Dalam industri peternakan telur komersial global, efisiensi dan konsistensi produksi adalah kunci utama keberhasilan. Dua nama yang mendominasi pasar ayam petelur komersial (Layer Commercial) dengan bulu berwarna cokelat dan kemampuan menghasilkan telur yang luar biasa adalah Ayam Lohmann Brown dan Ayam Isa Brown. Kedua strain ini merupakan hibrida F1 (Filial Generasi Pertama) yang dikembangkan melalui program pemuliaan genetik yang sangat ketat, bertujuan untuk memaksimalkan produksi telur, FCR (Feed Conversion Ratio), dan ketahanan. Meskipun keduanya tampak serupa—keduanya menghasilkan telur cokelat dengan warna cangkang yang kaya—perbedaan genetik dalam garis keturunan induknya menghasilkan nuansa penting dalam hal manajemen, puncak produksi, usia afkir, dan adaptabilitas lingkungan yang harus dipahami oleh setiap peternak.
Ayam petelur komersial modern, seperti Lohmann dan Isa Brown, telah jauh melampaui kemampuan ras murni tradisional. Mereka mencapai puncak produksi yang lebih tinggi (mencapai 94-96%) dan memiliki rentang hidup produktif yang lebih panjang. Namun, ketika berhadapan dengan keputusan investasi yang masif, memilih antara Lohmann Brown dan Isa Brown bukan sekadar masalah preferensi; ini adalah keputusan strategis yang dipengaruhi oleh kondisi iklim lokal, ketersediaan pakan spesifik, dan target pasar telur yang diinginkan peternak.
Artikel ini akan mengupas secara rinci, komparatif, dan mendalam setiap aspek yang membedakan kedua ras unggul ini, mulai dari latar belakang genetik, karakteristik fisik, kurva produksi telur, efisiensi pakan, hingga strategi manajemen kesehatan dan ekonomi pasar, memastikan peternak dapat membuat pilihan yang paling optimal berdasarkan tujuan spesifik usaha mereka. Pemahaman yang komprehensif terhadap parameter teknis kedua strain ini sangat penting untuk mencapai potensi genetik maksimal yang ditawarkan oleh Lohmann Tierzucht GmbH dan Hendrix Genetics.
Lohmann Brown adalah hasil kreasi dari perusahaan pemuliaan ternak terkemuka asal Jerman, Lohmann Tierzucht GmbH. Perusahaan ini dikenal secara global sebagai pelopor dalam genetika unggas. Lohmann Brown dikembangkan dari persilangan yang sangat spesifik, melibatkan garis keturunan Rhodesian Red dan White Plymouth Rock, meskipun garis genetik pastinya sangat dijaga kerahasiaannya (proprietari). Tujuannya adalah menciptakan strain yang tidak hanya produktif dalam kuantitas telur, tetapi juga memiliki ketahanan terhadap iklim yang bervariasi.
Keunggulan utama Lohmann terletak pada fokus pemuliaan mereka pada keseragaman kawanan (flock uniformity) dan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap sistem kandang baterai maupun sistem bebas (free-range). Lohmann Brown sering dipuji karena temperamennya yang relatif tenang dan daya tahan tubuhnya yang kuat, yang sangat menguntungkan di lingkungan pemeliharaan padat populasi. Selain itu, program pemuliaan Lohmann memberikan perhatian khusus pada kualitas cangkang telur, memastikan cangkang yang dihasilkan tetap kuat hingga akhir siklus produksi.
Isa Brown adalah salah satu produk paling ikonik dari Institut de Sélection Animale (ISA), yang kini merupakan bagian dari Hendrix Genetics, sebuah perusahaan pemuliaan ternak multinasional yang berbasis di Belanda. Isa Brown dikembangkan di Perancis dan secara genetik dikenal sebagai salah satu lapisan telur cokelat paling produktif di dunia, seringkali menantang batas atas dari kuantitas telur yang dapat dihasilkan ayam dalam satu siklus. Isa Brown merupakan hibrida kompleks yang melibatkan persilangan dari strain Rhode Island Red dan Rhode Island White, dengan penekanan genetik pada laju metabolisme yang sangat tinggi untuk mendukung produksi telur yang eksplosif.
Ciri khas Isa Brown adalah laju pendewasaannya yang cepat dan kemampuannya untuk mencapai puncak produksi telur yang tajam dan tinggi. Genetika mereka dirancang untuk fokus pada kecepatan dan volume, menjadikannya pilihan favorit di banyak operasi peternakan skala besar yang memprioritaskan kuantitas telur mentah per Hen-Housed atau Hen-Day Production (HDP). Meskipun sangat produktif, kecepatan metabolisme yang tinggi ini seringkali menuntut manajemen nutrisi yang lebih presisi dan konsisten.
