Peraturan Resmi Permainan Sepak Bola (Laws of the Game)

Sepak bola modern diatur secara ketat oleh serangkaian 17 Peraturan Permainan, yang disusun dan dikelola oleh Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (International Football Association Board - IFAB). Peraturan ini adalah fondasi universal yang memastikan keadilan, integritas, dan konsistensi di setiap tingkatan kompetisi, dari laga amatir hingga Piala Dunia.

Setiap peraturan tidak hanya mendefinisikan cara bermain, tetapi juga rincian prosedur, sanksi disiplin, dan interpretasi yang mendalam. Memahami esensi dari ke-17 peraturan ini sangat krusial bagi pemain, pelatih, wasit, maupun penggemar.

Landasan Utama Peraturan Sepak Bola

IFAB secara rutin melakukan peninjauan dan amandemen terhadap peraturan untuk mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan semangat permainan. Peraturan Permainan bersifat komprehensif dan mencakup segala aspek, mulai dari kondisi lapangan hingga keputusan wasit di menit-menit akhir pertandingan. Berikut adalah penjelasan mendalam mengenai setiap Hukum Permainan.

Hukum 1: Lapangan Permainan

Hukum ini mendefinisikan standar teknis dan dimensi lapangan yang sah untuk permainan sepak bola internasional. Keseragaman lapangan menjamin kondisi permainan yang adil.

Dimensi dan Penandaan

Lapangan harus berbentuk persegi panjang dan ditandai dengan garis-garis yang jelas, yang termasuk dalam area yang mereka batasi. Panjang garis tepi (touch line) harus lebih panjang daripada panjang garis gawang (goal line). Untuk pertandingan internasional, dimensi lapangan ideal adalah:

Area Khusus

Area Gawang (Goal Area): Ditentukan oleh dua garis yang ditarik 5,5 meter (6 yard) dari bagian dalam tiang gawang dan memanjang 5,5 meter ke dalam lapangan. Area ini digunakan untuk menentukan di mana tendangan gawang harus dilakukan.

Area Penalti (Penalty Area): Lebih besar dari area gawang. Ditentukan oleh dua garis yang ditarik 16,5 meter (18 yard) dari bagian dalam tiang gawang dan memanjang 16,5 meter ke dalam lapangan. Titik penalti diletakkan 11 meter (12 yard) dari garis gawang, tepat di tengah antara tiang gawang.

Area Sudut (Corner Area): Ditandai dengan seperempat lingkaran beradius 1 meter dari setiap tiang sudut.

Gawang dan Keamanan

Gawang harus diletakkan di tengah setiap garis gawang. Jarak antara bagian dalam tiang gawang adalah 7,32 meter (8 yard), dan jarak dari tepi bawah mistar gawang ke tanah adalah 2,44 meter (8 kaki). Gawang harus dijangkarkan dengan aman ke tanah. Jika gawang tidak dapat diamankan, pertandingan tidak boleh dilanjutkan, sebagai prioritas utama adalah keselamatan pemain.

Ilustrasi Dasar Lapangan Sepak Bola Garis Gawang Garis Tepi

Gambar 1: Skema dasar lapangan permainan yang diatur oleh Hukum 1.

Hukum 2: Bola

Hukum ini menjamin bahwa bola yang digunakan memenuhi standar kualitas dan keamanan yang konsisten, penting untuk akurasi permainan.

Kualitas dan Pengukuran

Bola harus berbentuk bulat, terbuat dari bahan yang sesuai, dan memiliki parameter fisik tertentu:

Penggantian Bola yang Cacat

Jika bola menjadi cacat (misalnya, pecah, bocor, atau kehilangan bentuknya) saat permainan berlangsung, wasit harus menghentikan permainan. Permainan dimulai kembali dengan menjatuhkan bola (drop ball) di tempat bola menjadi cacat. Jika bola menjadi cacat saat tidak dalam permainan (misalnya, tendangan gawang atau tendangan sudut), permainan dilanjutkan sesuai dengan restart yang seharusnya.

