Kelenjar Parotis: Anatomi, Fungsi Vital, Berbagai Penyakit, dan Terapi Komprehensif
Kelenjar parotis adalah salah satu organ tubuh yang seringkali luput dari perhatian hingga timbul masalah. Namun, perannya dalam sistem pencernaan dan kesehatan mulut sangatlah vital. Sebagai kelenjar ludah terbesar di kepala dan leher, kelenjar parotis bertanggung jawab untuk memproduksi sebagian besar air liur yang kita butuhkan setiap hari. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal mengenai kelenjar parotis, mulai dari struktur anatomisnya yang kompleks, fungsi fisiologisnya dalam produksi air liur, berbagai penyakit yang dapat menyerangnya, hingga metode diagnosis dan pilihan penanganan yang tersedia.
Memahami kelenjar parotis tidak hanya penting bagi tenaga medis, tetapi juga bagi masyarakat umum agar lebih peka terhadap gejala-gejala yang mungkin muncul dan segera mencari pertolongan medis jika diperlukan. Berbagai kondisi, mulai dari infeksi ringan seperti gondongan, pembentukan batu saluran air liur, hingga tumor yang mungkin jinak atau ganas, semuanya memerlukan pemahaman dan penanganan yang tepat. Mari kita selami lebih dalam dunia kelenjar parotis yang penuh misteri dan kompleksitas ini.
1. Anatomi Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis adalah kelenjar ludah mayor terbesar yang ada pada manusia. Istilah "parotis" sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti "di samping telinga", menggambarkan lokasi geografisnya yang khas. Pemahaman mendalam tentang anatomi kelenjar ini sangat krusial, terutama karena kedekatannya dengan struktur saraf dan vaskularisasi penting yang menjadikannya area bedah yang kompleks.
1.1. Lokasi, Ukuran, dan Bentuk
Kelenjar parotis terletak di regio preaurikular dan retromandibular, mengisi ruang antara lengkungan zigoma di atas, ramus mandibula di depan, dan prosesus mastoid serta otot sternokleidomastoideus di belakang. Bentuknya menyerupai segitiga atau piramida terbalik, dengan puncaknya mengarah ke bawah menuju angulus mandibula. Ukurannya bervariasi antar individu, namun secara umum, kelenjar ini memiliki berat sekitar 15-30 gram dan panjang sekitar 5-7 cm. Bagian terbesarnya meluas di depan dan di bawah telinga.
Permukaannya memiliki beberapa sisi: permukaan lateral (superfisial) yang tertutup kulit dan fasia, permukaan anterior yang menutupi bagian posterior ramus mandibula dan otot masseter, permukaan posterior yang bersandar pada otot sternokleidomastoideus dan prosesus mastoid, serta permukaan medial yang dalam yang berhubungan dengan faring dan struktur penting lainnya.
1.2. Kapsul Fasia Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis terbungkus rapat oleh sebuah kapsul fibrosa yang kuat, yang merupakan bagian dari fasia servikal dalam yang disebut fasia parotis. Kapsul ini terbagi menjadi dua lapisan: lapisan superfisial dan lapisan profunda. Lapisan superfisial tebal dan melekat pada lengkungan zigoma, sementara lapisan profunda lebih tipis dan melekat pada prosesus stiloid serta ligamen stilomandibular. Kekuatan kapsul ini, terutama lapisan superfisialnya, memiliki implikasi klinis penting; pembengkakan kelenjar akibat peradangan atau infeksi seringkali menyebabkan nyeri hebat karena kapsul yang tidak elastis menekan jaringan yang membengkak.
1.3. Lobus Superfisial dan Profunda
Kelenjar parotis secara anatomis dapat dibagi menjadi dua lobus: lobus superfisial (lateral) dan lobus profunda (medial). Pembagian ini tidak didasarkan pada adanya batas anatomis yang jelas, melainkan pada hubungan kelenjar dengan saraf fasialis (nervus facialis), saraf kranial VII. Saraf fasialis, setelah keluar dari foramen stilomastoideus, menembus kelenjar parotis dan membagi diri menjadi beberapa cabang terminal di dalam kelenjar. Lobus superfisial adalah bagian kelenjar yang terletak di lateral atau di luar saraf fasialis, sedangkan lobus profunda terletak di medial atau di dalam saraf fasialis. Pembagian ini sangat penting dalam bedah kelenjar parotis, karena menjaga integritas saraf fasialis adalah prioritas utama untuk mencegah kelumpuhan wajah.
1.4. Duktus Stensen (Duktus Parotis)
Air liur yang diproduksi oleh kelenjar parotis disalurkan ke rongga mulut melalui sebuah saluran utama yang disebut duktus Stensen atau duktus parotis. Duktus ini merupakan saluran yang cukup panjang, sekitar 4-6 cm, dan memiliki diameter sekitar 3 mm. Duktus Stensen muncul dari bagian anterior kelenjar parotis, melintang di atas permukaan otot masseter, kemudian melengkung ke medial di sekitar batas anterior otot masseter. Setelah itu, duktus ini menembus otot buccinator (otot pipi) dan bermuara ke dalam rongga mulut melalui papila parotis, yang terletak di mukosa bukal setinggi gigi molar kedua atas. Integritas duktus Stensen sangat penting untuk aliran air liur yang lancar. Obstruksi duktus ini, misalnya oleh batu (sialolithiasis) atau stenosis, dapat menyebabkan penumpukan air liur dan pembengkakan kelenjar.
1.5. Persarafan Kelenjar Parotis
Persarafan kelenjar parotis sangat kompleks dan melibatkan beberapa saraf penting:
- Nervus Fasialis (Saraf Wajah - Saraf Kranial VII): Ini adalah saraf yang paling krusial dan memiliki hubungan anatomis yang sangat erat dengan kelenjar parotis. Meskipun saraf fasialis melewati kelenjar parotis dan membagi kelenjar menjadi lobus superfisial dan profunda, perlu dicatat bahwa saraf ini tidak mempersarafi fungsi sekresi kelenjar parotis. Fungsinya adalah untuk mempersarafi otot-otot ekspresi wajah. Cabang-cabang utamanya setelah keluar dari kelenjar adalah temporal, zigomatik, bukal, marginal mandibula, dan servikal. Kerusakan pada saraf ini selama pembedahan parotis dapat menyebabkan kelumpuhan otot-otot wajah.
- Nervus Auriculotemporalis (Cabang dari Nervus Trigeminus - Saraf Kranial V): Saraf ini bertanggung jawab atas persarafan sensorik kulit di atas kelenjar parotis dan juga membawa serabut parasimpatis postganglionik ke kelenjar parotis.
- Persarafan Parasimpatis: Serabut parasimpatis berasal dari nukleus salivatorius inferior di batang otak, berjalan melalui nervus glossofaringeus (Saraf Kranial IX), kemudian melalui cabang timpaniknya ke pleksus timpanik, dan akhirnya ke nervus petrosus minor. Nervus petrosus minor ini bersinaps di ganglion otikum. Serabut postganglionik kemudian bergabung dengan nervus auriculotemporalis untuk mencapai kelenjar parotis dan merangsang produksi air liur yang banyak dan encer.