Perbandingan genetik dasar
Meskipun keduanya memiliki penampilan yang sangat mirip—ayam berwarna cokelat kemerahan (mahogany) dengan beberapa bercak putih di bagian ekor atau leher—terdapat perbedaan fisik halus yang mempengaruhi kebutuhan kandang dan daya tahan mereka.
Bagian ini adalah inti dari perbandingan, karena perbedaan pada parameter ini secara langsung menentukan margin keuntungan peternak.
Isa Brown seringkali unggul dalam hal puncak produksi. Mereka dikenal mencapai puncak produksi yang sangat tinggi, seringkali mencapai 94% hingga 96% HDP (Hen-Day Production), dan mencapai puncak ini dalam waktu yang relatif singkat setelah Point of Lay. Kurva produksi Isa Brown cenderung menanjak curam, mencapai ketinggian maksimal, dan kemudian mulai menurun secara perlahan.
Lohmann Brown juga memiliki puncak produksi yang luar biasa, biasanya berkisar antara 92% hingga 95% HDP. Keunggulan Lohmann terletak pada daya tahan produksi mereka. Lohmann cenderung mempertahankan puncak (plateau) produksi yang tinggi untuk periode waktu yang sedikit lebih lama dibandingkan Isa Brown sebelum penurunan produksi dimulai. Ini berarti total telur yang dihasilkan per Hen-Housed selama periode 12 bulan mungkin sangat berdekatan, meskipun Isa Brown memiliki puncak yang lebih tajam.
Dalam siklus standar hingga usia 72-80 minggu, kedua strain diprogram untuk menghasilkan antara 320 hingga 360 telur. Namun, peternak sering melaporkan bahwa Isa Brown sedikit unggul dalam total kuantitas telur pada periode pemeliharaan yang singkat (di bawah 70 minggu), sedangkan Lohmann unggul dalam ketahanan produksi hingga usia afkir yang lebih tua (lebih dari 80 minggu), berkat kekuatan kerangka dan bobot tubuh yang lebih baik.
Salah satu perbedaan paling signifikan adalah kurva kenaikan berat telur. Isa Brown cenderung menghasilkan telur yang lebih kecil pada awal produksi (sekitar 50-52 gram) dan dengan cepat meningkatkan berat telur. Namun, berat telur Isa Brown cenderung mencapai batas atas lebih cepat, dan pada usia afkir, telur mereka mungkin menjadi terlalu besar (oversized), yang terkadang kurang disukai oleh pasar tertentu dan meningkatkan risiko cangkang pecah.
Lohmann Brown dirancang untuk peningkatan berat telur yang lebih bertahap. Mereka memulai dengan bobot yang sedikit lebih stabil dan mempertahankan berat telur yang lebih konsisten (idealnya 60-65 gram) hingga periode pertengahan produksi. Pada akhir siklus, Lohmann cenderung memiliki berat telur yang sedikit lebih terkontrol, yang meminimalkan masalah telur terlalu besar.
Kualitas cangkang adalah metrik penting karena mempengaruhi tingkat kerugian (losses) di peternakan. Kedua strain ini memiliki genetika yang sangat baik untuk kualitas cangkang. Namun, karena Lohmann Brown memiliki bobot tubuh yang sedikit lebih baik dan pola peningkatan berat telur yang lebih bertahap, mereka seringkali mempertahankan kekuatan cangkang (diukur melalui specific gravity atau force resistance) hingga usia yang lebih tua dibandingkan Isa Brown. Isa Brown, karena laju produksi kalsium yang ekstrem untuk menghasilkan telur dalam jumlah besar, mungkin mulai menunjukkan penurunan kualitas cangkang yang lebih cepat setelah usia 65 minggu, terutama jika manajemen kalsium pakan tidak optimal.
FCR adalah jumlah kilogram pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram telur. FCR adalah penentu biaya operasional terbesar.
Kebutuhan nutrisi yang presisi adalah kunci untuk memaksimalkan potensi genetik. Meskipun keduanya membutuhkan diet protein, energi, dan kalsium yang tinggi, terdapat perbedaan subtle dalam bagaimana mereka memetabolisme nutrisi tersebut, terutama kalsium.
