Pullet adalah istilah kunci dalam industri peternakan yang merujuk pada ayam betina muda yang telah melewati fase anakan (chick) tetapi belum mencapai kematangan seksual dan mulai bertelur. Fase pullet adalah penentu utama keberhasilan peternakan ayam petelur komersial. Kualitas manajemen pada fase ini secara langsung akan menentukan potensi produksi telur, kesehatan, dan umur produktif ayam tersebut.
I. Definisi Biologis dan Peran Strategis Pullet
Dalam siklus hidup ayam petelur komersial, tahap pullet merupakan jembatan emas antara fase pertumbuhan cepat dan fase produktif. Secara umum, periode pullet dimulai sekitar minggu ke-6 atau ke-8 hingga ayam mencapai usia 18-20 minggu, atau tepat sebelum ovulasi pertama terjadi.
A. Klasifikasi Usia Ayam
Pemahaman terminologi usia sangat penting untuk menerapkan manajemen yang tepat:
- Chick (Anakan): Ayam usia 0 hingga 6 minggu. Fokus utama adalah pertumbuhan yang cepat, suhu kandang yang stabil (brooding), dan pencegahan penyakit awal.
- Pullet (Ayam Dara): Ayam usia 6 hingga sekitar 20 minggu (tergantung strain). Fokus utama adalah mencapai berat badan target, keseragaman kelompok, dan perkembangan sistem reproduksi serta tulang yang kuat.
- Hen (Ayam Petelur): Ayam betina yang telah mulai bertelur secara reguler (biasanya setelah 20-22 minggu).
- Cockerel/Rooster (Jantan): Ayam jantan, biasanya dipelihara terpisah atau disingkirkan dalam peternakan telur komersial.
B. Mengapa Fase Pullet Sangat Kritis?
Fase pullet seringkali dianggap sebagai masa investasi terbesar dan paling berisiko. Kegagalan mencapai standar pada masa ini tidak dapat diperbaiki di masa produksi. Faktor-faktor kunci yang ditentukan selama fase pullet meliputi:
- Bobot Badan Optimal: Berat badan saat bertelur pertama (Point of Lay Weight) harus tepat. Bobot yang terlalu rendah menghasilkan telur kecil dan stamina yang buruk, sementara bobot yang terlalu tinggi dapat menyebabkan masalah lemak hati dan biaya pakan yang boros.
- Keseragaman (Uniformity): Idealnya, 80% hingga 90% pullet dalam satu kandang memiliki berat badan yang berada dalam rentang 10% dari berat rata-rata kelompok. Keseragaman yang tinggi memastikan kelompok ayam akan mencapai masa puncak produksi secara serentak.
- Perkembangan Tulang dan Kalsium: Tulang medular (sumsum tulang) harus terbentuk dengan baik dan menyimpan cadangan kalsium yang cukup sebelum masa bertelur dimulai. Kekurangan kalsium pada masa ini akan menyebabkan telur bercangkang tipis dan masalah cage layer fatigue.
- Imunitas: Program vaksinasi yang ketat dilaksanakan sepenuhnya selama fase pullet untuk memastikan ayam memiliki kekebalan yang kuat sebelum terpapar tekanan produksi.
II. Tahapan Detail Manajemen Pullet
Manajemen pullet dibagi menjadi beberapa fase berdasarkan kebutuhan nutrisi dan perkembangan fisiologis ayam.
A. Fase Starter (0–6 Minggu)
Meskipun secara teknis ini adalah fase chick, fondasi yang dibangun di sini menentukan kualitas pullet. Fokus utama adalah panas yang tepat (brooding), akses mudah ke pakan dan air, serta pengembangan kerangka tubuh yang kuat.
- Suhu: Harus dipertahankan sekitar 32-35°C pada hari pertama dan diturunkan secara bertahap hingga suhu lingkungan (sekitar 21-24°C) pada akhir minggu ke-4.
