Ensiklopedia Peraturan Bola Sepak: 17 Hukum Permainan IFAB

Sepak bola, sebagai olahraga paling populer di dunia, diatur oleh seperangkat aturan yang ketat dan terus berkembang yang dikenal sebagai Hukum Permainan (Laws of the Game). Aturan ini dikelola dan diperbarui secara eksklusif oleh Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (International Football Association Board, IFAB). Pemahaman mendalam terhadap 17 Hukum ini adalah kunci untuk mengapresiasi dan menganalisis setiap momen dalam pertandingan.

Ilustrasi Lapangan Bola dan Aturan

Visualisasi Lapangan dan Perangkat Peraturan

Filosofi dan Sejarah Peraturan Bola

Hukum Permainan telah mengalami evolusi signifikan sejak penyusunannya yang pertama di Cambridge pada pertengahan abad ke-19. Badan yang bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perubahan aturan ini, IFAB, didirikan pada tahun 1886. Keputusan IFAB bersifat mutlak, dan perubahan aturan biasanya diimplementasikan secara global pada tanggal 1 Juli setiap tahunnya, memberikan waktu bagi asosiasi nasional untuk beradaptasi.

Prinsip Dasar IFAB

Aturan dirancang tidak hanya untuk memastikan keadilan, tetapi juga untuk mempromosikan permainan yang mengalir, aman, dan menarik. Etos "Spirit of the Game" atau Semangat Permainan menjadi pedoman bagi wasit dalam menerapkan keputusan, terutama dalam situasi yang ambigu.

Struktur Inti Peraturan

Semua aturan dipisahkan menjadi 17 Hukum. Pembagian ini memungkinkan fokus yang jelas pada elemen-elemen spesifik, mulai dari lingkungan fisik permainan (Hukum 1-4) hingga peran wasit (Hukum 5-6), durasi (Hukum 7), tindakan spesifik di lapangan (Hukum 8-17), dan yang paling kompleks, pelanggaran dan sanksi (Hukum 12).

Hukum 1: Lapangan Permainan (The Field of Play)

Hukum ini mendefinisikan batasan fisik di mana pertandingan harus dimainkan. Konsistensi dalam ukuran dan penandaan sangat penting untuk menjamin kesetaraan kompetisi.

Dimensi Standar

Untuk pertandingan internasional, dimensi dipersempit: Panjang harus antara 100-110m, dan lebar 64-75m. Semua garis harus memiliki lebar yang sama, tidak lebih dari 12 cm.

Area Kunci dan Penandaan

  1. Kotak Gawang (Goal Area): Area di mana tendangan gawang diambil. Ditandai dengan dua garis tegak lurus ke garis gawang, 5.5 meter (6 yard) dari tiang gawang, dan memanjang 5.5 meter ke dalam lapangan.
  2. Kotak Penalti (Penalty Area): Area vital di mana pelanggaran tertentu akan menghasilkan tendangan penalti. Ditandai 16.5 meter (18 yard) dari tiang gawang, memanjang 16.5 meter ke dalam lapangan.
  3. Titik Penalti: Berjarak 11 meter (12 yard) dari titik tengah antara tiang gawang.
  4. Busur Penalti (Penalty Arc): Sebuah busur di luar kotak penalti, 9.15 meter (10 yard) dari titik penalti, menunjukkan di mana pemain harus berdiri saat tendangan penalti dilakukan.

Gawang dan Permukaan

Gawang harus berwarna putih dan memiliki tinggi 2.44 meter (8 kaki) dari tanah dan lebar 7.32 meter (8 yard) antara tiang-tiang bagian dalam. Hukum 1 juga menekankan bahwa lapangan harus aman, dan gawang harus dipasang dengan aman ke tanah. Aturan ini fleksibel mengenai jenis permukaan (rumput alam, rumput buatan, atau hibrida), selama memenuhi standar teknis yang disetujui.

Hukum 2: Bola (The Ball)

Hukum ini menjamin konsistensi pada alat utama permainan, memastikan bahwa semua bola memiliki karakteristik yang seragam.