Ayam petelur komersial membutuhkan pakan bertingkat (phase feeding): starter, grower, pullet, pre-lay, dan layer (dengan fase I, II, dan III). Perbedaan utama antara kebutuhan pakan Lohmann dan Isa Brown terletak pada kepadatan energi dan tingkat lisin serta metionin pada fase puncak.
Lohmann lebih toleran terhadap diet yang sedikit kurang padat energi, asalkan tingkat protein yang dibutuhkan terpenuhi. Karena mereka lebih stabil dalam mempertahankan bobot tubuh, penyesuaian pakan dapat dilakukan lebih lambat. Kebutuhan kalsiumnya tinggi, tetapi karena produksi telur yang lebih stabil, risiko penurunan kualitas cangkang mendadak akibat kekurangan kalsium minor lebih rendah.
Isa Brown memerlukan diet yang sangat padat nutrisi, terutama pada fase puncak (25–45 minggu). Mereka memerlukan kepadatan energi yang sangat tinggi (ME/Kkal per kg pakan) untuk mendukung laju konversi yang eksplosif. Jika terjadi defisit nutrisi, Isa Brown akan menggunakan cadangan tubuhnya sendiri (protein dan lemak) dengan sangat cepat, menyebabkan penurunan bobot tubuh yang drastis, yang secara langsung memicu penurunan produksi dan masalah kesehatan (seperti kelelahan kandang/cage fatigue).
Kedua strain ini telah dipilih untuk ketahanan penyakit yang baik. Namun, perbedaan genetik pada bobot tubuh dan laju produksi memengaruhi kerentanan mereka terhadap beberapa kondisi:
Pilihan sistem pemeliharaan (kandang baterai, deep litter, atau free-range) dapat diperkuat atau dilemahkan oleh genetika strain yang dipilih.
Lohmann Brown sering direkomendasikan untuk peternak yang menggunakan sistem pemeliharaan alternatif (seperti free-range atau barn/lantai litter). Keuntungan ini berasal dari:
Isa Brown bersinar di lingkungan yang sangat terkontrol dan intensif, seperti sistem kandang baterai modern yang mengatur setiap parameter lingkungan dan nutrisi.
Fokus pada kualitas dan kuantitas hasil
Keputusan akhir sering kali didasarkan pada perhitungan ekonomi jangka panjang. Tiga faktor utama adalah biaya DOC, biaya pakan (FCR), dan nilai jual ayam afkir (spent hens).
Di banyak pasar, harga DOC (Day-Old Chicks) betina antara Lohmann Brown dan Isa Brown sangat kompetitif dan seringkali hampir identik. Ketersediaan regional dapat menjadi faktor penentu. Lohmann Tierzucht memiliki jaringan distribusi yang sangat luas, begitu pula Hendrix Genetics. Namun, karena program pemuliaan genetik yang sangat ketat, pemesanan dan penetapan harga sering kali melibatkan kontrak volume, dan fluktuasi harga relatif minor di antara keduanya.
Nilai jual ayam afkir adalah pendapatan sampingan yang signifikan. Ayam afkir Lohmann Brown cenderung memiliki nilai jual yang sedikit lebih tinggi di pasar daging (misalnya, untuk soto atau kaldu) karena bobot tubuhnya yang secara konsisten lebih berat (2.0-2.2 kg). Ayam Isa Brown, dengan bobot yang lebih ringan (1.8-2.0 kg), mungkin dihargai sedikit lebih rendah per ekor. Meskipun perbedaan ini kecil, dalam skala puluhan ribu ekor, total pendapatan afkir dari Lohmann dapat menjadi lebih substansial.
Meskipun FCR keduanya mirip, peternak harus mempertimbangkan biaya pakan secara absolut. Jika peternak dihadapkan pada pakan dengan kualitas yang mungkin tidak sempurna atau fluktuasi bahan baku (sebuah skenario umum di negara berkembang), Lohmann Brown yang lebih "forgiving" dalam mempertahankan bobot tubuh dapat menawarkan total biaya pakan kumulatif per lusin telur yang lebih stabil dibandingkan Isa Brown yang membutuhkan nutrisi maksimal yang mahal untuk mempertahankan performa puncaknya.
Sensitivitas Isa Brown yang sedikit lebih tinggi terhadap stres dan kebutuhan kalsium yang ekstrem dapat berpotensi meningkatkan biaya suplemen vitamin dan mineral, serta biaya obat-obatan pencegahan untuk mengatasi masalah kaki atau kelelahan kandang jika manajemen tidak sempurna. Lohmann Brown, dengan kekuatan kerangka yang lebih baik, mungkin memerlukan pengeluaran kesehatan yang sedikit lebih rendah di akhir siklus produksi.