Bola Tambahan

Bola tambahan dapat ditempatkan di sekitar lapangan, tetapi penggunaannya harus disupervisi oleh wasit. Tidak ada bola tambahan yang diizinkan untuk masuk ke lapangan saat permainan berlangsung, karena dapat mengganggu hasil atau aliran permainan. Jika hal ini terjadi dan bola mengganggu permainan, wasit akan menghentikan permainan dan melakukan ‘drop ball’ atau menghukum pelanggar jika disengaja.

Hukum 3: Para Pemain

Hukum ini mengatur jumlah pemain yang dibutuhkan untuk memulai dan menyelesaikan pertandingan, serta prosedur resmi untuk penggantian pemain (substitusi).

Jumlah Pemain

Sebuah pertandingan dimainkan oleh dua tim, masing-masing terdiri dari tidak lebih dari sebelas (11) pemain, salah satunya harus menjadi penjaga gawang. Pertandingan tidak boleh dimulai atau dilanjutkan jika salah satu tim memiliki kurang dari tujuh (7) pemain. Wasit memiliki otoritas untuk menghentikan pertandingan jika jumlah pemain turun di bawah batas minimal ini, meskipun biasanya hal ini terjadi hanya pada kasus di mana sanksi disiplin (kartu merah) menyebabkan penurunan jumlah.

Prosedur Substitusi

Penggantian pemain hanya dapat dilakukan selama jeda permainan dan harus mengikuti protokol yang ketat:

  1. Wasit harus diinformasikan sebelum substitusi dilakukan.
  2. Pemain yang keluar (diganti) harus meninggalkan lapangan pada titik terdekat di garis batas lapangan, kecuali ditentukan lain oleh wasit (misalnya, karena cedera).
  3. Pemain pengganti hanya boleh memasuki lapangan setelah pemain yang diganti telah meninggalkan lapangan dan setelah menerima sinyal dari wasit.
  4. Substitusi selesai ketika pemain pengganti memasuki lapangan. Sejak saat itu, pemain yang diganti tidak lagi berpartisipasi dalam pertandingan.

Pemain Cadangan yang Bermain Ilegal

Jika seorang pemain cadangan atau pemain yang diganti memasuki lapangan tanpa izin wasit, wasit harus menghentikan permainan, memberikan kartu kuning (peringatan) kepada individu tersebut, dan memulai kembali permainan dengan tendangan bebas langsung (atau tendangan penalti jika pelanggaran terjadi di area penalti).

Pemain yang Salah Identitas

Jika seorang ofisial tim atau manajer memasukkan pemain yang tidak terdaftar atau telah diusir (kartu merah) dan wasit menyadari hal ini, pemain tersebut harus dikeluarkan dari lapangan dan tim dikenakan sanksi disiplin. Dalam kompetisi resmi, jumlah maksimum substitusi yang diizinkan adalah tergantung pada regulasi kompetisi, tetapi umumnya lima (5) substitusi diizinkan dalam sebagian besar pertandingan elit, dengan potensi satu tambahan di babak perpanjangan waktu.

Penggantian Penjaga Gawang

Setiap pemain diizinkan untuk bertukar tempat dengan penjaga gawang, asalkan wasit diberitahu sebelum perubahan, dan perubahan dilakukan selama jeda permainan. Jika pemain melakukan pergantian tanpa memberitahu wasit, kedua pemain yang terlibat harus menerima kartu kuning saat bola mati berikutnya.

Hukum 4: Perlengkapan Pemain

Hukum ini menetapkan standar untuk peralatan wajib dan melarang perlengkapan apa pun yang dapat membahayakan pemain lain atau diri sendiri.

