Sholawat Nuril Anwar

Di tengah lautan zikir dan untaian doa, terdapat permata-permata spiritual yang cahayanya menembus relung hati terdalam. Salah satu permata itu adalah Sholawat Nuril Anwar. Bukan sekadar rangkaian kata, sholawat ini adalah sebuah manifestasi cinta, sebuah kunci pembuka rahasia, dan sebuah getaran cahaya yang menghubungkan seorang hamba dengan Sang Kekasih Agung, Baginda Nabi Muhammad SAW. Nama "Nuril Anwar" sendiri berarti "Cahaya dari segala cahaya," sebuah nama yang sudah cukup untuk menggambarkan betapa agung dan mendalamnya makna yang terkandung di dalamnya.

Sholawat ini diijazahkan oleh seorang wali qutub, seorang ulama besar yang maqamnya diakui di seluruh dunia Islam, yaitu Sayyid Ahmad Al-Badawi. Beliau adalah mercusuar ilmu dan spiritualitas, dan warisan beliau, termasuk Sholawat Nuril Anwar, terus menerangi jalan para pencari kebenaran hingga kini. Mengamalkan sholawat ini ibarat menyelami samudra makrifat yang tak bertepi, di mana setiap gelombangnya membawa hikmah dan setiap tetes airnya memancarkan ketenangan.

Lafadz, Transliterasi, dan Terjemahan Sholawat Anwar

Inilah teks agung yang menjadi inti dari pembahasan kita. Setiap hurufnya mengandung keberkahan dan setiap kalimatnya adalah doa yang mustajab.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى نُوْرِ الْأَنْوَارِ وَ سِرِّ الْأَسْرَارِ وَ تِرْيَاقِ الْأَغْيَارِ وَ مِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدِ الْمُخْتَارِ وَ آلِهِ الْأَطْهَارِ وَ أَصْحَابِهِ الْأَخْيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللهِ وَ إِفْضَالِهِ

Allahumma Shalli ‘Alaa Nuuril Anwaari Wasirril Asraari, Wa Tiryaaqil Aghyaari Wa Miftaahi Baabil Yasaari, Sayyidinaa Wa Maulanaa Muhammadinil Muhtaari Wa Aalihil Ath Haari Wa Ash Haabihil Ahyaari ‘Adada Ni’amillaahi Wa Ifdhaalih.

“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada cahaya dari segala cahaya, rahasia dari segala rahasia, penawar duka dan kebingungan, pembuka pintu kemudahan, junjungan dan tuan kami Nabi Muhammad SAW yang terpilih, keluarganya yang suci, dan para sahabatnya yang mulia, sebanyak hitungan nikmat Allah dan karunia-Nya.”

Menyelami Samudra Makna Sholawat Nuril Anwar

Untuk benar-benar merasakan getaran spiritual dari sholawat ini, kita perlu menyelami makna setiap frasa yang terkandung di dalamnya. Ini bukan sekadar terjemahan harfiah, melainkan sebuah upaya untuk menangkap esensi cahaya yang dipancarkannya.

1. Cahaya dari Segala Cahaya (نُوْرِ الْأَنْوَارِ - Nuuril Anwaar)

Frasa pembuka ini adalah kunci utama. Ia tidak menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai sekadar "cahaya" (nur), melainkan "Cahaya dari segala cahaya" (Nuril Anwar). Ini adalah sebuah pengakuan atas hakikat primordial Baginda Nabi. Dalam pandangan tasawuf, sebelum alam semesta diciptakan, Allah SWT menciptakan Nur Muhammad (Cahaya Muhammad) terlebih dahulu. Dari cahaya inilah seluruh alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib, diciptakan.

Cahaya matahari adalah cahaya, cahaya bulan adalah cahaya, cahaya ilmu, cahaya iman, cahaya hidayah, semuanya adalah cahaya. Namun, semua itu adalah percikan dari sumber cahaya yang utama, yaitu Nur Muhammad. Dengan mengucapkan frasa ini, kita mengakui bahwa petunjuk yang kita dapatkan, ilmu yang kita pahami, iman yang bersemayam di dada, semuanya bersumber dari cahaya kenabian yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Beliau adalah lentera agung yang cahayanya menerangi seluruh eksistensi. Bersholawat kepada "Nuuril Anwaar" adalah upaya kita untuk menyambungkan diri dengan sumber cahaya tersebut, agar kegelapan dalam diri kita sirna dan digantikan oleh terang benderangnya petunjuk ilahi.

