EKSPLORASI LENGKAP PERATURAN RESMI BOLA FUTSAL

Futsal, sebagai adaptasi sepak bola di lapangan yang lebih kecil, menuntut pemahaman mendalam tentang seperangkat peraturan unik yang mengatur dinamika, intensitas, dan keselamatan permainan. Peraturan bola futsal, yang diawasi secara ketat oleh otoritas sepak bola global, berfungsi memastikan keadilan, mempromosikan permainan yang cepat, dan melindungi integritas atlet. Artikel ini menyajikan panduan komprehensif, mengupas tuntas setiap pasal peraturan resmi, dari dimensi lapangan hingga interpretasi sanksi disipliner yang paling kompleks.

BAGIAN I: LAPANGAN DAN PERLENGKAPAN PERMAINAN

Hukum 1: Lapangan Permainan

Lapangan futsal adalah elemen fundamental yang menentukan batasan dan prosedur permainan. Semua garis yang digunakan harus memiliki lebar 8 cm dan menjadi bagian integral dari area yang mereka batasi. Lapangan harus berbentuk persegi panjang.

Dimensi Lapangan Standar Internasional

Untuk pertandingan yang tidak bersifat internasional, variasi dimensi diizinkan, tetapi panjangnya tidak boleh melebihi 42 meter dan lebarnya 25 meter. Kunci utama adalah garis sisi harus selalu lebih panjang daripada garis gawang.

Marka Lapangan dan Area Khusus

Marka lapangan mencakup titik-titik krusial yang menentukan alur permainan dan penalti:

Gawang

Gawang harus diletakkan di tengah setiap garis gawang. Ukuran internal (jarak antara tiang bagian dalam) adalah 3 meter, dan tinggi (dari tanah hingga palang gawang bagian bawah) adalah 2 meter. Gawang harus dipasang kuat untuk mencegah pergeseran, memastikan keamanan pemain dan validitas hasil pertandingan.

Ilustrasi Lapangan Futsal Zona Pergantian Dimensi Lapangan (Law 1)

Ilustrasi Skematis Lapangan Permainan Futsal.

Hukum 2: Bola

Bola futsal harus memenuhi kriteria spesifik yang berbeda dari bola sepak lapangan besar, terutama terkait pantulan. Bola harus terbuat dari bahan yang sesuai, memiliki lingkar antara 62 cm hingga 64 cm, dan berat antara 400 gram hingga 440 gram saat awal pertandingan.

Tekanan dan Pantulan: Pada tekanan 0.6–0.9 atmosfir, jika dijatuhkan dari ketinggian 2 meter, bola tidak boleh memantul lebih rendah dari 50 cm dan tidak boleh lebih tinggi dari 65 cm. Bola yang kempes (low bounce) ini penting untuk mengontrol permainan di permukaan keras dan ruang sempit.

Jika bola pecah atau kehilangan bentuknya saat permainan berlangsung, wasit harus menghentikan permainan dan memulai kembali dengan jatuhan bola (dropped ball) di lokasi di mana bola menjadi rusak, kecuali jika hal itu terjadi selama tendangan penalti atau adu penalti.

BAGIAN II: PEMAIN DAN PROSEDUR PERGANTIAN

Hukum 3: Jumlah Pemain

Pertandingan dimainkan oleh dua tim, masing-masing terdiri dari maksimal 5 pemain, salah satunya harus menjadi penjaga gawang (kiper). Jumlah maksimum pemain cadangan yang diizinkan adalah 9 orang, yang berarti daftar tim total berjumlah 14 pemain. Dalam kompetisi resmi, jumlah pergantian pemain tidak dibatasi (rolling substitutions).

Prosedur Pergantian (Rolling Substitution)

Sifat pergantian futsal yang tanpa batas adalah salah satu ciri khas utamanya yang memungkinkan intensitas tinggi. Pergantian harus memenuhi syarat ketat:

Peraturan Khusus Kiper Terbang (Flying Goalkeeper)

Tim diizinkan mengganti penjaga gawang mereka dengan pemain lapangan manapun (dikenal sebagai Kiper Terbang atau Flying Goalkeeper). Pemain ini harus mengenakan kaus yang membedakannya secara jelas dari pemain lain, termasuk dari warna seragam kiper lawan. Penggunaan kiper terbang sering kali terjadi di menit-menit akhir saat tim tertinggal, menambah tekanan ofensif tetapi juga risiko kebobolan gawang kosong.