- Persarafan Simpatis: Serabut simpatis berasal dari pleksus di sekitar arteri karotis eksterna. Stimulasi simpatis menyebabkan produksi air liur yang lebih kental dan kaya protein, serta vasokonstriksi pembuluh darah kelenjar.
1.6. Vaskularisasi dan Drainase Limfatik
- Vaskularisasi Arteri: Kelenjar parotis mendapatkan pasokan darah utamanya dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, terutama arteri aurikularis posterior, arteri temporalis superfisial, dan arteri maksilaris. Arteri karotis eksterna sendiri berjalan menembus kelenjar parotis.
- Drainase Vena: Darah dari kelenjar parotis dikumpulkan oleh vena retromandibularis, yang juga terbentuk di dalam kelenjar dari penggabungan vena temporalis superfisial dan vena maksilaris. Vena retromandibularis ini kemudian berjalan ke bawah, sebagian mengalir ke vena jugularis eksterna dan sebagian lagi ke vena fasialis.
- Drainase Limfatik: Kelenjar getah bening intraparotis dan periparotis memainkan peran penting dalam drainase limfatik kelenjar parotis. Dari kelenjar-kelenjar ini, limfe mengalir ke kelenjar getah bening servikal profunda superior. Area ini penting dalam konteks metastasis tumor ganas.
1.7. Hubungan Anatomis Penting Lainnya
Selain saraf fasialis, kelenjar parotis juga memiliki hubungan erat dengan beberapa struktur anatomis lainnya yang penting secara klinis:
- Arteri Karotis Eksterna: Arteri besar ini berjalan di dalam kelenjar parotis sebelum bercabang menjadi arteri maksilaris dan arteri temporalis superfisial.
- Vena Retromandibularis: Vena ini juga terletak di dalam kelenjar parotis dan merupakan penanda penting selama operasi.
- Otot Masseter dan Pterigoideus Medial: Kelenjar parotis menutupi bagian posterior otot masseter dan meluas ke medial, dekat dengan otot pterigoideus medial.
- Prosesus Mastoid dan Prosesus Stiloid: Kelenjar ini berhubungan dengan struktur tulang ini di posterior.
- Otot Digastrikus dan Stilohioid: Kelenjar parotis terletak superfisial terhadap otot-otot ini.
Kompleksitas anatomi ini menjadikan operasi pada kelenjar parotis sebagai prosedur yang menantang dan memerlukan keahlian bedah yang tinggi untuk menghindari komplikasi, terutama cedera saraf fasialis.
2. Fisiologi Kelenjar Parotis: Produksi Saliva
Fungsi utama kelenjar parotis, seperti halnya kelenjar ludah mayor lainnya (submandibular dan sublingual), adalah produksi dan sekresi saliva, atau yang lebih dikenal sebagai air liur. Saliva parotis memiliki karakteristik khusus dan memainkan peran integral dalam berbagai proses fisiologis.
2.1. Komposisi dan Karakteristik Saliva Parotis
Saliva yang diproduksi oleh kelenjar parotis umumnya bersifat serosa, artinya encer dan kaya akan protein. Ini berbeda dengan kelenjar submandibular dan sublingual yang menghasilkan saliva campuran atau mukosa (lebih kental). Komponen utama saliva parotis meliputi:
- Air (sekitar 99%): Sebagai pelarut utama, memungkinkan pencampuran makanan dan rasa.
- Enzim Amilase (Ptyalin): Ini adalah enzim pencernaan utama dalam saliva parotis. Amilase memulai proses pencernaan karbohidrat dengan memecah pati menjadi maltosa dan dekstrin. Kelenjar parotis adalah produsen utama amilase ludah.
- Elektrolit: Natrium, kalium, kalsium, bikarbonat, klorida, dan fosfat. Konsentrasi elektrolit ini bervariasi tergantung pada laju aliran saliva. Bikarbonat dan fosfat membantu menjaga pH saliva, bertindak sebagai buffer.
- Protein dan Glukoprotein: Selain amilase, terdapat protein lain seperti lisozim (memiliki aktivitas antibakteri), laktoferin (mengikat zat besi dan menghambat pertumbuhan bakteri), sistatin, dan prolin-rich proteins (melindungi gigi dan membantu remineralisasi).
- Imunoglobulin (IgA): Saliva mengandung IgA sekretori yang penting untuk pertahanan imun lokal di rongga mulut, membantu menetralisir patogen.
- Faktor Pertumbuhan Epidermal (EGF): Meskipun dalam jumlah kecil, EGF berperan dalam penyembuhan mukosa oral.
Karakteristik encer saliva parotis membuatnya ideal untuk membilas rongga mulut dan memulai pencernaan karbohidrat secara efisien.
2.2. Fungsi Saliva Secara Umum
Air liur secara keseluruhan memiliki banyak fungsi penting yang vital bagi kesehatan mulut dan pencernaan:
- Pencernaan: Seperti yang disebutkan, amilase ludah memulai pencernaan karbohidrat kompleks. Lipase lingual (diproduksi oleh kelenjar di lidah) juga memulai pencernaan lemak.
- Pelumasan dan Pelembapan: Saliva melumasi makanan, membuatnya lebih mudah dikunyah, ditelan, dan bicara. Ini juga menjaga mukosa oral tetap lembap, mencegah kekeringan (xerostomia) yang dapat menyebabkan berbagai masalah.
- Perlindungan Gigi: Saliva membantu membersihkan sisa makanan dan bakteri dari permukaan gigi. Ion kalsium, fosfat, dan fluoride (jika ada) dalam saliva membantu remineralisasi email gigi, melindungi dari karies. Sistem buffer bikarbonat membantu menetralkan asam yang diproduksi oleh bakteri, menjaga pH optimal di mulut.
- Pertahanan Imun: Imunoglobulin (IgA), lisozim, laktoferin, dan peroksidase dalam saliva memberikan pertahanan antimikroba terhadap bakteri, virus, dan jamur.
- Rasa: Saliva melarutkan molekul rasa, memungkinkan papila rasa di lidah untuk mendeteksinya. Tanpa saliva, kita tidak bisa merasakan makanan dengan baik.
- Pembentukan Bolus: Saliva membantu mengikat partikel makanan menjadi bolus yang kohesif, mempermudah proses menelan.
- Penyembuhan Luka: Faktor pertumbuhan dan protein lain dalam saliva dapat membantu proses penyembuhan luka di mukosa oral.