Spesifikasi Wajib

Prosedur Penggantian

Jika bola pecah atau kehilangan bentuknya secara signifikan selama permainan, permainan harus dihentikan, dan dimulai kembali dengan ‘dropped ball’ menggunakan bola baru di tempat bola pertama menjadi rusak. Pengecualian terjadi jika bola pecah saat tendangan penalti atau tendangan dari titik penalti (shootout) bergerak maju; dalam hal ini, tendangan harus diulang.

Hukum 3: Pemain (The Players)

Hukum ini menentukan jumlah minimum dan maksimum pemain, serta prosedur pergantian pemain.

Jumlah Pemain

Pertandingan dimainkan oleh dua tim, masing-masing tidak boleh lebih dari 11 pemain, termasuk satu penjaga gawang. Suatu pertandingan tidak dapat dimulai atau dilanjutkan jika salah satu tim memiliki kurang dari 7 pemain. IFAB mengizinkan maksimal 5 pergantian pemain di level kompetisi tertinggi, tetapi sejak COVID-19, banyak kompetisi telah mengadopsi 5 pergantian pemain permanen untuk pertandingan normal (dengan tambahan satu pergantian di perpanjangan waktu, total 6).

Prosedur Pergantian

Seorang pemain pengganti hanya boleh masuk lapangan setelah pemain yang diganti meninggalkan lapangan dan setelah mendapatkan izin dari wasit. Pergantian harus dilakukan di garis tengah lapangan. Pemain yang diganti tidak boleh kembali ke lapangan.

Pelanggaran dan Pemain Ekstra

Jika pemain cadangan, pemain yang diganti, atau ofisial tim masuk lapangan dan mengganggu permainan, wasit harus menghentikan permainan dan memulai kembali dengan tendangan bebas langsung (jika gangguan terjadi di dalam kotak) atau tendangan bebas tidak langsung. Jika orang ekstra tersebut mencetak gol atau mencegah gol, gol tersebut akan dibatalkan, dan pelanggar akan dikeluarkan dari area teknis.

Hukum 4: Peralatan Pemain (The Players’ Equipment)

Mengutamakan keselamatan dan identifikasi, Hukum 4 mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dikenakan pemain.

Peralatan Wajib Minimum

  1. Jersey atau kemeja (dengan lengan).
  2. Celana pendek.
  3. Kaus kaki (sock tape atau bahan penutup eksternal harus sama warnanya dengan bagian kaus kaki yang ditutupi).
  4. Pelindung tulang kering (shin guard), harus tertutup oleh kaus kaki dan terbuat dari bahan yang sesuai.
  5. Alas kaki (sepatu).

Barang yang Dilarang

Pemain tidak boleh menggunakan peralatan apa pun yang berbahaya bagi dirinya sendiri atau pemain lain (termasuk semua jenis perhiasan, kalung, anting-anting, dan gelang). Wasit memiliki hak untuk memeriksa dan meminta pelepasan item yang dianggap berbahaya. Pita atau perekat yang digunakan haruslah berwarna senada dengan pakaian luar yang ditutupi. Perlengkapan elektronik atau komunikasi di lapangan dilarang, kecuali yang digunakan untuk analisis taktis di area teknis.

Hukum 5: Wasit (The Referee)

Wasit adalah otoritas tertinggi dalam pertandingan, bertanggung jawab untuk menegakkan Hukum Permainan dan keputusan mereka bersifat final.

Tugas dan Kekuasaan Mutlak

Kewenangan wasit dimulai saat mereka memasuki lapangan permainan untuk melakukan inspeksi pra-pertandingan dan berakhir saat mereka meninggalkan lapangan setelah peluit akhir. Tugas utama meliputi:

Penggunaan Kartu

Wasit menggunakan dua kartu utama: Kuning (Peringatan/Caution) dan Merah (Pengusiran/Sending Off). Kartu Merah ganda (dua kartu kuning) akan mengakibatkan pemain harus meninggalkan lapangan permainan dan area teknis, serta tidak dapat diganti.