Pelanggaran Terkait Pergantian

Jika pemain cadangan memasuki lapangan sebelum pemain yang diganti meninggalkan lapangan, atau masuk dari area di luar zona pergantian, permainan dihentikan. Pemain yang bersalah akan diberi kartu kuning (peringatan), dan permainan dilanjutkan dengan tendangan bebas tidak langsung untuk tim lawan di titik bola saat permainan dihentikan.

Hukum 4: Perlengkapan Pemain

Keselamatan adalah prioritas, dan semua perlengkapan harus aman. Perlengkapan dasar wajib meliputi kaus, celana pendek, kaus kaki, pelindung tulang kering (shin guard), dan alas kaki (sepatu kanvas atau kulit lembut dengan sol karet). Sepatu dengan sol keras dilarang keras karena permukaan lapangan futsal yang keras.

Perlengkapan yang Dilarang

Setiap jenis perhiasan (cincin, kalung, jam tangan) dilarang. Wasit berhak meminta pemain melepaskan atau menutup benda apa pun yang dianggap berbahaya. Jika seorang pemain tidak mematuhi permintaan wasit terkait perlengkapan, ia dapat dikeluarkan dari lapangan untuk memperbaiki perlengkapan dan hanya dapat kembali dengan izin wasit.

Hukum 5 & 6: Wasit dan Wasit Kedua/Ketiga

Futsal modern menggunakan sistem empat wasit untuk memastikan kontrol total atas permainan yang sangat cepat. Keputusan wasit utama (Referee) dan wasit kedua (Second Referee) di lapangan bersifat final terkait fakta permainan.

Kewenangan Pelanggaran Kumulatif: Wasit Ketiga memegang peran kritis dalam mencatat lima pelanggaran kumulatif pertama yang dilakukan setiap tim dalam setiap babak. Setelah pelanggaran keenam, sanksi tendangan bebas langsung dari Titik Penalti Kedua (10 meter) diberlakukan.
BAGIAN III: DURASI, AWAL PERMAINAN, DAN PENENTUAN SKOR

Hukum 7: Durasi Pertandingan

Permainan dibagi menjadi dua babak yang sama, masing-masing berlangsung selama 20 menit waktu bersih (net playing time). Ini berarti waktu dihentikan setiap kali bola keluar lapangan atau terjadi pelanggaran, dan baru dimulai lagi saat permainan dilanjutkan. Ini sangat kontras dengan waktu kotor (running time) dalam sepak bola lapangan besar.

Penghentian dan Perpanjangan Waktu

Setelah peluit akhir babak pertama berbunyi, tim memiliki waktu istirahat (interval) yang tidak boleh lebih dari 15 menit. Wasit Ketiga bertanggung jawab untuk memastikan waktu dimainkan secara akurat dan menginformasikan kapan waktu time-out diminta.

Hukum 8: Memulai dan Memulai Kembali Permainan

Permainan dimulai dengan tendangan awal (kick-off). Prosedur ini digunakan untuk memulai permainan, memulai babak kedua, memulai perpanjangan waktu, dan setelah gol dicetak.

Semua pemain harus berada di wilayah lapangan mereka sendiri, dan pemain lawan harus berada minimal 3 meter dari bola saat tendangan awal dilakukan. Bola harus ditendang ke depan, dan pencetak gol tidak boleh menyentuh bola lagi sebelum pemain lain menyentuhnya.

Jatuhan Bola (Dropped Ball)

Digunakan untuk memulai kembali permainan ketika dihentikan karena alasan di luar pelanggaran peraturan, seperti cedera mendadak atau kerusakan bola. Bola dijatuhkan di tempat di mana bola terakhir kali disentuh, dan permainan dilanjutkan setelah bola menyentuh tanah.

Hukum 10: Gol yang Sah

Gol dinyatakan sah ketika bola sepenuhnya melewati garis gawang, di antara tiang gawang dan di bawah palang gawang, asalkan tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh tim penyerang sebelum atau saat bola masuk gawang. Tim dengan skor gol tertinggi memenangkan pertandingan.