2.3. Mekanisme Sekresi Saliva
Proses produksi saliva di kelenjar parotis dimulai di asini (unit sekretori terminal) dan dimodifikasi saat mengalir melalui duktus. Asini menghasilkan cairan primer yang isotonik atau sedikit hipertonik, kaya akan elektrolit dan protein. Saat cairan ini melewati duktus yang dilapisi oleh sel-sel epitel, terjadi modifikasi aktif. Sel-sel duktus menyerap kembali natrium dan klorida, dan mengeluarkan kalium serta bikarbonat. Hasil akhirnya adalah saliva yang hipotonik (lebih encer daripada plasma darah) di bawah kondisi istirahat, namun menjadi lebih isotonik saat laju aliran tinggi.
2.4. Regulasi Sekresi Saliva
Produksi air liur kelenjar parotis diatur secara eksklusif oleh sistem saraf otonom, yaitu saraf parasimpatis dan simpatis, meskipun efeknya berbeda:
- Stimulasi Parasimpatis: Ini adalah regulator utama sekresi saliva. Serabut parasimpatis, seperti yang dijelaskan di bagian anatomi, berasal dari nervus glossofaringeus (N. IX), bersinaps di ganglion otikum, dan mencapai kelenjar parotis melalui nervus auriculotemporalis. Aktivasi saraf parasimpatis menghasilkan sekresi air liur yang melimpah, encer, dan kaya akan elektrolit. Ini terjadi sebagai respons terhadap makan, mencicipi makanan, atau bahkan memikirkan makanan (refleks kondisional). Neurotransmitter utama adalah asetilkolin, bekerja pada reseptor muskarinik.
- Stimulasi Simpatis: Serabut simpatis berasal dari segmen toraks T1-T3 sumsum tulang belakang, bersinaps di ganglion servikal superior, dan mencapai kelenjar parotis melalui pleksus di sekitar arteri karotis eksterna. Stimulasi simpatis menyebabkan sekresi air liur yang lebih sedikit, lebih kental, dan kaya protein, serta menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah kelenjar. Meskipun efek volumenya lebih kecil, stimulasi simpatis dapat memperkuat efek parasimpatis pada sekresi protein. Neurotransmitter utama adalah norepinefrin, bekerja pada reseptor beta-adrenergik.
Keseimbangan antara stimulasi parasimpatis dan simpatis memungkinkan kelenjar parotis untuk menyesuaikan volume dan komposisi air liur sesuai kebutuhan fisiologis.
3. Penyakit dan Kondisi Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis, meskipun kuat, rentan terhadap berbagai penyakit dan kondisi yang dapat mengganggu fungsinya atau menyebabkan gejala yang tidak nyaman. Masalah-masalah ini dapat berkisar dari infeksi umum hingga pertumbuhan tumor yang kompleks.
3.1. Infeksi Kelenjar Parotis (Parotitis)
Parotitis adalah istilah medis untuk peradangan kelenjar parotis, seringkali disebabkan oleh infeksi.
3.1.1. Parotitis Viral (Gondongan/Mumps)
Gondongan adalah penyebab paling umum parotitis akut pada anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxovirus dan sangat menular.
- Penyebab: Infeksi virus Paramyxovirus yang menyebar melalui droplet pernapasan.
- Gejala: Demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan yang paling khas adalah pembengkakan kelenjar parotis yang nyeri, biasanya bilateral (keduanya), tetapi bisa juga unilateral. Pembengkakan ini membuat area di depan dan di bawah telinga terasa tegang dan nyeri, terutama saat mengunyah atau menelan.
- Komplikasi: Meskipun seringkali jinak, gondongan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti meningitis (radang selaput otak), ensefalitis (radang otak), pankreatitis (radang pankreas), orkitis (radang testis pada pria dewasa yang dapat menyebabkan kemandulan), dan ooforitis (radang ovarium pada wanita).
- Pencegahan: Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) adalah cara paling efektif untuk mencegah gondongan.
- Penanganan: Tidak ada pengobatan antivirus spesifik. Penanganan bersifat suportif, meliputi istirahat, hidrasi yang cukup, kompres hangat pada area yang bengkak, dan obat pereda nyeri/demam seperti parasetamol atau ibuprofen.
3.1.2. Parotitis Bakteri Akut
Infeksi bakteri pada kelenjar parotis biasanya terjadi pada individu yang memiliki faktor risiko tertentu.
- Penyebab: Umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, meskipun bakteri lain seperti Streptococcus pyogenes juga bisa menjadi penyebab.
- Faktor Risiko: Dehidrasi, kebersihan mulut yang buruk, kondisi yang menyebabkan penurunan produksi saliva (misalnya obat-obatan antikolinergik, sindrom Sjögren), pasca operasi besar (terutama pada pasien lansia atau imunosupresi), dan obstruksi duktus Stensen.
- Gejala: Pembengkakan kelenjar parotis yang nyeri dan unilateral (satu sisi), demam tinggi, malaise, kemerahan pada kulit di atas kelenjar, dan keluarnya nanah dari duktus Stensen saat kelenjar dipijat.
- Diagnosis: Berdasarkan pemeriksaan fisik dan riwayat medis. USG dapat membantu mengkonfirmasi abses. Pewarnaan Gram dan kultur nanah (jika didapat) dapat mengidentifikasi bakteri.
- Pengobatan: Antibiotik spektrum luas, hidrasi yang cukup, kompres hangat, pijatan kelenjar, dan sialogog (stimulan saliva) untuk meningkatkan aliran saliva. Jika terbentuk abses, mungkin diperlukan insisi dan drainase.
3.1.3. Parotitis Kronis Rekuren
Kondisi ini ditandai dengan episode berulang peradangan dan pembengkakan kelenjar parotis.
- Penyebab: Seringkali idiopatik (tidak diketahui penyebabnya), tetapi dapat terkait dengan anomali duktus, sialolithiasis yang tidak terdeteksi, atau kondisi autoimun. Lebih sering terjadi pada anak-anak, tetapi bisa juga pada orang dewasa.
- Gejala: Pembengkakan intermiten dan nyeri pada kelenjar parotis, kadang disertai demam ringan. Episode dapat berlangsung beberapa hari hingga minggu dan mereda spontan, namun dapat berulang.
- Penanganan: Selama episode akut, penanganan mirip dengan parotitis bakteri. Pencegahan dapat melibatkan hidrasi yang baik, kebersihan mulut, dan kadang-kadang antibiotik profilaksis. Pada kasus yang parah dan sering berulang, pembedahan (parotidectomy) mungkin dipertimbangkan, meskipun ini adalah pilihan terakhir.
3.2. Peradangan Non-Infeksi dan Kondisi Lain
3.2.1. Sindrom Sjögren
Sindrom Sjögren adalah penyakit autoimun kronis yang menyerang kelenjar yang menghasilkan kelembapan, termasuk kelenjar ludah dan kelenjar lakrimal (air mata).
- Penyebab: Sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang kelenjar eksokrin tubuh.
