Futsal, sebagai adaptasi sepak bola di lapangan yang lebih kecil, menuntut pemahaman mendalam tentang seperangkat peraturan unik yang mengatur dinamika, intensitas, dan keselamatan permainan. Peraturan bola futsal, yang diawasi secara ketat oleh otoritas sepak bola global, berfungsi memastikan keadilan, mempromosikan permainan yang cepat, dan melindungi integritas atlet. Artikel ini menyajikan panduan komprehensif, mengupas tuntas setiap pasal peraturan resmi, dari dimensi lapangan hingga interpretasi sanksi disipliner yang paling kompleks.
Lapangan futsal adalah elemen fundamental yang menentukan batasan dan prosedur permainan. Semua garis yang digunakan harus memiliki lebar 8 cm dan menjadi bagian integral dari area yang mereka batasi. Lapangan harus berbentuk persegi panjang.
Untuk pertandingan yang tidak bersifat internasional, variasi dimensi diizinkan, tetapi panjangnya tidak boleh melebihi 42 meter dan lebarnya 25 meter. Kunci utama adalah garis sisi harus selalu lebih panjang daripada garis gawang.
Marka lapangan mencakup titik-titik krusial yang menentukan alur permainan dan penalti:
Gawang harus diletakkan di tengah setiap garis gawang. Ukuran internal (jarak antara tiang bagian dalam) adalah 3 meter, dan tinggi (dari tanah hingga palang gawang bagian bawah) adalah 2 meter. Gawang harus dipasang kuat untuk mencegah pergeseran, memastikan keamanan pemain dan validitas hasil pertandingan.
Ilustrasi Skematis Lapangan Permainan Futsal.
Bola futsal harus memenuhi kriteria spesifik yang berbeda dari bola sepak lapangan besar, terutama terkait pantulan. Bola harus terbuat dari bahan yang sesuai, memiliki lingkar antara 62 cm hingga 64 cm, dan berat antara 400 gram hingga 440 gram saat awal pertandingan.
Jika bola pecah atau kehilangan bentuknya saat permainan berlangsung, wasit harus menghentikan permainan dan memulai kembali dengan jatuhan bola (dropped ball) di lokasi di mana bola menjadi rusak, kecuali jika hal itu terjadi selama tendangan penalti atau adu penalti.
Pertandingan dimainkan oleh dua tim, masing-masing terdiri dari maksimal 5 pemain, salah satunya harus menjadi penjaga gawang (kiper). Jumlah maksimum pemain cadangan yang diizinkan adalah 9 orang, yang berarti daftar tim total berjumlah 14 pemain. Dalam kompetisi resmi, jumlah pergantian pemain tidak dibatasi (rolling substitutions).
Sifat pergantian futsal yang tanpa batas adalah salah satu ciri khas utamanya yang memungkinkan intensitas tinggi. Pergantian harus memenuhi syarat ketat:
Tim diizinkan mengganti penjaga gawang mereka dengan pemain lapangan manapun (dikenal sebagai Kiper Terbang atau Flying Goalkeeper). Pemain ini harus mengenakan kaus yang membedakannya secara jelas dari pemain lain, termasuk dari warna seragam kiper lawan. Penggunaan kiper terbang sering kali terjadi di menit-menit akhir saat tim tertinggal, menambah tekanan ofensif tetapi juga risiko kebobolan gawang kosong.
Jika pemain cadangan memasuki lapangan sebelum pemain yang diganti meninggalkan lapangan, atau masuk dari area di luar zona pergantian, permainan dihentikan. Pemain yang bersalah akan diberi kartu kuning (peringatan), dan permainan dilanjutkan dengan tendangan bebas tidak langsung untuk tim lawan di titik bola saat permainan dihentikan.
Keselamatan adalah prioritas, dan semua perlengkapan harus aman. Perlengkapan dasar wajib meliputi kaus, celana pendek, kaus kaki, pelindung tulang kering (shin guard), dan alas kaki (sepatu kanvas atau kulit lembut dengan sol karet). Sepatu dengan sol keras dilarang keras karena permukaan lapangan futsal yang keras.