Aturan Khusus Kiper: Gol tidak dapat dicetak secara langsung dari tendangan kiper (goalkeeper throw) jika tidak menyentuh pemain lain sebelum masuk ke gawang. Jika ini terjadi, permainan dilanjutkan dengan tendangan gawang oleh tim lawan.
BAGIAN IV: PELANGGARAN DAN SANKSI DISIPLINER

Hukum 12: Pelanggaran dan Kelakuan Tidak Pantas

Hukum 12 adalah pasal terpanjang dan paling penting dalam futsal, menentukan batasan fisik dan mental yang diizinkan dalam permainan. Pelanggaran dibagi menjadi dua kategori utama: Pelanggaran yang dikenakan Tendangan Bebas Langsung (DFK) dan Pelanggaran yang dikenakan Tendangan Bebas Tidak Langsung (IDFK).

Pelanggaran Dikenakan Tendangan Bebas Langsung (DFK)

Pelanggaran DFK dicatat sebagai pelanggaran kumulatif. DFK diberikan untuk tindakan fisik yang dilakukan dengan cara yang ceroboh (careless), sembrono (reckless), atau menggunakan kekuatan yang berlebihan (excessive force). Tindakan tersebut meliputi:

Pelanggaran Dikenakan Tendangan Bebas Tidak Langsung (IDFK)

IDFK diberikan untuk pelanggaran yang lebih bersifat teknis atau terkait perilaku kiper. Pelanggaran IDFK tidak dihitung sebagai pelanggaran kumulatif, kecuali dalam situasi tertentu terkait perilaku tidak sportif.

Pelanggaran IDFK Terkait Penjaga Gawang (Kiper)

Kiper memiliki empat pelanggaran spesifik di area penalti mereka yang menghasilkan IDFK:

  1. Menguasai Bola Lebih dari 4 Detik: Kiper tidak boleh menguasai bola (dengan tangan atau kaki) di area penaltinya selama lebih dari 4 detik. Wasit Kedua atau Pencatat Waktu harus menghitung keras.
  2. Menyentuh Bola Kembali (Backpass Rule): Kiper tidak boleh menyentuh bola dengan tangan atau kaki di area penaltinya setelah bola dilepaskan ke lapangan dan dikembalikan kepadanya oleh rekan setimnya, kecuali bola telah disentuh oleh lawan. Pelanggaran ini hanya berlaku jika kiper berada di dalam area penalti.
  3. Memegang Bola Setelah Diterima dari Tendangan Kaki: Kiper tidak boleh memegang bola dengan tangan di area penaltinya jika bola berasal dari tendangan kaki yang disengaja oleh rekan setim.
  4. Membuang Waktu: Wasit memiliki kewenangan untuk menilai apakah kiper sengaja menunda dimulainya kembali permainan.

Sanksi Disipliner (Kartu Kuning dan Kartu Merah)

Wasit memiliki kewenangan untuk mengeluarkan kartu kuning (peringatan) dan kartu merah (pengusiran) untuk perilaku tidak pantas.

Pelanggaran Kartu Kuning (Peringatan)

Seorang pemain diberikan kartu kuning jika ia melakukan salah satu dari tujuh pelanggaran berikut:

  1. Melakukan kelakuan tidak sportif (unsporting behaviour).
  2. Menyuarakan ketidaksetujuan (dengan kata-kata atau tindakan).
  3. Secara terus-menerus melanggar Peraturan Permainan (persistent infringement).
  4. Menunda dimulainya kembali permainan.
  5. Gagal menjaga jarak yang diperlukan saat tendangan sudut, tendangan bebas, atau tendangan gawang (5 meter).
  6. Masuk atau keluar dari lapangan permainan tanpa izin wasit.
  7. Melanggar prosedur pergantian (misalnya, masuk dari luar zona pergantian).

Pelanggaran Kartu Merah (Pengusiran)

Seorang pemain, pemain cadangan, atau ofisial tim diusir dari permainan (kartu merah) jika melakukan salah satu dari tujuh pelanggaran serius:

  1. Bermain terlalu keras (serious foul play), seperti tekel dari belakang dengan kekuatan berlebihan.
  2. Melakukan tindakan kekerasan (violent conduct) terhadap lawan, rekan setim, wasit, atau penonton.
  3. Meludahi orang lain.
  4. Mendapat kartu kuning kedua dalam pertandingan yang sama.
  5. Menggunakan bahasa atau gestur yang menyinggung, menghina, atau kasar.
  6. Denying an Obvious Goal-Scoring Opportunity (DOGSO): Mencegah tim lawan mencetak gol yang jelas dengan pelanggaran yang dikenakan tendangan bebas atau penalti (kecuali kiper yang mencoba memainkan bola secara sah).
  7. Menggunakan tangan secara sengaja untuk mencegah gol atau peluang gol yang jelas (bukan kiper).