Hukum 6: Petugas Pertandingan Lain (The Other Match Officials)

Selain wasit utama, ada petugas lain yang membantu menegakkan aturan dan menjaga kelancaran permainan.

Asisten Wasit (Assistant Referees)

Dua Asisten Wasit (Linesmen) ditempatkan di garis sisi. Tugas mereka meliputi: Menunjukkan kapan bola keluar dari permainan, tim mana yang berhak melakukan lemparan ke dalam, tendangan gawang, atau tendangan sudut, dan yang paling penting, menunjukkan pelanggaran offside. Mereka juga membantu wasit utama dalam mengamati pelanggaran atau insiden lain yang tidak terlihat.

Ofisial Keempat (Fourth Official)

Ofisial Keempat bertanggung jawab mengelola area teknis, mengawasi pergantian pemain, menampilkan waktu tambahan, dan mencatat sanksi disiplin. Mereka bertindak sebagai penghubung dan membantu wasit utama dengan urusan administratif.

VAR (Video Assistant Referee)

Dalam kompetisi yang menggunakan VAR, terdapat tim tambahan yang bertanggung jawab untuk meninjau "kesalahan jelas dan nyata" (clear and obvious error) atau "insiden serius yang terlewatkan" dalam empat situasi penentu pertandingan: gol/tidak gol, penalti/tidak penalti, kartu merah langsung, dan kesalahan identitas pemain.

Hukum 7: Durasi Pertandingan (The Duration of the Match)

Menetapkan jangka waktu yang harus dimainkan dalam setiap pertandingan.

Waktu Standar

Pertandingan berlangsung selama dua periode yang sama, masing-masing 45 menit. Istirahat paruh waktu tidak boleh melebihi 15 menit. Kedua tim harus berhak mendapatkan jeda paruh waktu yang sama.

Waktu Tambahan (Added Time)

Wasit harus mengizinkan waktu tambahan di akhir setiap babak untuk mengganti waktu yang hilang karena: pergantian pemain, penilaian/pengobatan cedera, pengusiran pemain, tindakan disipliner, jeda minum yang diizinkan, dan penundaan akibat tinjauan VAR atau perayaan gol. Wasit adalah satu-satunya penentu jumlah waktu tambahan yang akan diberikan.

Perpanjangan Waktu (Extra Time)

Dalam pertandingan sistem gugur, jika diperlukan, dapat dimainkan dua periode tambahan, masing-masing 15 menit. Jika pertandingan harus diakhiri dengan tendangan dari titik penalti, Hukum 7 menyatakan bahwa tendangan penalti harus diselesaikan meskipun waktu perpanjangan telah habis.

Hukum 8: Awal dan Mulai Kembali Permainan (The Start and Restart of Play)

Mengatur prosedur untuk memulai pertandingan dan melanjutkannya setelah jeda.

Tendangan Awal (Kick-Off)

Tendangan awal digunakan untuk memulai setiap babak dan setelah gol dicetak. Semua pemain harus berada di separuh lapangan mereka sendiri, dan lawan tim yang melakukan tendangan awal harus berada di luar lingkaran tengah (9.15m). Bola harus ditendang dan bergerak maju. Sejak perubahan aturan modern, pemain yang melakukan tendangan awal diizinkan untuk menendang bola ke belakang, dan gol dapat dicetak secara langsung dari tendangan awal ke gawang lawan.

Bola Jatuh (Dropped Ball)

Bola Jatuh digunakan untuk melanjutkan permainan setelah penghentian sementara yang tidak tercakup oleh Hukum lain (misalnya, cedera serius, intervensi eksternal). Aturan modern Bola Jatuh sangat spesifik:

Jika bola disentuh sebelum menyentuh tanah, atau jika meninggalkan lapangan tanpa disentuh oleh pemain, Bola Jatuh diulang.

Hukum 9: Bola Keluar dan Di Dalam Permainan (The Ball In and Out of Play)

Definisi sederhana namun penting tentang kapan pertandingan aktif atau terhenti.