2. Rahasia dari Segala Rahasia (سِرِّ الْأَسْرَارِ - Sirril Asraar)

Jika "Nuuril Anwaar" berbicara tentang manifestasi lahiriah dan batiniah, maka "Sirril Asraar" membawa kita lebih dalam lagi ke dimensi esoteris. Ia berarti "Rahasia dari segala rahasia". Setiap ciptaan memiliki rahasia, setiap ayat Al-Qur'an memiliki rahasia, setiap takdir memiliki rahasia. Baginda Nabi Muhammad SAW adalah pemegang kunci untuk memahami rahasia-rahasia tersebut.

Beliau adalah insan kamil (manusia sempurna) yang menjadi cermin paling jernih bagi sifat-sifat Allah. Melalui beliau, rahasia ketuhanan tersingkap bagi umat manusia. Peristiwa Isra' Mi'raj adalah bukti nyata bagaimana beliau diizinkan menembus rahasia-rahasia langit dan alam gaib yang tak terjangkau oleh makhluk lain. Dengan bersholawat kepada "Sirril Asraar", kita memohon agar dibukakan secercah pemahaman atas rahasia-rahasia kehidupan, rahasia iman, dan rahasia takdir. Kita berharap agar hati kita mampu menangkap isyarat-isyarat ilahi yang tersembunyi di balik setiap peristiwa, sehingga kita bisa menjalani hidup dengan penuh hikmah dan kepasrahan.

3. Penawar Duka dan Kebingungan (تِرْيَاقِ الْأَغْيَارِ - Tiryaaqil Aghyaar)

"Tiryaaq" adalah kata Arab untuk penawar atau antidot. "Aghyaar" secara harfiah berarti "yang lain" atau "selain Dia". Dalam konteks spiritual, "aghyaar" merujuk pada segala sesuatu yang membuat kita lalai dari Allah SWT. Ini bisa berupa keraguan, kesedihan, kegelisahan, ketergantungan pada dunia, hingga penyakit hati seperti iri dan dengki. Semua ini adalah "racun" yang mengotori jiwa dan menjauhkan kita dari ketenangan sejati.

Rasulullah SAW, dengan ajaran, sunnah, dan syafaatnya, adalah penawar paling mujarab untuk segala racun "aghyaar" tersebut. Mengingat beliau menenangkan hati yang gelisah. Mengikuti sunnahnya meluruskan jalan hidup yang bengkok. Mengharap syafaatnya memberikan harapan di tengah keputusasaan. Ketika kita membaca "Tiryaaqil Aghyaar", kita sedang memohon kepada Allah agar melalui wasilah (perantaraan) cinta kita kepada Nabi, jiwa kita disembuhkan dari segala penyakit batin. Kita meminta agar hati kita dibersihkan dari keterikatan pada selain Allah, sehingga yang tersisa hanyalah cinta murni kepada-Nya.

4. Pembuka Pintu Kemudahan (مِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ - Miftaahi Baabil Yasaar)

Frasa ini adalah sumber optimisme dan harapan. "Miftaah" berarti kunci, "Baab" berarti pintu, dan "Al-Yasaar" berarti kemudahan, kelapangan, dan kesuksesan. Jadi, Nabi Muhammad SAW adalah "Kunci Pembuka Pintu Kemudahan". Setiap manusia pasti menghadapi kesulitan, baik dalam urusan rezeki, pekerjaan, keluarga, maupun ibadah. Terkadang, pintu-pintu terasa tertutup dan jalan terasa buntu.

Sholawat ini mengajarkan kita bahwa kunci untuk membuka semua pintu yang tertutup itu ada pada Rasulullah SAW. Dengan memperbanyak sholawat, kita seolah-olah sedang menggunakan kunci spiritual untuk membuka gembok-gembok kesulitan. Cinta kepada Nabi adalah energi yang mampu mendobrak rintangan. Mengikuti ajaran beliau adalah peta yang menunjukkan jalan keluar dari labirin masalah. Doa yang diiringi sholawat lebih cepat sampai ke hadirat Allah. Dengan menyebut beliau sebagai "Miftaahi Baabil Yasaar", kita menanamkan keyakinan dalam diri bahwa selama kita berpegang teguh pada tali yang terhubung dengan beliau, tidak ada kesulitan yang tidak bisa diatasi dan tidak ada pintu kemudahan yang tidak bisa dibuka atas izin Allah SWT.