- Pakan: Tinggi protein (20-22%) untuk mendukung pertumbuhan otot dan organ vital. Pakan harus mengandung antibiotik atau probiotik pencegah koksidiosis (tergantung program kesehatan).
B. Fase Grower (7–16 Minggu)
Ini adalah fase pullet inti. Ayam sedang membangun kerangka tulang, mengembangkan sistem pencernaan, dan mempersiapkan sistem reproduksi yang masih dorman.
1. Pengaturan Pakan Grower
Kebutuhan protein diturunkan (sekitar 16-18%), dan kandungan energi disesuaikan. Pakan grower harus memastikan pertumbuhan kerangka tubuh tanpa menimbun lemak berlebihan. Manajemen pakan di fase grower harus ketat, terutama dalam hal pembatasan pakan jika target berat badan terlampaui.
2. Kontrol Berat Badan dan Keseragaman
Penimbangan rutin (minimal mingguan) sangat esensial. Jika keseragaman kelompok menurun di bawah 75%, strategi korektif harus diambil, seperti memisahkan kelompok ayam yang kecil (grading) untuk memberikan perlakuan pakan yang lebih intensif.
3. Perkembangan Tulang
Kalsium dan Fosfor harus seimbang. Rasio yang tepat (biasanya Kalsium 0.9% dan Fosfor 0.4%) diperlukan untuk mineralisasi tulang. Kekuatan kaki dan kerangka tulang yang baik akan mendukung ayam selama masa produksi yang panjang.
C. Fase Pre-Lay atau Pre-Ayam Petelur (17–20 Minggu)
Fase transisi yang paling penting. Ayam sedang mengalami perubahan fisiologis dramatis sebagai persiapan untuk ovulasi pertama. Pakan harus diubah secara radikal.
1. Pakan Pre-Lay (Pre-Starter Egg)
Pakan harus mengandung tingkat Kalsium yang lebih tinggi (sekitar 2.5% hingga 3.0%) untuk merangsang pembentukan tulang medular. Ini adalah cadangan kalsium yang akan digunakan ayam untuk membuat cangkang telur. Jika kalsium terlambat diberikan, ayam akan mengambil kalsium dari tulang kerangka, yang menyebabkan osteoporosis dini dan penurunan produksi di kemudian hari.
2. Stimulasi Pencahayaan (Lighting Program)
Program pencahayaan adalah sinyal lingkungan utama yang memicu kematangan seksual. Sampai minggu ke-17, durasi cahaya harus dijaga tetap pendek (misalnya, 8-10 jam per hari). Setelah minggu ke-17, durasi cahaya ditingkatkan secara bertahap (stimulasi), biasanya 30-60 menit per minggu, hingga mencapai 14-16 jam.
Peringatan Pencahayaan: Jangan pernah meningkatkan durasi cahaya selama fase grower (sebelum 17 minggu) karena dapat menyebabkan kematangan dini (pullet bertelur sebelum mencapai berat badan optimal), menghasilkan telur yang sangat kecil dan umur produktif yang lebih pendek.
III. Manajemen Lingkungan Kandang Pullet
Lingkungan yang ideal adalah kunci untuk memastikan pullet mencapai target pertumbuhannya tanpa stres.
A. Persyaratan Kandang dan Kepadatan
Kepadatan kandang yang berlebihan adalah penyebab stres utama yang dapat memicu kanibalisme dan mengurangi asupan pakan. Meskipun persyaratan bervariasi tergantung jenis kandang (lantai litter atau baterai), ruang gerak harus bertambah seiring bertambahnya usia.
- Kandang Litter: Kepadatan harus disesuaikan agar lantai tetap kering. Perkiraan umumnya adalah 6-8 ekor per meter persegi pada akhir fase grower.
- Kandang Baterai (Cage Rearing): Desain kandang harus memastikan akses yang mudah ke tempat pakan dan minum, terutama pada minggu-minggu awal.