Peralatan Wajib

Setiap pemain harus mengenakan lima (5) item wajib dasar:

  1. Jersey (atau kemeja) - Jika dikenakan pakaian dalam, warna lengan harus sama dengan warna utama lengan jersey.
  2. Celana pendek.
  3. Kaus kaki (Stoking) - Harus menutupi pelindung tulang kering sepenuhnya.
  4. Pelindung tulang kering (Shinguards) - Harus terbuat dari bahan yang sesuai dan memberikan perlindungan yang wajar.
  5. Sepatu.

Warna Pakaian

Kedua tim harus mengenakan warna yang membedakan mereka satu sama lain, dan juga dari wasit serta asisten wasit. Penjaga gawang harus mengenakan warna yang secara jelas membedakannya dari pemain lain di lapangan dan dari para ofisial pertandingan.

Peralatan Berbahaya dan Perhiasan

Pemain dilarang menggunakan atau mengenakan perhiasan dalam bentuk apa pun (termasuk kalung, cincin, gelang, anting-anting, dan jam tangan). Benda-benda ini harus dilepas dan tidak boleh ditutup dengan selotip. Jika seorang pemain ditemukan mengenakan perhiasan atau benda berbahaya, mereka harus diperingatkan dan dikeluarkan dari lapangan untuk memperbaiki peralatan mereka.

Peralatan Elektronik

Penggunaan Sistem Pelacakan Kinerja Elektronik (EPTS), seperti GPS, diperbolehkan asalkan perangkat tersebut tidak berbahaya dan memenuhi standar IFAB. Namun, komunikasi elektronik antara pemain di lapangan dengan staf teknis di pinggir lapangan dilarang, kecuali komunikasi terbatas untuk alasan medis atau keselamatan.

Perbaikan Peralatan

Jika pemain meninggalkan lapangan karena kesalahan peralatan, mereka hanya dapat kembali setelah peralatan diperbaiki dan setelah wasit atau ofisial keempat memeriksa bahwa peralatan tersebut sudah sesuai. Pemain harus menunggu sampai bola mati berikutnya, kecuali wasit memberikan izin khusus saat permainan berjalan (jarang terjadi).

Hukum 5: Wasit

Wasit adalah otoritas tertinggi dalam pertandingan. Hukum ini menetapkan wewenang, tanggung jawab, dan peran wasit dalam menegakkan Peraturan Permainan.

Kekuasaan Wasit

Wasit memiliki kekuasaan penuh untuk menegakkan Peraturan Permainan sehubungan dengan pertandingan yang ditunjuknya. Keputusan wasit mengenai fakta-fakta yang berkaitan dengan permainan, termasuk apakah gol dicetak atau hasil pertandingan, adalah final.

Tanggung Jawab Utama

Tanggung jawab wasit mencakup, namun tidak terbatas pada:

Keputusan dan Perubahan Keputusan

Wasit dapat mengubah keputusan hanya jika dia menyadari bahwa keputusannya salah atau, atas indikasi dari asisten wasit atau ofisial pertandingan lainnya, asalkan permainan belum dimulai kembali. Setelah permainan dimulai kembali atau babak berakhir (dan wasit meninggalkan lapangan), keputusan wasit tidak dapat diubah.

Tindakan terhadap Ofisial Tim

Wasit tidak hanya mengendalikan pemain tetapi juga ofisial tim (pelatih, staf medis, dll.). Ofisial tim yang gagal bertindak secara bertanggung jawab dapat menerima kartu kuning (peringatan) atau kartu merah (pengusiran). Jika pelanggarannya tidak dapat diidentifikasi, hukuman akan diberikan kepada pelatih kepala yang terdaftar.

Simbol Wasit dan Keputusan YC RC

Gambar 2: Alat dan sinyal dasar yang digunakan wasit dalam menegakkan Hukum 5.

Hukum 6: Ofisial Pertandingan Lainnya

Selain wasit utama, pertandingan dibantu oleh Asisten Wasit (AR), Ofisial Keempat (4th Official), Asisten Wasit Tambahan (AAR), dan Asisten Wasit Video (VAR). Mereka membantu wasit menegakkan peraturan dan membuat keputusan yang akurat.