5. Junjungan, Nabi Terpilih, Keluarga, dan Sahabat (سَيِّدِنَا... الْأَخْيَارِ)

Bagian akhir sholawat ini adalah penegasan adab dan pengakuan. Kita menyebut beliau "Sayyidina wa Maulana" (junjungan dan tuan kami), sebuah pengakuan atas kepemimpinan dan kedudukan agung beliau. "Muhammadinil Mukhtar" (Muhammad yang terpilih) menegaskan status beliau sebagai pilihan Allah di antara seluruh makhluk. Kemudian, doa ini diperluas untuk mencakup "Aalihil Ath-haar" (keluarganya yang suci) dan "Ash-haabihil Akhyaar" (para sahabatnya yang terbaik). Ini mengajarkan kita tentang pentingnya mencintai ahlul bait dan para sahabat, karena mereka adalah orang-orang yang paling dekat dan paling memahami Rasulullah. Mencintai mereka adalah bagian tak terpisahkan dari mencintai Nabi.

Frasa penutup, "sebanyak hitungan nikmat Allah dan karunia-Nya" (عَدَدَ نِعَمِ اللهِ وَ إِفْضَالِهِ), menunjukkan ketidakmampuan kita untuk menghitung rahmat yang pantas bagi Nabi. Kita menyerahkan hitungannya kepada Allah, yang nikmat dan karunia-Nya tak terbatas. Ini adalah puncak kerendahan hati seorang hamba di hadapan keagungan Tuhannya dan keagungan Nabi-Nya.

Keutamaan dan Fadhilah Mengamalkan Sholawat Anwar

Sebagaimana dalamnya makna yang terkandung, begitu pula luasnya fadhilah atau keutamaan yang dijanjikan bagi mereka yang tekun mengamalkannya. Para ulama dan auliya telah banyak menjelaskan buah dari istiqamah dalam membaca sholawat ini.

Sosok di Balik Sholawat: Sayyid Ahmad Al-Badawi

Tidak lengkap membahas Sholawat Nuril Anwar tanpa mengenal sosok agung yang menyusunnya, yaitu As-Sayyid Ahmad Al-Badawi. Beliau adalah seorang wali qutub, salah satu dari empat "tiang" spiritual dalam tradisi tasawuf Sunni, bersama dengan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Syaikh Ahmad Ar-Rifa'i, dan Syaikh Ibrahim Ad-Dasuqi.

Lahir di Fes, Maroko, nasab beliau tersambung langsung kepada Rasulullah SAW melalui cucu beliau, Sayyidina Husein. Sejak kecil, beliau sudah menunjukkan tanda-tanda kewalian. Beliau dikenal sebagai seorang yang pemberani, ahli dalam menunggang kuda, namun juga sangat tekun dalam beribadah dan mendalami ilmu agama.

Perjalanan spiritualnya membawanya hijrah dari Maroko ke Mekkah, lalu ke Irak, hingga akhirnya beliau mendapatkan perintah gaib untuk menetap di Tanta, Mesir. Di Tanta, beliau mendirikan zawiyah (pusat kegiatan sufi) dan menjadi rujukan bagi ribuan murid dan masyarakat luas. Karomah beliau tak terhitung jumlahnya, mulai dari menyembuhkan orang sakit, menolong orang yang teraniaya, hingga menaklukkan hati para penguasa yang zalim.

Gelar "Al-Badawi" disematkan kepadanya karena kebiasaannya memakai "lisam" atau penutup wajah seperti kaum Badui (Arab pedalaman). Beliau dikenal memiliki pandangan mata yang sangat tajam dan penuh wibawa, sehingga beliau sering menutup wajahnya agar orang lain tidak merasa terintimidasi atau terpesona secara berlebihan.