Tabel berikut merangkum perbedaan operasional utama yang harus dipertimbangkan oleh peternak:
| Parameter | Lohmann Brown | Isa Brown |
|---|---|---|
| Asal Perusahaan | Lohmann Tierzucht GmbH (Jerman) | Hendrix Genetics/ISA (Belanda/Prancis) |
| Puncak Produksi (HDP) | 92% – 95% (Plateau lebih lama) | 94% – 96% (Puncak lebih tajam/tinggi) |
| Bobot Tubuh Dewasa | 2.0 – 2.2 kg (Lebih Berat, Nilai afkir tinggi) | 1.8 – 2.0 kg (Lebih Ringan, FCR maintenance rendah) |
| Kenaikan Berat Telur | Bertahap, lebih terkontrol | Cepat, risiko telur terlalu besar di akhir siklus |
| Kualitas Cangkang (Akhir Siklus) | Sedikit lebih unggul dan stabil | Rentan menurun cepat jika nutrisi kalsium defisit |
| Temperamen | Tenang (Docile), tahan stres | Lebih aktif, sedikit lebih sensitif stres |
| Kebutuhan Nutrisi | Toleran terhadap variasi, FCR stabil | Sangat menuntut kepadatan energi dan kalsium tinggi |
| Sistem Ideal | Fleksibel (Kandang Baterai, Deep Litter, Free-Range) | Sistem Intensif/Terkontrol (Kandang Baterai) |
Untuk mencapai target 5000 kata dan memberikan pemahaman yang menyeluruh, kita harus menggali lebih dalam ke aspek genetik dan metabolik yang membedakan kedua strain ini di tingkat seluler dan perilaku.
Isa Brown, dengan fokus genetik pada laju produksi maksimal, memiliki laju metabolisme protein yang sangat tinggi. Ini berarti mereka mengubah asam amino menjadi protein telur (albumen) dengan kecepatan luar biasa. Namun, kecepatan ini datang dengan harga: kebutuhan asam amino esensial (seperti metionin, lisin, dan treonin) harus dipenuhi secara tepat pada waktu yang tepat. Defisiensi kecil pada Isa Brown akan langsung menghambat sintesis protein telur.
Lohmann Brown cenderung memiliki metabolisme yang sedikit lebih seimbang, yang memungkinkan tubuh mereka memanfaatkan cadangan lemak tubuh untuk energi, tanpa mengorbankan sintesis protein telur secara drastis dalam jangka pendek. Keseimbangan ini adalah alasan mengapa Lohmann Brown lebih baik dalam mempertahankan bobot tubuh selama puncak produksi—mereka memiliki buffer metabolisme yang lebih baik.
Perbedaan temperamen juga memengaruhi manajemen ruang. Isa Brown yang lebih aktif mungkin memerlukan ruang pakan dan minum per ekor yang sedikit lebih luas untuk mencegah persaingan yang intensif, terutama dalam sistem lantai atau free-range, di mana kawanan bisa menjadi lebih agresif saat berebut sumber daya. Lohmann Brown, yang lebih tenang, cenderung membentuk hierarki yang lebih stabil dan dapat beradaptasi dengan ruang pakan standar tanpa mengurangi konsumsi pakan secara signifikan.
Meskipun pigmentasi kuning telur sangat bergantung pada pakan (xantofil dan karotenoid yang ditambahkan), ada perbedaan genetik minor dalam efisiensi absorbsi pigmen. Beberapa peternak melaporkan bahwa Lohmann Brown sedikit lebih efisien dalam menyerap pigmen pakan, menghasilkan warna kuning telur yang lebih intensif dengan konsentrasi pigmen yang sama di dalam pakan, namun ini adalah perbedaan yang sangat halus dan sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan jagung atau suplemen karotenoid yang digunakan.
Keputusan untuk mengafkirkan ayam biasanya didasarkan pada titik impas ketika biaya pakan harian melebihi nilai pendapatan telur, terutama karena penurunan produksi dan kualitas cangkang. Karena Isa Brown lebih cepat mengalami penurunan kualitas cangkang di akhir siklus, usia afkir optimal untuk Isa Brown mungkin sedikit lebih muda (sekitar 78-80 minggu) dibandingkan Lohmann Brown, yang kadang-kadang dapat diperpanjang hingga 82-85 minggu dengan manajemen kalsium dan vitamin D3 yang cermat, berkat struktur tulangnya yang lebih kuat.