Asisten Wasit (AR)

Asisten wasit memiliki peran spesifik untuk mengawasi garis tepi dan garis gawang. Tanggung jawab utama mereka adalah:

Ofisial Keempat

Ofisial Keempat bertanggung jawab mengawasi area teknis, mengelola substitusi, memeriksa peralatan pemain cadangan, dan membantu wasit utama dalam tugas administratif, seperti menunjukkan waktu tambahan yang akan dimainkan di akhir babak.

Sistem Asisten Wasit Video (VAR)

VAR adalah sistem teknologi yang digunakan di tingkat elit untuk membantu wasit utama memperbaiki ‘kesalahan yang jelas dan nyata’ atau ‘insiden serius yang terlewatkan’ yang berkaitan dengan empat jenis insiden yang mengubah permainan:

  1. Gol (termasuk pelanggaran yang mengarah ke gol).
  2. Keputusan penalti.
  3. Kartu merah langsung (bukan kartu kuning kedua).
  4. Kesalahan identitas pemain.

VAR hanya boleh melakukan intervensi jika terdapat bukti visual yang jelas bahwa wasit telah membuat kesalahan signifikan. Wasit utama selalu yang membuat keputusan akhir setelah meninjau insiden di Monitor Area Tinjauan (Review Area Monitor - RAM).

Hukum 7: Durasi Pertandingan

Hukum ini mengatur lamanya pertandingan dan bagaimana waktu yang hilang (injury time) harus ditambahkan.

Periode Permainan

Pertandingan berlangsung dalam dua (2) babak yang masing-masing berdurasi 45 menit, kecuali disepakati lain (misalnya, untuk turnamen usia muda, durasi babak bisa lebih singkat). Terdapat interval istirahat paruh waktu, yang tidak boleh lebih dari 15 menit. Dalam kondisi tertentu, pertandingan dapat dilanjutkan dengan perpanjangan waktu, yang terdiri dari dua babak 15 menit.

Waktu Tambahan (Added Time/Injury Time)

Wasit wajib memberikan kompensasi waktu untuk semua waktu yang hilang dalam setiap babak, yang disebabkan oleh:

Pengumuman waktu tambahan oleh Ofisial Keempat adalah estimasi minimal. Wasit memiliki diskresi untuk memainkan waktu lebih lama jika terjadi penundaan tambahan setelah waktu diumumkan. Permainan berakhir hanya setelah wasit meniup peluit akhir, bahkan jika ada tendangan bebas atau tendangan penalti yang belum diselesaikan.

Hukum 8: Awal dan Mulai Kembali Permainan

Hukum ini menjelaskan prosedur yang benar untuk memulai pertandingan, memulai babak kedua, memulai perpanjangan waktu, dan memulai kembali permainan setelah penghentian sementara.

Kick-off (Tendangan Awal)

Kick-off digunakan untuk memulai pertandingan, memulai babak kedua, memulai setiap babak perpanjangan waktu, dan memulai kembali permainan setelah sebuah gol dicetak. Prosedur:

Drop Ball (Jatuhan Bola)

Drop ball digunakan ketika wasit harus menghentikan permainan karena alasan yang tidak tercakup dalam Hukum lain (misalnya, cedera serius, intervensi eksternal, atau bola rusak, di luar situasi pelanggaran). Prosedur modern telah disederhanakan:

Hukum 9: Bola di Dalam dan di Luar Permainan

Hukum ini sangat sederhana namun fundamental: Kapan sebuah insiden dianggap terjadi, tergantung pada status bola.

Bola Keluar dari Permainan

Bola dianggap keluar dari permainan ketika:

  1. Seluruh bola telah melewati garis gawang atau garis tepi, baik di udara maupun di tanah.
  2. Permainan telah dihentikan oleh wasit (misalnya, untuk meniup peluit karena pelanggaran, cedera, atau gol).

