Di antara keindahan alam yang tak terhitung jumlahnya, ada satu bunga yang telah lama memikat hati dan imajinasi manusia di berbagai peradaban, terutama di Asia. Bunga itu adalah teratai, atau yang dalam bahasa Sanskerta dan seringkali dalam konteks spiritual disebut sebagai 'Padma' atau 'Padmi'. Lebih dari sekadar flora akuatik yang menawan, Padmi adalah simbol universal yang sarat makna, mewakili kemurnian, keindahan, pencerahan, penciptaan, dan kehidupan abadi. Dalam kebudayaan Indonesia, yang kaya akan warisan Hindu-Buddha, Padmi bukan hanya sekadar ornamen, melainkan inti dari narasi spiritual, estetika artistik, dan filosofi hidup.
Artikel ini akan membawa kita menyelami samudra makna di balik Padmi, menggali perannya dalam mitologi Hindu, ajaran Buddha, ekspresi seni dan arsitektur, kehidupan sehari-hari, hingga aspek botani yang menakjubkan. Kita akan memahami mengapa bunga yang tumbuh dari lumpur ini dapat mencapai kemurnian tertinggi, menjadi singgasana para dewa, lambang jalan spiritual menuju nirwana, dan inspirasi tak berkesudahan bagi manusia.
Kehadiran Padmi di berbagai lapisan budaya dan spiritualitas Nusantara menegaskan bahwa simbol ini memiliki resonansi yang mendalam, melampaui batas bahasa dan era. Ia mengajarkan kita tentang potensi keindahan yang tersembunyi di tempat yang paling tidak terduga, tentang ketahanan dan kemampuan untuk bertransformasi, serta tentang pencarian abadi akan kebijaksanaan dan kedamaian batin. Mari kita mulai perjalanan ini, memahami mengapa Padmi tetap relevan dan menginspirasi hingga hari ini.
Untuk memahami kedalaman makna sebuah simbol, kita perlu menelusuri akar bahasanya. Kata "Padmi" berakar kuat dari bahasa Sanskerta, bahasa klasik India kuno yang merupakan kunci bagi banyak teks suci Hindu dan Buddha. Dalam Sanskerta, kata dasar yang paling umum adalah "Padma" (पद्म), yang secara harfiah berarti "teratai". Kata "Padmi" sendiri merupakan bentuk feminin dari "Padma", seringkali digunakan untuk merujuk pada dewi yang diasosiasikan dengan teratai, terutama Dewi Lakshmi, sang dewi kemakmuran dan keberuntungan.
Istilah "Padma" bukan hanya sekadar nama botani; ia merangkum seluruh spektrum konotasi spiritual dan filosofis. Dalam Veda, Purana, dan Upanishad, Padma sering muncul sebagai metafora atau elemen narasi penting. Keindahannya, kemurniannya meskipun tumbuh di lumpur, dan kemampuannya untuk mengapung di atas air tanpa basah, semuanya menjadi dasar bagi analogi yang kaya dalam pemikiran India kuno.
Selain Padma, ada banyak sinonim lain dalam Sanskerta yang juga merujuk pada teratai, masing-masing dengan nuansa maknanya sendiri, menunjukkan betapa pentingnya bunga ini dalam leksikon kuno:
Variasi nama-nama ini menunjukkan kekaguman mendalam para penyair dan filsuf Sanskerta terhadap bunga teratai, yang mereka amati dengan cermat dan anugerahi dengan berbagai atribut puitis dan spiritual.
Di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali yang merupakan pusat-pusat kebudayaan Hindu-Buddha, istilah "Padma" atau "Padmi" telah menyatu ke dalam kosakata lokal dan tradisi. Meskipun dalam percakapan sehari-hari kita lebih sering menggunakan "teratai" (dari bahasa Melayu), konsep "Padma" hidup subur dalam nama-nama, seni, dan ritual.
Melalui proses akulturasi dan asimilasi, "Padmi" telah melampaui asal-usul linguistiknya dan menjadi bagian integral dari identitas budaya Indonesia, mencerminkan warisan spiritual yang abadi.
