (Kebijaksanaan), dan Luthf (Kelembutan). Setiap sifat yang kita sebut adalah sebuah langkah mendekatkan diri dan menenggelamkan jiwa dalam lautan pengagungan kepada-Nya.
Bagian Kedua: Inti Permohonan Melalui Wasilah Sholawat
Setelah membasahi lisan dan hati dengan pujian kepada Allah, Imam al-Haddad mengajarkan kita untuk bertawassul (menjadikan perantara) dengan amalan yang paling dicintai Allah, yaitu bersholawat kepada kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW.
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ (Limpahkanlah rahmat, keselamatan, dan keberkahan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya)
Ini adalah inti dari sholawat. Kita memohon tiga hal utama: Shalah (rahmat dan pujian dari Allah), Salam (keselamatan dan kesejahteraan), serta Barakah (keberkahan yang melimpah) untuk Baginda Nabi, keluarga sucinya, dan para sahabatnya yang mulia. Dengan bersholawat, kita menyambungkan diri dengan cahaya kenabian dan membuka pintu-pintu rahmat Allah.
Setelah bersholawat, barulah kita memanjatkan permohonan spesifik yang terkandung di dalamnya. Doa-doa ini bukanlah permintaan duniawi yang dangkal, melainkan permohonan untuk meraih kedudukan spiritual yang tinggi.
Permohonan Pertama: Menjadi Ahli Wilayah dan Mahabbah
صَلَاةً تَجْعَلُنَا بِهَا مِنْ أَهْلِ وِلَايَتِكَ وَمَحَبَّتِكَ (Rahmat yang dengannya Engkau menjadikan kami termasuk orang-orang yang berada dalam perlindungan dan cinta-Mu)
Ini adalah permohonan tertinggi. Menjadi Ahlul Wilayah berarti menjadi wali Allah, orang yang berada di bawah naungan perlindungan, pertolongan, dan pemeliharaan-Nya. Mereka adalah orang-orang yang "tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." Sedangkan menjadi Ahlul Mahabbah berarti menjadi orang yang mencintai Allah dan dicintai oleh-Nya. Ini adalah puncak dari hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Sholawat Dustur menjadi wasilah untuk meraih maqam (kedudukan) yang mulia ini.
Permohonan Kedua: Masuk dalam Benteng Perlindungan Allah
وَتَدْخُلُنَا بِهَا فِي حِصْنِ حِفْظِكَ وَحِرَاسَتِكَ (dan dengannya Engkau memasukkan kami ke dalam benteng penjagaan dan pengawasan-Mu)
Hidup di dunia penuh dengan godaan, bahaya, dan tipu daya, baik dari syaitan, nafsu, maupun manusia. Permohonan ini adalah permintaan untuk dimasukkan ke dalam Hishn (benteng) perlindungan Allah. Siapa pun yang berada di dalam benteng-Nya, maka ia akan aman dari segala marabahaya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Ini adalah permohonan keselamatan yang hakiki.
Permohonan Ketiga: Anugerah Husnuzhan dan Thuma'ninah
وَتَرْزُقُنَا بِهَا حُسْنَ الظَّنِّ بِكَ، وَدَوَامَ الطُّمَأْنِينَةِ إِلَيْكَ (dan dengannya Engkau menganugerahi kami prasangka yang baik kepada-Mu, dan ketenangan yang terus-menerus kepada-Mu)
Husnuzhan (prasangka baik) kepada Allah adalah kunci kebahagiaan. Berprasangka baik bahwa setiap takdir-Nya adalah yang terbaik, rahmat-Nya lebih luas dari murka-Nya, dan ampunan-Nya selalu terbuka. Prasangka baik ini akan melahirkan Thuma'ninah, yaitu ketenangan jiwa yang total. Hati tidak lagi gelisah oleh urusan dunia, karena ia telah bersandar sepenuhnya kepada Allah.
Permohonan Keempat: Adab yang Baik dan Kepatuhan Sempurna
وَحُسْنَ الْأَدَبِ مَعَكَ، وَكَامِلَ الِانْقِيَادِ لِأَمْرِكَ وَنَهْيِكَ (dan adab yang baik bersama-Mu, serta ketundukan yang sempurna terhadap perintah dan larangan-Mu)
Inilah inti dari penghambaan. Kita memohon agar dianugerahi adab yang baik kepada Allah, baik dalam ibadah, doa, maupun dalam menyikapi takdir-Nya. Selanjutnya, kita memohon Al-Inqiyad Al-Kamil, yaitu ketundukan dan kepasrahan yang total dan sempurna terhadap segala perintah dan larangan-Nya, tanpa keraguan, tanpa penolakan, dan tanpa pertanyaan. Ini adalah cerminan dari Islam yang sejati, yaitu penyerahan diri secara total.
Sholawat ini ditutup dengan kalimat tauhid yang agung: وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ (Dan tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu). Sebuah pengakuan final atas kelemahan diri dan kebergantungan mutlak kepada kekuatan Allah SWT.