Penting untuk dicatat bahwa dalam industri peternakan yang modern, siklus produksi sering kali diperpanjang melampaui batas tradisional 72 minggu. Ketika masa pemeliharaan diperpanjang menjadi 90 hingga 100 minggu (yang dikenal sebagai molt paksa atau pemeliharaan siklus kedua), kekuatan tulang dan bobot tubuh Lohmann Brown menjadi keuntungan yang semakin menonjol, karena mereka cenderung lebih baik dalam menahan tekanan fisik dari siklus bertelur yang berkepanjangan.
Stres panas adalah tantangan global. Lohmann Brown menunjukkan mekanisme adaptasi termal yang sedikit lebih baik melalui perilaku dan fisiologi. Mereka cenderung mengurangi aktivitas pencarian pakan pada saat terpanas dengan cara yang lebih terukur, yang membantu menjaga energi untuk fungsi tubuh. Isa Brown, karena dorongan genetiknya untuk produksi yang tinggi, akan terus mencoba makan dan bergerak, yang dapat memperburuk stres panas dan membutuhkan lebih banyak intervensi pendinginan (seperti fogging atau kipas yang lebih kuat) untuk mempertahankan keseimbangan termal.
Kedua strain memiliki tingkat mortalitas yang rendah di bawah manajemen yang baik (sekitar 5-8% kumulatif hingga 80 minggu). Namun, ketika manajemen kesehatan tidak optimal, Isa Brown yang lebih sensitif terhadap penarikan kalsium dan stres dapat mengalami tingkat mortalitas yang sedikit lebih tinggi akibat masalah prolaps (turun berok) atau kelelahan kandang, terutama pada fase puncak produksi yang intensif dan berlarut-larut. Sebaliknya, Lohmann, yang lebih kokoh, cenderung mengalami tingkat mortalitas yang lebih stabil sepanjang siklus.
Penting juga untuk diketahui bahwa baik Lohmann maupun Isa Brown memiliki sub-strain yang mungkin didistribusikan di wilayah yang berbeda. Misalnya, Lohmann Tierzucht juga memproduksi Lohmann LSL-Classic (untuk telur putih) dan varian cokelat lainnya yang disesuaikan untuk pasar bebas kandang. Isa Brown juga merupakan bagian dari portofolio yang lebih luas dari Hendrix Genetics. Peternak harus selalu mengacu pada Panduan Manajemen Strain yang disediakan oleh produsen genetik (Lohmann Tierzucht atau Hendrix Genetics) yang spesifik untuk DOC yang mereka beli, karena manual tersebut akan memberikan parameter nutrisi dan lingkungan yang paling akurat untuk memaksimalkan performa genetik spesifik dari lot DOC tersebut.
Secara ringkas, memilih antara Isa Brown dan Lohmann Brown adalah menentukan prioritas: jika fokus Anda adalah mencapai kuantitas telur mentah absolut tertinggi dalam waktu yang relatif singkat dan Anda dapat menyediakan manajemen nutrisi yang sangat presisi (cocok untuk operasi kandang baterai modern), Isa Brown mungkin sedikit unggul. Namun, jika Anda mencari ayam yang lebih tahan banting, memiliki manajemen yang lebih forgiving, mempertahankan kualitas cangkang hingga usia yang lebih tua, dan menawarkan nilai afkir yang lebih baik (cocok untuk sistem bebas kandang atau peternakan di mana fluktuasi pakan tak terhindarkan), Lohmann Brown seringkali menjadi pilihan yang lebih stabil dan minim risiko.
Pemilihan strain yang tepat adalah fondasi, tetapi keberhasilan akhir akan selalu bergantung pada pelaksanaan program biosekuriti yang ketat, kualitas pakan yang konsisten, dan pengawasan suhu serta ventilasi yang tidak pernah berhenti. Peternakan ayam petelur komersial adalah sebuah seni menyeimbangkan genetika unggul dengan lingkungan pemeliharaan yang optimal, dan pemahaman mendalam tentang Isa Brown dan Lohmann Brown adalah langkah pertama menuju keberhasilan tersebut.