- Gejala: Gejala utama adalah mata kering (keratokonjungtivitis sicca) dan mulut kering (xerostomia), yang dapat menyebabkan kesulitan menelan, berbicara, dan peningkatan risiko karies gigi serta infeksi mulut. Pembengkakan kelenjar parotis (biasanya bilateral) adalah gejala umum lainnya, seringkali persisten atau rekuren.
- Diagnosis: Pemeriksaan klinis, tes darah (mencari autoantibodi seperti anti-Ro/SSA dan anti-La/SSB), tes air mata, dan biopsi kelenjar ludah minor.
- Penanganan: Bersifat simtomatik dan suportif, meliputi penggunaan air mata buatan, obat-obatan sialogog (misalnya pilocarpine, cevimeline) untuk merangsang produksi air liur, dan menjaga kebersihan mulut yang ketat. Imunosupresan mungkin digunakan pada kasus yang parah.
3.2.2. Kista Limfoepitelial
Kista limfoepitelial kelenjar parotis adalah kista jinak yang mengandung epitel skuamosa dan jaringan limfoid. Meskipun dapat terjadi pada siapa saja, insidensinya lebih tinggi pada individu dengan HIV.
- Penyebab: Umumnya tidak jelas, tetapi pada pasien HIV, sering dikaitkan dengan limfadenopati intraparotis.
- Gejala: Massa tidak nyeri, kenyal, dapat unilateral atau bilateral.
- Penanganan: Observasi, aspirasi, atau eksisi bedah jika besar atau menimbulkan gejala.
3.2.3. Granulomatous Parotitis
Kondisi ini melibatkan pembentukan granuloma (kumpulan sel imun) di kelenjar parotis.
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti sarkoidosis atau tuberkulosis, atau infeksi atipikal.
- Gejala: Pembengkakan kelenjar parotis yang dapat disertai nyeri atau tidak, seringkali kronis.
- Penanganan: Tergantung pada penyebab yang mendasari.
3.3. Obstruksi Duktus (Sialolithiasis)
Obstruksi aliran air liur adalah penyebab umum pembengkakan kelenjar parotis yang nyeri.
3.3.1. Sialolithiasis (Batu Saluran Air Liur)
Sialolithiasis adalah pembentukan batu (sialolith) di dalam duktus atau parenkim kelenjar ludah. Meskipun lebih sering terjadi di kelenjar submandibular, sialolith juga dapat terbentuk di duktus Stensen kelenjar parotis.
- Penyebab: Mekanisme pasti belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga melibatkan endapan garam kalsium di sekitar inti organik (debris sel, bakteri) akibat stasis saliva, dehidrasi, atau perubahan komposisi saliva.
- Gejala: Nyeri dan pembengkakan kelenjar yang memburuk saat makan atau memikirkan makanan (karena stimulasi sekresi saliva yang terhambat). Nyeri dapat intermiten atau konstan. Jika terjadi infeksi sekunder, dapat muncul demam dan kemerahan.
- Diagnosis: Pemeriksaan fisik (palpasi batu di duktus), pencitraan seperti USG (sangat baik untuk mendeteksi batu), CT scan (lebih detail), atau sialografi (namun jarang digunakan karena invasif).
- Pengobatan:
- Konservatif: Hidrasi yang cukup, pijat kelenjar, penggunaan sialogog (misalnya permen karet tanpa gula, lemon) untuk merangsang aliran saliva dan "membilas" batu.
- Sialendoskopi: Prosedur minimal invasif di mana endoskop kecil dimasukkan ke dalam duktus untuk visualisasi dan ekstraksi batu menggunakan keranjang atau laser.
- Litotripsi Ekstrakorporeal: Penggunaan gelombang kejut untuk memecah batu menjadi fragmen yang lebih kecil agar mudah dikeluarkan.
- Pembedahan: Untuk batu yang besar atau terletak dalam, eksisi duktus atau bahkan parotidectomy (jarang, hanya jika kerusakan kelenjar parah) mungkin diperlukan.
3.3.2. Stenosis Duktus
Stenosis adalah penyempitan duktus, seringkali akibat trauma berulang (misalnya dari instrumen gigi), inflamasi kronis, atau sebagai komplikasi sialolithiasis yang telah dikeluarkan.
- Gejala: Mirip dengan sialolithiasis, yaitu pembengkakan dan nyeri kelenjar, terutama saat makan.
- Penanganan: Dilatasi duktus, sialendoskopi, atau pembedahan untuk merekonstruksi duktus.
3.4. Tumor Kelenjar Parotis
Tumor kelenjar parotis adalah massa atau pertumbuhan abnormal sel di dalam kelenjar. Sekitar 80% tumor kelenjar ludah terjadi di kelenjar parotis. Dari jumlah tersebut, sekitar 80% bersifat jinak, sedangkan sisanya 20% bersifat ganas.
3.4.1. Tumor Jinak (Benign Tumors)
Tumor jinak pada kelenjar parotis biasanya tumbuh lambat dan tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
- Adenoma Pleomorfik (Pleomorphic Adenoma):
- Karakteristik: Ini adalah tumor kelenjar ludah jinak yang paling umum, mencakup sekitar 70-80% dari semua tumor parotis jinak. Dinamakan "pleomorfik" karena memiliki komponen epitel dan mesenkim yang bervariasi. Biasanya muncul sebagai massa tidak nyeri, tumbuh lambat, kenyal, dan berbatas tegas.
- Risiko Transformasi Maligna: Meskipun jinak, adenoma pleomorfik memiliki potensi kecil untuk berubah menjadi ganas (transformasi maligna) jika tidak diangkat, terutama setelah bertahun-tahun. Risiko ini meningkat seiring dengan ukuran tumor dan durasi keberadaannya.
- Penanganan: Pembedahan adalah satu-satunya pengobatan yang efektif, biasanya parotidectomy superfisial atau total, tergantung lokasi tumor. Reseksi yang tidak lengkap dapat menyebabkan kekambuhan.
- Tumor Warthin (Cystadenoma Papilliferum Lymphomatosum):
- Karakteristik: Tumor jinak kedua yang paling umum, menyumbang sekitar 5-10% dari tumor parotis. Tumor ini memiliki hubungan kuat dengan kebiasaan merokok. Seringkali bilateral (terjadi di kedua sisi) atau multifokal (lebih dari satu tumor di satu kelenjar). Biasanya muncul pada pria lansia sebagai massa lunak, kistik, dan tidak nyeri.
- Penanganan: Pembedahan. Karena sering bilateral, kadang operasi dilakukan dalam dua tahap.
- Onkositoma: Tumor jinak yang jarang, terdiri dari sel onkosit, seringkali pada lansia.
- Hemangioma dan Limfangioma: Lebih sering pada anak-anak, merupakan malformasi vaskular atau limfatik.
- Lipoma: Tumor jinak dari jaringan lemak.
3.4.2. Tumor Ganas (Malignant Tumors)
Tumor ganas kelenjar parotis adalah jenis kanker yang dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Mereka cenderung tumbuh lebih cepat dan dapat menimbulkan gejala saraf.