Bola Keluar (Out of Play)

Bola dianggap keluar dari permainan hanya jika:

  1. Telah sepenuhnya melewati garis gawang atau garis sisi, baik di darat maupun di udara.
  2. Wasit telah menghentikan permainan.

Bola Di Dalam (In Play)

Bola dianggap dalam permainan pada semua waktu lainnya, termasuk ketika memantul dari tiang gawang, mistar gawang, bendera sudut, atau wasit, asisten wasit, atau petugas pertandingan lainnya, selama mereka berada di dalam batas lapangan permainan.

Hukum 10: Menentukan Hasil Pertandingan (Determining the Outcome of a Match)

Menjelaskan kapan sebuah gol dianggap sah dan bagaimana pemenang ditentukan dalam pertandingan yang memerlukan pemenang (sistem gugur).

Definisi Gol

Gol dianggap sah jika seluruh bola telah melewati garis gawang, antara tiang gawang dan di bawah mistar gawang, asalkan tim yang mencetak gol tidak melanggar Hukum Permainan.

Metode Penentuan Pemenang

Jika skor seri dan pemenang harus ditentukan, Hukum 10 mengizinkan tiga metode, yang harus ditetapkan oleh regulasi kompetisi:

  1. Aturan Gol Tandang (Away Goals).
  2. Perpanjangan Waktu (Extra Time).
  3. Tendangan dari Titik Penalti (Kicks from the Penalty Mark/Shootout).

Prosedur Tendangan Penalti (Shootout Detail)

Shootout adalah prosedur untuk menentukan pemenang setelah Perpanjangan Waktu. Ini bukan bagian dari pertandingan. Prosedurnya sangat ketat:

Hukum 11: Offside (Offside)

Hukum yang sering disalahpahami ini bertujuan untuk mencegah pemain "bersembunyi" di dekat gawang lawan.

Kriteria Posisi Offside

Seorang pemain berada dalam posisi offside jika:
a) Mereka berada di separuh lapangan lawan (tidak termasuk garis tengah), DAN
b) Mereka lebih dekat ke garis gawang lawan daripada bola DAN pemain kedua terakhir lawan (yang biasanya adalah bek terakhir sebelum kiper).

Seorang pemain tidak offside jika:

Hanya Dihukum Jika Aktif Terlibat

Berada di posisi offside bukanlah pelanggaran. Seorang pemain hanya dihukum jika, pada saat bola dimainkan oleh rekan setimnya, ia:

  1. Mengganggu Permainan: Menyentuh atau memainkan bola.
  2. Mengganggu Lawan: Mencegah lawan bermain bola atau menghalangi pandangan lawan.
  3. Mendapatkan Keuntungan: Mendapatkan keuntungan dari posisinya setelah bola memantul dari tiang gawang, mistar gawang, atau lawan.

Penting: Tidak ada pelanggaran offside langsung dari lemparan ke dalam, tendangan gawang, atau tendangan sudut.

Ilustrasi Pelanggaran Offside A2: Offside D1

Garis Kuning menunjukkan posisi offside (pemain kedua terakhir).

Hukum 12: Pelanggaran dan Kesalahan (Fouls and Misconduct)

Hukum ini adalah yang paling kompleks, mendefinisikan pelanggaran yang menghasilkan tendangan bebas langsung, tendangan bebas tidak langsung, dan sanksi disipliner (kartu).

Pelanggaran yang Menghasilkan Tendangan Bebas Langsung (Direct Free Kick)

Tendangan bebas langsung diberikan jika seorang pemain melakukan salah satu dari pelanggaran berikut dengan cara yang dianggap ceroboh, sembrono, atau menggunakan kekuatan berlebihan:

  1. Menendang atau mencoba menendang lawan.
  2. Mengganjal atau mencoba mengganjal lawan.
  3. Melompat ke lawan.
  4. Mengejar lawan (menyerang).
  5. Memukul atau mencoba memukul lawan.
  6. Mendorong lawan.
  7. Melakukan tackle/tantangan yang mengenai lawan sebelum menyentuh bola.
  8. Memegang lawan.
  9. Meludah ke arah lawan.
  10. Pelanggaran Handball: Menyentuh bola secara sengaja dengan tangan/lengan (termasuk situasi 'unnatural body position' yang memperbesar tubuh secara tidak wajar).