Konsekuensi Kartu Merah

Pemain yang dikeluarkan harus meninggalkan area teknis dan lapangan permainan. Tim yang pemainnya diusir bermain dengan satu pemain kurang selama 2 menit. Setelah 2 menit berlalu, tim tersebut dapat memasukkan pemain cadangan, atau segera setelah tim lawan mencetak gol (tergantung mana yang lebih dulu terjadi).

Ilustrasi Kartu Disipliner dan Bola Futsal Peringatan Pengusiran Bola Futsal

Sanksi Disipliner dan Bola Futsal.

BAGIAN V: TENDANGAN BEBAS DAN HUKUMAN SPESIAL

Hukum 13: Tendangan Bebas

Tendangan bebas dapat berupa tendangan bebas langsung (DFK) atau tendangan bebas tidak langsung (IDFK). Dalam kedua kasus, bola harus diam saat ditendang, dan penendang tidak boleh menyentuh bola untuk kedua kalinya sampai pemain lain menyentuhnya. Semua pemain lawan harus berada minimal 5 meter dari bola.

Tendangan Bebas Langsung (DFK)

Gol dapat dicetak secara langsung dari tendangan bebas langsung. Diberikan setelah terjadi pelanggaran DFK, seperti yang terdaftar dalam Hukum 12. Lokasi tendangan bebas adalah di tempat pelanggaran terjadi.

Tendangan Bebas Tidak Langsung (IDFK)

Gol tidak dapat dicetak secara langsung dari tendangan bebas tidak langsung, bola harus menyentuh pemain lain sebelum masuk ke gawang. Wasit akan menaikkan satu tangan di atas kepala untuk menunjukkan bahwa tendangan bebas bersifat tidak langsung.

Hukum 14: Tendangan Penalti

Tendangan penalti diberikan jika pemain melakukan pelanggaran DFK di dalam area penaltinya sendiri. Prosedurnya sangat ketat:

Hukum 13 dan Aturan Pelanggaran Kumulatif (Accumulated Fouls)

Salah satu aturan paling khas dalam futsal adalah sistem pelanggaran kumulatif. Semua pelanggaran DFK yang dicatat (kecuali yang menghasilkan kartu merah langsung dan tendangan penalti 6m) dihitung. Hukum ini bertujuan untuk mencegah permainan yang terlalu fisik dan taktis dengan cara terus-menerus melakukan DFK minor.

Penalti dari Pelanggaran Keenam (Second Penalty Spot)

Setelah tim mencapai 5 pelanggaran kumulatif dalam satu babak, setiap pelanggaran DFK berikutnya (pelanggaran ke-6, ke-7, dst.) akan menghasilkan tendangan bebas langsung dari Titik Penalti Kedua (10 meter).

Pada tendangan 10 meter ini, hanya kiper dan penendang yang diizinkan berinteraksi. Penendang harus menembak langsung ke gawang.

Reset Pelanggaran Kumulatif: Penghitungan kumulatif direset pada awal babak kedua. Namun, jika permainan berlanjut ke perpanjangan waktu, akumulasi pelanggaran dari babak kedua terus berlanjut ke masa perpanjangan waktu.

BAGIAN VI: PROSEDUR LANJUTAN DAN MEMULAI KEMBALI

Hukum 15: Tendangan Ke Dalam (Kick-in)

Tidak ada lemparan ke dalam (throw-in) dalam futsal; bola dimainkan kembali dengan tendangan ke dalam (kick-in). Tendangan ke dalam diberikan saat bola melewati garis sisi atau menyentuh langit-langit/atap lapangan. Jika bola menyentuh langit-langit, tendangan ke dalam diberikan ke tim lawan di bawah titik kontak tersebut.

Hukum 16: Tendangan Gawang (Goal Clearance)

Tendangan gawang diberikan ketika bola melewati garis gawang, ditendang keluar oleh tim penyerang. Dalam futsal, tendangan gawang selalu berupa lemparan kiper (goalkeeper throw) dan bukan tendangan.