B. Ventilasi dan Kualitas Udara
Ventilasi yang baik sangat penting untuk menghilangkan panas, kelembaban, amonia, dan karbon dioksida. Akumulasi amonia (dari kotoran) dapat merusak saluran pernapasan ayam, membuatnya rentan terhadap penyakit pernapasan seperti CRD dan Infectious Bronchitis (IB).
- Tingkat Amonia: Harus dijaga di bawah 10 ppm. Bau amonia yang tercium oleh manusia (di atas 20 ppm) sudah merusak bagi ayam.
- Kelembaban: Idealnya antara 50% hingga 70%. Kelembaban yang terlalu tinggi meningkatkan risiko penyakit jamur dan lembapnya litter.
C. Manajemen Air Minum
Air adalah nutrisi yang paling sering diabaikan. Pullet minum dua kali lebih banyak daripada yang mereka makan. Ketersediaan, kualitas, dan suhu air harus optimal.
- Kualitas: Air harus memenuhi standar air minum manusia (bebas dari bakteri patogen, nitrat, dan kadar mineral tinggi). Disinfeksi air minum (misalnya dengan klorin) harus dilakukan secara teratur.
- Suhu: Air dingin (sekitar 10-15°C) akan mendorong konsumsi, terutama di iklim panas.
- Akses: Pastikan setiap ayam memiliki akses mudah. Selama minggu-minggu transisi (17-20 minggu), kebutuhan air meningkat tajam karena peningkatan metabolisme yang terkait dengan perkembangan reproduksi.
IV. Nutrisi Spesifik Fase Pullet (Detail Mendalam)
Program pakan untuk pullet dirancang untuk mencapai target berat badan tertentu pada usia tertentu, bukan sekadar memuaskan rasa lapar.
A. Strategi Pembatasan Pakan (Quantitative vs. Qualitative Restriction)
Untuk strain ayam petelur modern, seringkali diperlukan pembatasan pakan untuk mencegah ayam menjadi terlalu berat atau terlalu berlemak. Lemak yang berlebihan dapat menghambat perkembangan ovarium dan mengurangi umur produktif.
- Pembatasan Kuantitatif: Pemberian jumlah pakan yang terukur setiap hari (gram per ekor per hari). Ini membutuhkan manajemen yang sangat teliti dan keseragaman yang tinggi.
- Pembatasan Kualitatif: Mengubah komposisi pakan (misalnya mengurangi energi) sementara ayam tetap diberi makan secara ad libitum (sekehendaknya). Metode ini lebih mudah diterapkan namun kurang presisi.
B. Kebutuhan Makronutrien per Fase
1. Protein dan Asam Amino
Protein sangat penting untuk pertumbuhan otot, organ, dan kerangka. Lisin dan metionin adalah asam amino pembatas utama. Kekurangan salah satu dari ini akan menghentikan pertumbuhan meskipun protein totalnya tinggi. Di fase pullet, rasio lisin/protein total harus dipertahankan untuk memastikan pertumbuhan yang ramping.
2. Energi Metabolik (ME)
Energi harus seimbang dengan protein. Jika energi terlalu tinggi, ayam akan menimbun lemak. Jika energi terlalu rendah, ayam tidak dapat mencapai target berat badan meskipun proteinnya cukup.
| Fase | Usia (Minggu) | Protein Kasar (%) | Energi Metabolik (Kkal/kg) | Kalsium (%) |
|---|---|---|---|---|
| Starter | 0 - 6 | 20 - 22 | 2850 - 2950 | 0.90 |
| Grower | 7 - 16 | 16 - 18 | 2750 - 2850 | 0.90 |
| Pre-Lay | 17 - 20 | 15 - 17 | 2700 - 2800 | 2.50 - 3.00 |
C. Mikronutrien dan Mineral Krusial
Selain Kalsium dan Fosfor, ada beberapa mineral dan vitamin yang penting untuk pembentukan pullet yang sehat:
- Vitamin D3: Esensial untuk penyerapan dan pemanfaatan kalsium dan fosfor. Kekurangan D3 akan menyebabkan rickets (tulang lunak) pada pullet muda.