Hal ini berarti bahwa selama bola masih memiliki kontak fisik dengan garis batas, atau garis tersebut menutupi sebagian dari bola, bola dianggap masih 'di dalam permainan' (kecuali wasit menghentikannya).

Bola Dalam Permainan

Bola dianggap dalam permainan pada setiap waktu lain, termasuk ketika:

Jika bola menyentuh ofisial pertandingan dan itu menghasilkan perubahan kepemilikan, potensi serangan, atau gol, permainan harus dihentikan dan dimulai kembali dengan drop ball. Ini adalah amandemen krusial untuk mencegah wasit secara tidak sengaja memfasilitasi gol.

Hukum 10: Menentukan Hasil Pertandingan

Hukum ini mendefinisikan apa itu gol yang sah dan bagaimana penalti shoot-out (adu tendangan penalti) dilakukan untuk menentukan pemenang jika hasil akhir masih seri dan peraturan kompetisi mengharuskan adanya pemenang.

Gol yang Dicetak

Sebuah gol dianggap sah ketika seluruh bola melewati garis gawang, di antara tiang gawang dan di bawah mistar gawang, asalkan tim yang mencetak gol tidak melakukan pelanggaran Peraturan Permainan (misalnya, handball, offside, atau pelanggaran lain) segera sebelum atau saat bola masuk.

Dalam kasus di mana teknologi garis gawang (Goal Line Technology - GLT) digunakan, sistem ini akan memberikan indikasi visual dalam waktu satu detik kepada wasit melalui jam tangan khusus.

Tendangan dari Titik Penalti (Kicks from the Penalty Mark - Adu Penalti)

Jika dibutuhkan, prosedur adu penalti harus mengikuti aturan ketat:

Hukum 11: Offside

Hukum Offside adalah salah satu peraturan yang paling kompleks dan paling sering disalahpahami. Tujuannya adalah mencegah pemain berada terlalu dekat dengan gawang lawan saat menerima bola, memastikan bahwa serangan dibangun melalui kerjasama tim, bukan hanya dengan menanti di dekat gawang.

Posisi Offside

Seorang pemain berada dalam posisi offside jika:

Penting: Posisi offside dinilai pada saat bola dimainkan oleh rekan satu tim. Jika pemain berada dalam posisi offside saat bola dimainkan, posisinya tidak berubah meskipun ia bergerak mundur atau bek lawan bergerak maju setelah bola ditendang.

Tidak Ada Pelanggaran Offside

Berada dalam posisi offside saja bukanlah pelanggaran. Seorang pemain hanya dihukum jika, pada saat bola dimainkan oleh rekan satu timnya, dia 'terlibat dalam permainan aktif' dengan:

  1. Mengganggu Permainan: Menyentuh atau memainkan bola.
  2. Mengganggu Lawan: Mencegah lawan memainkan atau mampu memainkan bola dengan jelas menghalangi pandangan lawan, atau menantang lawan untuk memperebutkan bola.
  3. Mendapatkan Keuntungan: Memainkan bola yang memantul dari tiang gawang, mistar gawang, ofisial pertandingan, atau pemain lawan setelah berada dalam posisi offside.

Pengecualian Offside

Tidak ada pelanggaran offside jika pemain menerima bola langsung dari:

Nuansa Interferensi

Penafsiran interferensi musuh telah diperluas. Jika seorang pemain yang berada di posisi offside melakukan gerakan yang jelas mengganggu kemampuan bek untuk memainkan bola (misalnya, mencoba mengeblok lari bek), hal itu dianggap sebagai pelanggaran offside, meskipun ia belum menyentuh bola.

Jika pelanggaran offside terjadi, wasit memberikan tendangan bebas tidak langsung (Indirect Free Kick - IFK) kepada tim lawan di tempat pelanggaran terjadi.

Posisi Offside GK B2 A1 (Offside) Bola Keterangan: - A1 lebih dekat ke GK daripada Bola & B2 (Offside) - Offside ditentukan saat bola dimainkan.