Jika salah satu dari 10 pelanggaran ini dilakukan di dalam kotak penalti tim yang bertahan, hasilnya adalah Tendangan Penalti.

Pelanggaran Handball: Interpretasi Modern

Interpretasi handball telah direvisi berulang kali. Kriteria utama saat ini adalah:

Pelanggaran yang Menghasilkan Tendangan Bebas Tidak Langsung (Indirect Free Kick)

Tendangan bebas tidak langsung diberikan untuk pelanggaran yang kurang serius, seperti:

Sanksi Disipliner: Kartu Kuning (Cautionable Offenses)

Seorang pemain diberikan kartu kuning jika melakukan salah satu dari tujuh pelanggaran berikut:

  1. Perilaku tidak sportif.
  2. Protes (tidak setuju dengan keputusan wasit).
  3. Pelanggaran berulang.
  4. Menunda dimulainya kembali permainan.
  5. Gagal menghormati jarak yang diperlukan saat tendangan bebas atau lemparan ke dalam.
  6. Masuk, kembali, atau sengaja meninggalkan lapangan permainan tanpa izin wasit.
  7. Meninggalkan atau kembali ke area teknis untuk menunda waktu.

Sanksi Disipliner: Kartu Merah (Sending-Off Offenses)

Seorang pemain dikeluarkan dari lapangan (kartu merah) jika melakukan salah satu dari tujuh pelanggaran berikut:

  1. Serius Foul Play (SFP): Melakukan tackle atau tantangan yang membahayakan keselamatan lawan atau menggunakan kekuatan berlebihan.
  2. Perilaku Kekerasan (VC): Kekerasan terhadap lawan, rekan setim, wasit, atau orang lain.
  3. Meludah ke arah siapa pun.
  4. Mencegah Gol Secara Ilegal (DOGSO) - Tendangan Bebas Langsung: Mencegah peluang mencetak gol yang jelas dan nyata (misalnya handball yang mencegah gol, atau tekel dari belakang di luar kotak penalti ketika lawan menuju gawang).
  5. Mencegah Gol Secara Ilegal (DOGSO) - Tendangan Penalti: Jika pelanggaran penalti terjadi, wasit dapat memberikan Kartu Kuning, bukan Kartu Merah, asalkan pelanggaran tersebut merupakan upaya wajar untuk memainkan bola. Namun, jika tekel tersebut sembrono atau tidak ada upaya memainkan bola, kartu merah tetap berlaku.
  6. Menggunakan bahasa atau isyarat yang menyinggung, menghina, atau kasar.
  7. Menerima kartu kuning kedua dalam pertandingan yang sama.

Kriteria DOGSO (Denial of an Obvious Goal Scoring Opportunity)

Untuk memastikan apakah DOGSO terjadi (dan oleh karena itu kartu merah dikeluarkan), wasit harus mempertimbangkan 4 faktor R (Jarak ke gawang, Arah permainan, Peluang untuk mempertahankan/menguasai bola, dan Jumlah serta Posisi pemain bertahan).

Hukum 13: Tendangan Bebas (Free Kicks)

Menjelaskan prosedur pelaksanaan tendangan bebas, baik langsung maupun tidak langsung.

Tendangan Bebas Langsung vs. Tidak Langsung

Prosedur dan Jarak

Bola harus diam saat tendangan bebas diambil, dan pemain yang menendang tidak boleh menyentuh bola lagi sampai bola disentuh oleh pemain lain. Semua lawan harus berada minimal 9.15 meter (10 yard) dari bola. Jika tiga atau lebih pemain bertahan membentuk tembok, pemain penyerang dilarang berdiri dalam jarak 1 meter dari tembok tersebut.