Hukum 17: Tendangan Sudut (Corner Kick)

Tendangan sudut diberikan ketika bola melewati garis gawang setelah terakhir disentuh oleh pemain bertahan. Tendangan sudut dilakukan dari sudut lapangan terdekat dengan tempat bola keluar.

BAGIAN VII: INTERPRETASI DAN DINAMIKA PERATURAN

Interpretasi Mendalam Hukum 12: Penggunaan Kekuatan dan Sliding Tackle

Perbedaan antara Ceroboh, Sembrono, dan Kekuatan Berlebihan

Interpretasi wasit mengenai intensitas pelanggaran sangat menentukan sanksi:

  1. Ceroboh (Careless): Tindakan yang menunjukkan kurangnya perhatian atau pertimbangan saat berhadapan dengan lawan. Ini adalah pelanggaran DFK, tetapi biasanya tidak memerlukan kartu.
  2. Sembrono (Reckless): Tindakan yang dilakukan tanpa memperhatikan bahaya atau konsekuensi terhadap lawan. Ini selalu memerlukan kartu kuning. Misalnya, tekel keras dari samping tanpa niat melukai tetapi dengan kecepatan tinggi.
  3. Kekuatan Berlebihan (Excessive Force): Tindakan yang melebihi batas kekuatan yang wajar dan menempatkan keselamatan lawan dalam bahaya. Ini selalu memerlukan kartu merah. Contohnya adalah menerjang dengan kedua kaki dari belakang.

Kasus Khusus Sliding Tackle

Aturan mengenai sliding tackle adalah yang paling membedakan futsal dari sepak bola. Pemain lapangan dilarang melakukan gerakan meluncur (slide) saat mencoba merebut bola jika lawan sedang menguasai bola atau berada di dekatnya. Namun, ada nuansa penting:

Tujuan dari larangan sliding tackle adalah untuk meminimalkan risiko cedera pada permukaan lapangan yang keras dan meningkatkan keterampilan kontrol bola secara berdiri.

Peran Kritis Wasit dan Konsistensi Keputusan

Dalam futsal, keputusan harus diambil dalam hitungan detik. Karena lapangan yang kecil dan intensitas tinggi, wasit harus sangat terlatih dalam mengukur jarak 5 meter, menghitung 4 detik, dan mencatat akumulasi pelanggaran dengan presisi. Keputusan yang konsisten sangat penting, terutama terkait dengan Hukum 12 dan penerapan kriteria ceroboh/sembrono.

Pengelolaan Waktu (Time Management)

Karena waktu dimainkan bersih (net playing time), Pencatat Waktu dan Wasit Ketiga memegang peran sentral. Mereka bertanggung jawab untuk menghentikan waktu secara instan, misalnya:

Kesalahan dalam pengelolaan waktu dapat berdampak langsung pada hasil pertandingan, yang menunjukkan mengapa penggunaan sistem empat wasit menjadi standar dalam kompetisi profesional.

Penyesuaian Taktis Berdasarkan Peraturan

Dampak Aturan 4 Detik

Aturan 4 detik (berlaku untuk kiper di area penalti, tendangan ke dalam, tendangan sudut) memaksa tim untuk mempertahankan tempo tinggi dan mencegah strategi menunda-nunda permainan. Pelanggaran 4 detik oleh kiper di dalam area penaltinya, yang menghasilkan IDFK, sering kali menjadi peluang gol berbahaya bagi tim lawan karena tendangan bebas tidak langsung tersebut dilakukan sangat dekat dengan gawang.

Implikasi Pelanggaran Kumulatif

Sistem accumulated fouls secara drastis mengubah pendekatan taktis saat tim mendekati batas lima pelanggaran. Setelah mencapai pelanggaran keempat, tim cenderung bermain jauh lebih hati-hati untuk menghindari pelanggaran DFK yang dapat menghasilkan penalti 10 meter. Pelatih sering kali mengganti pemain yang cenderung agresif setelah pelanggaran keempat untuk memastikan tim tidak 'menghadiahkan' tendangan bebas tanpa dinding.

Oleh karena itu, kemampuan tim untuk bertahan tanpa melakukan pelanggaran fisik yang berlebihan di babak kedua sering kali menjadi faktor penentu kemenangan. Pemain diinstruksikan untuk menggunakan blok dan intervensi tanpa kontak fisik langsung yang bisa dihitung sebagai DFK.