- Mangan dan Seng: Penting untuk perkembangan kerangka dan tulang rawan. Mangan khususnya penting untuk mencegah perosis (slip tendon).
- Vitamin A: Penting untuk kesehatan epitel (kulit dan lapisan organ internal) termasuk saluran reproduksi yang sedang berkembang.
- Vitamin E dan Selenium: Antioksidan yang penting untuk respons kekebalan dan mengurangi kerusakan sel akibat stres.
V. Program Kesehatan dan Biosekuriti Pullet
Kesehatan yang prima selama fase pullet adalah satu-satunya cara untuk menjamin produktivitas maksimum. Program biosekuriti harus ketat, dan jadwal vaksinasi harus dipatuhi tanpa toleransi.
A. Fondasi Biosekuriti
Biosekuriti adalah serangkaian praktik untuk mencegah masuknya dan penyebaran agen penyakit di peternakan.
- Isolasi: Kandang pullet harus terpisah dari kandang produksi (hen). Idealnya, pemeliharaan pullet dan hen dilakukan di lokasi yang berbeda (sistem All-in, All-out).
- Sanitasi: Pencucian dan disinfeksi total kandang antara siklus pemeliharaan sangat penting. Gunakan disinfektan spektrum luas.
- Kontrol Vektor: Pengendalian hama (tikus, serangga, burung liar) yang dapat membawa penyakit dari luar.
- Higiene Karyawan: Karyawan harus mandi dan berganti pakaian serta alas kaki sebelum memasuki area pullet.
B. Jadwal Vaksinasi Kunci
Program vaksinasi dirancang untuk membangun imunitas sebelum tantangan penyakit muncul.
1. Vaksinasi Inti
- Newcastle Disease (ND/Tetelo): Salah satu penyakit virus paling berbahaya. Vaksinasi dimulai sejak dini (hari 1 atau 4) dan diulang beberapa kali selama fase pullet (biasanya pada minggu ke-4, ke-8, dan ke-14) menggunakan strain hidup (misalnya La Sota) atau strain inaktif (inactivated) melalui injeksi.
- Infectious Bronchitis (IB): Penting karena dapat merusak oviduk secara permanen, bahkan jika ayam selamat dari penyakit. Vaksinasi IB harus dilakukan bersamaan atau berdekatan dengan ND.
- Infectious Bursal Disease (IBD/Gumboro): Menyerang sistem kekebalan tubuh. Vaksin Gumboro sering diberikan melalui air minum pada minggu ke-2 atau ke-3.
- Marek's Disease: Biasanya diberikan sebagai vaksin in ovo (di dalam telur) atau pada hari pertama penetasan. Vaksin Marek's adalah kunci karena penyakit ini sangat fatal.
2. Vaksinasi Tambahan (Tergantung Risiko Lokal)
- Fowl Pox (Cacar Ayam): Diberikan melalui tusukan sayap (wing web) biasanya sekitar minggu ke-8 hingga ke-12.
- Fowl Cholera (Kolera): Biasanya diberikan menjelang akhir fase pullet jika daerah tersebut memiliki riwayat penyakit ini.
- Salmonella: Penting untuk keamanan pangan, vaksinasi Salmonella (terutama S. Enteritidis) sering dilakukan selama fase grower.
C. Pencegahan dan Pengobatan Koksidiosis
Koksidiosis adalah infeksi parasit usus yang sangat umum dan merusak usus ayam, menghambat penyerapan nutrisi. Karena pullet harus tumbuh dengan cepat, koksidiosis harus dikontrol ketat.
- Koksidiostat dalam Pakan: Sebagian besar pakan starter dan grower mengandung koksidiostat kimia atau ionofor untuk mengendalikan populasi parasit.
- Vaksin Koksidiosis: Beberapa peternakan menggunakan vaksin koksidiosis (koksi hidup) pada hari pertama, yang memungkinkan ayam membangun imunitas alami terhadap penyakit di awal kehidupan.