Hukum 14: Tendangan Penalti (The Penalty Kick)

Tendangan Penalti diberikan ketika tim bertahan melakukan pelanggaran yang menghasilkan tendangan bebas langsung di dalam kotak penalti mereka.

Prosedur Pengambilan

  1. Bola harus diletakkan di titik penalti.
  2. Penendang harus diidentifikasi.
  3. Penjaga gawang bertahan harus tetap berada di garis gawang, menghadap penendang, tanpa menyentuh tiang gawang, mistar, atau jaring, sampai bola ditendang. Mereka hanya boleh menggerakkan kaki ke samping (horizontal) di garis, bukan bergerak maju.
  4. Semua pemain lain harus berada di luar kotak penalti, di luar busur penalti, dan di belakang bola.

Pelanggaran Penalti (Encroachment)

Jika penjaga gawang melanggar aturan, dan gol tidak tercipta, tendangan diulang. Jika pemain penyerang masuk terlalu cepat, dan gol tercipta, tendangan diulang. Jika pemain penyerang masuk terlalu cepat, dan gol tidak tercipta, tendangan bebas tidak langsung diberikan kepada tim bertahan. Jika kedua belah pihak melanggar, tendangan diulang.

Teknik Penendang

Penendang harus menendang bola ke depan. Setelah penendang menyelesaikan langkah terakhirnya, menipu lawan (feinting) diperbolehkan, namun menipu saat sudah memulai tendangan (setelah kaki menendang) adalah pelanggaran, yang menghasilkan kartu kuning dan tendangan bebas tidak langsung untuk lawan.

Hukum 15: Lemparan Ke Dalam (The Throw-in)

Lemparan ke dalam adalah metode untuk melanjutkan permainan setelah bola melewati seluruh garis sisi lapangan.

Prosedur yang Benar

Lemparan ke dalam harus dilakukan oleh lawan dari pemain terakhir yang menyentuh bola. Prosedur yang benar harus dipatuhi:

Pelanggaran Lemparan Ke Dalam

Jika lemparan ke dalam dilakukan secara tidak benar, hak lemparan berpindah ke tim lawan. Seorang pemain yang melempar ke dalam tidak boleh menyentuh bola lagi sampai disentuh oleh pemain lain. Gol tidak dapat dicetak secara langsung dari lemparan ke dalam.

Hukum 16: Tendangan Gawang (The Goal Kick)

Tendangan gawang adalah metode untuk melanjutkan permainan setelah bola melewati garis gawang (dan gol tidak tercetak), dan sentuhan terakhir dilakukan oleh pemain penyerang.

Prosedur dan Perubahan Kunci

Tendangan gawang diambil dari mana saja di dalam kotak gawang oleh pemain bertahan. Perubahan aturan signifikan menyatakan bahwa lawan harus tetap berada di luar kotak penalti sampai bola dalam permainan.

Perubahan Penting: Bola dianggap sudah dalam permainan segera setelah ditendang dan jelas bergerak, bahkan jika masih berada di dalam kotak penalti. Ini berarti pemain bertahan sekarang dapat menerima operan dari tendangan gawang di dalam kotak penalti, yang mempercepat build-up permainan.

Pelanggaran

Jika pemain yang mengambil tendangan gawang menyentuh bola untuk kedua kalinya sebelum disentuh pemain lain, tendangan bebas tidak langsung (atau langsung, jika sentuhan kedua adalah handball) diberikan kepada tim lawan.

Hukum 17: Tendangan Sudut (The Corner Kick)

Tendangan sudut adalah metode untuk melanjutkan permainan ketika seluruh bola melewati garis gawang (dan gol tidak tercetak), dan sentuhan terakhir dilakukan oleh pemain bertahan.

Prosedur Pengambilan

Tendangan sudut diambil dari busur sudut terdekat dari tempat bola keluar. Bola harus diletakkan di dalam busur sudut. Lawan harus tetap berada minimal 9.15 meter (10 yard) dari busur sudut sampai bola dalam permainan.