Ringkasan Peraturan Jarak Wajib

Untuk memastikan permainan dapat dilanjutkan dengan adil setelah penghentian, aturan jarak minimum harus dipatuhi secara ketat:

Finalitas dan Keseluruhan

Setiap hukum dalam peraturan futsal saling terkait, menciptakan lingkungan permainan yang cepat, teknis, dan sangat menuntut kedisiplinan. Pemahaman menyeluruh terhadap Hukum 1 sampai Hukum 17, termasuk seluk-beluk interpretasi wasit, prosedur time-out, dan konsekuensi pelanggaran kumulatif, adalah kunci bagi setiap pemain, pelatih, dan penggemar untuk benar-benar mengapresiasi keindahan dan kompleksitas olahraga futsal. Ketaatan terhadap peraturan tidak hanya menjamin keadilan tetapi juga menjaga intensitas tinggi yang merupakan daya tarik utama futsal.

Peraturan futsal terus dievaluasi dan disesuaikan secara periodik untuk menyesuaikan dengan perkembangan olahraga dan meningkatkan keamanan. Pembaruan terbaru selalu menekankan pada pencegahan tindakan kekerasan, penegakan batasan waktu, dan standardisasi prosedur wasit, memastikan bahwa futsal tetap menjadi salah satu olahraga indoor tercepat dan paling menarik di dunia.

Implementasi peraturan bola futsal yang ketat menghasilkan permainan dengan sedikit jeda. Konsep waktu bersih (net time) memastikan bahwa 40 menit waktu pertandingan dimanfaatkan sepenuhnya untuk bermain, berbeda dengan sepak bola yang sering terbuang untuk penundaan. Ini memaksa tim untuk selalu berada dalam keadaan siaga tinggi, baik saat menyerang maupun bertahan, menciptakan tontonan yang dinamis dan tak terduga.

Salah satu area yang sering diperdebatkan adalah aturan backpass kiper dan aturan 4 detik. Aturan ini memaksa kiper untuk membuat keputusan cepat, mencegah tim bertahan terlalu lama di area pertahanan mereka sendiri. Kecepatan transisi dari bertahan ke menyerang menjadi sangat tinggi, dan kemampuan kiper untuk mendistribusikan bola secara efektif di bawah tekanan waktu adalah aset taktis yang vital.

Dalam konteks sanksi disipliner, penerapan DOGSO (Denying an Obvious Goal-Scoring Opportunity) juga memiliki nuansa unik di futsal. Karena lapangan yang sempit, peluang mencetak gol cenderung lebih sering terjadi. Wasit harus menilai dengan cermat apakah pelanggaran, terutama di luar area penalti, benar-benar menggagalkan peluang yang 'jelas', yang sering kali berujung pada keputusan kartu merah yang kontroversial. Namun, peraturan telah bergeser untuk memberikan sedikit kelonggaran (hanya kartu kuning) jika pelanggaran terjadi saat kiper mencoba memainkan bola secara sah, mendorong kiper untuk tidak ragu dalam upaya penyelamatan bola.

Penalti 10 meter (Titik Penalti Kedua) pasca-pelanggaran kumulatif kelima adalah regulator perilaku. Ini adalah penalti yang brutal; tanpa tembok pertahanan dan dari jarak yang relatif dekat (10 meter), peluang sukses mencetak gol sangat tinggi. Pemahaman taktis menuntut pelatih untuk memprioritaskan pertahanan yang disiplin, terutama di 10 menit terakhir setiap babak, saat tim lawan mungkin telah mencapai empat atau lima pelanggaran kumulatif, dan pelanggaran DFK sekecil apapun akan langsung menghadirkan ancaman penalti.

Secara keseluruhan, peraturan bola futsal dirancang untuk memprioritaskan teknik individu, kreativitas, dan kecepatan kolektif, sambil membatasi permainan fisik yang berlebihan. Adaptasi dan pemahaman mendalam terhadap batasan-batasan ini adalah penentu kesuksesan dalam lingkungan kompetitif futsal modern.

Ilustrasi Wasit dan Penghitungan Waktu Wasit dan Sinyal 4 Detik

Ilustrasi Peran Wasit dalam Menegakkan Aturan 4 Detik.