Keutamaan dan Fadhilah Mengamalkan Sholawat Dustur
Dengan kandungan makna yang begitu agung, Sholawat Dustur memiliki banyak sekali keutamaan (fadhilah) bagi siapa saja yang mengamalkannya dengan ikhlas dan istiqamah. Para ulama dan shalihin telah merasakan sendiri berbagai keberkahan dari sholawat ini.
1. Menjadi Benteng Perlindungan yang Kokoh
Sebagaimana doa yang terkandung di dalamnya, mengamalkan Sholawat Dustur secara rutin dapat menjadi benteng spiritual yang melindungi pengamalnya dari berbagai macam keburukan. Ini mencakup perlindungan dari sihir, 'ain (penyakit mata), gangguan jin dan syaitan, serta niat jahat manusia. Lafadz-lafadz pengagungan sifat Allah di awal sholawat berfungsi sebagai perisai yang sangat kuat.
2. Membuka Pintu Ma'rifat dan Mahabbah
Rutin merenungkan makna dari setiap kalimat dalam Sholawat Dustur adalah sebuah latihan (riyadhah) untuk mengenal Allah (ma'rifatullah). Semakin kita memahami keagungan sifat-sifat-Nya, semakin besar pula rasa cinta (mahabbah) kita kepada-Nya. Sholawat ini adalah jalan pintas untuk menumbuhkan benih-benih cinta ilahi di dalam hati.
3. Dikabulkannya Hajat dan Keinginan
Memulai doa dengan pujian dan sanjungan kepada Allah serta sholawat kepada Rasulullah SAW adalah adab terbaik dalam berdoa. Sholawat Dustur telah menyediakan paket lengkap tersebut. Para ulama menyebutkan bahwa membaca sholawat ini sebelum memanjatkan hajat pribadi dapat menjadi wasilah yang sangat mustajab untuk terkabulnya doa tersebut.
4. Memberikan Ketenangan Jiwa (Sakinah)
Kandungan sholawat yang memfokuskan hati pada keagungan, kekuasaan, dan rahmat Allah akan mengikis segala bentuk kekhawatiran dan kegelisahan duniawi. Keyakinan bahwa kita berada dalam penjagaan Dzat Yang Maha Kuasa akan melahirkan ketenangan (sakinah) dan ketentraman (thuma'ninah) yang tidak bisa dibeli dengan materi.
5. Memperkuat Fondasi Tauhid
Bagian pertama sholawat ini adalah deklarasi tauhid yang sangat kuat. Mengucapkannya berulang-ulang akan memperkokoh akidah dan keyakinan kita kepada Allah. Ia membersihkan hati dari syirik khafi (syirik tersembunyi) dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran dalam hidup.
Cara Mengamalkan Sholawat Dustur
Sholawat Dustur dapat diamalkan kapan saja dan di mana saja, selama berada di tempat yang suci dan pantas. Namun, ada beberapa waktu yang dianjurkan untuk membacanya agar lebih meresap ke dalam jiwa:
- Setelah Shalat Fardhu: Menjadikannya sebagai bagian dari wirid harian setelah shalat lima waktu, dibaca sekali, tiga kali, atau lebih sesuai kemampuan.
- Di Waktu Pagi dan Petang: Membacanya bersamaan dengan zikir pagi dan petang sebagai permohonan perlindungan untuk sepanjang hari dan malam.
- Saat Menghadapi Kesulitan: Ketika dihadapkan pada masalah, kesulitan, atau merasa terancam, membaca Sholawat Dustur dengan penuh keyakinan dapat menjadi sumber pertolongan dan jalan keluar.
- Dalam Majelis Zikir dan Sholawat: Membacanya bersama-sama dalam sebuah majelis akan menambah keberkahan dan kekuatan spiritualnya.
Yang terpenting dalam mengamalkannya adalah kehadiran hati (hudhurul qalb). Usahakan untuk tidak hanya membaca lafadznya di lisan, tetapi juga mencoba untuk menghayati dan meresapi setiap makna yang terkandung di dalamnya. Bayangkan keagungan Allah saat memuji-Nya, dan rasakan getaran cinta kepada Rasulullah SAW saat bersholawat kepadanya. Dengan cara inilah, manfaat dan fadhilah Sholawat Dustur akan terasa secara maksimal.
Sebagai penutup, Sholawat Dustur adalah warisan spiritual yang tak ternilai dari Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad. Ia bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah manhaj (metodologi) dalam berinteraksi dengan Allah SWT. Ia mengajarkan kita tentang adab, tauhid, cinta, dan kepasrahan. Menjadikannya sebagai amalan harian adalah seperti membangun sebuah istana perlindungan spiritual yang kokoh, yang di dalamnya kita akan menemukan ketenangan, keamanan, dan kedekatan dengan Sang Maha Pencipta. Semoga kita semua dimampukan untuk mengamalkannya dan meraih keberkahan yang terkandung di dalamnya.