Gambar 3: Garis offside (garis kuning putus-putus) ditentukan oleh posisi pemain kedua terakhir lawan (B2).

Hukum 12: Pelanggaran dan Kesalahan

Hukum 12 adalah jantung dari penegakan disiplin dalam sepak bola, mengklasifikasikan berbagai tindakan terlarang dan sanksi yang sesuai (Tendangan Bebas Langsung, Tidak Langsung, dan Kartu Disiplin).

Tendangan Bebas Langsung (Direct Free Kick - DFK) dan Penalti

DFK diberikan jika seorang pemain melakukan salah satu dari pelanggaran berikut dengan cara yang dianggap ceroboh, sembrono, atau menggunakan kekuatan berlebihan, terhadap lawan:

  1. Menendang atau mencoba menendang.
  2. Menyandung atau mencoba menyandung.
  3. Melompat ke atas.
  4. Menyerang (charge).
  5. Memukul atau mencoba memukul (termasuk menyikut).
  6. Mendorong.
  7. Tackle atau menantang lawan.

DFK juga diberikan jika seorang pemain melakukan salah satu dari pelanggaran berikut:

Jika salah satu dari pelanggaran DFK ini dilakukan oleh pemain bertahan di dalam area penaltinya sendiri, tim penyerang diberikan tendangan penalti (Penalty Kick).

Pelanggaran Handball (Penanganan Bola)

Interpretasi handball telah sangat diperketat. Pelanggaran terjadi jika pemain (selain penjaga gawang di areanya) secara sengaja menyentuh bola. Namun, ada juga pelanggaran jika:

Sentuhan yang tidak disengaja tidak selalu merupakan pelanggaran, terutama jika tangan/lengan berada dalam posisi alami atau berada sangat dekat dengan tubuh.

Tendangan Bebas Tidak Langsung (Indirect Free Kick - IFK)

IFK diberikan jika seorang pemain melakukan pelanggaran yang kurang serius, termasuk:

IFK Penjaga Gawang: Penjaga gawang di dalam area penaltinya juga dikenai IFK jika:

Sanksi Disiplin: Kartu Kuning (Peringatan)

Kartu Kuning (Yellow Card - YC) diberikan untuk pelanggaran seperti:

Sanksi Disiplin: Kartu Merah (Pengusiran)

Kartu Merah (Red Card - RC) dikeluarkan untuk pelanggaran serius, dan pemain yang diusir harus segera meninggalkan lapangan dan area teknis. Pelanggaran yang berakibat RC meliputi:

DOGSO dan Triple Punishment

Aturan 'Hukuman Tiga Kali Lipat' (Triple Punishment - PK, RC, Skorsing) telah diubah. Jika seorang pemain di area penalti melakukan upaya yang sah untuk memainkan bola, tetapi melakukan pelanggaran DOGSO, sanksi harus berupa Penalti dan Kartu Kuning (YC). Namun, jika pelanggarannya berupa tarik-menarik, dorongan, atau tidak ada upaya memainkan bola, sanksi tetap Penalti dan Kartu Merah (RC).

Hukum 13: Tendangan Bebas

Hukum ini menjelaskan prosedur yang berlaku untuk semua tendangan bebas, membedakan antara DFK (gol dapat dicetak langsung) dan IFK (gol hanya sah jika bola disentuh pemain lain sebelum masuk gawang).

Prosedur Umum

Untuk semua tendangan bebas, bola harus diam saat ditendang, dan penendang tidak boleh menyentuh bola kedua kalinya sebelum bola disentuh pemain lain.

Jarak Lawan: Semua lawan harus berada setidaknya 9,15 meter (10 yard) dari bola sampai bola dalam permainan. Jika tendangan bebas diberikan kepada tim bertahan di dalam area penalti mereka, semua lawan harus berada di luar area penalti.

Tembok Penghalang (The Wall)

Jika tiga atau lebih pemain bertahan membentuk tembok, semua pemain penyerang harus berada setidaknya 1 meter (1 yard) dari tembok tersebut hingga bola dalam permainan. Pelanggaran oleh penyerang akan menghasilkan IFK bagi tim bertahan.