Dalam kepercayaan Hindu, Padmi atau teratai adalah simbol yang sangat suci dan mendalam. Ia adalah jantung dari banyak kisah penciptaan, lambang kemurnian para dewa, dan representasi dari alam semesta itu sendiri. Kehadirannya meresap ke dalam setiap aspek pantheon Hindu, dari dewa-dewi utama hingga ritual sehari-hari.
Salah satu mitos penciptaan paling terkenal dalam Hindu melibatkan Padmi sebagai cikal bakal alam semesta. Dikisahkan bahwa pada akhir setiap siklus kosmik, ketika alam semesta larut kembali ke dalam kekosongan, Dewa Wisnu akan beristirahat di atas ular kosmik Shesha (Ananta Shesa) di samudra susu abadi, Ksheera Sagara. Dari pusar Wisnu (sering disebut sebagai Padmanabha, "yang pusarnya teratai") kemudian muncullah setangkai teratai raksasa.
Dari bunga teratai inilah kemudian lahir Dewa Brahma, sang dewa pencipta, yang kemudian memulai tugasnya untuk menciptakan alam semesta dan segala isinya. Kisah ini dengan jelas menempatkan teratai sebagai poros penciptaan, simbol kehidupan yang terus-menerus muncul dari kekosongan, kemurnian yang tak tersentuh oleh materi primordial. Hal ini juga menegaskan siklus abadi antara pemeliharaan (Wisnu), penciptaan (Brahma), dan kehancuran (Siwa), dengan teratai menjadi jembatan antara fase-fase tersebut.
Makna tersembunyi di balik kisah ini sangat dalam. Pusar melambangkan pusat, sumber kehidupan. Teratai yang mekar dari pusar ini menunjukkan bahwa penciptaan bukanlah sesuatu yang eksternal, melainkan muncul dari esensi ilahi itu sendiri, murni dan sempurna. Teratai ini adalah manifestasi dari energi kreatif ilahi yang tak terbatas.
Jika ada dewi yang paling identik dengan Padmi, itu adalah Dewi Lakshmi, permaisuri Dewa Wisnu. Dewi Lakshmi seringkali disebut dengan nama-nama seperti Padmi, Padma, atau Kamaladevi, yang semuanya merujuk pada asosiasinya dengan teratai. Ia selalu digambarkan duduk atau berdiri di atas bunga teratai yang mekar penuh, atau memegang kuntum teratai di tangannya.
Dalam ritual puja dan persembahan kepada Dewi Lakshmi, bunga teratai sering menjadi bagian penting. Para pemuja meyakini bahwa mempersembahkan bunga teratai akan mengundang kehadiran dan berkah sang dewi, membawa keberuntungan, kekayaan, dan kebahagiaan.
Dewi Saraswati, dewi pengetahuan, seni, musik, dan kebijaksanaan, juga memiliki hubungan yang erat dengan Padmi. Ia sering digambarkan mengenakan pakaian serba putih dan duduk di atas bunga teratai putih, atau memegang teratai putih di salah satu tangannya. Teratai putih melambangkan kemurnian dan kebenaran yang menjadi inti dari ilmu pengetahuan sejati. Kemurnian pikiran dan hati diperlukan untuk mencapai kebijaksanaan spiritual yang sesungguhnya.
Dalam konteks Saraswati, teratai bukan hanya simbol, tetapi juga pengingat bahwa ilmu pengetahuan haruslah bersih dari ego dan prasangka, mengalir seperti air jernih, dan membawa pencerahan. Duduk di atas teratai menunjukkan bahwa pengetahuan tertinggi berasal dari dasar spiritual yang murni.
Asosiasi Padmi tidak hanya terbatas pada Lakshmi dan Saraswati.
Secara umum, teratai dalam Hindu melambangkan:
Melalui semua manifestasi ini, Padmi menjadi benang merah yang mengikat kosmologi, mitologi, dan praktik keagamaan Hindu, mengajarkan prinsip-prinsip universal tentang penciptaan, pemeliharaan, dan pencerahan.
Sama halnya dengan Hinduisme, Padmi atau teratai memegang peranan krusial dalam ajaran dan simbolisme Buddhisme. Meskipun memiliki makna yang serupa, interpretasinya dalam Buddhisme seringkali lebih menekankan pada jalur spiritual menuju pencerahan dan pembebasan dari penderitaan.
Salah satu legenda paling ikonik terkait Padmi dalam Buddhisme adalah kisah kelahiran Siddhartha Gautama, calon Buddha. Dikisahkan bahwa saat Siddhartha dilahirkan, ia segera berdiri dan mengambil tujuh langkah ke depan, dan di setiap langkahnya, sekuntum bunga teratai mekar di bawah kakinya. Tujuh langkah ini melambangkan tujuh alam eksistensi, dan teratai yang mekar menandai janji pencerahan yang akan ia capai. Ini adalah simbol dari kesucian esensial sang Buddha, yang sejak awal kelahirannya telah terbebas dari noda duniawi.
Teratai juga secara luas digunakan untuk melambangkan jalan menuju pencerahan. Sama seperti teratai yang akarnya tertanam kuat di lumpur (simbol Samsara atau dunia penderitaan dan nafsu), namun batangnya tumbuh melewati air keruh, dan bunganya mekar di atas permukaan air yang bersih, demikian pula para praktisi Buddha. Mereka hidup di dunia yang penuh penderitaan, namun melalui praktik Dharma, mereka dapat mengatasi nafsu dan keterikatan, mencapai pencerahan dan kemurnian.
Dalam Buddhisme Mahayana, salah satu teks suci yang paling dihormati adalah Saddharma Puṇḍarīka Sūtra, atau yang lebih dikenal sebagai Lotus Sutra (Sutra Teratai). Sutra ini menggunakan analogi teratai secara ekstensif untuk menjelaskan ajaran Buddha yang mendalam.
Lotus Sutra menegaskan bahwa semua makhluk hidup memiliki potensi untuk menjadi Buddha, dan bahwa jalan menuju pencerahan adalah universal. Teratai melambangkan kebenaran ini: semua kelopak bunga, meskipun berbeda dalam bentuk dan ukuran, adalah bagian dari satu bunga yang sempurna. Demikian pula, berbagai ajaran dan praktik dalam Buddhisme, meskipun tampak berbeda, semuanya mengarah pada tujuan akhir yang sama, yaitu pencerahan.
Sutra ini juga menekankan konsep "Upaya-Kauśalya" (kemampuan/cara terampil), yaitu cara-cara yang digunakan Buddha untuk membimbing makhluk hidup menuju pencerahan, disesuaikan dengan kapasitas dan pemahaman mereka. Seperti teratai yang beradaptasi dengan lingkungannya namun tetap mempertahankan esensinya, ajaran Buddha disesuaikan namun inti kebenarannya tetap abadi.
Dalam tradisi Buddha, warna teratai memiliki makna khusus:
Setiap warna dan bentuk teratai dalam ikonografi Buddha menceritakan kisah yang berbeda tentang jalan spiritual, membantu para praktisi memahami nuansa ajaran Buddha yang kompleks.
Padmasana, atau Posisi Teratai, adalah salah satu posisi meditasi paling penting dalam Yoga dan Buddhisme. Posisi ini melibatkan menyilangkan kaki sedemikian rupa sehingga setiap kaki diletakkan di atas paha yang berlawanan, menyerupai bentuk bunga teratai yang mekar. Posisi ini diyakini sangat membantu dalam mencapai konsentrasi dan stabilitas pikiran.
Dalam Padmasana, tubuh menjadi stabil, sehingga pikiran dapat fokus. Kaki yang terkunci menciptakan dasar yang kuat, sementara tulang belakang tetap tegak, melambangkan kebangkitan spiritual. Ini adalah representasi fisik dari metafora teratai: seseorang dapat duduk di tengah kekacauan dunia (lumpur), namun tetap mencapai ketenangan dan pencerahan batin (bunga yang mekar di atas air).
Dengan demikian, Padmi dalam Buddhisme bukan hanya sekadar simbol pasif, melainkan sebuah panduan aktif bagi para praktisi untuk menapaki jalan spiritual, mengatasi penderitaan, dan mencapai keadaan pencerahan tertinggi.
Keagungan Padmi sebagai simbol universal tercermin secara spektakuler dalam berbagai bentuk seni, arsitektur, dan sastra di Indonesia. Warisan Hindu-Buddha yang kaya telah menanamkan motif teratai ke dalam identitas estetika Nusantara, menjadikannya elemen yang tak terpisahkan dari ekspresi budaya kita.
Candi-candi megah di Indonesia, seperti Borobudur dan Prambanan, adalah bukti nyata dominasi motif teratai dalam arsitektur keagamaan. Setiap detail, dari pondasi hingga puncak, seringkali dihiasi dengan ukiran teratai, yang bukan hanya sekadar dekorasi, melainkan juga berfungsi sebagai penanda spiritual dan filosofis.
Kehadiran teratai di arsitektur candi menunjukkan bahwa ia adalah elemen integral yang mengkomunikasikan pesan-pesan spiritual kepada para peziarah, membimbing mereka dalam perjalanan spiritual mereka.
Di luar arsitektur monumental, Padmi juga meresap ke dalam seni rupa tradisional dan kontemporer Indonesia.
Penggunaan teratai dalam seni rupa tidak hanya menambah estetika, tetapi juga memperkaya karya dengan lapisan makna yang mendalam, menghubungkan pengamat dengan warisan spiritual yang abadi.
Dalam khazanah sastra Indonesia, terutama sastra Jawa Kuna dan Bali Kuna yang terinspirasi dari tradisi India, Padmi adalah metafora yang tak ada habisnya. Para pujangga kuno sering menggunakan teratai untuk menggambarkan kecantikan yang tiada tara, kemurnian karakter, atau pencerahan spiritual.
Melalui sastra, Padmi telah membentuk cara kita berbahasa tentang keindahan, moralitas, dan spiritualitas, membuktikan kekuatannya sebagai simbol yang merentang melintasi berbagai bentuk ekspresi manusia.
Di luar kuil, istana, dan naskah-naskah kuno, pengaruh Padmi meluas hingga ke sendi-sendi kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, terutama di daerah yang kental dengan budaya Hindu dan Buddha. Simbolisme teratai meresap ke dalam ritual, nama, bahkan praktik kesehatan dan kuliner.
Dalam ritual keagamaan Hindu di Bali, bunga teratai, meskipun tidak selalu tersedia atau digunakan sesering bunga Kamboja atau sepatu, tetap memiliki tempat yang sangat istimewa. Ketika teratai digunakan sebagai persembahan (banten), ia dianggap sebagai bunga yang paling utama dan murni, yang dapat menghubungkan pemuja dengan para dewa di tingkatan tertinggi.
Teratai melambangkan kesucian dan keagungan ilahi. Persembahan teratai seringkali melambangkan keinginan untuk mempersembahkan kemurnian hati dan pikiran kepada Tuhan. Dalam beberapa upacara besar, bunga teratai digunakan secara simbolis sebagai tempat bersemayam para dewa atau sebagai representasi alam semesta.
Selain itu, praktik meditasi dan yoga yang merupakan bagian integral dari spiritualitas di Indonesia juga sering mengadaptasi posisi Padmasana, menunjukkan betapa simbol ini terinternalisasi dalam cara beribadah dan mencari kedamaian batin.
Pengaruh Padmi juga terlihat dalam penamaan. Banyak nama orang di Indonesia, khususnya yang berakar pada tradisi Sanskerta atau Hindu-Jawa, mengandung unsur "Padma" atau "Padmi". Nama-nama seperti Padmasari (inti teratai), Padmanaba (pusar teratai, merujuk pada Wisnu), atau bahkan Padma itu sendiri, sering diberikan dengan harapan anak akan tumbuh dengan kualitas-kualitas yang dilambangkan oleh teratai: kemurnian, keindahan, dan keberuntungan.
Di era modern, simbol teratai juga sering diadaptasi dalam logo, branding, atau desain untuk menyampaikan pesan tentang pertumbuhan, kemurnian, harmoni, atau aspirasi spiritual. Banyak organisasi yang bergerak di bidang spiritualitas, kesehatan, atau lingkungan hidup menggunakan motif teratai karena resonansi positifnya.
Teratai (Nelumbo nucifera) bukan hanya tanaman spiritual, tetapi juga memiliki manfaat praktis. Dalam pengobatan tradisional Asia, termasuk di beberapa praktik di Indonesia, berbagai bagian tanaman teratai telah digunakan:
Penggunaan teratai dalam pengobatan dan kuliner menunjukkan bahwa tanaman ini dihargai bukan hanya karena simbolismenya, tetapi juga karena manfaat kesehatannya yang nyata, mengintegrasikan Padmi ke dalam aspek fisik dan spiritual kehidupan.
Di balik simbolisme yang kaya, Padmi juga merupakan keajaiban botani dengan adaptasi ekologis yang menakjubkan. Memahami karakteristik biologisnya akan semakin memperdalam apresiasi kita terhadap makna spiritual yang dilekatkannya.
Penting untuk membedakan antara "teratai" sejati (genus Nelumbo) dan "lili air" atau "nymphaea" (genus Nymphaea), meskipun keduanya sering disebut "teratai" dalam percakapan sehari-hari. Kedua tanaman ini sering tumbuh di habitat yang sama dan memiliki penampilan yang serupa, namun memiliki perbedaan botani yang signifikan:
Meskipun lili air juga indah dan memiliki beberapa simbolisme, teratai sejati (Nelumbo nucifera) dengan kemampuannya untuk berdiri tegak di atas air dan kemurnian daunnya yang tak tersentuh air, adalah yang paling kuat melambangkan pencerahan dan transendensi.
Salah satu keajaiban botani teratai adalah "Efek Teratai" (Lotus Effect), sebuah fenomena alami yang menjelaskan mengapa daun teratai selalu tampak bersih dan tidak basah meskipun tumbuh di lingkungan yang berlumpur. Permukaan daun teratai ditutupi oleh mikronano struktur yang sangat kompleks—tonjolan-tonjolan mikroskopis yang ditutupi oleh lapisan lilin hidrofobik.
Struktur ini menyebabkan tetesan air tidak dapat menyebar di permukaan daun, melainkan membentuk gumpalan dan menggelinding di atasnya, membawa serta partikel debu dan kotoran. Ini adalah mekanisme pembersihan diri alami yang sangat efisien. Fenomena ini telah menjadi inspirasi bagi ilmuwan untuk mengembangkan material superhidrofobik dan cat anti-kotoran, menunjukkan bagaimana alam memberikan solusi cerdas untuk masalah praktis.
Secara spiritual, efek teratai ini menjadi metafora yang sempurna untuk ajaran tentang bagaimana seseorang dapat hidup di dunia material yang penuh "lumpur" (nafsu, keterikatan, penderitaan), namun tetap menjaga kemurnian dan tidak "basah" oleh kekotoran duniawi. Ini adalah ajaran tentang detasemen atau ketidaklekatan (vairagya) yang merupakan prinsip penting dalam yoga dan Buddhisme.
Teratai adalah tanaman akuatik yang tumbuh subur di perairan dangkal yang tenang, seperti kolam, danau, atau rawa-rawa. Siklus hidupnya, dari benih hingga bunga, juga memiliki resonansi simbolis.
Adaptasi teratai terhadap lingkungannya—kemampuannya untuk mengatur suhu bunga hingga 30 derajat Celsius di atas suhu udara (terutama bunga jantan untuk menarik penyerbuk), serta cara kerjanya sebagai bioremediator yang membantu membersihkan air—menjadikannya tanaman yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga secara ekologis memiliki peran penting. Semua karakteristik botani ini semakin memperkuat posisinya sebagai simbol kesempurnaan dan inspirasi.
Meskipun berakar pada tradisi kuno, simbolisme Padmi tetap relevan dan beresonansi kuat di era modern. Dalam dunia yang serba cepat dan seringkali penuh kekacauan, pesan kemurnian, pencerahan, dan ketahanan yang dibawa oleh teratai menawarkan inspirasi dan ketenangan.
Prinsip-prinsip desain dan fungsionalitas teratai terus menginspirasi arsitek dan desainer di seluruh dunia. Konsep "Efek Teratai" telah melahirkan inovasi dalam material bangunan yang dapat membersihkan diri, menciptakan bangunan yang lebih berkelanjutan dan mudah dirawat. Bentuk geometris bunga teratai yang sempurna juga sering diadaptasi dalam desain bangunan modern, jembatan, dan elemen urban lainnya, memberikan sentuhan keindahan dan keharmonisan alami.
Banyak pusat spiritual, yoga studio, atau bahkan spa modern menggunakan motif teratai dalam interior dan eksterior mereka untuk menciptakan suasana yang tenang, murni, dan membangkitkan semangat. Teratai menjadi simbol universal untuk kedamaian batin dan pertumbuhan pribadi.
Dalam budaya populer, teratai sering muncul dalam film, serial televisi, video game, dan literatur fantasi sebagai simbol kebijaksanaan, kekuatan magis, atau kebangkitan. Kemurnian dan keindahannya menjadikannya motif yang menarik secara visual dan penuh makna.
Perusahaan dan merek-merek modern juga sering mengadopsi logo atau nama yang terinspirasi dari teratai. Merek-merek ini berusaha untuk mengasosiasikan produk atau layanan mereka dengan atribut positif teratai: kemurnian, keanggunan, pertumbuhan, dan kesempurnaan. Mulai dari produk kecantikan hingga layanan finansial, teratai menawarkan citra yang positif dan universal.
Di tengah tekanan kehidupan modern, filosofi teratai menawarkan panduan yang berharga. Konsep "tumbuh dari lumpur namun tetap bersih" menjadi metafora yang kuat untuk ketahanan mental dan emosional. Ini mengajarkan kita untuk tidak gentar menghadapi kesulitan hidup, melainkan melihatnya sebagai pupuk untuk pertumbuhan pribadi.
Teratai mengingatkan kita bahwa meskipun dunia di sekitar kita mungkin penuh dengan ketidaksempurnaan, kita memiliki kapasitas untuk mempertahankan kemurnian batin, integritas, dan fokus pada tujuan spiritual kita. Ini adalah ajakan untuk meditasi, refleksi, dan mencari kedamaian di tengah hiruk-pikuk. Dalam konteks lingkungan, teratai juga bisa menjadi simbol harapan untuk regenerasi alam dan pentingnya menjaga kemurnian ekosistem air.
Dengan demikian, Padmi bukanlah relik masa lalu yang hanya ditemukan di candi-candi atau kitab kuno. Ia adalah simbol yang hidup dan terus berevolusi, menawarkan kebijaksanaan abadi yang relevan bagi setiap individu yang mencari makna dan pencerahan di dunia yang terus berubah.
Setelah menjelajahi berbagai dimensi dari "Padmi", jelaslah bahwa bunga teratai lebih dari sekadar tanaman air yang indah. Ia adalah sebuah ensiklopedia makna, sebuah simbol universal yang menembus lapisan budaya, agama, seni, dan bahkan sains. Dari mitos penciptaan Hindu hingga ajaran pencerahan Buddha, dari relief candi-candi megah di Nusantara hingga motif batik yang rumit, Padmi telah membentuk cara kita memahami alam semesta, spiritualitas, dan esensi keberadaan manusia.
Padmi mengingatkan kita pada kekuatan untuk bangkit dari kesulitan (lumpur), menjaga integritas (daun tak basah), dan mencapai pencerahan (mekarnya bunga). Ia adalah representasi nyata bahwa keindahan dan kemurnian sejati dapat ditemukan bahkan di lingkungan yang paling tidak ideal sekalipun. Simbol ini mengajarkan ketahanan, transformsi, dan potensi tak terbatas dalam diri setiap individu untuk mencapai keadaan tertinggi dari keberadaan.
Di Indonesia, Padmi telah menjadi benang merah yang mengikat masa lalu dengan masa kini, warisan leluhur dengan aspirasi masa depan. Ia terus menginspirasi seniman, spiritualis, filsuf, dan individu awam untuk merenungkan makna kehidupan, mencari kedamaian batin, dan menghargai keindahan yang terkandung dalam kesederhanaan. Dalam setiap kelopak dan setiap bijinya, Padmi membawa pesan keabadian—pesan tentang harapan, kemurnian, dan janji akan sebuah pencerahan yang selalu mungkin dicapai, bagi siapa pun yang bersedia menumbuhkan hatinya dari lumpur menuju cahaya.
Maka, biarlah Padmi terus menjadi mercusuar, membimbing kita melalui perairan kehidupan yang kadang keruh, menuju kejernihan dan keindahan yang abadi.