- Karsinoma Mukoepidermoid (Mucoepidermoid Carcinoma):
- Karakteristik: Ini adalah jenis kanker kelenjar ludah yang paling umum, mencakup sekitar 15% dari semua tumor parotis. Dapat terjadi pada segala usia. Bervariasi dalam agresivitas, dari grade rendah (tumbuh lambat, prognosis baik) hingga grade tinggi (sangat agresif, prognosis buruk).
- Penanganan: Pembedahan (parotidectomy) dengan reseksi yang luas, seringkali diikuti oleh radioterapi, terutama untuk tumor grade tinggi atau batas reseksi positif.
- Karsinoma Adenoid Kistik (Adenoid Cystic Carcinoma):
- Karakteristik: Jenis kanker yang agresif, terkenal karena kecenderungannya untuk menginfiltrasi sepanjang saraf (perineural invasion) dan memiliki tingkat kekambuhan lokal yang tinggi serta metastasis jauh, terutama ke paru-paru. Tumbuh lambat tetapi persisten.
- Penanganan: Pembedahan radikal yang luas, seringkali diikuti oleh radioterapi pasca operasi karena kecenderungan infiltrasi saraf.
- Adenokarsinoma: Berbagai subtipe termasuk adenokarsinoma NOS (not otherwise specified), karsinoma sel asiner, karsinoma sel skuamosa, dan lain-lain.
- Karsinoma Sel Asiner (Acinic Cell Carcinoma): Tumor ganas tingkat rendah yang umumnya memiliki prognosis baik, tetapi bisa kambuh.
- Karsinoma Sel Skuamosa (Squamous Cell Carcinoma): Agresif, seringkali berasal dari transformasi maligna adenoma pleomorfik atau metastasis dari kulit atau organ lain.
- Limfoma: Meskipun jarang, limfoma dapat primer pada kelenjar parotis atau merupakan bagian dari penyakit limfoma sistemik.
- Penyebaran Metastatik ke Parotis: Kelenjar parotis dapat menjadi lokasi metastasis dari kanker lain, terutama karsinoma sel skuamosa dari kulit kepala atau leher, atau melanoma.
3.4.3. Gejala Umum Tumor Parotis
Gejala tumor parotis bervariasi tergantung pada apakah tumor itu jinak atau ganas, serta ukuran dan lokasinya:
- Massa Tidak Nyeri: Ini adalah gejala paling umum untuk tumor jinak. Pasien merasakan benjolan di depan atau di bawah telinga yang tumbuh perlahan.
- Nyeri: Tumor jinak umumnya tidak nyeri, tetapi nyeri bisa menjadi tanda keganasan, pertumbuhan cepat, atau infeksi sekunder.
- Kelumpuhan Saraf Fasialis (Facial Nerve Paralysis): Ini adalah tanda paling mengkhawatirkan dan sangat sugestif keganasan. Jika tumor ganas tumbuh dan menginfiltrasi saraf fasialis, dapat menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada otot-otot wajah di sisi yang terkena, seperti kesulitan menutup mata, tersenyum simetris, atau mengangkat alis.
- Pertumbuhan Cepat: Peningkatan ukuran massa secara tiba-tiba dan cepat dapat mengindikasikan keganasan.
- Kulit di Atas Tumor Terfiksasi atau Borok: Ini juga merupakan tanda keganasan yang canggih.
- Pembengkakan Kelenjar Getah Bening Leher: Dapat menunjukkan penyebaran kanker (metastasis) ke kelenjar getah bening regional.
Setiap benjolan atau pembengkakan di area kelenjar parotis harus dievaluasi oleh dokter untuk diagnosis yang akurat.
4. Diagnosis Penyakit Kelenjar Parotis
Diagnosis yang akurat adalah langkah krusial dalam menentukan penanganan yang tepat untuk penyakit kelenjar parotis. Proses diagnosis melibatkan kombinasi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan berbagai modalitas pencitraan serta biopsi.
4.1. Anamnesis (Riwayat Medis)
Dokter akan menanyakan riwayat lengkap pasien, termasuk:
- Gejala Utama: Kapan muncul, seperti apa rasa nyeri (jika ada), apakah ada pembengkakan, kesulitan menelan atau berbicara.
- Durasi dan Pola Gejala: Apakah gejala timbul tiba-tiba atau bertahap, apakah menetap, hilang timbul, atau semakin memburuk.
- Faktor Risiko: Kebiasaan merokok, riwayat radiasi di daerah kepala dan leher, riwayat penyakit autoimun, riwayat gondongan, penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan mulut kering, atau kondisi imunosupresi (misalnya HIV).
- Gejala Sistemik: Demam, penurunan berat badan yang tidak disengaja, kelelahan, perubahan nafsu makan.
- Gejala Neurologis: Kelemahan otot wajah, mati rasa pada wajah, atau perubahan sensasi lainnya, yang sangat penting untuk dievaluasi dalam konteks tumor parotis.
4.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang cermat akan dilakukan:
- Inspeksi: Melihat adanya pembengkakan, kemerahan, atau asimetri pada wajah dan leher.
- Palpasi: Meraba kelenjar parotis untuk menilai ukuran, konsistensi (lunak, kenyal, keras), mobilitas (apakah massa terfiksasi atau dapat digerakkan), nyeri tekan, dan batas-batas massa. Dokter juga akan meraba kelenjar getah bening di leher.
- Pemeriksaan Duktus Stensen: Memeriksa orifisium duktus Stensen di mukosa bukal (setinggi gigi molar kedua atas) untuk melihat adanya kemerahan, nanah, atau keluar cairan abnormal saat kelenjar dipijat.
- Pemeriksaan Nervus Fasialis: Melakukan tes fungsi saraf wajah dengan meminta pasien melakukan berbagai ekspresi wajah (mengangkat alis, menutup mata rapat, tersenyum, mengerutkan dahi) untuk mendeteksi adanya kelemahan atau kelumpuhan. Ini adalah pemeriksaan yang sangat penting untuk mendeteksi keganasan.
- Pemeriksaan Rongga Mulut: Mencari tanda-tanda xerostomia, karies gigi, atau infeksi.
4.3. Pencitraan
Berbagai modalitas pencitraan digunakan untuk memvisualisasikan kelenjar parotis dan struktur di sekitarnya.
- Ultrasonografi (USG):
- Keunggulan: Tidak invasif, tidak menggunakan radiasi, relatif murah, dan sangat baik untuk membedakan lesi kistik (berisi cairan) dari lesi solid. Dapat memberikan informasi tentang ukuran, lokasi, dan batas massa. Sangat berguna untuk mendeteksi batu di duktus.
- Keterbatasan: Tergantung operator, kurang mampu menembus tulang atau memberikan gambaran detail struktur dalam.
- CT Scan (Computed Tomography):
- Keunggulan: Memberikan gambaran anatomis yang detail tentang kelenjar dan hubungannya dengan struktur tulang di sekitarnya. Baik untuk menilai infiltrasi tumor ke tulang atau mengevaluasi massa yang lebih dalam. Dapat digunakan dengan kontras untuk menyoroti area vaskularisasi.
- Keterbatasan: Melibatkan paparan radiasi.
- MRI (Magnetic Resonance Imaging):
- Keunggulan: Memberikan resolusi jaringan lunak yang superior dibandingkan CT scan. Sangat baik untuk menilai perluasan tumor, terutama hubungannya dengan saraf fasialis dan struktur neurovaskular penting lainnya. Dapat mendeteksi invasi perineural dan metastasis intrakranial.
- Keterbatasan: Lebih mahal, waktu pemeriksaan lebih lama, tidak bisa untuk pasien dengan implan logam tertentu.
- Sialografi:
- Prosedur: Injeksi bahan kontras ke dalam duktus Stensen diikuti dengan pengambilan sinar-X.
- Penggunaan: Dahulu digunakan untuk mendeteksi obstruksi duktus (batu atau stenosis) atau kelainan struktural duktus, tetapi sekarang sebagian besar telah digantikan oleh sialendoskopi dan USG yang lebih non-invasif.
4.4. Biopsi
Untuk tumor parotis, biopsi adalah metode utama untuk mendapatkan diagnosis histopatologis.
- Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC):
- Prosedur: Menggunakan jarum halus untuk mengambil sampel sel dari massa. Prosedur ini minimal invasif dan seringkali dilakukan di bawah panduan USG.
- Keunggulan: Relatif aman, cepat, dan memiliki akurasi tinggi (sekitar 80-95%) untuk membedakan lesi jinak dari ganas.
- Keterbatasan: Tidak selalu dapat membedakan subtipe tumor jinak tertentu (misalnya adenoma pleomorfik dari tumor Warthin) dan mungkin tidak selalu memberikan informasi yang cukup untuk membedakan antara grade tinggi dan grade rendah kanker. Hasilnya bergantung pada keahlian ahli patologi.
- Core Needle Biopsy (CNB):
- Prosedur: Menggunakan jarum yang lebih besar untuk mengambil sampel jaringan inti.
- Keunggulan: Memberikan lebih banyak jaringan untuk analisis histologis, yang dapat membantu dalam penentuan subtipe dan grade tumor.
- Keterbatasan: Sedikit lebih invasif daripada FNAC, dengan risiko komplikasi yang sedikit lebih tinggi.
- Biopsi Insisi/Eksisi:
- Penggunaan: Biopsi insisi (pengambilan sebagian massa) jarang dilakukan untuk tumor parotis karena risiko penyebaran sel tumor atau kerusakan saraf fasialis. Biopsi eksisi (pengangkatan seluruh massa) biasanya merupakan bagian dari terapi definitif, bukan prosedur diagnostik awal kecuali untuk massa yang sangat kecil dan superfisial yang dicurigai jinak.
4.5. Tes Darah
Tes darah mungkin dilakukan untuk kondisi sistemik atau infeksi:
- Penanda Inflamasi: Tingkat sel darah putih, CRP (C-reactive protein), atau laju endap darah (LED) dapat meningkat pada infeksi bakteri.
- Tes Autoantibodi: Untuk mendiagnosis penyakit autoimun seperti sindrom Sjögren.
- Tes Fungsi Ginjal dan Hati: Sebagai bagian dari evaluasi pra-operasi atau untuk menilai kondisi umum pasien.
Dengan kombinasi metode diagnostik ini, dokter dapat membangun gambaran yang jelas mengenai kondisi kelenjar parotis pasien dan merencanakan strategi penanganan yang paling tepat.
5. Penanganan Penyakit Kelenjar Parotis
Penanganan penyakit kelenjar parotis sangat bervariasi, tergantung pada jenis penyakit, penyebab, tingkat keparahan, dan kondisi umum pasien. Pilihan terapi dapat berkisar dari observasi konservatif hingga intervensi bedah kompleks, radioterapi, atau kemoterapi.
5.1. Penanganan Medis
Penanganan medis seringkali menjadi pilihan pertama, terutama untuk kondisi infeksius atau inflamasi.
- Antibiotik:
- Indikasi: Digunakan untuk parotitis bakteri akut. Pemilihan antibiotik awal biasanya spektrum luas yang mencakup Staphylococcus aureus, kemudian dapat disesuaikan berdasarkan hasil kultur jika tersedia.
- Durasi: Biasanya 7-10 hari atau hingga gejala mereda secara signifikan.
- Antiinflamasi dan Analgesik:
- Indikasi: Untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada parotitis (viral atau bakteri) dan kondisi inflamasi lainnya.
- Contoh: Parasetamol, ibuprofen, atau obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) lainnya.
- Sialogog:
- Indikasi: Zat yang merangsang produksi air liur, sangat berguna dalam penanganan sialolithiasis untuk membantu mendorong keluar batu, serta untuk pasien dengan mulut kering (xerostomia) akibat sindrom Sjögren atau efek samping radiasi.
- Contoh: Permen karet tanpa gula, permen asam, pilocarpine, atau cevimeline.
- Terapi Konservatif untuk Sialolithiasis:
- Pendekatan: Selain sialogog, meliputi hidrasi yang adekuat, pijatan lembut pada kelenjar yang terkena untuk mencoba mengeluarkan batu, dan kompres hangat.
- Keterbatasan: Efektif untuk batu kecil yang terletak di bagian anterior duktus.
- Obat Antiviral:
- Indikasi: Umumnya tidak ada pengobatan antivirus spesifik untuk gondongan. Penanganan bersifat suportif. Namun, pada kasus yang sangat jarang dan parah pada individu imunosupresi, mungkin dipertimbangkan.
- Terapi untuk Sindrom Sjögren:
- Pendekatan: Penanganan simtomatik seperti air mata buatan untuk mata kering, sialogog untuk mulut kering. Untuk gejala sistemik, mungkin diperlukan obat imunosupresan.
5.2. Penanganan Bedah (Parotidectomy)
Pembedahan, yang dikenal sebagai parotidectomy, adalah pilar utama penanganan untuk sebagian besar tumor kelenjar parotis dan kondisi kronis lainnya yang tidak responsif terhadap terapi medis. Ini adalah operasi yang kompleks karena kedekatan kelenjar dengan nervus fasialis.
5.2.1. Indikasi Pembedahan
- Tumor Parotis: Baik tumor jinak (untuk mencegah pertumbuhan lebih lanjut, kekambuhan, atau transformasi maligna) maupun tumor ganas (untuk eksisi lengkap kanker).
- Sialolithiasis Kronis/Resisten: Jika batu tidak dapat dikeluarkan dengan metode konservatif atau sialendoskopi, atau menyebabkan infeksi berulang.
- Infeksi Kronis atau Berulang: Jika parotitis kronis berulang menyebabkan nyeri dan pembengkakan signifikan yang mengganggu kualitas hidup.
- Kista Simtomatik: Kista besar atau yang menimbulkan gejala.
5.2.2. Jenis-jenis Parotidectomy
Jenis operasi ditentukan oleh lokasi dan ukuran tumor, serta kecurigaan keganasan.
- Parotidectomy Superfisial (Superficial Parotidectomy):
- Deskripsi: Prosedur ini melibatkan pengangkatan lobus superfisial kelenjar parotis, yaitu bagian kelenjar yang terletak di luar nervus fasialis.
- Indikasi: Paling umum dilakukan untuk tumor jinak yang terletak di lobus superfisial.
- Parotidectomy Total (Total Parotidectomy):
- Deskripsi: Pengangkatan seluruh kelenjar parotis, termasuk lobus superfisial dan profunda.
- Indikasi: Untuk tumor yang melibatkan lobus profunda, tumor ganas yang luas, atau tumor jinak yang sangat besar atau multifokal yang tidak dapat diangkat hanya dengan parotidectomy superfisial.
- Nerve Monitoring (Pemantauan Nervus Fasialis):
- Deskripsi: Selama parotidectomy, pemantauan saraf fasialis sering dilakukan menggunakan elektroda yang ditempatkan pada otot-otot wajah. Ini membantu ahli bedah mengidentifikasi dan melestarikan saraf fasialis, mengurangi risiko cedera.
- Pentingnya: Ini adalah aspek krusial dari operasi parotis untuk meminimalkan risiko kelumpuhan wajah.
- Diseksi Leher (Neck Dissection):
- Indikasi: Dilakukan bersamaan dengan parotidectomy untuk tumor ganas dengan bukti metastasis ke kelenjar getah bening leher, atau pada tumor ganas yang agresif dengan risiko tinggi penyebaran limfatik.
- Tujuan: Mengangkat kelenjar getah bening yang mungkin mengandung sel kanker.
5.2.3. Komplikasi Pembedahan
Meskipun parotidectomy umumnya aman di tangan ahli bedah yang berpengalaman, ada beberapa komplikasi potensial:
- Kelumpuhan Nervus Fasialis: Ini adalah komplikasi paling ditakuti. Dapat bersifat sementara (paling umum, disebabkan oleh trauma saraf selama manipulasi) atau permanen (akibat pemotongan atau kerusakan berat pada saraf). Kelumpuhan dapat mempengaruhi sebagian atau seluruh sisi wajah yang dioperasi.
- Sindrom Frey (Gustatory Sweating): Kondisi di mana pasien berkeringat dan/atau memerah di area kulit di atas parotis yang dioperasi saat makan atau memikirkan makanan. Ini terjadi karena regenerasi saraf parasimpatis yang salah, sehingga serabut yang seharusnya mempersarafi kelenjar ludah malah tumbuh ke kelenjar keringat kulit.
- Hematoma: Penumpukan darah di bawah kulit di area operasi.
- Infeksi Luka: Infeksi pada lokasi operasi.
- Fistula Saliva: Kebocoran air liur dari area operasi, yang dapat menyebabkan akumulasi cairan atau drainase keluar melalui luka.
- Perubahan Kosmetik: Pengangkatan sebagian kelenjar dapat meninggalkan depresi atau cekungan di pipi, terutama jika tumor besar.
- Mati Rasa (Numbness): Karena cedera pada nervus auriculotemporalis yang mempersarafi sensasi kulit di area tersebut.
- Pembengkakan/Edema Wajah: Biasanya sementara.
5.3. Terapi Radiasi (Radioterapi)
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.
- Indikasi:
- Pasca Operasi (Adjuvan): Sering diberikan setelah pembedahan untuk tumor ganas, terutama jika ada batas reseksi positif (sel kanker masih ada di tepi jaringan yang diangkat), tumor berukuran besar, atau ada invasi perineural/limfatik. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko kekambuhan lokal.
- Primer: Untuk tumor ganas yang inoperabel (tidak bisa dioperasi) atau pada pasien yang menolak pembedahan.
- Efek Samping: Mulut kering (xerostomia) karena kerusakan kelenjar ludah yang tersisa, perubahan rasa, nyeri tenggorokan, kelelahan, dan perubahan kulit di area yang diradiasi.
5.4. Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
- Indikasi: Umumnya digunakan untuk tumor ganas kelenjar parotis yang stadium lanjut dengan metastasis jauh, atau untuk kanker yang agresif dan berulang.
- Efek Samping: Sangat bervariasi tergantung jenis obat, tetapi dapat meliputi mual, muntah, kelelahan, rambut rontok, sariawan, dan penekanan sumsum tulang.
Keputusan mengenai pilihan terapi selalu melibatkan diskusi antara pasien, ahli bedah kepala dan leher, onkolog radiasi, dan onkolog medis, dengan mempertimbangkan jenis tumor, stadium, preferensi pasien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
6. Pencegahan dan Perawatan Kelenjar Parotis
Meskipun tidak semua penyakit kelenjar parotis dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan kelenjar ini dan mengurangi risiko masalah.
6.1. Pencegahan
- Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella): Ini adalah cara paling efektif untuk mencegah gondongan, salah satu penyebab paling umum parotitis viral. Pastikan anak-anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal.
- Hidrasi yang Cukup: Minum air yang cukup sepanjang hari membantu menjaga produksi air liur yang optimal dan mencegah stasis saliva, yang dapat berkontribusi pada pembentukan batu.
- Kebersihan Mulut yang Baik: Menyikat gigi dua kali sehari, flossing, dan menggunakan obat kumur (jika dianjurkan) membantu mengurangi jumlah bakteri di mulut, yang dapat meminimalkan risiko infeksi naik ke duktus kelenjar parotis.
- Menghindari Merokok: Merokok adalah faktor risiko signifikan untuk pengembangan Tumor Warthin dan juga dapat memperburuk kondisi kelenjar ludah lainnya. Berhenti merokok atau tidak pernah memulai adalah langkah pencegahan yang penting.
- Mengelola Kondisi Medis yang Mendasari: Jika Anda memiliki kondisi seperti sindrom Sjögren atau diabetes yang dapat mempengaruhi produksi air liur atau kekebalan tubuh, kelola kondisi tersebut dengan baik di bawah pengawasan dokter.
- Hindari Dehidrasi: Terutama pada pasien lansia atau pasca operasi, hidrasi yang adekuat sangat penting untuk mencegah parotitis bakteri akut.
6.2. Perawatan Kelenjar Parotis Jika Ada Masalah
Jika Anda mengalami gejala yang berkaitan dengan kelenjar parotis, perawatan yang tepat sangat penting:
- Konsultasi Medis Dini: Jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter jika Anda merasakan benjolan, nyeri, pembengkakan, atau kelumpuhan wajah. Deteksi dini sangat krusial, terutama untuk tumor ganas.