- Manajemen Litter: Litter (sekam) yang basah adalah sarana utama penyebaran koksidiosis. Kontrol kelembaban sangat penting.
VI. Penilaian Kualitas Pullet: Target dan Toleransi
Peternak harus memiliki sistem penilaian objektif untuk menentukan apakah pullet siap untuk fase produksi. Ada tiga metrik utama.
A. Bobot Badan dan Kurva Pertumbuhan
Setiap strain (misalnya Lohmann, Hy-Line, Bovans) memiliki standar kurva pertumbuhan mingguan yang harus dicapai. Penyimpangan dari kurva ini harus segera ditangani.
- Target Kenaikan Berat Badan: Kenaikan harus konsisten. Kenaikan berat badan yang sangat cepat di akhir fase grower berisiko menyebabkan penimbunan lemak.
- Sampling: Penimbangan sampel (minimal 3% dari total populasi) harus dilakukan pada hari yang sama setiap minggu.
B. Keseragaman Kelompok (Uniformity)
Keseragaman adalah prediktor terbaik untuk performa produksi. Jika keseragaman di bawah 70% pada minggu ke-16, puncak produksi akan berlarut-larut dan total telur akan menurun.
- Perhitungan: Dihitung dengan menghitung persentase ayam yang bobotnya berada dalam +/- 10% dari bobot rata-rata kelompok.
- Tindakan Korektif: Jika keseragaman rendah, pisahkan ayam berdasarkan ukuran (grading) dan berikan pakan yang lebih padat nutrisi kepada ayam yang lebih kecil untuk membantu mereka mengejar ketertinggalan.
C. Skor Kondisi Fisik (Body Condition Scoring)
Selain berat badan, peternak harus menilai kondisi fisik ayam, terutama perkembangan otot dada (kiel bone) dan penimbunan lemak perut.
- Kiel Bone (Tulang Dada): Harus terasa padat dan panjang, menunjukkan perkembangan otot yang baik, bukan hanya lemak.
- Lemak Perut: Perut tidak boleh terlalu lunak atau buncit. Lemak perut yang berlebihan saat usia 20 minggu menunjukkan potensi masalah lemak hati di masa produksi.
VII. Transisi ke Fase Produksi (Weeks 17–20)
Transisi ini adalah momen paling genting dalam seluruh siklus pullet. Perubahan pakan dan pencahayaan harus sinkron.
A. Perubahan Nutrisi (Kalsium Loading)
Pemberian pakan pre-lay adalah kunci. Selain meningkatkan Kalsium (2.5-3.0%), kalsium harus diberikan dalam bentuk partikel besar (misalnya, grit kalsium kasar atau pecahan batu kapur). Kalsium partikel besar akan dicerna lebih lambat di ampela dan memberikan kalsium yang stabil di malam hari, saat pembentukan cangkang telur terjadi.
B. Program Stimulasi Cahaya
Cahaya harus ditingkatkan ketika pullet mencapai 80% dari target berat badannya DAN berusia minimal 17 minggu. Jika stimulasi cahaya dilakukan terlalu dini, ayam akan bertelur terlalu cepat saat tubuhnya belum siap, menghasilkan telur yang sangat kecil dan tingkat mortalitas yang lebih tinggi.
- Prinsip: Durasi cahaya tidak boleh dikurangi selama fase produksi. Peningkatan durasi harus progresif.
- Contoh Stimulasi: Jika pullet dijaga 9 jam cahaya hingga minggu ke-17, mulai minggu ke-18 naikkan menjadi 10 jam, minggu ke-19 menjadi 11 jam, dan seterusnya, hingga mencapai puncak 16 jam di sekitar minggu ke-25.
C. Pemindahan Kandang (Moving the Pullets)
Jika pullet dipelihara di kandang litter (floor rearing) dan akan dipindahkan ke kandang baterai (layer cage), pemindahan harus dilakukan antara minggu ke-17 dan ke-18. Pemindahan yang dilakukan terlalu dekat dengan awal bertelur akan menyebabkan stres hebat, yang dapat menunda atau mengganggu proses ovulasi.