Sholawat Nuril Anwar adalah salah satu warisan spiritual beliau yang paling berharga. Sholawat ini bukanlah hasil karangan akal pikiran biasa, melainkan sebuah ilham ilahi (warid) yang turun ke dalam hati sucinya. Setiap kata di dalamnya dipilih dengan sangat cermat dan mengandung kedalaman makna spiritual yang luar biasa. Oleh karena itu, ketika kita membacanya, kita tidak hanya bersholawat, tetapi juga menyambungkan sanad spiritual kita kepada seorang wali agung yang cintanya kepada Rasulullah SAW tak perlu diragukan lagi.

Cara Mengamalkan Sholawat Anwar

Sholawat ini dapat diamalkan kapan saja dan di mana saja. Namun, untuk mendapatkan fadhilah yang maksimal, para ulama memberikan beberapa panduan cara mengamalkannya (kaifiyah).

1. Untuk Wirid Harian

Cara paling dasar adalah menjadikannya sebagai wirid atau amalan rutin harian. Bisa dibaca sebanyak 3, 7, atau 11 kali setiap selesai sholat fardhu. Atau, yang lebih utama adalah dibaca sebanyak 100 kali dalam sehari semalam, bisa diangsur setelah sholat atau dibaca sekaligus dalam satu waktu, misalnya setelah sholat Subuh atau sholat Isya.

2. Untuk Hajat Mendesak

Jika memiliki hajat atau keinginan yang sangat penting dan mendesak, seseorang bisa melakukan riyadhah khusus. Caranya adalah dengan berpuasa hajat selama 3, 5, atau 7 hari. Setiap malam setelah sholat hajat atau sholat tahajud, bacalah Sholawat Nuril Anwar sebanyak bilangan tertentu, misalnya 100, 313, atau bahkan 1000 kali dengan penuh kekhusyukan dan fokus pada hajat yang diinginkan. Niatkan pahala sholawat ini sebagai hadiah kepada Rasulullah SAW, Sayyid Ahmad Al-Badawi, dan para auliya, lalu bertawasul memohon agar hajat kita dikabulkan oleh Allah SWT.

3. Untuk Perlindungan dan Pengobatan

Untuk tujuan perlindungan diri, keluarga, atau tempat usaha, sholawat ini bisa dibaca sebanyak 7 kali pada pagi hari dan 7 kali pada sore hari. Untuk pengobatan, baik penyakit medis maupun non-medis, sholawat ini bisa dibacakan pada segelas air putih, lalu air tersebut diminumkan kepada yang sakit dan diusapkan pada bagian tubuh yang terasa sakit, tentunya dengan keyakinan penuh bahwa penyembuh hakiki adalah Allah SWT.

Penting untuk diingat, kunci utama dalam mengamalkan sholawat ini adalah keikhlasan, keyakinan (yakin), dan konsistensi (istiqamah). Amalkan dengan adab yang baik, seperti dalam keadaan suci, menghadap kiblat jika memungkinkan, dan yang terpenting adalah dengan menghadirkan rasa cinta dan kerinduan yang mendalam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW di dalam hati.

Penutup: Menjadi Bagian dari Cahaya

Sholawat Nuril Anwar lebih dari sekadar amalan lisan. Ia adalah sebuah perjalanan spiritual. Ia mengajak kita untuk mengakui hakikat Nur Muhammad sebagai sumber segala cahaya. Ia membimbing kita untuk mengetuk pintu rahasia ilahi. Ia menawarkan penawar bagi segala penyakit hati dan kesumpekan hidup. Dan ia memberikan kunci untuk membuka pintu-pintu kemudahan yang selama ini terasa tertutup.

Di zaman yang penuh dengan kegelapan materi dan kebingungan spiritual, berpegang pada amalan seperti Sholawat Nuril Anwar adalah seperti menyalakan lentera di tengah malam yang pekat. Semakin sering kita mengucapkannya, semakin terang cahaya yang akan menerangi jalan kita. Semoga kita semua, dengan izin dan rahmat Allah SWT, dapat istiqamah mengamalkannya, merasakan keindahan maknanya, memetik buah fadhilahnya, dan kelak dikumpulkan bersama sang pemilik cahaya, rahasia, penawar, dan kunci kemudahan, Sayyidina Muhammad SAW. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage