Era Paleozoikum, yang berarti "kehidupan purba", merupakan salah satu periode paling vital dalam sejarah geologi Bumi, membentang selama ratusan juta tahun dan menyaksikan perubahan radikal baik dalam geografi planet maupun keanekaragaman hayati. Era ini dimulai setelah periode Ediakaran dan berakhir sebelum era Mesozoikum, menandai rentang waktu di mana kehidupan kompleks pertama kali muncul, berevolusi, dan mendominasi lautan, sebelum akhirnya menaklukkan daratan. Dari organisme bersel tunggal hingga hutan-hutan raksasa dan amfibi pertama, Paleozoikum adalah panggung bagi eksperimen evolusi yang luar biasa, membentuk dasar bagi semua kehidupan yang kita kenal saat ini.
Selama era Paleozoikum, Bumi mengalami pergeseran benua yang dramatis, fluktuasi iklim yang signifikan, dan serangkaian peristiwa kepunahan massal yang membentuk lanskap evolusi. Periode ini dibagi menjadi enam sub-periode yang berbeda: Kambrium, Ordovisium, Silur, Devon, Karbon, dan Perm, masing-masing dengan karakteristik geologis dan biologisnya sendiri yang unik. Setiap periode menceritakan kisah tersendiri tentang adaptasi, inovasi, dan perjuangan kehidupan di tengah lingkungan yang terus berubah.
Memahami Paleozoikum bukan hanya sekadar meninjau ulang sejarah kuno, tetapi juga untuk mengapresiasi kerumitan dan ketahanan kehidupan. Ini adalah era di mana tulang belakang pertama muncul, tumbuhan pertama menjejakkan akar di tanah kering, dan serangga raksasa merayapi hutan prasejarah. Evolusi selama Paleozoikum tidak hanya meningkatkan kompleksitas organisme tetapi juga membuka jalan bagi ekosistem darat yang beragam dan melimpah, mengarah pada munculnya reptil dan mamalia-seperti reptil yang akan mendominasi panggung dunia di era berikutnya. Melalui penggalian fosil dan studi batuan purba, para ilmuwan telah merekonstruksi gambaran yang menakjubkan tentang dunia Paleozoikum, sebuah dunia yang jauh berbeda namun secara fundamental terhubung dengan kita.
Periode Kambrium menandai awal era Paleozoikum, sebuah periode yang secara fundamental mengubah sejarah kehidupan di Bumi. Dimulai sekitar ratusan juta tahun silam, Kambrium paling dikenal karena peristiwa luar biasa yang disebut Ledakan Kambrium, di mana sebagian besar filum hewan utama tiba-tiba muncul dalam catatan fosil. Sebelum Kambrium, sebagian besar kehidupan adalah organisme bersel tunggal atau bentuk multiseluler sederhana yang kurang terdiferensiasi. Namun, selama Kambrium, terjadi diversifikasi kehidupan yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengubah lautan menjadi ekosistem yang kompleks dan ramai dengan makhluk-makhluk baru.
Pada awal Kambrium, sebagian besar massa daratan Bumi terkumpul dalam superbenua selatan yang disebut Gondwana. Benua-benua kecil seperti Laurentia (Amerika Utara), Baltica (Eropa Utara), dan Siberia mulai bergerak terpisah. Laut dangkal yang luas menutupi sebagian besar benua, menciptakan lingkungan yang ideal untuk perkembangan kehidupan laut. Iklim secara umum hangat dan moderat, tanpa bukti glasiasi besar, yang berkontribusi pada kondisi stabil bagi evolusi kehidupan. Tingkat oksigen di atmosfer juga mulai meningkat, memungkinkan metabolisme yang lebih kompleks.
Pergerakan lempeng tektonik menyebabkan peningkatan aktivitas gunung berapi bawah laut dan pelepasan nutrisi ke dalam lautan, yang mendukung produktivitas primer dan pada gilirannya, keanekaragaman hayati. Lautan dangkal ini kaya akan mineral dan memungkinkan cahaya matahari menembus dasar laut, mendukung pertumbuhan alga dan organisme autotrof lainnya yang menjadi dasar rantai makanan. Seiring waktu, pengangkatan dan penenggelaman muka laut global juga memainkan peran dalam membentuk habitat dan mendorong spesiasi.
Ledakan Kambrium adalah masa di mana hewan mengembangkan kerangka keras pertama mereka, seperti cangkang dan eksoskeleton, yang memberikan perlindungan dari predator dan dukungan struktural. Penemuan ini merupakan terobosan evolusioner yang signifikan, memungkinkan organisme untuk tumbuh lebih besar dan menjelajahi relung ekologi baru. Trilobit adalah salah satu kelompok hewan paling ikonik di Kambrium, dengan kerangka luar bersegmen yang mencolok dan mata majemuk yang kompleks. Mereka sangat beragam dan ditemukan di seluruh lautan dunia, berfungsi sebagai indikator fosil yang penting untuk periode ini.
Selain trilobit, lautan Kambrium dihuni oleh berbagai macam brachiopoda (hewan bercangkang yang mirip dengan kerang tetapi secara internal berbeda), moluska awal, dan banyak filum arthropoda lainnya. Makhluk-makhluk aneh seperti Anomalocaris, predator puncak Kambrium dengan mata majemuk besar dan pelengkap penjepit, menunjukkan bahwa rantai makanan sudah berkembang dengan baik. Organisme mirip spons seperti archaeocyathids juga melimpah, membentuk terumbu karang pertama yang kompleks, menyediakan habitat bagi makhluk laut lainnya.
Aspek penting lainnya dari kehidupan Kambrium adalah bukti awal predator dan mangsa. Munculnya predator seperti Anomalocaris mungkin menjadi pendorong utama di balik evolusi kerangka keras dan kemampuan bergerak yang lebih baik pada mangsa. Persaingan dan interaksi ini mempercepat laju evolusi, mendorong adaptasi yang semakin kompleks dan spesialisasi ekologis. Ini adalah periode di mana "senjata" dan "perisai" evolusioner mulai berkembang, membentuk perlombaan senjata evolusioner yang berkelanjutan.
Menyusul Ledakan Kambrium, periode Ordovisium meneruskan tren diversifikasi kehidupan laut yang intens, membawa Bumi ke zaman baru dengan ekosistem laut yang lebih kompleks dan munculnya kelompok-kelompok hewan yang inovatif. Dimulai setelah Kambrium, Ordovisium membentang selama puluhan juta tahun, ditandai oleh melimpahnya kehidupan di lautan, termasuk munculnya karang sejati pertama dan ikan tak berahang yang menjadi pelopor vertebrata.
Selama Ordovisium, superbenua Gondwana masih mendominasi belahan Bumi selatan, sementara benua-benua kecil Laurentia, Baltica, dan Siberia mulai bergerak semakin dekat satu sama lain, memisahkan diri dari Gondwana. Pergerakan lempeng ini menyebabkan pembentukan cekungan samudra baru dan aktivitas vulkanik yang signifikan. Permukaan laut global sangat tinggi selama sebagian besar periode Ordovisium, membanjiri sebagian besar benua dan menciptakan lautan dangkal yang luas. Kondisi ini, ditambah dengan iklim yang umumnya hangat dan stabil, sangat mendukung pertumbuhan kehidupan laut.
Namun, di akhir periode Ordovisium, terjadi perubahan iklim dramatis yang signifikan. Superbenua Gondwana bergeser ke arah kutub selatan, memicu glasiasi besar. Pembentukan lapisan es yang tebal di kutub menyebabkan penurunan permukaan laut global yang drastis, menghancurkan habitat laut dangkal yang menjadi rumah bagi sebagian besar kehidupan Ordovisium. Perubahan iklim yang cepat ini memicu peristiwa kepunahan massal akhir Ordovisium, salah satu yang terbesar dalam sejarah Bumi, yang menewaskan banyak spesies laut.
Lautan Ordovisium menjadi rumah bagi berbagai macam kehidupan yang berkembang pesat. Brachiopoda, yang sudah ada sejak Kambrium, mengalami diversifikasi yang luar biasa, menjadi sangat melimpah dan membentuk dasar laut. Bryozoa, organisme kolonial kecil yang menyaring makanan, juga muncul dan berkembang. Namun, perkembangan paling signifikan adalah munculnya karang sejati pertama, termasuk rugose dan tabulate corals, yang mulai membentuk terumbu karang masif, menciptakan struktur ekosistem yang kompleks dan menyediakan habitat bagi organisme lain.
Predator di lautan Ordovisium juga menjadi lebih besar dan lebih canggih. Cephalopoda, terutama orthocones yang lurus dan berbentuk kerucut, mencapai ukuran raksasa, beberapa di antaranya panjangnya mencapai beberapa meter, menjadikan mereka predator puncak di lingkungan laut. Ini adalah kerabat purba dari cumi-cumi dan gurita modern.
Yang paling revolusioner adalah kemunculan vertebrata pertama: ikan tak berahang (agnathan). Kelompok ini, seperti ostracoderms, memiliki tubuh berlapis baja tetapi tidak memiliki rahang, menyaring makanan dari air atau mengikisnya dari dasar laut. Meskipun primitif, ikan tak berahang ini merupakan nenek moyang dari semua ikan bertulang, amfibi, reptil, burung, dan mamalia di kemudian hari. Mereka menandai titik balik penting dalam sejarah evolusi, menunjukkan bagaimana tulang belakang dan kemudian rahang akan menjadi fitur dominan dalam kehidupan hewan.
Meskipun sebagian besar kehidupan Ordovisium adalah laut, ada bukti awal kehidupan mulai menjelajah ke daratan. Fosil spora menunjukkan bahwa tumbuhan darat sederhana, kemungkinan besar lumut atau hati, mulai berkolonisasi di lingkungan yang lembap dekat perairan. Meskipun belum membentuk hutan atau ekosistem darat yang kompleks, langkah kecil ini adalah awal dari transisi besar yang akan terjadi di periode berikutnya, mengubah permukaan Bumi menjadi hijau dan membuka jalan bagi hewan untuk mengikuti.
Setelah kepunahan massal yang melanda akhir Ordovisium, periode Silur yang berlangsung selama puluhan juta tahun menjadi masa pemulihan dan inovasi evolusioner. Iklim yang lebih stabil dan permukaan laut yang naik menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi kehidupan untuk berkembang kembali, terutama di lautan. Namun, warisan terbesar Silur adalah langkah signifikan pertama dalam kolonisasi daratan, baik oleh tumbuhan maupun hewan, yang membuka babak baru dalam sejarah kehidupan di Bumi.
Pada awal Silur, es glasial dari akhir Ordovisium mencair, menyebabkan kenaikan permukaan laut global dan membanjiri kembali banyak daerah benua dangkal. Ini menciptakan lautan yang luas dan hangat yang ideal untuk kehidupan laut. Superbenua Gondwana masih berada di belahan Bumi selatan, sementara benua-benua kecil seperti Laurentia dan Baltica terus bergerak mendekat, yang pada akhirnya akan bertabrakan untuk membentuk benua yang lebih besar di periode berikutnya. Iklim umumnya hangat dan stabil di sebagian besar dunia, tanpa bukti glasiasi besar, mendukung pemulihan ekosistem.
Aktivitas vulkanik terus berlanjut di beberapa wilayah, membentuk pegunungan dan melepaskan nutrisi ke lautan. Stabilitas iklim dan lingkungan laut dangkal yang luas ini memungkinkan keanekaragaman hayati laut untuk pulih dari peristiwa kepunahan sebelumnya, dan bahkan melampauinya dengan munculnya bentuk-bentuk kehidupan baru.
Lautan Silur dipenuhi dengan kehidupan yang melimpah. Terumbu karang, yang dibangun oleh rugose, tabulate corals, dan bryozoa, menjadi lebih besar dan lebih kompleks, menciptakan ekosistem yang kaya dan beragam. Terumbu ini menyediakan habitat dan tempat berlindung bagi berbagai makhluk laut. Brachiopoda, moluska, dan trilobit kembali melimpah setelah kepunahan massal.
Namun, inovasi paling penting di lautan Silur adalah kemunculan ikan berahang pertama. Kelompok ikan seperti placoderms (ikan berlapis baja) dan acanthodians, meskipun masih primitif, memiliki rahang sejati yang memungkinkan mereka untuk mengunyah makanan dan menjadi predator yang lebih efisien. Perkembangan rahang adalah lompatan evolusioner yang monumental, membuka jalan bagi diversifikasi vertebrata yang luar biasa di periode-periode berikutnya. Selain itu, eurypterid, atau kalajengking laut, mencapai ukuran yang mengesankan dan menjadi predator puncak di banyak lingkungan laut dangkal, beberapa spesies bahkan beradaptasi untuk hidup di air tawar atau payau.
Mungkin salah satu peristiwa paling transformatif di Silur adalah kolonisasi daratan oleh tumbuhan berpembuluh sejati. Sebelumnya, tumbuhan darat sangat sederhana dan terbatas pada lingkungan lembap. Namun, selama Silur, tumbuhan seperti Cooksonia, tumbuhan berpembuluh tertua yang diketahui, muncul. Tumbuhan ini memiliki sistem vaskular yang memungkinkan mereka mengangkut air dan nutrisi, serta kutikula untuk mencegah kekeringan. Meskipun kecil, mereka adalah pelopor yang akan membentuk hutan-hutan raksasa di masa depan. Kemampuan untuk tumbuh tegak dan menyerap nutrisi dari tanah membuka relung ekologis baru yang belum terisi.
Seiring dengan tumbuhan, hewan pertama juga mulai menjelajah ke daratan. Fosil menunjukkan keberadaan kalajengking dan millipede (kaki seribu) purba, yang kemungkinan merupakan salah satu arthropoda pertama yang beradaptasi dengan kehidupan darat. Meskipun mereka mungkin masih terbatas pada lingkungan yang sangat lembap dan dekat air, kehadiran mereka di daratan menandai awal dari ekosistem darat yang kompleks. Adaptasi terhadap kehidupan darat, seperti sistem pernapasan baru, kulit yang mencegah kehilangan air, dan alat gerak yang disesuaikan, adalah tantangan besar yang mulai diatasi oleh organisme Silur.
Periode Devon, yang berlangsung setelah Silur, sering disebut sebagai "Zaman Ikan" karena diversifikasi ikan yang luar biasa selama waktu ini. Namun, Devon juga merupakan periode revolusioner untuk kehidupan darat, menyaksikan munculnya hutan sejati pertama dan, yang paling penting, evolusi amfibi pertama dari ikan bersirip lobus. Ini adalah jembatan krusial antara kehidupan air dan darat, meletakkan dasar bagi vertebrata darat di masa depan.
Pada awal Devon, benua-benua kecil Laurentia, Baltica, dan Avalonia bertabrakan, membentuk superbenua yang lebih besar yang dikenal sebagai Euramerika atau Laurussia. Sementara itu, Gondwana masih mendominasi belahan Bumi selatan. Tabrakan benua ini menyebabkan pembentukan pegunungan besar, seperti Pegunungan Appalachia purba. Iklim global cenderung hangat dan kering di daratan, tetapi lautan tetap hangat dan mendukung kehidupan laut yang melimpah. Lautan dangkal yang luas masih ada, tetapi dengan konfigurasi benua yang berubah, sirkulasi laut juga berubah, mempengaruhi iklim regional dan distribusi kehidupan.
Akhir periode Devon ditandai oleh beberapa peristiwa kepunahan massal, meskipun tidak sebesar akhir Perm atau Ordovisium. Peristiwa ini diperkirakan disebabkan oleh kombinasi pendinginan global, penurunan permukaan laut, dan anoksia (kekurangan oksigen) di lautan, yang sangat mempengaruhi kehidupan laut dan darat, terutama terumbu karang dan ikan tertentu.
Julukan "Zaman Ikan" sangat tepat untuk periode Devon. Hampir semua kelompok ikan modern dapat melacak asal-usulnya kembali ke periode ini. Placoderms, ikan berlapis baja yang muncul di Silur, mencapai puncaknya dalam keanekaragaman dan ukuran, dengan predator raksasa seperti Dunkleosteus yang memiliki rahang kuat. Ikan bertulang sejati (osteichthyes), baik ikan bersirip pari (ray-finned fish) maupun ikan bersirip lobus (lobe-finned fish), juga mengalami diversifikasi yang signifikan. Ikan hiu dan pari purba (chondrichthyes) juga muncul dan berkembang.
Ikan bersirip lobus, seperti coelacanths dan lungfish, sangat penting karena sirip berdaging mereka mengandung tulang yang mirip dengan anggota tubuh tetrapoda. Dari kelompok inilah, dalam transisi evolusioner yang monumental, amfibi pertama (tetrapoda), seperti Ichthyostega dan Acanthostega, berevolusi. Mereka memiliki paru-paru dan kemampuan untuk menggunakan sirip lobus mereka sebagai anggota gerak untuk bergerak di daratan, meskipun mereka masih sangat bergantung pada air untuk reproduksi. Inovasi ini menandai langkah pertama vertebrata keluar dari air, sebuah peristiwa yang akan mengubah jalur evolusi secara fundamental.
Di daratan, Devon menyaksikan revolusi ekologis yang sama dramatisnya. Tumbuhan berpembuluh terus berkembang, dengan munculnya lycopod, horsetail, dan pakis sejati. Yang paling signifikan adalah evolusi pohon sejati pertama, seperti Archaeopteris, yang memiliki batang berkayu dan daun seperti pakis. Hutan-hutan ini tumbuh subur di lahan basah dan menciptakan lingkungan darat yang belum pernah ada sebelumnya.
Pembentukan hutan memiliki dampak yang sangat besar pada Bumi. Mereka mengubah komposisi atmosfer dengan menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen, serta mengubah tanah dan pola cuaca. Hutan juga menyediakan habitat dan sumber makanan yang melimpah, membuka jalan bagi serangga pertama, termasuk serangga tanpa sayap seperti collembola dan myriapoda (kaki seribu), untuk berkolonisasi di daratan. Evolusi hutan ini adalah langkah penting menuju ekosistem darat yang kompleks dan produktif yang kita lihat hari ini.
Periode Karbon, yang berlangsung setelah Devon, adalah salah satu era paling signifikan dalam sejarah Bumi, terutama karena akumulasi besar bahan organik yang kemudian membentuk sebagian besar cadangan batu bara dunia. Dinamakan demikian karena endapan karbonnya yang melimpah, periode ini juga menyaksikan diversifikasi amfibi, munculnya reptil pertama, dan dominasi hutan rawa gambut yang luas dan serangga raksasa.
Pada awal Karbon, benua-benua kecil terus bergerak dan bertabrakan. Superbenua Gondwana masih berada di selatan, sementara Euramerika (Laurussia) berada di utara. Menjelang akhir Karbon, Gondwana dan Euramerika mulai bertabrakan, mengawali pembentukan superbenua raksasa Pangea. Tabrakan ini menyebabkan pembentukan pegunungan besar dan menciptakan cekungan daratan yang luas, di mana hutan rawa gambut berkembang pesat.
Iklim Karbon sangat bervariasi. Awalnya hangat dan lembap, menciptakan kondisi ideal untuk pertumbuhan hutan. Namun, menjelang akhir Karbon, terjadi glasiasi Karbon akhir yang luas, terutama di Gondwana, menyebabkan fluktuasi permukaan laut yang besar dan pendinginan global. Glasiasi ini disebabkan oleh penurunan kadar karbon dioksida di atmosfer, sebagian besar akibat penyerapan karbon oleh hutan-hutan rawa gambut.
Ciri khas utama Karbon adalah hutan rawa gambut yang luas. Tumbuhan dominan di hutan ini adalah lycopod raksasa (seperti Lepidodendron dan Sigillaria), horsetail (seperti Calamites), dan pakis raksasa. Pohon-pohon ini tumbuh subur di lingkungan yang lembap dan berawa. Ketika tumbuhan ini mati, mereka jatuh ke dalam air yang miskin oksigen, mencegah dekomposisi sempurna dan menghasilkan lapisan tebal gambut. Seiring waktu, lapisan gambut ini terkubur, terkompresi, dan diubah menjadi batu bara—sumber energi fosil yang sangat penting.
Hutan-hutan ini adalah ekosistem yang luar biasa produktif, mengubah lanskap Bumi menjadi hijau secara massal dan secara signifikan mempengaruhi komposisi atmosfer. Penyerapan karbon dioksida oleh hutan-hutan ini diyakini menjadi pemicu utama penurunan suhu global dan glasiasi akhir Karbon. Keberadaan hutan juga menciptakan banyak relung baru bagi hewan darat.
Amfibi, yang pertama kali muncul di Devon, mengalami diversifikasi yang luar biasa di Karbon. Mereka menjadi sangat melimpah dan menempati berbagai relung ekologis, dari perenang di air hingga makhluk semi-akuatik dan bahkan beberapa yang lebih terestrial. Beberapa amfibi Karbon mencapai ukuran yang sangat besar, seperti Eryops, yang panjangnya bisa mencapai beberapa meter.
Namun, terobosan evolusioner paling penting di Karbon adalah munculnya reptil pertama. Reptil berevolusi dari amfibi, tetapi mereka memiliki fitur kunci yang memungkinkan mereka untuk sepenuhnya melepaskan diri dari ketergantungan pada air untuk reproduksi: telur amniotik. Telur ini memiliki cangkang pelindung dan membran yang menjaga embrio tetap lembap, memungkinkan reptil untuk bertelur di darat dan menjajah lingkungan yang lebih kering. Contoh reptil awal termasuk Hylonomus, sebuah kadal kecil. Kemunculan telur amniotik ini adalah salah satu inovasi evolusioner terbesar, membuka jalan bagi dominasi reptil di era Mesozoikum.
Atmosfer Karbon, yang diperkirakan memiliki kadar oksigen yang lebih tinggi daripada saat ini (hingga 35%), memungkinkan serangga untuk tumbuh hingga ukuran raksasa. Karena serangga bernapas melalui sistem trakea yang kurang efisien untuk tubuh besar di atmosfer normal, peningkatan kadar oksigen memungkinkan mereka untuk tumbuh lebih besar. Contoh yang paling terkenal adalah Meganeura, seekor capung raksasa dengan lebar sayap hingga 75 cm, dan Arthropleura, millipede raksasa yang panjangnya bisa mencapai 2 meter. Keanekaragaman serangga juga meningkat pesat, mengisi berbagai relung di hutan-hutan yang melimpah.
Periode Perm adalah periode terakhir dari era Paleozoikum, membentang selama puluhan juta tahun hingga peristiwa kepunahan massal terbesar dalam sejarah Bumi. Perm adalah masa di mana superbenua Pangea terbentuk sepenuhnya, menciptakan iklim yang ekstrem dan mendorong evolusi reptil dan tumbuhan tertentu. Ini adalah puncak dari evolusi Paleozoikum, tetapi juga akhir yang dramatis bagi banyak bentuk kehidupan.
Ciri geologis paling dominan dari Perm adalah penyelesaian pembentukan superbenua Pangea. Semua massa daratan besar Bumi bertabrakan dan bergabung menjadi satu daratan raksasa yang membentang dari kutub ke kutub. Pembentukan Pangea memiliki konsekuensi yang sangat besar terhadap iklim dan lingkungan global. Wilayah pedalaman Pangea menjadi sangat kering karena efek bayangan hujan dari pegunungan yang baru terbentuk dan kurangnya moderasi dari lautan.
Iklim secara umum sangat ekstrem, dengan gurun yang luas di pedalaman dan glasiasi yang terus berlanjut di wilayah kutub selatan Gondwana pada awal Perm, meskipun kemudian Bumi menjadi lebih kering dan hangat. Penyatuan benua juga mengubah pola sirkulasi laut dan atmosfer, yang berkontribusi pada perubahan iklim dan cuaca yang dramatis di seluruh planet. Kondisi ini menantang kehidupan dan mendorong adaptasi baru.
Hutan rawa gambut yang melimpah di Karbon mulai menyusut di Perm karena iklim yang lebih kering. Tumbuhan dominan beralih ke gimnosperma, seperti konifer dan ginkgo, yang lebih tahan terhadap kekeringan. Tumbuhan ini memiliki biji yang terlindungi dan tidak memerlukan air untuk fertilisasi, memungkinkan mereka untuk berkembang di lingkungan yang lebih kering. Perkembangan gimnosperma adalah inovasi penting yang membuka jalan bagi dominasi tumbuhan berbiji di era Mesozoikum.
Di antara hewan darat, reptil mengalami diversifikasi yang signifikan dan mulai mendominasi. Amfibi masih ada tetapi menjadi kurang beragam. Kelompok reptil yang paling menonjol di Perm adalah synapsida, sering disebut "reptil seperti mamalia" karena mereka memiliki beberapa karakteristik yang nantinya akan ditemukan pada mamalia. Synapsida termasuk herbivora besar seperti Edaphosaurus dan predator puncak seperti Dimetrodon (yang memiliki "layar" di punggungnya) dan Gorgonops. Evolusi synapsida menunjukkan tren menuju ciri-ciri mamalia, seperti perbedaan gigi dan struktur tengkorak yang lebih kompleks.
Serangga juga terus berkembang, meskipun beberapa kelompok serangga raksasa dari Karbon mungkin mulai berkurang ukurannya seiring dengan perubahan atmosfer. Reptil dan synapsida mengisi berbagai relung ekologis, menjadi herbivora, karnivora, dan omnivora, membentuk ekosistem darat yang kompleks dan saling terkait.
Periode Perm berakhir dengan peristiwa kepunahan massal Perm-Trias, yang dikenal sebagai "The Great Dying," sekitar ratusan juta tahun silam. Ini adalah peristiwa kepunahan terbesar dalam sejarah Bumi, di mana diperkirakan 90-96% spesies laut dan 70% spesies vertebrata darat punah. Bencana ini adalah garis batas yang tajam antara era Paleozoikum dan Mesozoikum.
Penyebab kepunahan massal Perm-Trias masih menjadi subjek penelitian intensif, tetapi bukti menunjuk pada kombinasi beberapa faktor pemicu. Aktivitas vulkanik besar-besaran di Siberian Traps (wilayah vulkanik di Siberia) melepaskan gas rumah kaca dalam jumlah besar, menyebabkan pemanasan global ekstrem dan pengasaman lautan. Peningkatan karbon dioksida dan metana di atmosfer mengubah iklim global secara drastis, memicu anoksia (kekurangan oksigen) luas di lautan, dan menyebabkan perubahan kimia laut yang meracuni sebagian besar kehidupan laut. Perubahan lingkungan yang begitu cepat dan ekstrem melebihi kemampuan sebagian besar spesies untuk beradaptasi, mengakhiri dominasi banyak kelompok Paleozoikum dan membuka jalan bagi munculnya dinosaurus dan kelompok-kelompok baru di era berikutnya.
Era Paleozoikum adalah sebuah epos geologi yang tak tertandingi dalam perannya membentuk kehidupan di Bumi. Dari "Ledakan Kambrium" yang tiba-tiba menciptakan filum hewan utama, hingga kepunahan massal Perm-Trias yang hampir menghapus seluruh kehidupan, Paleozoikum adalah kisah epik tentang evolusi, adaptasi, dan kepunahan. Selama ratusan juta tahun, planet kita menyaksikan transisi revolusioner dari lautan yang hanya dihuni oleh organisme bersel tunggal menjadi daratan yang ditutupi hutan lebat dan dihuni oleh vertebrata pertama.
Setiap periode dalam Paleozoikum – Kambrium, Ordovisium, Silur, Devon, Karbon, dan Perm – berkontribusi secara unik terhadap mozaik kehidupan. Kambrium memperkenalkan diversitas kompleks dengan kerangka keras. Ordovisium melihat dominasi terumbu karang dan munculnya ikan tak berahang. Silur menyaksikan tumbuhan dan hewan pertama mengambil langkah tentatif ke daratan. Devon adalah zaman ikan, hutan, dan evolusi amfibi yang vital. Karbon ditandai oleh hutan rawa gambut yang luas dan munculnya reptil. Dan Perm adalah puncak dominasi reptil seperti mamalia sebelum kepunahan massal yang menghancurkan.
Warisan Paleozoikum sangat mendalam. Ini adalah era di mana dasar-dasar evolusi vertebrata diletakkan, di mana tumbuhan mengembangkan kemampuan untuk menaklukkan daratan dan mengubah atmosfer, dan di mana ekosistem darat yang kompleks mulai terbentuk. Tanpa inovasi evolusioner yang terjadi di Paleozoikum, kehidupan di Bumi saat ini tidak akan sama. Kemunculan rahang, anggota gerak, telur amniotik, dan sistem vaskular pada tumbuhan adalah lompatan evolusioner yang memungkinkan kehidupan untuk berevolusi dan beradaptasi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Meskipun berakhir dengan bencana kepunahan terbesar, Paleozoikum membuka jalan bagi era Mesozoikum, di mana reptil (dinosaurus) akan mendominasi. Pelajaran dari Paleozoikum, tentang ketahanan kehidupan, dampak perubahan iklim global, dan saling ketergantungan ekosistem, tetap relevan hingga saat ini. Studi tentang era kuno ini tidak hanya mengisi kesenjangan dalam pemahaman kita tentang masa lalu Bumi tetapi juga memberikan wawasan penting tentang masa depan planet kita dan kehidupan di dalamnya.