Mencetak Gol

Gol dapat dicetak secara langsung dari tendangan sudut, tetapi hanya terhadap tim lawan (jika bola langsung masuk ke gawang sendiri, tendangan gawang diberikan).

Dinamika Peraturan dan Peran Wasit

Penerapan peraturan bola tidak bersifat statis. IFAB terus menyesuaikan aturan untuk meningkatkan laju permainan, mengurangi simulasi (diving), dan meningkatkan keadilan—seperti yang terlihat dari evolusi aturan handball dan pengenalan VAR.

Semangat Permainan (Spirit of the Game)

Salah satu aspek paling rumit dari Hukum Permainan adalah kebutuhan wasit untuk menerapkan Semangat Permainan. Misalnya, meskipun kontak fisik terjadi, jika wasit percaya bahwa kontak tersebut adalah konsekuensi alami dari perjuangan memperebutkan bola dan tidak ceroboh, permainan dapat dilanjutkan. Semangat ini bertujuan untuk menjaga fluiditas dan meminimalkan interupsi yang tidak perlu.

Tantangan Implementasi VAR

Pengenalan VAR, meskipun dimaksudkan untuk keadilan, telah menciptakan perdebatan tentang interpretasi subjektif, terutama dalam situasi offside yang sangat ketat (menggunakan teknologi garis tipis) dan handball. Tujuan VAR adalah mengatasi 'kesalahan yang jelas dan nyata', namun batas antara kesalahan dan keputusan abu-abu tetap menjadi area yang terus dipantau oleh IFAB.

Ilustrasi Wasit dan Kartu Disiplin Kartu Kuning (Peringatan) Kartu Merah (Pengusiran)

Simbol Otoritas: Kartu Disiplin.

Peran Ofisial Tim

Hukum Permainan juga mengatur perilaku staf non-pemain (pelatih, manajer, medis) di area teknis. Pelanggaran oleh ofisial tim—seperti meninggalkan area teknis secara berlebihan, protes, atau bahasa kasar—dapat mengakibatkan mereka dikeluarkan dari pertandingan. Wasit menggunakan kartu kuning dan kartu merah untuk mengelola ofisial tim, persis seperti yang digunakan untuk pemain, sebuah perubahan yang relatif baru untuk meningkatkan disiplin di pinggir lapangan.

Pembaruan Terkini (Contoh Nuansa Hukum)

Sebagai contoh kedalaman interpretasi, mari kita lihat salah satu pembaruan krusial mengenai kiper dan penalti. Dalam upaya mencegah kiper bergerak terlalu jauh sebelum tendangan, IFAB menetapkan bahwa kiper harus memiliki setidaknya sebagian dari satu kaki mereka menyentuh atau sejajar dengan garis gawang saat tendangan penalti dilakukan. Jika kiper melanggar dan penalti gagal, tendangan harus diulang. Detail kecil ini menunjukkan betapa spesifiknya peraturan dalam memastikan keadilan, bahkan dalam momen tekanan tinggi.

Selain itu, Hukum 3 yang mengatur substitusi terus menjadi poin fokus. Sementara sebagian besar liga kini mengizinkan lima pergantian, IFAB juga menguji aturan ‘concussion substitution’ (pergantian gegar otak) yang memungkinkan tim menggunakan satu pergantian tambahan, terlepas dari jatah mereka, jika seorang pemain dicurigai mengalami cedera kepala serius. Ini menekankan prioritas keselamatan di atas segalanya.

Secara keseluruhan, pemahaman yang komprehensif tentang peraturan bola, dari Hukum 1 hingga Hukum 17, mengungkapkan bahwa sepak bola adalah olahraga yang diatur oleh presisi, di mana setiap keputusan wasit didukung oleh kerangka hukum yang luas dan terperinci. Kedalaman dan nuansa yang terkandung dalam Hukum Permainan adalah alasan mengapa diskusi mengenai keputusan wasit dapat berlangsung tanpa henti, bahkan di antara para profesional dan penggemar yang paling bersemangat.

🏠 Kembali ke Homepage