- Penanganan Stres: Berikan vitamin C dan elektrolit di air minum beberapa hari sebelum dan sesudah pemindahan untuk mengurangi dampak stres.
- Waktu Pemindahan: Lakukan pada malam hari atau pagi buta untuk meminimalkan paparan panas dan kehebohan.
VIII. Tantangan dan Penyakit Umum pada Pullet
Meskipun manajemen sudah ketat, ada beberapa tantangan khas yang dihadapi selama masa pemeliharaan pullet.
A. Masalah Kanibalisme (Cannibalism)
Pullet sangat rentan terhadap kanibalisme (mematuk bulu atau tubuh temannya). Ini biasanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau nutrisi.
- Penyebab: Kepadatan tinggi, suhu kandang terlalu panas, kurangnya protein atau metionin dalam pakan, atau cahaya yang terlalu terang.
- Pencegahan: Melakukan pemotongan paruh (debeaking) pada usia muda (hari ke-7 atau minggu ke-6) atau mengendalikan intensitas cahaya. Jika terjadi wabah, gunakan lampu merah atau tambahkan garam ke air minum selama beberapa hari.
B. Penyakit Pernapasan
Karena pullet sering terpapar perubahan lingkungan dan stres vaksinasi, penyakit pernapasan sering muncul.
1. Chronic Respiratory Disease (CRD)
Disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Gejala termasuk mata berbusa, bersin, dan penurunan berat badan. Ini sering diperburuk oleh kadar amonia tinggi.
2. Infectious Coryza (Snot)
Menyebabkan pembengkakan wajah dan lendir hidung. Meskipun tidak fatal, Coryza pada pullet dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan yang signifikan.
C. Penyakit yang Mempengaruhi Sistem Reproduksi
Infeksi tertentu yang terjadi selama masa pullet, meskipun ringan, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada oviduk.
- Avian Encephalomyelitis (AE): Jika pullet terinfeksi menjelang masa produksi, kerusakan sistem saraf dapat mempengaruhi kontrol otot telur, meskipun vaksinasi dini biasanya mencegah ini.
- Infectious Bronchitis (IB) (Nephropathogenic Strains): Strain tertentu dari IB tidak hanya mempengaruhi pernapasan tetapi juga merusak ginjal dan saluran reproduksi, menyebabkan telur abnormal (keriput atau pucat) bahkan setelah ayam pulih.
IX. Aspek Ekonomi dan Keberlanjutan
Investasi dalam pullet berkualitas adalah investasi jangka panjang dalam profitabilitas peternakan.
A. Biaya Pembesaran (Rearing Cost)
Fase pullet adalah fase yang paling banyak menghabiskan pakan per ekor, karena pakan grower lebih mahal daripada pakan layer (karena kandungan protein dan vitaminnya yang tinggi). Kesalahan manajemen yang menyebabkan mortalitas tinggi atau bobot badan di bawah standar akan meningkatkan biaya per pullet yang hidup (Cost Per Rearing Pullet).
B. Dampak Kualitas Pullet pada Masa Produktif
Seorang pullet yang baik akan menunjukkan:
- Puncak Produksi Tinggi: Mencapai 95% produksi atau lebih.
- Puncak Produksi Lebih Lama: Mempertahankan tingkat produksi tinggi selama beberapa minggu.
- Ukuran Telur Optimal Lebih Cepat: Ayam yang berat badannya tepat saat bertelur pertama akan mencapai ukuran telur standar (medium/large) lebih cepat.
- Kelangsungan Hidup Lebih Baik (Lower Mortality): Ayam yang memiliki kerangka dan imunitas kuat lebih tahan terhadap tekanan produksi.
C. Menghitung Feed Conversion Ratio (FCR) Pullet
FCR diukur sebagai jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg bobot badan. FCR yang efisien selama fase pullet menunjukkan penggunaan pakan yang optimal dan manajemen yang baik. FCR yang buruk menandakan penyakit subklinis atau suhu kandang yang tidak efisien (ayam menghabiskan energi pakan untuk mempertahankan suhu tubuh).