Setiap jenis perhiasan (cincin, kalung, jam tangan) dilarang. Wasit berhak meminta pemain melepaskan atau menutup benda apa pun yang dianggap berbahaya. Jika seorang pemain tidak mematuhi permintaan wasit terkait perlengkapan, ia dapat dikeluarkan dari lapangan untuk memperbaiki perlengkapan dan hanya dapat kembali dengan izin wasit.
Futsal modern menggunakan sistem empat wasit untuk memastikan kontrol total atas permainan yang sangat cepat. Keputusan wasit utama (Referee) dan wasit kedua (Second Referee) di lapangan bersifat final terkait fakta permainan.
Permainan dibagi menjadi dua babak yang sama, masing-masing berlangsung selama 20 menit waktu bersih (net playing time). Ini berarti waktu dihentikan setiap kali bola keluar lapangan atau terjadi pelanggaran, dan baru dimulai lagi saat permainan dilanjutkan. Ini sangat kontras dengan waktu kotor (running time) dalam sepak bola lapangan besar.
Setelah peluit akhir babak pertama berbunyi, tim memiliki waktu istirahat (interval) yang tidak boleh lebih dari 15 menit. Wasit Ketiga bertanggung jawab untuk memastikan waktu dimainkan secara akurat dan menginformasikan kapan waktu time-out diminta.
Permainan dimulai dengan tendangan awal (kick-off). Prosedur ini digunakan untuk memulai permainan, memulai babak kedua, memulai perpanjangan waktu, dan setelah gol dicetak.
Semua pemain harus berada di wilayah lapangan mereka sendiri, dan pemain lawan harus berada minimal 3 meter dari bola saat tendangan awal dilakukan. Bola harus ditendang ke depan, dan pencetak gol tidak boleh menyentuh bola lagi sebelum pemain lain menyentuhnya.
Digunakan untuk memulai kembali permainan ketika dihentikan karena alasan di luar pelanggaran peraturan, seperti cedera mendadak atau kerusakan bola. Bola dijatuhkan di tempat di mana bola terakhir kali disentuh, dan permainan dilanjutkan setelah bola menyentuh tanah.
Gol dinyatakan sah ketika bola sepenuhnya melewati garis gawang, di antara tiang gawang dan di bawah palang gawang, asalkan tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh tim penyerang sebelum atau saat bola masuk gawang. Tim dengan skor gol tertinggi memenangkan pertandingan.
Hukum 12 adalah pasal terpanjang dan paling penting dalam futsal, menentukan batasan fisik dan mental yang diizinkan dalam permainan. Pelanggaran dibagi menjadi dua kategori utama: Pelanggaran yang dikenakan Tendangan Bebas Langsung (DFK) dan Pelanggaran yang dikenakan Tendangan Bebas Tidak Langsung (IDFK).
Pelanggaran DFK dicatat sebagai pelanggaran kumulatif. DFK diberikan untuk tindakan fisik yang dilakukan dengan cara yang ceroboh (careless), sembrono (reckless), atau menggunakan kekuatan yang berlebihan (excessive force). Tindakan tersebut meliputi:
IDFK diberikan untuk pelanggaran yang lebih bersifat teknis atau terkait perilaku kiper. Pelanggaran IDFK tidak dihitung sebagai pelanggaran kumulatif, kecuali dalam situasi tertentu terkait perilaku tidak sportif.
Kiper memiliki empat pelanggaran spesifik di area penalti mereka yang menghasilkan IDFK:
Wasit memiliki kewenangan untuk mengeluarkan kartu kuning (peringatan) dan kartu merah (pengusiran) untuk perilaku tidak pantas.
Seorang pemain diberikan kartu kuning jika ia melakukan salah satu dari tujuh pelanggaran berikut:
Seorang pemain, pemain cadangan, atau ofisial tim diusir dari permainan (kartu merah) jika melakukan salah satu dari tujuh pelanggaran serius:
Pemain yang dikeluarkan harus meninggalkan area teknis dan lapangan permainan. Tim yang pemainnya diusir bermain dengan satu pemain kurang selama 2 menit. Setelah 2 menit berlalu, tim tersebut dapat memasukkan pemain cadangan, atau segera setelah tim lawan mencetak gol (tergantung mana yang lebih dulu terjadi).
Sanksi Disipliner dan Bola Futsal.
Tendangan bebas dapat berupa tendangan bebas langsung (DFK) atau tendangan bebas tidak langsung (IDFK). Dalam kedua kasus, bola harus diam saat ditendang, dan penendang tidak boleh menyentuh bola untuk kedua kalinya sampai pemain lain menyentuhnya. Semua pemain lawan harus berada minimal 5 meter dari bola.
Gol dapat dicetak secara langsung dari tendangan bebas langsung. Diberikan setelah terjadi pelanggaran DFK, seperti yang terdaftar dalam Hukum 12. Lokasi tendangan bebas adalah di tempat pelanggaran terjadi.
Gol tidak dapat dicetak secara langsung dari tendangan bebas tidak langsung, bola harus menyentuh pemain lain sebelum masuk ke gawang. Wasit akan menaikkan satu tangan di atas kepala untuk menunjukkan bahwa tendangan bebas bersifat tidak langsung.
Tendangan penalti diberikan jika pemain melakukan pelanggaran DFK di dalam area penaltinya sendiri. Prosedurnya sangat ketat:
Salah satu aturan paling khas dalam futsal adalah sistem pelanggaran kumulatif. Semua pelanggaran DFK yang dicatat (kecuali yang menghasilkan kartu merah langsung dan tendangan penalti 6m) dihitung. Hukum ini bertujuan untuk mencegah permainan yang terlalu fisik dan taktis dengan cara terus-menerus melakukan DFK minor.
Setelah tim mencapai 5 pelanggaran kumulatif dalam satu babak, setiap pelanggaran DFK berikutnya (pelanggaran ke-6, ke-7, dst.) akan menghasilkan tendangan bebas langsung dari Titik Penalti Kedua (10 meter).
Pada tendangan 10 meter ini, hanya kiper dan penendang yang diizinkan berinteraksi. Penendang harus menembak langsung ke gawang.
Reset Pelanggaran Kumulatif: Penghitungan kumulatif direset pada awal babak kedua. Namun, jika permainan berlanjut ke perpanjangan waktu, akumulasi pelanggaran dari babak kedua terus berlanjut ke masa perpanjangan waktu.
Tidak ada lemparan ke dalam (throw-in) dalam futsal; bola dimainkan kembali dengan tendangan ke dalam (kick-in). Tendangan ke dalam diberikan saat bola melewati garis sisi atau menyentuh langit-langit/atap lapangan. Jika bola menyentuh langit-langit, tendangan ke dalam diberikan ke tim lawan di bawah titik kontak tersebut.
Tendangan gawang diberikan ketika bola melewati garis gawang, ditendang keluar oleh tim penyerang. Dalam futsal, tendangan gawang selalu berupa lemparan kiper (goalkeeper throw) dan bukan tendangan.
Tendangan sudut diberikan ketika bola melewati garis gawang setelah terakhir disentuh oleh pemain bertahan. Tendangan sudut dilakukan dari sudut lapangan terdekat dengan tempat bola keluar.
Interpretasi wasit mengenai intensitas pelanggaran sangat menentukan sanksi:
Aturan mengenai sliding tackle adalah yang paling membedakan futsal dari sepak bola. Pemain lapangan dilarang melakukan gerakan meluncur (slide) saat mencoba merebut bola jika lawan sedang menguasai bola atau berada di dekatnya. Namun, ada nuansa penting:
Tujuan dari larangan sliding tackle adalah untuk meminimalkan risiko cedera pada permukaan lapangan yang keras dan meningkatkan keterampilan kontrol bola secara berdiri.
Dalam futsal, keputusan harus diambil dalam hitungan detik. Karena lapangan yang kecil dan intensitas tinggi, wasit harus sangat terlatih dalam mengukur jarak 5 meter, menghitung 4 detik, dan mencatat akumulasi pelanggaran dengan presisi. Keputusan yang konsisten sangat penting, terutama terkait dengan Hukum 12 dan penerapan kriteria ceroboh/sembrono.
Karena waktu dimainkan bersih (net playing time), Pencatat Waktu dan Wasit Ketiga memegang peran sentral. Mereka bertanggung jawab untuk menghentikan waktu secara instan, misalnya:
Kesalahan dalam pengelolaan waktu dapat berdampak langsung pada hasil pertandingan, yang menunjukkan mengapa penggunaan sistem empat wasit menjadi standar dalam kompetisi profesional.
Aturan 4 detik (berlaku untuk kiper di area penalti, tendangan ke dalam, tendangan sudut) memaksa tim untuk mempertahankan tempo tinggi dan mencegah strategi menunda-nunda permainan. Pelanggaran 4 detik oleh kiper di dalam area penaltinya, yang menghasilkan IDFK, sering kali menjadi peluang gol berbahaya bagi tim lawan karena tendangan bebas tidak langsung tersebut dilakukan sangat dekat dengan gawang.
Sistem accumulated fouls secara drastis mengubah pendekatan taktis saat tim mendekati batas lima pelanggaran. Setelah mencapai pelanggaran keempat, tim cenderung bermain jauh lebih hati-hati untuk menghindari pelanggaran DFK yang dapat menghasilkan penalti 10 meter. Pelatih sering kali mengganti pemain yang cenderung agresif setelah pelanggaran keempat untuk memastikan tim tidak 'menghadiahkan' tendangan bebas tanpa dinding.
Oleh karena itu, kemampuan tim untuk bertahan tanpa melakukan pelanggaran fisik yang berlebihan di babak kedua sering kali menjadi faktor penentu kemenangan. Pemain diinstruksikan untuk menggunakan blok dan intervensi tanpa kontak fisik langsung yang bisa dihitung sebagai DFK.
Untuk memastikan permainan dapat dilanjutkan dengan adil setelah penghentian, aturan jarak minimum harus dipatuhi secara ketat:
Setiap hukum dalam peraturan futsal saling terkait, menciptakan lingkungan permainan yang cepat, teknis, dan sangat menuntut kedisiplinan. Pemahaman menyeluruh terhadap Hukum 1 sampai Hukum 17, termasuk seluk-beluk interpretasi wasit, prosedur time-out, dan konsekuensi pelanggaran kumulatif, adalah kunci bagi setiap pemain, pelatih, dan penggemar untuk benar-benar mengapresiasi keindahan dan kompleksitas olahraga futsal. Ketaatan terhadap peraturan tidak hanya menjamin keadilan tetapi juga menjaga intensitas tinggi yang merupakan daya tarik utama futsal.
Peraturan futsal terus dievaluasi dan disesuaikan secara periodik untuk menyesuaikan dengan perkembangan olahraga dan meningkatkan keamanan. Pembaruan terbaru selalu menekankan pada pencegahan tindakan kekerasan, penegakan batasan waktu, dan standardisasi prosedur wasit, memastikan bahwa futsal tetap menjadi salah satu olahraga indoor tercepat dan paling menarik di dunia.
Implementasi peraturan bola futsal yang ketat menghasilkan permainan dengan sedikit jeda. Konsep waktu bersih (net time) memastikan bahwa 40 menit waktu pertandingan dimanfaatkan sepenuhnya untuk bermain, berbeda dengan sepak bola yang sering terbuang untuk penundaan. Ini memaksa tim untuk selalu berada dalam keadaan siaga tinggi, baik saat menyerang maupun bertahan, menciptakan tontonan yang dinamis dan tak terduga.
Salah satu area yang sering diperdebatkan adalah aturan backpass kiper dan aturan 4 detik. Aturan ini memaksa kiper untuk membuat keputusan cepat, mencegah tim bertahan terlalu lama di area pertahanan mereka sendiri. Kecepatan transisi dari bertahan ke menyerang menjadi sangat tinggi, dan kemampuan kiper untuk mendistribusikan bola secara efektif di bawah tekanan waktu adalah aset taktis yang vital.