***

Lampiran Peraturan Khusus dan Prosedur Sanksi Detail

Prosedur Adu Penalti (Kicks from the Penalty Mark)

Jika pertandingan harus ditentukan dengan adu penalti setelah perpanjangan waktu, prosedur spesifik berlaku:

  1. Wasit memilih gawang yang akan digunakan.
  2. Setiap tim memilih lima penendang pertama.
  3. Adu penalti dilakukan dari Titik Penalti Pertama (6 meter).
  4. Penendang dan kiper diatur seperti tendangan penalti biasa.
  5. Hanya pemain yang berada di lapangan di akhir pertandingan atau diizinkan kembali (setelah cedera) yang dapat berpartisipasi.
  6. Jika setelah lima tendangan skor masih seri, adu penalti berlanjut satu-per-satu hingga ada pemenang.

Pengelolaan Ofisial Tim

Ofisial tim (pelatih, asisten, staf medis) harus berperilaku bertanggung jawab di dalam area teknis yang ditunjuk. Wasit memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan disipliner, termasuk mengeluarkan ofisial tim, jika mereka melakukan pelanggaran serius seperti protes berlebihan, menghina, atau tindakan kekerasan. Jika ofisial dikeluarkan, ia harus meninggalkan arena dan tidak ada penggantinya yang diizinkan untuk mengambil alih perannya di area teknis.

Prinsip Keuntungan (Advantage)

Wasit dapat menerapkan prinsip keuntungan. Jika terjadi pelanggaran, tetapi tim yang dilanggar memiliki peluang yang lebih baik jika permainan dilanjutkan (keuntungan), wasit akan membiarkan permainan berjalan. Namun, jika pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran DFK yang merupakan pelanggaran kumulatif (1-5), wasit harus mencatat pelanggaran tersebut segera setelah fase keuntungan berakhir. Ini memerlukan koordinasi yang cepat antara Wasit Utama dan Wasit Ketiga.

Pelanggaran Terkait Bola yang Dimainkan ke Langit-langit

Ketika lapangan futsal berada di dalam ruangan (yang hampir selalu terjadi), jika bola mengenai langit-langit, balok, atau instalasi di atas lapangan, permainan segera dihentikan. Permainan dilanjutkan dengan tendangan ke dalam yang dilakukan oleh tim lawan dari titik terdekat di garis sisi dengan proyeksi vertikal bola mengenai langit-langit. Ini memastikan bahwa permainan selalu dimainkan di permukaan lantai, menjaga integritas aliran permainan.

***

Detail Teknis Mengenai Penalti 10 Meter

Penting untuk memahami kondisi tendangan bebas 10 meter (Titik Penalti Kedua) yang unik dalam futsal. Tendangan ini diberikan untuk semua pelanggaran DFK keenam dan seterusnya, kecuali jika pelanggaran tersebut terjadi di dalam area penalti tim yang bertahan (dalam hal ini, akan diberikan penalti 6 meter, dan pelanggaran tersebut tetap dicatat sebagai kumulatif).

Prosedur Titik Penalti Kedua (10 Meter)

  1. Penempatan: Bola diletakkan di Titik Penalti Kedua.
  2. Jalur Tembakan: Penendang harus menembak langsung ke gawang.
  3. Jarak Lainnya: Semua pemain, kecuali kiper dan penendang, harus berada di belakang garis imajiner yang melewati Titik Penalti Kedua, dan minimal 5 meter dari bola.
  4. Pilihan Jarak: Jika pelanggaran ke-6 terjadi antara 6 meter (Titik Penalti Pertama) dan 10 meter (Titik Penalti Kedua) dari gawang, tim penyerang memiliki opsi: menendang dari Titik Penalti Kedua (10 meter) atau menendang dari tempat pelanggaran terjadi. Jika memilih tempat pelanggaran, tidak ada dinding pertahanan yang diizinkan. Jika memilih 10 meter, penendang harus menembak langsung.

Kehadiran titik penalti kedua ini memaksa tim untuk mempertahankan kedisiplinan hingga akhir pertandingan, karena tidak ada dinding pertahanan yang dapat mengurangi peluang gol, menjadikannya salah satu hukuman paling berat dalam olahraga ini.

Peraturan bola futsal dirancang sebagai kerangka kerja yang kuat untuk mendukung permainan berkecepatan tinggi yang bergantung pada keterampilan, strategi, dan disiplin yang tak tertandingi, membedakannya secara tegas dari rekan sepak bola lapangan besarnya.

***

🏠 Kembali ke Homepage