Tendangan Bebas Cepat (Quick Free Kick)

Pemain diizinkan mengambil tendangan bebas dengan cepat (quick free kick) jika mereka yakin situasi tersebut memberikan keuntungan. Dalam hal ini, pemain lawan yang dekat tidak harus kembali 9,15 meter. Namun, jika wasit telah memulai prosedur disiplin (misalnya, mengeluarkan kartu kuning), wasit mungkin memerlukan penundaan agar semua pemain berada di posisi yang benar.

Tendangan Bebas Tidak Langsung (IFK)

Wasit harus memberikan sinyal bahwa tendangan bebas adalah IFK dengan mengangkat tangan di atas kepala. Tangan wasit harus tetap di atas kepala sampai bola ditendang dan disentuh oleh pemain lain, atau keluar dari permainan. Jika gol dicetak langsung dari IFK tanpa sentuhan kedua, wasit akan memberikan tendangan gawang.

Hukum 14: Tendangan Penalti

Tendangan penalti adalah sanksi yang diberikan atas pelanggaran DFK yang dilakukan oleh tim bertahan di dalam area penalti mereka sendiri.

Prosedur

  1. Bola harus diletakkan dengan jelas di titik penalti.
  2. Penendang harus diidentifikasi dengan jelas.
  3. Penjaga gawang bertahan harus tetap di garis gawang, menghadap penendang, di antara tiang gawang. Penjaga gawang boleh bergerak ke samping, tetapi tidak boleh menggerakkan satu pun kaki dari garis gawang sampai bola ditendang.
  4. Pemain lain (selain penendang dan penjaga gawang) harus berada di luar area penalti, di belakang titik penalti, dan setidaknya 9,15 meter dari titik penalti.
  5. Tendangan penalti dianggap selesai setelah bola berhenti bergerak, keluar dari permainan, atau wasit menghentikan permainan karena adanya pelanggaran.

Pelanggaran Selama Penalti

Hasil tendangan penalti bergantung pada siapa yang melanggar:

Amandemen modern sangat menekankan posisi kaki penjaga gawang. Kiper harus memiliki setidaknya sebagian dari satu kaki menyentuh, atau sejajar dengan, garis gawang saat tendangan dilakukan.

Hukum 15: Lemparan Ke Dalam

Lemparan ke dalam (Throw-in) adalah metode untuk memulai kembali permainan setelah bola seluruhnya melewati garis tepi lapangan. Ini adalah satu-satunya restart di mana pemain diizinkan menggunakan tangan.

Prosedur yang Benar

Lemparan ke dalam diberikan kepada lawan dari pemain yang terakhir menyentuh bola. Prosedur yang benar harus dipatuhi dengan ketat:

  1. Penendang harus menghadap lapangan.
  2. Penendang harus berdiri dengan sebagian dari kedua kakinya di garis tepi atau di luar garis tepi.
  3. Bola harus dilemparkan dari belakang dan melewati atas kepala.
  4. Penendang harus menggunakan kedua tangan.

Jika salah satu prosedur ini dilanggar, kepemilikan bola dialihkan ke tim lawan (lemparan ke dalam dibalik).

Aturan Tambahan

Hukum 16: Tendangan Gawang

Tendangan gawang adalah metode memulai kembali permainan ketika bola, terakhir disentuh oleh pemain penyerang, telah melewati seluruh garis gawang tanpa terjadinya gol.

Prosedur

Tendangan gawang harus dilakukan dari titik mana pun di dalam area gawang. Aturan krusial yang diubah baru-baru ini adalah:

Sebelum amandemen, bola harus meninggalkan area penalti sebelum dianggap dalam permainan. Sekarang, tim bertahan diizinkan menerima bola di dalam area penalti, memungkinkan build-up serangan dari belakang yang lebih cepat dan aman.