X. Detail Manajemen Pakan Mendalam: Kontrol Serat dan Konsumsi
Meskipun serat (fiber) sering dianggap sebagai pengisi, serat memiliki peran penting dalam kesehatan pullet, terutama dalam mengembangkan kapasitas saluran pencernaan (gastrointestinal tract).
A. Pengembangan Kapasitas Usus
Pullet yang akan menjadi ayam petelur harus memiliki kapasitas usus yang besar untuk dapat mengonsumsi pakan yang cukup saat masa produksi, di mana kebutuhan energinya sangat tinggi. Serat kasar (misalnya dari sekam gandum atau oat) ditambahkan dalam jumlah kecil ke pakan grower untuk memperluas dan menguatkan dinding usus dan ampela.
B. Peran Ampela (Gizzard)
Ampela yang kuat sangat penting untuk memecah partikel pakan yang kasar (termasuk grit kalsium kasar). Pakan grower yang terlalu halus tidak akan merangsang perkembangan ampela. Oleh karena itu, peternak sering menambahkan partikel kasar inert (insoluble grit) seperti kerikil kecil ke pakan grower untuk memastikan perkembangan otot ampela yang memadai.
C. Pengelolaan Air dan Elektrolit di Fase Stres
Setiap kali ada jadwal vaksinasi, pemotongan paruh, atau pemindahan, pullet akan mengalami stres. Stres dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan asupan pakan. Selama periode ini, pemberian vitamin (terutama A, C, E, dan K) serta elektrolit (mineral yang membantu menjaga keseimbangan cairan) melalui air minum sangat diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif.
XI. Manajemen Khusus Pullet di Iklim Tropis
Di wilayah beriklim tropis seperti Indonesia, manajemen pullet menghadapi tantangan tambahan, terutama terkait stres panas.
A. Strategi Pengendalian Stres Panas
Suhu tinggi (di atas 30°C) menyebabkan pullet mengurangi asupan pakan dan menggunakan energi pakan untuk termoregulasi, menghambat pertumbuhan.
- Sistem Pendinginan: Penggunaan kipas dan sistem pad pendingin (evaporative cooling pad) sangat direkomendasikan untuk kandang tertutup (closed house).
- Waktu Pemberian Pakan: Pakan dengan nutrisi padat diberikan pada waktu yang lebih dingin (pagi buta atau sore hari) untuk mendorong konsumsi.
- Air Dingin: Pastikan air minum selalu segar dan sejuk. Gunakan pipa berisolasi jika diperlukan.
B. Pengelolaan Litter di Musim Hujan
Musim hujan meningkatkan kelembaban, yang mempercepat pertumbuhan bakteri dan parasit (seperti koksidia). Manajemen litter yang baik meliputi:
- Pembalikan Litter (Stirring): Membalik litter secara berkala untuk memaparkannya ke udara dan mengurangi kelembaban.
- Penambahan Bahan Pengering: Menambahkan kapur pertanian atau bahan pengikat amonia ke litter yang basah.
- Drainase: Memastikan kandang memiliki drainase yang baik agar air hujan tidak merembes ke dalam kandang.
XII. Penyakit Kompleks yang Mempengaruhi Pullet Jangka Panjang
Beberapa penyakit, jika diderita selama masa pullet, akan meninggalkan dampak permanen bahkan setelah ayam sembuh.
A. Avian Influenza (AI) Subtipe Rendah
Meskipun AI subtipe tinggi (HPAI) menyebabkan kematian massal, subtipe rendah (LPAI) dapat menyebabkan penyakit ringan yang sering tidak terdeteksi. Namun, LPAI dapat merusak oviduk pullet yang sedang berkembang, mengakibatkan produksi telur yang buruk, telur tanpa cangkang, atau kondisi yang disebut False Layer (ayam tampak seperti bertelur tetapi sebenarnya tidak).