- Menerapkan Instruksi Medis: Patuhi rejimen pengobatan yang diberikan oleh dokter, baik itu antibiotik, obat antiinflamasi, atau sialogog.
- Kompres Hangat: Untuk nyeri dan pembengkakan akibat parotitis atau sialolithiasis, kompres hangat dapat memberikan kenyamanan.
- Pijatan Kelenjar: Untuk sialolithiasis, pijatan lembut di area kelenjar dapat membantu mendorong batu keluar. Lakukan sesuai anjuran dokter.
- Menjaga Hidrasi: Tetap terhidrasi adalah kunci, terutama saat mengalami masalah kelenjar ludah.
- Mengelola Mulut Kering (Xerostomia): Jika Anda mengalami mulut kering akibat penyakit (misalnya Sjögren's) atau efek samping pengobatan (misalnya radioterapi), gunakan produk pelembap mulut, sialogog, dan hindari kafein atau alkohol yang dapat memperburuk kekeringan. Kebersihan mulut yang ketat menjadi lebih penting untuk mencegah karies.
- Rehabilitasi Pascabedah: Jika Anda menjalani parotidectomy, ikuti semua instruksi pascabedah. Jika terjadi kelumpuhan saraf fasialis, terapi fisik dan rehabilitasi wajah mungkin diperlukan untuk membantu pemulihan fungsi otot-otot wajah. Manajemen Sindrom Frey dapat melibatkan penggunaan antiperspiran topikal atau suntikan botulinum toxin.
- Pemeriksaan Rutin: Untuk pasien dengan riwayat tumor parotis, pemeriksaan lanjutan secara rutin sangat penting untuk memantau kekambuhan atau perkembangan masalah baru.
7. Prognosis Penyakit Kelenjar Parotis
Prognosis (outlook) untuk penyakit kelenjar parotis sangat bervariasi dan bergantung pada banyak faktor, termasuk jenis penyakit, diagnosis dini, respons terhadap pengobatan, dan ada tidaknya komplikasi.
- Parotitis Viral (Gondongan): Prognosis sangat baik. Sebagian besar individu pulih sepenuhnya tanpa komplikasi jangka panjang. Komplikasi serius seperti orkitis atau ensefalitis jarang terjadi tetapi dapat mempengaruhi prognosis.
- Parotitis Bakteri Akut: Dengan diagnosis dan pengobatan antibiotik yang tepat waktu, prognosis umumnya baik. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan abses, kerusakan kelenjar, atau infeksi sistemik yang lebih parah.
- Sialolithiasis: Sebagian besar kasus memiliki prognosis baik. Batu yang kecil seringkali dapat keluar secara spontan atau dengan bantuan konservatif. Prosedur seperti sialendoskopi memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Jarang, jika terjadi infeksi berulang dan kerusakan kelenjar parah, mungkin diperlukan pengangkatan kelenjar (parotidectomy), yang memiliki risiko komplikasi bedah.
- Tumor Jinak: Adenoma pleomorfik dan tumor Warthin memiliki prognosis yang sangat baik setelah pengangkatan bedah yang lengkap. Risiko kekambuhan rendah jika reseksi adekuat. Namun, adenoma pleomorfik yang tidak diobati memiliki risiko kecil untuk berubah menjadi ganas seiring waktu, yang dapat memperburuk prognosis secara drastis.
- Tumor Ganas: Prognosis untuk tumor ganas kelenjar parotis sangat bervariasi dan merupakan yang paling kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis meliputi:
- Jenis dan Grade Tumor: Karsinoma mukoepidermoid grade rendah memiliki prognosis yang jauh lebih baik daripada karsinoma adenoid kistik atau karsinoma sel skuamosa yang lebih agresif.
- Stadium Penyakit: Tumor yang didiagnosis pada stadium awal, terlokalisasi, dan belum menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lain memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi.
- Infiltrasi Saraf Fasialis: Keterlibatan saraf fasialis seringkali merupakan indikator prognosis yang buruk.
- Reseksi Lengkap: Pengangkatan tumor secara menyeluruh (batas reseksi negatif) sangat penting untuk prognosis yang baik.
- Respons terhadap Terapi Adjuvan: Radioterapi pasca operasi dapat meningkatkan kontrol lokal dan kelangsungan hidup untuk banyak tumor ganas.
- Kesehatan Umum Pasien: Kondisi kesehatan secara keseluruhan juga mempengaruhi kemampuan pasien untuk menoleransi pengobatan dan proses penyembuhan.
Secara umum, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker kelenjar parotis berkisar antara 60-90% tergantung pada jenis dan stadium.
Penting untuk diingat bahwa prognosis adalah perkiraan umum dan setiap kasus bersifat individual. Diskusi terbuka dengan tim medis mengenai diagnosis dan rencana perawatan adalah kunci untuk memahami prospek jangka panjang.
8. Kesimpulan
Kelenjar parotis, meskipun sering diabaikan, memainkan peran krusial dalam kesehatan pencernaan dan mulut kita melalui produksi air liur yang esensial. Dari lokasi anatomisnya yang kompleks di samping telinga hingga mekanisme fisiologisnya yang halus dalam menghasilkan saliva, kelenjar ini adalah keajaiban tubuh.
Namun, kompleksitas ini juga berarti kelenjar parotis rentan terhadap berbagai kondisi, mulai dari infeksi umum seperti gondongan dan parotitis bakteri, pembentukan batu yang menyakitkan (sialolithiasis), hingga spektrum tumor yang luas, baik jinak maupun ganas. Masing-masing kondisi ini memiliki ciri khasnya sendiri dalam hal gejala, diagnosis, dan penanganan.
Pentingnya deteksi dini tidak dapat dilebih-lebihkan. Setiap benjolan yang tidak biasa, nyeri persisten, pembengkakan, atau terutama kelemahan pada otot wajah harus segera dievaluasi oleh profesional medis. Dengan kemajuan dalam modalitas pencitraan seperti USG, CT scan, MRI, dan teknik biopsi seperti FNAC, dokter kini memiliki alat yang lebih baik untuk membuat diagnosis yang akurat. Pilihan pengobatan juga semakin canggih, mulai dari terapi medis konservatif hingga pembedahan yang presisi (parotidectomy) dengan pemantauan saraf fasialis, serta terapi adjuvan seperti radioterapi dan kemoterapi untuk kasus keganasan.
Menjaga hidrasi yang baik, kebersihan mulut yang optimal, dan vaksinasi (untuk gondongan) adalah langkah-langkah pencegahan dasar yang dapat kita lakukan. Akhirnya, pemahaman yang baik tentang kelenjar parotis memberdayakan kita untuk menjadi advokat yang lebih baik untuk kesehatan diri sendiri dan mencari bantuan medis yang tepat waktu saat dibutuhkan. Kesehatan kelenjar parotis adalah bagian tak terpisahkan dari kesehatan kita secara keseluruhan.