Dalam konteks sanksi disipliner, penerapan DOGSO (Denying an Obvious Goal-Scoring Opportunity) juga memiliki nuansa unik di futsal. Karena lapangan yang sempit, peluang mencetak gol cenderung lebih sering terjadi. Wasit harus menilai dengan cermat apakah pelanggaran, terutama di luar area penalti, benar-benar menggagalkan peluang yang 'jelas', yang sering kali berujung pada keputusan kartu merah yang kontroversial. Namun, peraturan telah bergeser untuk memberikan sedikit kelonggaran (hanya kartu kuning) jika pelanggaran terjadi saat kiper mencoba memainkan bola secara sah, mendorong kiper untuk tidak ragu dalam upaya penyelamatan bola.
Penalti 10 meter (Titik Penalti Kedua) pasca-pelanggaran kumulatif kelima adalah regulator perilaku. Ini adalah penalti yang brutal; tanpa tembok pertahanan dan dari jarak yang relatif dekat (10 meter), peluang sukses mencetak gol sangat tinggi. Pemahaman taktis menuntut pelatih untuk memprioritaskan pertahanan yang disiplin, terutama di 10 menit terakhir setiap babak, saat tim lawan mungkin telah mencapai empat atau lima pelanggaran kumulatif, dan pelanggaran DFK sekecil apapun akan langsung menghadirkan ancaman penalti.
Secara keseluruhan, peraturan bola futsal dirancang untuk memprioritaskan teknik individu, kreativitas, dan kecepatan kolektif, sambil membatasi permainan fisik yang berlebihan. Adaptasi dan pemahaman mendalam terhadap batasan-batasan ini adalah penentu kesuksesan dalam lingkungan kompetitif futsal modern.
Ilustrasi Peran Wasit dalam Menegakkan Aturan 4 Detik.
***
Jika pertandingan harus ditentukan dengan adu penalti setelah perpanjangan waktu, prosedur spesifik berlaku:
Ofisial tim (pelatih, asisten, staf medis) harus berperilaku bertanggung jawab di dalam area teknis yang ditunjuk. Wasit memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan disipliner, termasuk mengeluarkan ofisial tim, jika mereka melakukan pelanggaran serius seperti protes berlebihan, menghina, atau tindakan kekerasan. Jika ofisial dikeluarkan, ia harus meninggalkan arena dan tidak ada penggantinya yang diizinkan untuk mengambil alih perannya di area teknis.
Wasit dapat menerapkan prinsip keuntungan. Jika terjadi pelanggaran, tetapi tim yang dilanggar memiliki peluang yang lebih baik jika permainan dilanjutkan (keuntungan), wasit akan membiarkan permainan berjalan. Namun, jika pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran DFK yang merupakan pelanggaran kumulatif (1-5), wasit harus mencatat pelanggaran tersebut segera setelah fase keuntungan berakhir. Ini memerlukan koordinasi yang cepat antara Wasit Utama dan Wasit Ketiga.
Ketika lapangan futsal berada di dalam ruangan (yang hampir selalu terjadi), jika bola mengenai langit-langit, balok, atau instalasi di atas lapangan, permainan segera dihentikan. Permainan dilanjutkan dengan tendangan ke dalam yang dilakukan oleh tim lawan dari titik terdekat di garis sisi dengan proyeksi vertikal bola mengenai langit-langit. Ini memastikan bahwa permainan selalu dimainkan di permukaan lantai, menjaga integritas aliran permainan.
***
Penting untuk memahami kondisi tendangan bebas 10 meter (Titik Penalti Kedua) yang unik dalam futsal. Tendangan ini diberikan untuk semua pelanggaran DFK keenam dan seterusnya, kecuali jika pelanggaran tersebut terjadi di dalam area penalti tim yang bertahan (dalam hal ini, akan diberikan penalti 6 meter, dan pelanggaran tersebut tetap dicatat sebagai kumulatif).
Kehadiran titik penalti kedua ini memaksa tim untuk mempertahankan kedisiplinan hingga akhir pertandingan, karena tidak ada dinding pertahanan yang dapat mengurangi peluang gol, menjadikannya salah satu hukuman paling berat dalam olahraga ini.
Peraturan bola futsal dirancang sebagai kerangka kerja yang kuat untuk mendukung permainan berkecepatan tinggi yang bergantung pada keterampilan, strategi, dan disiplin yang tak tertandingi, membedakannya secara tegas dari rekan sepak bola lapangan besarnya.
***