B. Reaksi Pasca-Vaksinasi
Penggunaan vaksin hidup tertentu dapat memicu reaksi pernapasan ringan (batuk/bersin) pada pullet. Jika reaksi ini parah, itu mungkin menunjukkan adanya infeksi sekunder (seperti CRD) atau bahwa ventilasi kandang tidak memadai untuk menghilangkan virus vaksin dari udara.
Manajemen harus siap memberikan terapi pendukung (misalnya, antibiotik berspektrum luas untuk mencegah infeksi sekunder bakteri) segera setelah vaksinasi hidup dilakukan, terutama pada vaksinasi ND dan IB.
C. E. coli Colibacillosis
Infeksi E. coli sering terjadi sebagai penyakit sekunder, memanfaatkan kerusakan yang disebabkan oleh penyakit virus atau stres lingkungan. Pada pullet, E. coli dapat menyebabkan infeksi kantong udara (airsacculitis), perikarditis, dan peritonitis. Penyakit ini sangat umum terjadi pada kelompok pullet dengan manajemen litter yang buruk atau di kandang dengan debu tinggi.
Pencegahan meliputi sanitasi air minum yang ketat dan pengurangan debu di lingkungan kandang.
XIII. Rekapitulasi dan Pentingnya Detail
Inti dari manajemen pullet adalah mencapai target bobot badan, membangun kerangka yang kuat, dan menciptakan kekebalan yang solid, semuanya sebelum usia 20 minggu.
Setiap kegagalan—baik itu penundaan pertumbuhan karena koksidiosis, atau stimulasi cahaya yang terlalu dini—akan mengurangi potensi genetis ayam secara permanen.
Pemeliharaan pullet yang unggul memerlukan perhatian yang tidak pernah berhenti terhadap data (bobot, konsumsi pakan, mortalitas), dan kemampuan untuk merespons penyimpangan secara cepat dan tepat. Pullet yang baik tidak hanya akan menjadi ayam petelur yang baik; pullet yang baik adalah fondasi dari seluruh keberhasilan operasional peternakan.
Oleh karena itu, seluruh proses dari hari pertama hingga transisi ke fase produksi harus dilihat sebagai investasi mutlak yang akan menghasilkan dividen dalam bentuk telur yang banyak, berkualitas, dan berkelanjutan selama periode produksi.
Detail-detail kecil dalam manajemen harian, seperti memastikan semua tempat pakan terisi merata, atau mencuci saluran air minum setiap hari, memiliki dampak kumulatif yang sangat besar terhadap keseragaman dan kesehatan pullet pada usia 20 minggu.
Sebagai contoh, kesalahan kecil dalam dosis vaksin Gumboro pada minggu ketiga dapat merusak sistem kekebalan seluruh kelompok, membuat pullet rentan terhadap semua infeksi di sisa fase grower dan mengurangi kemampuan mereka untuk merespons vaksin ND dan IB lanjutan.
Peternak modern harus menggunakan alat penimbangan digital dan perangkat lunak analisis data untuk membandingkan performa mingguan dengan standar strain, memungkinkan intervensi segera saat kelompok mulai menyimpang dari kurva pertumbuhan ideal. Keterlambatan satu minggu dalam mencapai target bobot badan pada fase pullet seringkali berarti kerugian minimal 5-10 butir telur per ayam sepanjang masa produksinya.
Manajemen yang berfokus pada kesejahteraan dan pencegahan stres, terutama saat melakukan prosedur invasif seperti pemotongan paruh atau injeksi vaksin, adalah tanda peternakan pullet yang profesional. Penggunaan cairan oral yang mengandung B kompleks dan anti-stres terbukti dapat mempercepat pemulihan dan mengurangi dampak negatif prosedur tersebut.
Kesimpulannya, istilah Pullet adalah bukan sekadar definisi usia; itu adalah penanda fase pengembangan fundamental di mana potensi produktif ayam petelur dibentuk, dipersiapkan, dan dikunci untuk kesuksesan di masa depan.