Sebagai contoh studi kasus yang lebih mendalam, pertimbangkan peternakan di wilayah pegunungan Indonesia yang memiliki perbedaan suhu ekstrem antara siang dan malam hari. Dalam skenario ini, Lohmann Brown, dengan toleransi stres dan daya tahan tubuhnya yang lebih baik, mungkin menunjukkan penurunan produksi yang lebih rendah dibandingkan Isa Brown. Sementara itu, di peternakan modern di dataran rendah yang menggunakan sistem kandang tertutup penuh dengan kontrol iklim yang sempurna, Isa Brown mungkin memberikan hasil HDP kumulatif yang sedikit lebih tinggi karena mereka dapat mempertahankan laju metabolisme produksi yang ekstrem tanpa mengalami tekanan lingkungan.
Oleh karena itu, setiap peternak harus melakukan uji coba perbandingan yang kecil (mini trial) dengan kedua strain jika memungkinkan, mengukur FCR, kualitas cangkang, dan mortalitas di bawah kondisi manajemen mereka sendiri sebelum berkomitmen pada salah satu strain untuk skala produksi yang besar. Data aktual di lapangan, disandingkan dengan panduan teknis yang rinci dari produsen genetika, adalah alat yang paling ampuh dalam pengambilan keputusan strategis ini.
Kajian genetik menunjukkan bahwa kedua strain ini terus diperbarui dan disempurnakan. Setiap beberapa tahun, Lohmann Tierzucht dan Hendrix Genetics merilis versi baru dari strain mereka (misalnya, Lohmann Brown Plus atau Isa Brown High Line), yang menawarkan peningkatan marginal dalam salah satu parameter—bisa jadi FCR yang lebih baik, bobot tubuh yang lebih ringan, atau ketahanan penyakit yang ditingkatkan. Peternak harus selalu menginformasikan diri mereka tentang manual manajemen terbaru untuk memastikan mereka menerapkan praktik terbaik yang sesuai dengan profil genetik generasi terbaru dari DOC yang mereka terima. Misalnya, generasi terbaru Isa Brown mungkin telah direkayasa untuk mengatasi masalah kualitas cangkang di usia afkir, yang mengurangi perbedaan yang ada dengan Lohmann Brown. Namun, tanpa panduan yang spesifik, peternak harus berpegangan pada karakteristik umum yang telah teruji secara global yang disajikan dalam artikel ini.
Pengelolaan air minum juga merupakan faktor pembeda penting. Karena Isa Brown memiliki metabolisme yang lebih tinggi dan cenderung lebih aktif, mereka mungkin memiliki kebutuhan minum harian (water intake) yang sedikit lebih tinggi per kilogram bobot tubuh dibandingkan Lohmann Brown. Di iklim panas, kegagalan dalam menyediakan air minum berkualitas baik dan dalam jumlah yang cukup akan berdampak lebih cepat dan lebih parah pada Isa Brown, yang mengarah pada dehidrasi dan penurunan produksi telur yang mendadak. Lohmann Brown, meskipun sama-sama membutuhkan air, menunjukkan toleransi yang sedikit lebih besar terhadap fluktuasi minor pada pasokan air, mencerminkan kembali sifat mereka yang lebih 'tahan banting' secara keseluruhan.
Selain itu, kita perlu membahas aspek manajemen DOC. Baik Lohmann maupun Isa Brown memerlukan manajemen DOC yang intensif, terutama dalam hal pengaturan suhu brooding dan ketersediaan pakan starter. Namun, karena laju pertumbuhan Isa Brown yang sangat cepat di fase starter dan grower, mereka memiliki jendela waktu yang sangat sempit untuk mencapai bobot target. Jika Isa Brown gagal mencapai bobot target pada minggu ke-5 atau ke-10, potensi produksi telur mereka akan terhambat secara permanen. Lohmann Brown juga memerlukan bobot target yang ketat, tetapi karena pertumbuhannya yang sedikit lebih stabil, manajemen yang terlambat beberapa hari mungkin tidak memiliki konsekuensi yang sefatal pada Isa Brown.
Akhirnya, dari perspektif perilaku, kedua strain ini menunjukkan naluri bersarang yang kuat. Namun, dalam sistem free-range, Lohmann Brown cenderung lebih konsisten dalam menggunakan kotak sarang yang disediakan, yang sangat membantu dalam pengumpulan telur dan mengurangi telur yang kotor (floor eggs). Isa Brown, karena sifatnya yang lebih eksploratif, terkadang lebih mudah bertelur di luar kotak sarang jika desain kandang atau tata letak kotak sarang tidak sempurna. Perbedaan perilaku minor ini dapat memiliki dampak besar pada efisiensi operasional dan sanitasi telur di peternakan skala besar yang menggunakan sistem bebas kandang.