Pelanggaran

Hukum 17: Tendangan Sudut

Tendangan sudut (Corner Kick) adalah metode memulai kembali permainan ketika bola, terakhir disentuh oleh pemain bertahan, telah melewati seluruh garis gawang tanpa terjadinya gol.

Prosedur

  1. Bola harus diletakkan di dalam area sudut terdekat dengan titik di mana bola melewati garis gawang.
  2. Bola dianggap dalam permainan segera setelah ditendang dan bergerak.
  3. Pemain lawan harus tetap berada setidaknya 9,15 meter (10 yard) dari busur sudut sampai bola dalam permainan.

Pelanggaran

Teknik tendangan sudut bervariasi dari sudut langsung ke gawang hingga umpan pendek. Posisi 9,15 meter adalah hal krusial yang harus diawasi oleh wasit dan asisten wasit.

Dampak Amandemen Peraturan Modern

Dalam beberapa tahun terakhir, IFAB telah memperkenalkan beberapa amandemen untuk meningkatkan keadilan dan mengurangi gangguan. Amandemen tersebut, seperti perubahan pada Hukum 12 (Handball dan DOGSO) dan Hukum 16 (Tendangan Gawang), telah mengubah dinamika permainan. Tujuannya adalah mendorong permainan menyerang, mengurangi pemborosan waktu, dan memastikan bahwa keputusan krusial didukung oleh teknologi jika memungkinkan (VAR).

Kepatuhan terhadap 17 Peraturan Permainan ini menjamin bahwa sepak bola tetap menjadi olahraga yang menguji keterampilan, strategi, dan sportivitas. Pemahaman mendalam tentang setiap detail hukum sangat penting, tidak hanya bagi mereka yang terlibat di lapangan, tetapi juga bagi penggemar yang ingin mengapresiasi keindahan dan kompleksitas olahraga global ini.

Setiap sub-bagian dari 17 Hukum Permainan ini memiliki lapisan interpretasi dan panduan tambahan bagi wasit, memastikan bahwa meskipun peraturan bersifat kaku, penerapannya di lapangan dapat mempertimbangkan konteks dan semangat permainan. Inilah yang menjadikan peran wasit begitu vital dan rumit.

Sebagai contoh, Hukum 12 (Pelanggaran) membutuhkan wasit untuk menilai intensitas, niat, dan konsekuensi dari sebuah tindakan dalam sepersekian detik. Apakah tackling itu 'ceroboh' (negligent, YC), 'sembrono' (reckless, RC potensial), atau 'menggunakan kekuatan berlebihan' (excessive force, RC pasti)? Keputusan-keputusan ini memerlukan pengetahuan mendalam, yang menegaskan mengapa setiap kata dalam 17 Hukum Permainan ini memiliki bobot yang signifikan.

Analisis mendalam mengenai Hukum 11 (Offside) menunjukkan betapa krusialnya timing dan intervensi. Pemain yang berada dalam posisi offside tetapi tidak secara aktif mengganggu lawan atau permainan tidak dihukum. Namun, jika pemain tersebut menghalangi pandangan penjaga gawang, walaupun dia tidak menyentuh bola, dia dianggap terlibat aktif dan pelanggaran offside terjadi. Perbedaan tipis inilah yang sering menjadi subjek kontroversi dan tinjauan VAR, memastikan konsistensi dalam penegakan hukum.

Demikian pula, penegakan Hukum 3 (Pemain) dan prosedur pergantian pemain menekankan pentingnya administrasi yang tepat di pinggir lapangan. Kesalahan sederhana dalam prosedur substitusi dapat mengakibatkan tendangan bebas langsung dan kartu kuning, yang menyoroti bahwa setiap aspek regulasi, dari dimensi lapangan hingga prosedur pergantian, adalah bagian integral dari integritas kompetisi. Peraturan ini, dalam keseluruhan detailnya, membentuk kerangka kerja yang solid bagi permainan yang paling populer di dunia.

🏠 Kembali ke Homepage